OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dwi Yuliani
Faisal Akbar
Merky
Mivtahul Janna
Sudarman
Uni Wahyuni
Anging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan
fungsi secara normal, ketahanan terhadaap cedera, termasuk adanya infeksi.
Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai
menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat
berbeda, baik dalam hak pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncak pada usia 2030 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam
kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun desikit demi sedikit sesuai
dengan bertambahnya usia. (Mubarak, dkk, 2012)
2. Perubahan-perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan
Akibat perkembangan usia, pada lansia kan mengalami perubahanperubahan yang menuntut dirinya menyesuaikan diri secara terus menerus.
Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil, maka
muncullah berbagai masalah. Masalah-masalah yang menyertai lansia
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Ketidak berdayaan fisik yang menyebabkan ketrgantungan pada orang lain.
b. Ketidakpastian ekonomi, sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya.
c. Mencari teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah.
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak.
e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. (Mubarak,
dkk, 2012)
3. Pembagian lansia (Mubarak, dkk, 2012)
a. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut.
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.
3) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65) sebagai senium.
b. Mneurut organisasi kesehatan dunia (WHO) usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut ini.
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
c. Menurut pasal I Undang-Undang No. 4 tahun 1965:
Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang
bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-sehari,
dan menerima nafkah dari orang lain.
4. Proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh
setiap individu. Pertambahan usia akn menimbulkan perubahan-perubahan pada
struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan system yang ada
pada tubuh manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
h) Adanya arteriosklerosis;
i) Menopause pada wanita;
j) Adanya demensia senilis;
k) Kulit tidak elastis lagi;
l) Rambut memutih. (Mubarak, 2012)
5. Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia
a. Penyakit yang sering multiple, sering berhubungan satu sama lain.
b. Penyakit bersifat degenerative, sering menimbulkan kecacatan.
c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan.
d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan.
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic.
g. Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang, Bandung,
Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut.
1) Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan(76,24%); daya
ingat (69,39%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23%); gigi dan
mulut (51,12%)
2) Masalah kesehatan yangs sering muncul: sakit tulang atau sendi
(69,39%); sakit kepala (51,15%); daya ingat menurun (38,51%); selera
makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%), sulit tidur
(24,88%); dan sesak napas (21,28%).
3) Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20.66%); gastritis
(11,34%); dan penyakit jantung (6,45%). (Mubarak, dkk, 2012)
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah sebagai
berikut.
a. Perubahan Kondisi Fisik
Mubarak, dkk (2012) menyatakan perubahan kondisi fisik pada lansia
meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ sistem tubuh, di
antaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, urogenital,
endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan
pada lansia di antaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental
akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak napas pada saat melakukan
aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah , nyeri pinggang atau
punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan
menurun, gangguan fungsi penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan
kencing.
Beberapa perubahan fungsi sistem organ yang terjadi akibat proses penuaan.
1. Keseluruhan
Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean body,
mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
2. Sistem Integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering, dan kurang
elastic karena menurunnya cairan, hilangnya jaringan adipose, kulit
pucat, dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal serta
rapuh, pada wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah meningkat,
rambut menipis atau botak, warna rambut kelabu, serta kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah
menurun.
3. Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolism yang menurun,
keterbatasan refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.
4. Sistem muscular
pembuluh
darah,
tekanan
darah
meningkat
akibat
kehilangan
kekuatan
dan
menjadi
kaku,
peristaltik
melemah,
sehingga
dapat
mengakibatkan
kemampuan membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth
perception).
11. Sistem Pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran, membrane timpani menjadi
atrofi menyebabkan otosklerosis, penumpukan serumen, sehingga
mengeras dan meningkatnya keratin, perubahan degeneratif oksikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangya persepsi nada
tinggi, berkurangnya pitch diserimination.
12. Sistem Persarafan
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikal,
rekasi
menjadi
lambat,
kurang
sensitive
terhadap
sentuhan,
estrogen,
dan
aldosteron)
bertambahnya
insulin,
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Menurut prof.dr.Sidarta Ilyas,DSM
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya
jernih dan bersih menjadi keruh.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa
mata berselaput dan rabun.
Menurut Daniel G.Vaughan,dkk
Faktor keturunan
Gangguan pertumbuhan
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama
C. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif
(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak
telah matang pupil akan tampak benar benar putih,sehingga reflek cahaya pada mata
menjadi negative (-).
