Anda di halaman 1dari 16

Definisi penuaan

Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan suatu jaringan secara
perlahan untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur serta fungsi secara normal
atau fisiologis.selajutnya Penuaan merupakan suatu proses degeneratif yang melibatkan semua
organ, salah satunya melibatkan kulit. Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya
kemampuan suatu jaringan secara perlahan untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur
serta fungsi secara normal atau fisiologis.

. Penuaan adalah proses kompleks yang bervariasi tentang bagaimana hal itu mempengaruhi
orang yang berbeda dan bahkan organ yang berbeda. Kebanyakan ahli gerontologi (orang yang
mempelajari penuaan) merasa bahwa penuaan disebabkan oleh interaksi banyak pengaruh
seumur hidup. Pengaruhpengaruh ini termasuk faktor keturunan, lingkungan, budaya, diet,
olahraga dan rekreasi, penyakit masa lalu, dan banyak faktor lainnya (Bccampus, 2018).

Efek penuaan ke muskuloskeletal

Pada sistem muskuloskeletal, penuaan dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang bervariasi.
Lansia banyak mengalami problem muskuloskeletal berupa penurunan fleksibilitas otot,
penurunan kekuatan otot, stabilitas postural yang buruk, perubahan pola jalan, dan
adanya nyeri musculoskeletal.

Sejumlah gejala penuaan yang khas dialami oleh mayoritas atau oleh sebagian besar manusia
selama masa hidup mereka, antara lain:

- Seseorang kehilangan kemampuan untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi di atas 20 kHz
(Valliente, 2014).

- Pada pertengahan 20-an, penurunan kognitif dimulai (Desjardins dkk, 2012; Finkel dkk, 2013).

- Keriput berkembang terutama karena photoageing, terutama yang mempengaruhi area yang
terkena sinar matahari (wajah) (Thurstan dkk, 2012).

- Setelah memuncak pada pertengahan 20-an, kesuburan wanita menurun.

- Setelah usia 30 massa tubuh manusia menurun hingga 70 tahun dan kemudian menunjukkan
redaman osilasi (Gerasimov, 2004).

- Orang yang berusia di atas 35 tahun berisiko mengalami presbyopia dan kebanyakan orang
mendapat manfaat dari kacamata baca pada usia 45–50 tahun. Penyebabnya adalah pengerasan
lensa dengan menurunkan tingkat α-crystallin, suatu proses yang mungkin dipercepat oleh suhu
yang lebih tinggi (Pathai,dkk, 2013).

- Sekitar usia 50, rambut menjadi abu-abu (Phandi, 2013). Pola kerontokan rambut pada usia 50
tahun mempengaruhi sekitar 30% -50% laki-laki dan seperempat perempuan.

- Menopause biasanya terjadi antara 49 dan 52 tahun (Takahashi, 2015). - Pada kelompok usia
60–64, insiden osteoartritis meningkat menjadi 53%. Hanya 20% yang melaporkan
melumpuhkan osteoarthritis pada usia ini (Elaine, 2014).

- Hampir setengah dari orang yang lebih tua dari 75 memiliki gangguan pendengaran
(presbycusis) menghambat komunikasi lisan.

- Pada usia 80, lebih seseorang berisiko menderita katarak atau pernah menjalani operasi katarak.
- Frailty, didefinisikan sebagai hilangnya massa otot dan mobilitas, mempengaruhi 25% dari
mereka yang berusia di atas 85 tahun (Fried, 2001).

