Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gerontik

1. Definisi

Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proporsional (Nugroho, 2008).

WHO dan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab
1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr .R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (1994) mengatakan bahwa "menua" (mejadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang di deritannya.
2. Proses Menua

Proses menua lansia mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yaitu


social, ekonomi, dan terutama kesehatan karena semakin bertambahnya usia
seseorang maka fungsi organ tubuh juga semakin menurun. Menua aalah
dimana suatu keadaan yang akan terjadi dikehidupan manusia (Dewi, 2014)

Menurut Unidop (2017) jumlah lanjt sia di dunia akan ters mengalami
penambahan dibandingkan dengan jumlah kelompok usia lainnya. Pada tahun
201 dan 2030 jmlah lanjut usia diseluruh duniaakan mengangkat menjadi 56%
dan 901 juta menjadi lebih dari 1,4 millyar sedangkan di tahun 2030 jumlah
usia 60 ke atas akan melebihi dari pada usia muda sekitar yang berusia 14
sampai 24 tahun.

Berdasarkan data penduduk bahw diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66


juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah lansia tahu
2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), than 2030 (40,95 juta). Data tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan struktur penduduk
menuju tua (ageing population) dan berdasarkan hasil presentase penduduk
lanjut usia di Indnesia tahun 2017 Sumatra Barat termasuk urutan ke 6 yaitu
9,25% (kemenkes RI, 2017). Berdsarakan Profil Kesehatan Tahun 2013, Jumlah
penduduk lansia di Kota Padang adalah 82,790 orang, meningkat 1,03% dari
jumlah penduduk pada tah 2012 (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014).
Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang proses penuaan, namun
terdapat 4 teori utama yang saling melengkapi satu sama lain untuk terjadinya
proses penuaan diantaranya adalah:
a. Teori Wear and Tear

Teori ini dikenal juga dengan teori pakai dan rusak diperkenalkan
pertama kali tahun 1882 oleh August Weismann yang merupakan seorang
ahli biologi dari Jerman yang pada prinsipnya menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan, baik penggunaan
secara alami apalagi penyalahgunaan. Kerusakan yang terjadi tidak terbatas
pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel. Pada usia muda, kerusakan
yang terjadi dapat diatasi atau dikompensasi karena sistem perbaikan dan
pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya umur,
tubuh mulai kehilangan kemampuan memperbaiki kerusakan karena
penyebab apapun. Teori ini juga meyakini pemberian suplemen yang tepat
dan pengobatan yang tidak terlambat dapat membantu mengembalikan
proses penuaan dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2011).
b. Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan pada peranan berbagai hormon yang mengatur


fungsi tubuh. Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan
oleh hipotalamus. Fungsi Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Pada usia muda, berbagai hormon masih berfungsi baik dalam
mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh. Ketika manusia menjadi tua,
produksi hormon menurun, fungsi tubuh menjadi terganggu. Beberapa
contoh yang sering ditemui adalah menopause pada wanita dimana terjadi
penurunan hormon estrogen yang terjadi karena proses penuaan, lebih jauh
kualitas hidup menurun karena berbagai keluhan yang muncul sebagai
akibatnya, juga terjadinya penurunan kadar hormon testosteron pada pria
yang dimulai sejak usia 30 tahun dan terus menurun yang kemudian
menimbulkan berbagai keluhan yang disebut Andropouse (Pangkahila,
2011).

c. Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA, meskipun
seluruh aspek diwariskan dalam gen tiap individu, waktu jam biologis
tergantung pada pola hidup penuaan masing-masing individu. Tiap individu
memiliki jam biologis yang telah diatur waktunya. Berhentinya jam biologis
menandakan proses penuaan dan meninggal (Pangkahila, 2011).

d. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena
mempunyai elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat bereaksi
dengan molekul lain, menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif
(Pangkahila, 2007).

Radikal bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita. Radikal bebas merusak
membran sel, kode DNA, enzim, protein, dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ. Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal. Pada usia muda, dampak penggantian sel yang masih berfungsi
baik. Seiring dengan usia bertambah, akumulasi kerusakan akibat radikal
bebas akan mengganggu metabolisme sel, terjadilah mutasi sel yang
mengakibatkan timbulnya kanker dan kematian. Age Spot merupakan salah
satu bentuk kerusakan pada membran sel yang disebabkan oleh radikal bebas.
Kerusakan membran ini menghasilkan produk sisa yang dikenal sebagai
lipofuscin. Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam tubuh memberikan warna
gelap pada daerah tertentu, yang disebut Age spot. Lipofuscins mengganggu
sintesis DNA dan RNA, mempengaruhi sintesis protein (menurunkan energi
dan menghambat pembentukan massa otot), merusak enzim seluler yang
diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Pangkahila, 2007).

Antioksidan diyakini dapat menghambat kerusakan akibat radikal bebas


dimana Superokside dismutase pada antioksidan dapat mengubah radikal
oksigen menjadi hidrogen peroksidasi yang mengakibatkan degradasi oleh
enzim katalase menjadi oksigen dan air (Pangkahila,2011)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan

a. Faktor intrinsic antara lain, yaitu:

(1) Genetik dimana pada orang tertentu memiliki kulit yang kering
kecendurangan untuk mengalamipenuaan lebih awal.
(2) Hormon, pengaruhnya terlihat jelas pada wanita yang mengalami
menopause. Dimana wanita yang mengalami menopause maka hormon
estrogen akan menurun yang dapat menyebabkan elastisitas kulit
berkurang sehingga kulit menjadi kering dan keriput
(3) Rasial, berbagai ras manusia memiliki perbedaan struktur terutama
peranan melanin yang berfungsi sebagai proteksi terhadap paparan sinar
ultraviolet. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar
ultravioletdibanding orang yang berkulit yang berwarna, sehingga
padakulit putih lebih cepat terjadi proses penuaan.

b. Faktor ekstrinsik antara lain, yaitu:

(1) Sinar matahari, kerusakan yang diakibatkan oleh sinar ultraviolet berupa
eritema, edema, nyeri diikuti eksfoilasi, tanning dan penuaan dini.
(2) Perawatan kulit yang kurang tepat menyebabkan kulit menjadi kering
seperti pemakaian sabun berlebihan dan pembersih yang mengandung
alkohol tinggi, kelembapan udara yang rendah, ruangan ber AC dan
paparan angin.
(3) Faktor yang berhubungan dengan pembentukan radikal bebas,
diantaranya adalah pajanan sinar UV, radiasisinar X, polusi udara (asap
mobil, freon dan asap rokok), pajanan dengan bahan kimia dan
bahanpada makanan seperti: pengawet, pelezat dan pewarna. Senyawa
oksigen reaktif (SOR)yang terbentuk akibat stress oksidatif sangat
berperan dalam proses penuaan, yakni pada metabolisme kolagen.
c. Faktor lainnya yaitu:
(1) Nutrisi atau gizi yang kurang
(2) Pola hidup yang tidak tepat seperti kebiasaan merokok, alkohol, dan
kopi yang berlebihan
(3) Stress dan waktu istrahat yang kurang dapat meningkatkan beberapa
hormon yaitu hormon adrenalin dan kortison sehingga dapat memicu
penuaan.
(4) bentuk otot muka yang berulang-ulang dan berlangsung lama seperti:
cemberut, mengerutkan kening atau dahi akan memunculkan garis-
garis diwajah.
(5) Penyakit sistemik seperti diabetes militus, arteroschlerosis, autoimun
menyebabkan system biologik terganggu.
(6) Penurunan berat badan yang drastis dapat menyebabkan lapisan lemak
di bawah kulit berkurang.

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2008) meliputi :


a. Sel
1. Jumlah sel menurun/lebih sedikit

2. Ukuran sel lebih besar

3. Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang


4. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun

5. Jumlah sel otak menurun

6. Mekanisme perbaikan sel terganggu

7. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10% 8) Lekukan otak akan


menjadi lebih dangkal dan melebar
b. Sistem Persyarafan
1. Menurun hubungan persarafan
2. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinnya
3. Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khusunya terhadap stress

4. Saraf panca indera mengecil

5. Penglihatan, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa


mengecil

6. Kurang sensitif terhadap sentuhan

7. Defisit memori

c. Sistem Pendengaran

1. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis

2. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau


rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
3. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar)
d. Sistem Penglihatan
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang

2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas


menyebabkan gangguan penglihatan
e. Sistem Kardiovaskular

1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

2. Elastisitas dinding aorta menurun

3. Curah jantung menurun

4. Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer


meningkat sistole normal ± 170 mmHg, diastole ± 90 mmHg

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu


thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain:
Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi,
fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi
vulva, selaput lender mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai
penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH,FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya:estrogen, progesterone, dan
testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat
penurunan cairan danvaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk
sel epidermis.
l. System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah
kram dan tremor.
m. Perubahan psikososial
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple
pathology ), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada
orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik
yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhankebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau
harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan
baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan
jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru
selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena
pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang,
penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada
lansia.
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
d. Pasangan hidup telah meninggal.
e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
n. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua,namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti
yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang
merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh
terhadapnpensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya
dampak bagi masing-masing individu baik positif maupun negatif. Dampak
positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pension lebih berdampak
positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan
kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu
untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah
bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan
yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan
memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan
arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka
usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
o. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan
pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia
yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan
penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya
keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan
hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi
hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.
5. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Nugroho (2008) meliputi :


a. Depresi mental
b. Gangguan pendengaran

c. Bronkitis kronis

d. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan

e. Gangguan pada koksa/sendi panggul


f. Anemia

g. Demensia

h. Gangguan penglihatan

i. Ansietas/kecemasan

j. Dekompensasi kordis

k.Diabetes mellitus, osteo malasia, dan hipotiroidisme

l. Gangguan defekasi

Anda mungkin juga menyukai