Bila katarak dibiarkan mata akan mengganggu penglihatan dan akan dapat
menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
D. MACAM KATARAK
Katarak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. KATARAK KONGENITAL
Katarak congenital adalah kekeruhan lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa
2. Stadium immature
kekeruhan belum mengenai seluruh lap lensa
terjadi hidrasi kortek yang menyebabkan lensa konveks sehingga
indeks refraksi berubah & mata menjadi myopia(intumesensi)
konveksnya lensa mendorong iris kedepan,menyebabkan sudut bilik
mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glukoma
3. Stadium matur
terjadi pengeluaran air shg lensa berukuran normal kembali
lensa telah keruh seluruhnya shg semua sinar yang masuk pupil
dipantulkan kembali
dipupil tampak lensa seperti mutiara
4. Stadium dismatur
korteks lensa yang seperti bubur mencair shg nucleus lensa turun
karena daya beratnya
2. KATARAK KOMPLIKATA
Katarak jenis ini terjadi sekunder/komplikasi dari penyakit lain seperti:
gangguan okuler :retinitis pigmentosa, glukoma, ablasio retina, uveitis,
myopia maligna
Penny.sistemik:DM, hipoparatiroid, sindrom down mongoloid,
dermatitis atopik
Trauma : trauma tumpul, pukulan, benda asing didalam mata, sinar x,
radioaktif, toksik kimia
Merokok dan minnuman keras meningkatkan risiko berkembbangnya
katarak
E. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil. Dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil shg berkas cahaya pararel
akan terfokus keretina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic
kemudian memmpengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya.kerja sama fisiologik antara korpus sillaris,zonula,dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat keretina dissebut sebagai akomodasi,seiring dengan
pertambahan
usia,kemampuan
dalam
refraksi
lensa
perlahan
lahan
akan
Lensa mata yang normal maka akan transparan dan mengandung banyak
air,sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah.tapi setelah mengalami
gangguan maka lensa
akan mengalami kekeruhan,distorsi,dislokasi,dan
anomaligeometri.pada orang yang mengalami lensa katarak memiliki cirri berupa
edema lensa,perubahan protein,peningkatan proliferrasi,dan kerusakan kontinuitas
normal serat serat lensa. Secara umum edema lensa berfariasi sesuai stadium
perkembangan katarak.
Katarak immature (insipien)hanya sedikit opak.
Katarak mature yang keruh total mengalami sedikit edema. Apabila kandungan
air maksimum dan kapsul lensa terekam katarak disebut mengalami intumesensi
(membengkak ).
Katarak hipermmature,air telah keluar dari lensa dan meninggalkan lensa yang
sangat keruh,relative mengalami dehidrasi dengan kapsul berkeriput.
Secara kimiawi pembentukan katarak dapat disebabkan oleh penurunan
penyerapan oksigen dan mula mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh
dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat,kandungan kalium, asam
askorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak juga tidak
ditemukan glutation.
Peningkatan kandungan air akan mematahkan serabut lensa yang tegang &
menggangu transmisi sinar.
Protein yang berkurang dapat merusak dan menggumpal sehingga
membentuk endapan yang menghalangi masuknya cahaya ke retina mata.
F PENATALAKSANAAN
1. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan
jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan
katarak.Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata
atau katarak total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa
intraokuler).pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang
keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang
dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap
keluar.
2. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat
diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif
dalam obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan
penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas
proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi
polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang
menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap diicuci shg lepas dari lensa
dan keluar dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.
SARAN :
Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi
buah-buahan yang banyak mengandung vit.C,vit.A,dan vit E
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Retinometri
Tes yang dilakukan untuk mengetaahui apakah penglihatan yang turun itu
disebabkan katarak atau tidak.
Keratometri
Pemeeriksaan lampu slit
Oftalmoskopis
Yaitu dengan melihat refleks merah didalam manik mata atau pupil. Apabila
tidak ada katarak maka akan terlihat reflek merah padda pupil yang merupakan reflek
retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak atau kekeruhan padat pada
pupil maka refleks merah ini tidak akan terlihat.
A-Scan ultrasound (Echography )
Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan implantasi.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001.KMB.EGC:Jakarta
Doengoes. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC:Jakarta
Ilyas, Sidarta,dkk.2002.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:agung seto
Ilyas,Sidarta.1997.Katarak(lensa mata keruh).FKUI:Jakarta
Potter& Perry.2005.Fundamental Keperawatan.EGC:Jakarta
Vaughan,Daniel g,dkk.2000.Oftalmologi Umum.Jakarta:Widya Medika
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GERONTIK
1. Identitas Klien
Data Biografi
Nama
: Tn. H
Jenis Kelamin
: laki-laki
Pendidikan terakhir
: SI
Gol. Darah
:A
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Kawin
Penampilan
: Ny. R
Telepon
Jenis kelamin
: Perempuan
: Istri
Alamat
: Jl. Kanore
2. Riwayat Keluarga
Genogram ( buatlah 3 generasi )
72
th7
Ket :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
:
Keluhan utama
:-
Tn. H mengeluh pandangan mata kirinya kabur, bulan yang lalu Tn. H operasi
katarak mata sebelah kanannya. Pasien telah lama tidak bisa berjalan dan
pasien hanya bisa berbaring dan duduk. Keluhan yang menyertai saat di kaji
ialah batuk, istri pasien mengatakan suaminya selalu menggunakan kipas
angin di kamar.
Obat obatan :
No
1.
Nama Obat
Dosis
Keterangn
Tidak ada
:-
Influenza
:-
Lain lain
:-
Alergi
(Catat agen dan reaksi spesifik )
Obat obatan
:-
Makanan
:-
Faktor lingkungan
:-
Rematik : ya
Asma : -
Demensia : -
Jantung : -
Katarak: ya
Tn. H mengatakan pernah di diagnosa batu ginjal aleh dokter di awal tahun
2014.
Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini
: pengangguran
Alamat pekerjaan
:-
:-
Alat transportasi
:-
Pekerjaan sebelumnya:
Dahulu Tn. H sangat aktif beliau pernah menjabat sebagai salah satu
pengurus pesantren, Penasehat di Polda, dan pernah menjadi ketua salah satu
Partai politik di wilayah Sulawesi Tengah.
Berapa jarak dari rumah : tidak menentu
Alat transportasi
: sepeda motor
: permanen (12 x 8 m)
Jumlah kamar
:3
:5
perempuan
:2
Derajat privasi
Tetangga terdekat
: Tn. B
Alamat/telepon
:-
Riwayat rekreasi
Hobi/minat
: bersepeda
Keanggotaan organisasi
ketika muda Tn H sangat aktif dalam organisasi namun karena keadaan yang
tidak memungkinkan Tn. H tidak aktif lagi dalam organisasi apapun.
Liburan perajalanan
:-
System pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi
: perawat, bidan
: 10 m
Rumah sakit
: Anutapura
Jaraknya
: 1 km
Klinik
:-
Jaraknya
:-
: tidak ada
: Tidak ada
Deskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual
Hal lainnya
: Tidak ada
Status kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
Tn. H mengatakan awal tahun 2014 sempat di rawat RS dan di diagnosa
mengalami pengakit batu ginjal, tetapi Tn. H tidak menjalani operasi ia hanya
mengandalkan obat-obat alternatif. Dan bulan lalu pasien menjalani operasi
karatak mata sebelah kanan.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Tn. H mengatakan 5 tahun yang lalu dirinya sehat
Aktivitas Hidup sehari hari (ADL)
Indeks Kats: A/B/C/D/E/F/G
Oksigenasi
Tn.H tidak mengalami sesak nafas ataupun nyeri pada dada, frekuensi nafas
22x/m.
Cairan dan Elektrolit :
Tn.H mengatakan sehari mengahabiskan 1 botol aqua sedang dan secangkir
teh, menghabiskan 1000 liter
Nutrisi :
Tn.H mengatakan makan 3x dalam sehari, lauk sesuai permintaan Tn. H tetapi
Tn. H hanya menghabiskan 1-3 sendok saja, dan Tn.H tidak mampu makan
secara mandiri.
Eliminasi :
Tn. H mengatakan BAB 1x sehari, Tn. H menggunakan pampers karena ia
tidak bisa berjalan sendiri ke kamar mandi.
Aktivitas :
Tn. H mengatakan tidak aktif dalam melakukan kegiatan, Tn. H hanya dapat
berbaring di tempat tidur dan sesekali ia duduk
: Composmentis
GCS
: E4M6V5
TTV
:
TD
: 140/80 mmHg
: 84 x/m
: 36,5 oC
: 22 x/m
1. Kepala
Bentuk kepala brachicephalus, keadaan rambut kurang bersih, rambut
beruban, penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
2. Mata, telinga, dan hidung
Keadaan mata, telinga dan hidung bersih, pupil isokor, sklera tidak icterus,
konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat serumen maupun otore, tidak ada
epitaksis, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada nyeri tekan pada
palpebra, daun telinga maupun hidung.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada nyeri tekan pada leher
4. Dada dan punggung
Bentuk dada simetris, bunyi paru resonan, ada bunyi paru tambahan
ronkhi, tidak ada nyeri tekan, BJ 1 terdengar di sela iga 5-6 berbunyi lupdup karena menutupnya katup mitral dan trikuspidalis, BJ II terdengar di
sela iga 3-4 berbunyi lup-lup karena menutupnya katup aorta dan
pulmonalis, tidak ada bunyi jantung III.
5. Abdomen dan pinggang
Keadaan perut bersih, perkusi abdomen berbunyi timpani, tidak ada nyeri
tekan pada abdomen
bulan
Februari, 2015
Rumah
lupa
Siapa
presiden
sekarang?
Siapa presiden sebelumnya?
.
0
.
1
5.
1
.
1
.
1
1
28 September
1943
Indonesia Jokowi
SBY
.
1
1
9
10
.
Cinaipah
20-3=17, 173=14,
143=11, 11-3=8,
8-3=5, 5-3=2
8
Penilaian SPMSQ
Kesalahan 5 - 7 : fungsi intelektual utuh
Berdasarkan data, maka Tn. H memperoleh kesalahan 2. Maka lansia tsb
mempunyai fungsi intelektual utuh
2. Mini Mental State Examis
Nilai
Maksimal
Orientasi
5
Registrasi
3
Februari (2)
Jl.Kanore No. 4,
kelurahan Nunu,
Kecamatan
Tatanga (5)
Kacamata, kipas,
Tv (3)
Bahasa
9
Pulpen (2)
Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai 20 atau kurang dari 21
menandakan adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih
lanjut.
Berdasarkan hasil di atas Tn. S mendapatkan 21 poin yang berarti kognitif
yang dimiliki tidak mengalami kerusakan.
Skor
Uraian
Jawaba
n
A. Kesedihan
3
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak
dapat menghadapinya
2
Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak
bisa keluar dariya
1
Saya merasa sedih atau galau
0
Saya tidak merasa sedih
0
B. Pesimisme
3
Saya merasa bahwa masa depan saya sia-sia dan
sesuatu tidak dapat membaik
2
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk masa
depan
1
0
1
0
I.
3
2
1
0
J.
3
2
1
0
K.
3
2
1
0
L.
3
2
1
0
M.
3
2
1
0
0
2
Penilain :
0-4
: depresi tidak ada atau minimal
5-7
: depresi ringan
8-15
: depresi sedang
>16
: depresi berat
Berdasarkan skor yang diperoleh diatas skor Tn. H adalah 9 yang berarti
depresi sedang.
4. APGAR Keluarga
No
.
1.
APGAR keluarga
Uraian
Fungsi
Adaptasi
2.
Hubungan
Skore
(teman-teman)
pada
saya
waktu
untuk
sesuatu
menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
3.
Afeksi
baru
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
Pemecahan
terhadap
emosi-emosi
saya,
Analisa hasil :
Skor : 8-10 : fungsi sosial normal
Skor : 5-7 : fungsi sosial cukup
Skor : 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
Berdasarkan data, maka Tmemperon.S memperoleh nilai 9. Maka lansia tsb
mempunyai fungsi sosial normal.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Analisa Data
No.
1.
Data
Etiologi
Masalah
DS :
Penumpukan sekret
Bersihan jalan nafas
Obstruksi jalan nafas; tidak efektif
Tn. H mengatakan batuk (tidak ada di pengkajian)
(Data
yang
Istri pasien mengatakan suaminya selalu menggunakan secret di bronchi
menunjang
tidak
kipas angin di kamar.
terlalu spesifik )
DO :
Pasien tampak batuk berdahak
Pasien berbaring lama
Ada bunyi tambahan ronkhi di dada
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
R : 22 x/m
Pasien Nampak gelisah
Batuk Nampak tidak efektif
Kesulitan untuk berbicara
2. DS :
DO :
Mata kanan Tn. H berair
Riwayat post operasi katarak bulan lalu
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
R : 22 x/m
Peningkatan kerentanan
sekunder terhadap
interupsi pembedahan
katarak
Malnutrisi
Post prosedur invasive
Tanda infeksi
Tata laksana perawatan
in adekuat
Pesonal
hygiene
kurang
Resiko infeksi
(Data
yang
menunjang
tidak
terlalu spesifik )
Diagnosa
Keperawatan
Bersihan jalan nafas
tidak efektif behubungan
dengan
penumpukan
sekret
DS :
Tn. H mengatakan
batuk
Istri pasien
mengatakan suaminya
selalu menggunakan
kipas angin di kamar.
Tujuan
Setelah dilakukan
perawatan selama
3x pertemuan
bersihan jalan
nafas kembali
efektif, di tandai
dengan:
Tn. H batuk
berkurang atau
hilang
Keluarga mau
memeriksakan
DO :
diri ke
Pasien tampak batuk
Puskesmas
berdahak
Pasien berbaring lama
Ada bunyi tambahan
ronkhi di dada
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
PERENCANAAN
Intervensi
1. Anjurkan keluarga untuk
megurangi atau tidak
menggunakan kipas angin
terus-menerus
Rasional
1. Kipas angin dapat
merangsang batuk
3. Membantu
mengeluarkan sekret
4. Mendapat penangan
petugas kesehatan
5. Observasi TTV
5. Mengetahui kondisi
umum pasien
2.
: 22 x/m
Resiko infeksi
berhubungan dengan
Peningkatan kerentanan
sekunder terhadap
interupsi pembedahan
katarak
DS :
DO :
Mata kanan Tn. H
berair
Riwayat post operasi
katarak bulan lalu
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
R : 22 x/m
Setelah dilakukan
perawatan selam
3x pertemuan di
harapkan infeksi
tidak terjadi
Di tandai dengan:
Mata kanan
tidak berair
Tidak terjadi
infeksi
1. Anjurkan keluarga
membersihkan mata
menggunakan tisu dan
melarangnya menggunakan
tangan
1. Tangan merupakan
media penyebaran
infeksi karena banyak
mengandung bakteri
2. Mencegah masuknya
bakteri dan mengurangi
cahaya yang berlebihan
masuk di mata
4. Observasi TTV
4. Mengetahui kondisi
umum pasien
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Bersihan jalan nafas 1. Menganjurkan keluarga untuk megurangi
tidak efektif behubungan
atau tidak menggunakan kipas angin terusS:
dengan
penumpukan
menerus, dengan hasil : istri Tn.H
O:
Tn. H belum mau melakukan
miring kanan miring kiri
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
R : 22 x/m
terlihat air hangat berada di
samping Tn. H
Tn. H batuk
S:
Istri Tn. H mengatakan kadangkadang Tn. H menggunakan kaca
2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
mata hitam untuk menghindari
kaca mata dengan hasil : Istri Tn. H
sinar yang berlebihan
mengatakan kadang-kadang Tn. H
O:
menggunakan kaca mata hitam untuk
TTV:
menghindari sinar yang berlebihan
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
3. Mengajurkan keluarga untuk melaporkan
R : 22 x/m
atau memeriksakan Tn. H ketika mata
perih
A : Tujuan Tercapai
4. Mengobservasi TTV
P : pertahankan intervensi
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
R : 22 x/m
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Bersihan jalan nafas 1. Menganjurkan keluarga untuk megurangi
tidak efektif behubungan
atau tidak menggunakan kipas angin terusdengan
penumpukan
menerus, dengan hasil: Tn. H masih
sekret
menggunakan kipas angin
2. Mengajurkan keluarga untuk banyak
memberikan air hangat pada Tn. H,
dengan hasil : Tn. H selalu di berikan
minuman air hangat oleh istrinya tetapi
Tn. H masih batuk
3. Menganjurkan pasien untuk sering
Evaluasi
S:
Istrinya mengatakan kadang Tn.
H miring kanan dan kiri
istri Tn. H mengatakan belum
berobat ke puskesmas
O:
Tn. H selalu di berikan
minuman air hangat oleh
istrinya
Tn. H masih batuk
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,8 oC
R : 22 x/m
5. Mengobservasi TTV
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,8 oC
R : 22 x/m
2.
Resiko infeksi
berhubungan dengan
Peningkatan kerentanan
sekunder terhadap
interupsi pembedahan
katarak
S:
istri mengatakan kadang-kadang
suaminya menggunakan kaca
mata hitam
A : Tujuan tercapai
P : pertahankan intervensi
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Bersihan jalan nafas 1. Menganjurkan keluarga untuk megurangi
tidak efektif behubungan
atau tidak menggunakan kipas angin terusdengan
penumpukan
menerus, dengan hasil : istri Tn. H
sekret
mengatakan suaminya telah mengurangi
penggunaan kipas angin
2. Mengajurkan keluarga untuk banyak
memberikan air hangat pada Tn. H, Tn. H
Evaluasi
S :
istri Tn. H mengatakan
suaminya telah mengurangi
penggunaan kipas angin
Tn. H mengatakan kadangkadang mengubah posisi
Resiko infeksi
berhubungan dengan
Peningkatan kerentanan
sekunder terhadap
interupsi pembedahan
katarak
O:
Tn. H, Tn. H minum air hangat
TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,7 oC
R : 24 x/m
A : tujuan tercapai sebagian
P : intervensi dilanjutkan
S:
istri mengatakan kadang-kadang
suaminya menggunakan kaca
mata hitam
O:
A : Tujuan tercapai
P : pertahankan intervensi