- Aterosklerosis diklasifikasikan sebagai penyakit penuaan. Ini menyebabkan penyakit


kardiovaskular (misalnya stroke dan serangan jantung) yang secara global merupakan penyebab
kematian paling umum (Wang, 2012). Demensia menjadi lebih umum seiring berkembangnya
usia lanjut (Larson, 2013). Sekitar 3% orang berusia antara 65 dan 74, 19% antara 75 dan 84, dan
hampir setengah dari mereka yang berusia lebih dari 85 tahun menderita demensia (Umphred,
2012). Spektrum berkisar dari gangguan kognitif ringan hingga penyakit neurodegeneratif
Alzheimer, penyakit serebrovaskular, penyakit Parkinson dan penyakit Lou Gehrig. Selain itu,
banyak jenis memori menurun seiring proses penuaan, tetapi tidak dengan memori semantik atau
pengetahuan umum seperti definisi kosakata, yang biasanya meningkat atau tetap stabil sampai
dewasa akhir (Schaie, 2005). Kecerdasan menurun dengan bertambahnya usia lanjut, meskipun
angka bervariasi tergantung pada jenisnya dan mungkin pada kenyataannya tetap stabil
sepanjang sebagian besar masa hidup.

Teori proses penuaan


Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan. Tetapi, pada
dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu wear and tear theory dan
programmed theory (Goldmann dan Klatz, 2003)

a. Wear and Tear Theory


Teori wear and tear pada prinsipnya menyatakan tubuh menjadi lemah lalu meninggal sebagai
akibat dari penggunaan dan kerusakan yang terakumulasi. Teori ini telah lama diperkenalkan
oleh Dr. August Weismann, seorang ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882. Menurut teori ini,
tubuh dan sel yang terdapat pada makhluk hidup menjadi rusak karena terlalu sering digunakan
dan disalahgunakan. Kerusakan tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi ke tingkatan sel
(Pangkahila, 2011). Teori ini menyatakan bahwa walaupun seseorang tidak pernah merokok,
minum alkohol, dan hanya mengkonsumsi makanan alami, dengan menggunakan organ tubuh
secara biasa saja, pada akhirnya akan berujung pada terjadinya suatu kerusakan. Penyalahgunaan
organ tubuh akan membuat kerusakan terjadi lebih cepat. Karena itu, tubuh akan menjadi tua,
dimana sel juga merasakan pengaruhnya, terlepas dari seberapa sehat gaya hidupnya. Sistem
pemeliharaan pola hidup yang baik pada masa muda dinilai dapat berpengaruh terhadap
perbaikan tubuh sebagai kompensasi terhadap pengaruh penggunaan dan kerusakan normal
berlebihan (Pangkahila, 2011). Dengan menjadi tua, tubuh berangsur kehilangan kemampuan
dalam memperbaiki kerusakan karena penyebab apa pun. Banyak orang tua meninggal karena
penyakit yang pada masa mudanya dapat ditolak. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen
yang tepat dan pengobatan yang tidak terlambat dapat membantu mengembalikan proses
penuaan dengan mekanismenya adalah merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2011).

Teori wear and tear meliputi:

a. Teori Kerusakan DNA Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri (DNA
repair). Proses penuaan sejatinya memiliki arti sebagai proses penyembuhan yang tidak
sempurna dan sebagai akibat penimbunan kerusakan molekul yang terus menerus. Kerusakan
DNA yang terakumulasi dalam waktu lama, dapat mencapai suatu keadaan dimana basis molekul
sudah mengalami kerusakan yang berat. Kerusakan molekuler dapat disebabkan oleh faktor yang
berasal dari luar, seperti radiasi, polutan, asap rokok dan mutagen kimia (Pangkahila, 2011).

b. Teori Penuaan Radikal Bebas Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme dapat mengalami
penuaan dikarenakan adanya akumulasi kerusakan oleh radikal bebas di dalam sel dalam jangka
waktu tertentu. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai susunan elektron
tidak berpasangan sehingga bersifat sangat tidak stabil. Untuk menjadi stabil, radikal bebas akan
menyerang sel-sel untuk mendapatkan elektron pasangannya dan terjadilah reaksi berantai yang
menyebabkan kerusakan jaringan yang luas. Molekul utama di dalam tubuh yang dapat dirusak
oleh radikal bebas adalah DNA, lemak, dan protein (Suryohusodo, 2000). Dengan bertambahnya
usia maka akumulasi kerusakan yang terjadi pada sel akibat radikal bebas semakin mengambil
peranan, sehingga dapat mengganggu metabolisme sel, juga merangsang terjadinya mutasi sel,
yang akhirnya bisa berakibat kanker dan kematian. Pada kulit, radikal bebas dapat merusak
kolagen dan elastin, suatu protein yang menjaga kulit agar tetap lembab, halus, fleksibel dan
elastis. Jaringan tersebut akan mengalami kerusakan akibat paparan radikal bebas, terutama pada
daerah wajah, di mana akan terbentuk lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang
lama oleh radikal bebas (Goldmann dan Klatz, 2003).

Programmed Theory Teori ini menganggap bahwa di dalam tubuh manusia terdapat suatu jam
biologik, yang dimulai dari proses konsepsi sampai ke kematian dalam suatu model terprogram.
Peristiwa ini terprogram mulai dari sel sampai embrio, janin, masa bayi, anak-anak remaja,
menjadi tua dan akhirnya meninggal.

a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel Teori ini mengatakan bahwa pada ujung chromosome strands
terdapat struktur khusus yang disebut telomer. Setiap replikasi sel telomer mengalami
pemendekan ukuran pada proses pembelahan pembelahan sel. Dan setelah sejumlah pembelahan
sel tertentu, telomer telah dipakai dan pembelahan sel terhenti. Menurut Hayflick, mekanisme
telomer tersebut menentukan rentang usia sel dan pada akhirnya juga rentang usia organisme itu
sendiri (Pangkahila, 2011).

b. Proses Imun Rusaknya sistem imun tubuh seperti mutasi yang berulang atau perubahan protein
protein paska translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh dalam
mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik dapat menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan menyebabkan sistem imun dalam tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Salah satu bukti yang
ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi pada orang lanjut usia (Pangkahila,
2011).

c. Teori Neuroendokrin Teori ini diperkenalkan Vladimir Dilman, PhD, dengan dasar peranan
berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Pada usia muda, berbagai hormon bekerja dengan baik
dalam mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh, sehingga fungsi berbagai organ tubuh sangat
optimal. Seiring dengan menuanya seseorang maka tubuh hanya mampu memproduksi hormon
lebih sedikit, sehingga kadarnya menurun dan berakibat pada gangguan berbagai fungsi tubuh.
Terapi sulih hormon dikatakan dapat membantu untuk mengembalikan fungsi hormon tubuh
sehingga dapat memperlambat proses penuaan (Goldmann dan Klatz, 2003).

1. Definisi gangguan muskuloskeletal


Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang
berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh. Ilmu yang
mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh dan Myologi. Skeletal atau
osteo adalah tulang kerangka tubuh
Musculoskeletal disorders adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang
disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus
dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon (Rizka, 2012).
Gangguan muskuloskeletal merupakan penyakit autoimun yang progesif
menyerang sistem organ dan sistem tubuh secara keseluruhan. Pada perempuan yang
memiliki hormon ekstrogen, hormon tersebut akan merangsang autoimun sehingga
menimbulkan gangguan muskuloskeletal. Semakin tinggi kandungan estrogen semakin
tinggi pula terkena gangguan muskuloskeletal (Nugroho,2008).
Menurut National Safety Council (2002 dalam Lestari, 2014), gangguan
muskuloskletal juga bisa diartikan sebagai gangguan fungsi normal dari otot, tendon,
saraf, pembuluh darah, tulang dan ligament akibat berubahnya struktur dan berubahnya
sistem muskuloskeletal.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan gangguan muskuloskeletal
(musculoskeletal disorder/MSD) merupakan gangguan pada otot, tendon, sendi, ruas
tulang belakang, saraf perifer, dan sistem vaskuler yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan
akut maupun secara perlahan dan kronis.
Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan dari beberapa sumber, dapat
disimpulkan bahwa musculoskeletal disorders (MSDs) adalah sekumpulan gangguan
yang melibatkan struktur atau organ seperti tulang, otot, tendon, saraf, serta persendian
yang menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman sebagai konsekuensi dari aktivitas dan
beban yang terjadi dalam waktu yang panjang (persisten) dan berulang.

2. Klasifikasi gangguan muskuloskeletal


a. Klasifikasi berdasarkan keluhan
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004)
yaitu:
1) Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan
2) Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap,
walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
terus berlanjut

Jenis-jenis keluhan muskuloskeletal meliputi :

1) Sakit leher
Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,
peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher.
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung
yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri
punggung juga dapat disebabkan oleh tegangang otot dan postur yang buruk saat
bekerja.
3) Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan
dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan
ini disebabkan oleh aktvitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus
medianus.
4) Thoracic Outlet Syndrome
Thoracic Outlet Syndrome adalah keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan,
dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah
tersebut. Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher
tertekan. Thoracic outlet syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan
lengan di atas atau maju kedepan.
5) Tennis Elbow
Tennis Elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendo yang
berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.
Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon
ekstensor.
Sebenarnya, gangguan muskuloskeletal yang satu ini hampir sama dengan
cedera tendon, tapi tennis elbow biasanya terjadi di sendi di area siku saat Anda
terlalu banyak menggunakannya akibat gerakan berulang yang dilakukan
berkali-kali dari pergelangan tangan atau lengan.
6) Low Back Pain
Low Back Pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan
L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan
maka akan terjadi penekanan pada discus. (Managkot dkk, 2016).

b. Klasifikasi gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang


1) Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang muncul saat terjadi pengeroposan pada
tulang-tulang di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan tulang menjadi lemah dan
mudah patah. Bahkan, pada kasus yang cukup patah, tulang bisa patah hanya
karena bersin atau benturan kecil. Meski osteoporosis tidak disebabkan oleh
pertambahan usia, kondisi ini lebih rentan dialami oleh wanita di usia lanjut.
Namun, bukan berarti kondisi ini tidak mungkin dialami oleh oleh pria ataupun
anak muda.
2) Osteopenia
Osteopenia adalah gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang ditandai
dengan berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini menyebabkan tulang menjadi
lebih rapuh. Kondisi ini terjadi saat kebutuhan tulang akan kalsium tidak
terpenuhi. Jika Anda mengalami osteopenia, risiko untuk mengalami
pengeroposan tulang menjadi lebih tinggi.
3) Osteomalasia
Osteomalasia merupakan gangguan muskuloskeletal yang terjadi saat tulang
menjadi lebih lentur dan tidak bisa mengeras, sehingga sering bengkok dan
rentan patah. Kondisi ini biasanya terjadi karena tubuh kekurangan vitamin D.
Jika kondisi ini dialami pada masa pertumbuhan, osteomalasia bisa
menyebabkan postur tubuh menjadi membungkuk atau tulang menjadi bengkok
saat dewasa. Selain itu, osteomalasia juga dapat menyebabkan orang lanjut usia
rentan mengalami patah tulang
4) Osteopetrosis
Masalah muskuloskeletal yang satu ini ditandai dengan bertambahnya
kepadatan tulang yang terjadi akibat adanya masalah reabsorbsi tulang oleh sel-
sel di dalam tubuh yang dikenal dengan osteoklas. Kondisi ini menyebabkan
tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada kondisi tertentu, osteopetrosis
terjadi bersamaan dengan kelainan pada kerangka tulang.
5) Osteogenesis imperfecta
Gangguan muskuloskeletal yang satu ini terjadi secara turun-temurun dan
muncul sejak lahir. Jika seorang anak lahir dengan osteogenesis imperfecta (OI)
mungkin memiliki tulang yang mudah patah, atau tulang yang tidak terbentuk
dengan sempurna, dan berbagai macam penyakit tulang lainnya.
6) Osteomyelitis
Osteomyelitis adalah infeksi yang menyerang tulang melalui aliran darah atau
penyebaran dari jaringan yang berada dekat dengan tulang. Namun, infeksi ini
juga bisa berasal dari tulang itu sendiri akibat terkontaminasi oleh bakteri saat
mengalami cedera
7) Patah tulang
Patah tulang bisa dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya. Pada tingkatan
yang masih tergolong ringan, tulang mungkin hanya akan mengalami keretakan
saja. Namun, pada tingkatan yang cukup parah, tulang mungkin patah hingga
terbagi dua atau lebih. Patah tulang bisa terjadi bersamaan dengan masalah
kesehatan sistem gerak lainnya, seperti keseleo atau tulang dan sendi yang
bergeser.
8) Kelainan tulang belakang
Kelainan pada tulang belakang juga termasuk ke dalam gangguan
muskuloskeletal. Ciri-ciri dari kelainan tulang belakang ini adalah terjadi
masalah pada kelengkungan atau posisinya.

Macam-macam kelainan tulang belakang termasuk:

a) Kifosis (tulang belakang melengkung ke depan)


b) Lordosis (tulang belakang melengkung ke belakang),
c) Skoliosis (tulang belakang melengkung ke samping membentuk huruf S).
Ada pula masalah tulang belakang lainnya, seperti:
a) Spondylolithesis, yaitu kondisi yang terjadi saat terjadi pergeseran tulang
belakang ke bawah. Hal ini menyebabkan tulang yang bergeser menekan
saraf di bawahnya dan menyebabkan rasa sakit atau nyeri.
b) Spondylosis, adalah masalah degenerasi tulang belakang. Penyakit tulang
belakang ini terbagi atas tiga jenis, yaitu:
 Spondylosis lumbalis (degenerasi yang menyerang cakram tulang
belakang bagian bawah),
 Spondylosis cervicalis (degenerasi yang menyerang cakram tulang
belakang di area leher),
 Spondylosis toraks (degenerasi yang menyerang sendi pada tulang
belakang di area dada).
9) Penyakit paget tulang
Penyakit paget tulang akan mengganggu proses daur ulang jaringan tulang yang
baru saat mengganti jaringan tulang yang lama. Seiring berjalannya waktu,
penyakit ini dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh. Biasanya, penyakit
paget tulang menyerang area panggul, tengkorak, tulang belakang, dan tulang
kaki.
10) Achondroplasia
Achondroplasia merupakan masalah muskuloskeletal yang menghambat
pertumbuhan tulang rawan menjadi tulang seutuhnya. Masalah yang menyerang
tulang ini bisa menyebabkan komplikasi seperti gangguan pernapasan, obesitas,
hingga infeksi telinga. Kondisi ini ditandai dengan tubuh kerdil atau dwarfism,
pergerakan siku yang terbatas, ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran
normal, dan ukuran jari yang lebih kecil dari ukuran normal.

c. Klasifikasi gangguan muskuloskeletal yang menyerang sendi


1) Arthritis
Arthritis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit
ini terbagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya osteoarthritis, rheumatoid
arthritis, gout atau asam urat, psoriasis arthritis, dan ankylosing spondylosis.
2) Bursitis
Bursitis merupakan gangguan muskuloskeletal yang mengganggu persendian,
tepatnya bursae, yaitu bagian dari sendi berupa kantung yang menyimpan cairan
pelumas. Menurut National Health Service, kondisi ini bisa menyebabkan rasa
sakit atau nyeri pada persendian.
3) Tendinitis
Tendinitis adalah masalah persendian yang menyerang tendon, yaitu
penghubung antara tulang dengan otot. Saat mengalaminya, tendon akan
mengalami pembengkakan yang cukup parah. Biasanya, kondisi ini terjadi
setelah Anda mengalami cedera yang sama berulang kali di area seperti
pergelangan tangan atau kaki. Salah satu gejala dari masalah sendi ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan ngilu di area persendian.
4) Cedera tendon
Cedera tendon biasanya terjadi karena tendon yang mengalami kerusakan akibat
terlalu sering digunakan atau bagian dari proses penuaan. Biasanya, orang yang
melakukan suatu gerakan yang sama berulang kali berpotensi mengalaminya.

