Disusun oleh :
Novia Citra Haryono
14401.18.19018
I. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda
pada laki laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai
kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai
hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml. Anemia merupakan kondisi kadar
hemoglobin dalam darah ibu hamil tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen
yang dibutuhkan oleh tubuh. Standar untuk menetapkan anemia berbeda-beda
antar kelompok, pada wanita usia subur Hb <12,0 g/dl dikatakan anemia,
sedangkan pada ibu hamil dikatakan anemia apabila Hb <11,0 g/Dl. Anemia
kehamilann merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan
mengencerkan darah (hemodilusi) yang dapat tercermin sebagai anemia. Anemia
dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini
disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan absorbsi,
gangguan penggunaan atau perdarahan (Rizka Angrainy, 2017)
Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh asupan makanan sumber zat
besi yang tidak adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis ibu
seperti keluhan mual dan muntah pada trimester I serta interaksi zat gizi dari
makanan yang di konsumsi ibu yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan
zat besi seperti teh dan kopi. Anemia adalah kekurangan sel darah merah yang
dapat disebabkan oleh kehilangan darah yang terlalu cepat atau karena terlalu
lambatnya produksi sel darah merah .Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel
darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah
merah, atau keduanya . Anemia secara fungsional dapat didefinisikan sebagai
penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity) (Putri & Bunga, 2015).
II. Etiologi
Anemia mikrositik hipokrom
1. Anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Disebabkan karena :
a. Diet yang tidakmencukupi
b. Absorbsi yangmenurun
c. Kebutuhan yang meningkat padakehamilan/lantasi
d. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, dan donor darah
e. Hemoglobinuaria
Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis paru.
2. Anemia penyakit kronik
Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat minggu
terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan
mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi
sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari
diet oleh mukosa usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi
ibu.Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari 10%,
dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil.
Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat
menimbulkan konsekuensi anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa
pengaruh buruk pada ibu maupun janin, hal ini dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi kehamilan dan persalinan.
VI. Pathway
Hb
Anemia mengalosbrastik
Kelemahan glositis
Mal nutrisi
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
VII. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostic untuk diagnose anemia antara lain :
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan hematokritmenurun
2. Jumlah eritrosit : Menurun (A /aplastik), menurun berat MCV (mean
corpuskuler volum) dan MCH (mean corpuskuler hemoglobin) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB/ defisiensi besi), peningkatan
(AP) pansitopenia(aplastik).
3. Jumlah retikulosit : Bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon
sumsum tulang terkadang kehilangan darah(hemolisis).
4. Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasi tipe khususanemia).
5. LED : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakitmalignasi.
6. Masa hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu,SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek,
7. Jumlah trombosit : Menurun (aplastik), meningkat (DB) normal atau tinggi
(hemolitik).
8. Hemoglobin elektroforesis : Mengidentifikasi tipe struktur Hb.
9. Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : Meningkat (APHemolitik).
10. Folat serum dan vitamin B12 : Membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan diferensimasukan/absorbs.
11. Besi serum : tak ada (DB), tinggi (hemolitik).
12. TIBC serum : meningkat (DB).
13. Feritin serum : menurun (DB).
14. Masa pendarahan : memanjang (aplastik).
15. LDH serum : mungkin meningkat (AP).
16. Tes schilling : Penurunan ekskresi vitamin B12 urine(AP).
17. Gualak : Mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut/kronis(DB).
18. Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas(AP).
19. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe
anemia,misalnya : peningkatan megaloblas (AP) lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (Aplastik).
VIII. Penatalaksaan
Anemia mikrostik hipokrom.
1. Anemia Defisiensi Besi
Mengatasi penyebab pendarahan kronik misalnya pada ankilostomiasis
diberikan antelmintik yang sesuai. Pemberian preparat Fe :
a. Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat
dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap pada pasien
yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan.
b. Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat
intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan
sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral
dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB). Untuk tiap gram % penurun
kadarHb dibawah normal.
c. Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara intra muskular
mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total
sesuai perhitungan dapat pula diberikan intravena, mulamula 0,5 ml
sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit menimbulkan reaksi
boleh diberikan 250-500 mg.
d. Anemia penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya.Padaanemia yang
mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah merah seperlunya.
