PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan penduduk Lanjut Usia (lansia) di Indonesia menarik
diamati, dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor
Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan jika
tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 522 tahun dan jumlah lansia 7.998.543
orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan
UHH juga meningkat (66,2 tahun). Perkiraan pada tahun 2020 penduduk
lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1
tahun
Dengan bertambahnya usia seseorang ada kecenderung mengalami
atau berpotensi mengalami masalah kesehatan. Pada usia lanjut maka daya
kemampuan seksual baik pada wanita maupun pada pria mengalami
kemunduran, namun tidaklah berarti bahwa kenikmatan seks hilang sama
sekali, hanya membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai orgasme,
sedangkan orgasmenya sendiri berlangsung lebih pendek (Papalia, 2008).
Perubahan fungsi tubuh yang berhubungan dengan fungsi seksualitas
pada lanjut usia melibatkan hasrat seksual, rangsangan seksual, lubrikasi
vagina, orgasme, kepuasan, dan nyeri/ ketidaknyamanan.
Pada wanita pengaruh utama seksualitas dihubungkan dengan
perubahan yang terjadi pada saat menopause, terjadi perubahan stimulasi
sensori dan aliran darah akibat penurunan hormon estrogen, vagina menjadi
kurang fleksibel dan mungkin membutuhkan pelumas buatan (Papalia, 2008).
Seksualitas sering dijelaskan dari persepektif holistik sebagai integrasi
somatik, emosional, intelektual, dan aspek sosial dari makhluk seksual yang
secara positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan
cinta. Studi Johnson (2009) tentang seksualitas dan penuaan mendukung
pandangan biopsikososial tentang penuaan dan seksualitas. Kehidupan akhir
dapat mempengaruhi aktivitas seksual dan kesehatan seksual.
Kehilangan aktivitas seksual bukan merupakan aspek penuaan yang
tidak dapat dihindari dan sebagian besar orang yang sehat tetap aktif secara
seksual secara teratur sampai usia lanjut. Namun, proses penuaan memang
membawa perubahan tertentu dalam respon seksual fisiologis pria dan
wanita, dan disertai sejumlah masalah medis yang menjadi lebih prevalen
pada usia lanjut yang berperan penting terhadap terjadinya gangguan seksual
patogen terhadap lansia.
Pada usia lanjut terdapat dua faktor yang mempengaruhi aktivitas
seksual, yang dapat dibagi menjadi faktor internal yaitu faktor fisik ,penyakit
dan psikologis (kesepian/dukacita, depresi) serta faktor eksternal yang datang
nyadari kebudayaan dan obat-obatan (Darmojo& Martono,2006).
Dampak tidak terpenuhinya kebutuhan seksualitas pada lanjut usia
dapat menyebabkan penyimpangan seksualitas. Penyimpangan seksualitas
yang terjadi pada lanjut usia disebabkan karena lanjut usia mengalami
perubahan fungsi tubuh, sementara lanjut usia tetap mempunyai keinginan
dalam memenuhi kebutuhan seksualitasnya. Masters dan Johnson (2009)
mengutarakan bahwa tidak ada batas usia dalam beraktivitas seksual.
Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia dimana
seksualitas berperan dalam menentukan kualitas hidup sehingga
mempertahankan seksualitas pada lansia penting untuk mewujudkan
kebahagiaan keluarga, meskipun dalam kapasitas seksualitas telah
mengalami penurunan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN LANSIA
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun
1992 tentang kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia
sebagai berikut :
a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas
b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
B. BATASAN LANSIA
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi: usia
pertengahan yakni kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni
antara usia 60-74 tahun, Tua (Old) yaitu antara 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Setiabudhi, 1999), dan
menurut DepKes RI tahun 1999, umur dibagi 3 lansia yaitu:
a. Usia pra senelis atau Virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49
tahun
b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun
atau lebih atau dengan masalah kesehatan.
C. PROSES MENUA
Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan
bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah
dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan
status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan
dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain
di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya
menghadapi ketidamampuan dan bahkan kematian (Cox, 1984 dalam
Miller,1995).
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi,
aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti
strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (
Darmojo, 2004 ).
.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Bagi lansia diharapkan lansia tetap mempertahankan aktivitas seksualnya agar
lansia dapat menjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Lansia juga dapat menambah
wawasan seputar seksualitas pada lansia dengan menambah informasi dari petugas
kesehatan.
Bagi layanan kesehatan diharapkan layanan kesehatan mampu memberikan
informasi yang benar mengenai seksualitas pada lansia, agar lansia dapat meningkatkan
pengetahuannya seputar seksualitas.
Bagi keluarga untuk memperhatikan keadaan kesehatan lansia dan memberikan
Dukungan sehingga dapat melakukan aktivitas seksual secara normal.
DAFTAR PUSTAKA
https://health.detik.com/read/2010/11/23/134354/1500283/763/orang-lanjut-
usia-juga-butuh-pendidikan-seks
http://www.beritasatu.com/kesra/144343-singapura-anjurkan-agar-pendidikan-
seksual-juga-diajarkan-ke-manula.html?no_redirect=true
https://tirto.id/mengapa-nani-wijaya-dan-lansia-ingin-menikah-di-usia-senja-
cl8S
https://senyumperawat.com/2016/01/perubahan-kebutuhan-seksual-pada-
lansia-geriatri.html
Mardiana. (2015). Aktifitas seksual pra lansia dan lansia yang berkunjung ke
poliklinik geriatri rumah sakit pucat angkatan udara Dr.esnawan antariksa
jakarta timur tahun 2011. Skripsi