d. Klasifikasi gangguan muskuloskeletal yang menyerang otot


1) Myalgia atau nyeri otot
Myalgia atau nyeri otot merupakan suatu kondisi yang terjadi saat otot terlalu
sering digunakan untuk melakukan gerakan berulang. Biasanya, kondisi ini
dialami setelah Anda melakukan pekerjaan berat yang mengharuskan untuk
melakukan gerakan yang sama berulang kali, atau olahraga intens dengan gerakan
yang sama.
2) Fibromyalgia
Hampir mirip dengan myalgia, fibromyalgia adalah nyeri otot yang muncul di
sekujur tubuh di waktu yang bersamaan. Biasanya, kondisi ini juga disertai
dengan rasa lelah berlebihan, gangguan tidur, atau suasan hati yang kacau.
3) Distrofi otot
Distrofi otos adalah sekumpulan penyakit otot yang menyebabkan kelemahan otot
secara perlahan. Kondisi ini disebabkan gen abnormal yang mengganggu
produksi protein yang dibutuhkan oleh otot yang sehat.
4) Cedera otot
Cedera otot atau dikenal sebagai keseleo juga merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang mengganggu sistem otot manusia. Keseleo bisa dibedakan
berdasarkan lokasinya. Sebagai contoh, jika cedera menyerang tendon, disebut
muscle strain. Sedangkan keseleo yang menyerang ligamen disebut muscle
sprain.
5) Atrofi otot
Penyakit pada otot ini ditandai dengan kelemahan otot yang membuatnya tidak
bisa digunakan. Atrofi otot bisa disebabkan karena otot terlalu sering tidak
digunakan, seperti pada penderita stroke. Lalu, malnutrisi, penggunaan obat-
obatan, hingga penyakit tertentu juga bisa menjadi penyebabnya.
6) Kram dan kejang otot
Kram dan kejang otot merupakan masalah kesehatan otot yang hampir mirip.
Kram otot dan kejang otot merupakan kondisi yang terjadi saat otot mengalami
kontraksi secara tiba-tiba dan di luar kendali. Kondisi ini bisa saja muncul saat
sedang tidur di malam hari.

C. Etiologi
Menurut Apley & Solomon (1995: 239), etiologi yang menyebabkan fraktur adalah
sebagai berikut:
1. Traumatik Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pukulan, penghancuran, penekukan, penarikan. Bila
terkena kekuatan langsung tulang patah pada tempat yang terkena dan jaringan
lunakpun juga rusak.
2. Kelelahan atau tekanan berulang-ulang Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya
pada logam dan benda lain, akibat tekanan yang berulang-ulang. Keadaan ini paling
banyak ditemukan pada tibia fibula, terutama pada atlit, penari
3. Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis) Fraktur dapat terjadi pada tekanan
yang normal jika tulang itu lemah atau tulang itu sangat rapuh.

 Risnanto & Uswatun Insani. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah:
sistem muskuloskeletal (Ed.1) Yogyakarta: Deepublish.
 Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
 Rizka, U. 2016. Hubungan Antara Obesitas Terhadap Terjadinya Low Back Pain (LBP)
Pada Wanita. Keperawatan FMIPA Universitas Riau.
 Rizka. 2012. Pengaruh Stretching Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Perawat Di
RSUD Bhakti Dharma Husada. Surabaya
 Penatalaksanaan Farma da nonfarma
 Pemeriksaan penunjang

Anda mungkin juga menyukai