Pengobatan dengan suplementasi besi tidak di indikasikan kecuali untuk
mengatasi anemia pada artritis rheumatoid. Pemberian kobalt dan
eritropoetin dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
e. Anemia Makrositik
1. Defisiensi Vitamin B12/Pernisiosa
Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari 1 x/bulan.
2. Defisiensi asamfolat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula
dengan pemberian/suplementasi asam folat oral 1mg/hari
f. Anemia karenaPerdarahan
1. PerdarahanAkut
a. Mengatasi perdarahan
b. Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian cairan
perinfus
2. Perdarahan kronik
a. Mengobati sebab perdarahan
b. Pemberian preparatFe
g. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya.
Bila karena reaksi toksik imunologik yang dapat diberikan adalah
kortikosteroid (prednison, prednisolon), kalau perlu dilakukan
splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan obat-obat
glostatik, seperti klorobusil dansiklophosfamit.
h. Anemia plastic
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan
etiologi darianemianya.
Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan seperti :
1. Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila
diperlukan trombosit, berikan darah segar/plateletconcencrate.
2. Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik, dan higiene yang
baik perlu untuk mencegah timbulnyainfeksi.
3. Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan
akibat trombositopeniaberat.
4. Androgen, seperti pluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon
dan nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi,
retensi air dan garam, perubahan hati danamenore.
5. Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin
dkk menyarankan penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun
yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada
pasien yang telah mendapat transfuse berulang.
6. Transplantasi sumsum tulang.
IX. Masalah Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Kesiapan peningkatan nutrisi
X. Askep secara Teori
1. Pengkajian.
a. Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
1) Nama
2) Umur
3) Pada anemia,Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan
oleh kebutuhan zat besi wanita yang lebih banyak dari pria terutama
pada saat hamil.
4) Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang
terkena anemia dengan cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-
benar tidak fit.
5) Hubungan klien dengan penanggung jawab
6) Agama
7) Suku bangsa
8) Status perkawinan
9) Alamat
10) Golongan darah
b. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai,
pandangan berkunang-kunang.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia.
Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan
terjadinya anemia tulang.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang
cenderung diturunkan secara genetik
4. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat .
5. Riwayat Bio-psiko-spiritual.
Pengakjian pasien dengan anemia meliputi :
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik
pada sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.Ataksia,
tubuh tidak tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,
dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh
uban secara premature (AP).
c) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
d) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi.Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi
abdomen.
e) Makanan/cairan.
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring).Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam
folat dan vitamin B12) Membrane mukosa kering, pucat. Turgor
kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB)
f) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki
goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik,AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB).
h) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda :
serviks dan dinding vagina pucat.
c. Pemeriksaaan fisik
1) Gambaran UmumPerlu menyebutkan:
a. Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
b. BB sebelum sakit
c. BB saat ini
d. BB ideal
e. Status gizi
f. Status Hidrasi
g. Tanda-tanda vital:
a) Tekanan Darah
b) Nadi
c) Suhu
d) RR
2) Pemeriksaan head toe toe
a. KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak
ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
b. Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
c. MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
d. MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan)
e. TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi atau nyeri tekan.
f. Hidung tak ada pernafasan cuping hidung.
g. Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
h. ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
i. Paru
1. Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
2. Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
lainnya.
3. Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
j. Jantung
1. Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.
2. Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
3. Auskultasi; Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada murmur.
k. Abdomen
1. Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2. Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
3. Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi; Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
l. Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran
lymphe, tak ada kesulitan BAB.
m. Pemeriksaan Diagnostik
1) Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di
lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika
tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
2) Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di
bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada
biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia.
3) Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12
folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar
daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
4) Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat
darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh
dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia.
5) Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar
distribusi sel darah merah (RDW).
6) Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika
produksi RBC tingkat normal.
7) Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu
mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini.
8) Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu
banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker
darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke
arah besi kekurangan anemia.
2. Diagnosa Keperawatan.
a) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ( D.0056 ).
b) Kesiapan peningkatan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang,
anoreksia ( D.0026 .).
3. Perencanaan Intervensi
A. Intoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan kebutuhan oksigen.
Observasi:
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Ani seri, luh. (2014). Anemia Defisiensi Besi Masa Kehamilan Dan Hamil. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran Ekg.
Manuaba,I.B.G.(2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:
EGC.
Sinsin,iis.(2008). Masa Kehamilan Dan Persalinan.Jakarta: PT Elex Medika.
Aritonang.(2010). Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor: IPB Pres
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI