Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROSES PENUAAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Tutorial Skenario 1 yang
diampu oleh : drg.

Kelompok 6 :

1. Mayfatul Firdausi D. (10617069)


2. Melati Wira Husnida (10617070)
3. Meysi Rezki Permata (10617071)
4. Mifthaqul Istikhomah (10617072)
5. Mita Dwi Cahyani (10617073)
6. Muhammad Amir Fakhri (10617074)
7. Muhammad Iqbal N. (10617075)
8. Nahdiatul Istiqomah (10613076)
9. Naila Rahmah Tania (10617077)
10. Naufal Ammar Abdillah (10617078)
11. Nauro Faichatu Zahro (10617079)
12. Nur Ayu Wandira (10617081)
13. Salsabila Nur Alisa (10616077)
14. Nurul Hidayati (10617084)
15. Oriza Dwi Shabara K.D.P (10617085)
16. Pragita Widyaningrum (10617086)

PRODI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua (Aging) adalah proses alami yang disertai adanya

penurunan fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama

lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Menjadi tua merupakan keadaan yang

harus dilalui oleh semua makhluk hidup, apabila memiliki usia yang panjang.

Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal,

akan tetapi pada kenyataannya, proses ini lebih menjadi beban bagi orang lain

dibandingkan proses lain yang terjadi, sehingga berbagai upaya dilakukan

untuk menghambat proses tersebut ( Wicaksono, 2011).

Pada umumnya usia madya atau setengah baya dipandang sebagai masa

usia antara 40-60 tahun. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam

rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi kedalam dua sub

bagian, yaitu : usia madya dini yang membentang dari usia 40 hingga 50 tahun

dan usia madya lanjut yang berbentang antara usia 50 hingga 60 tahun. Masa

tersebut akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan fisik dan mental.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah proses penuaan dapat mempengaruhi fungsional pada rongga mulut ?

1.3 Hipotesis

Apakah proses penuaan dapat mempengaruhi fungsional pada rongga mulut ?


BAB II

TINJAUAN PSUTAKA

2.1 Definisi Proses Penuaan

Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan

proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan

umumnya dialami semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada

organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong

lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami kekurangan-kekurangan yang

sangat terlihata atau diskrepansi (Muhith. 2016).

2.2 Faktor pengaruh proses penuaan

1. Hereditas atau Genetik

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dilkaitkan

dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel.

Secara genetik, perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X

sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X. Kromosom X ini ternayata

membawa unsur kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang dari

pada laki-laki.

2. Nutrisi / makanan

Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan.

3. Status Kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,

sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuannya sendiri, tetapi lebih

disebabkan oleh faktor luar yang merugikan yang berlangsung tetap dan

berkepanjangan.

4. Pengalaman Hidup

a. Paparan sinar matahari : kulit yang tidak terlindung sinar matahari akan

mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam,

b. Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan menyebabkan

lancarnya sirkulasi darah.

c. Mengonsumsi alkohol : alkohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil

pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan

kulit.

5. Lingkungan

Proses menua secara biologik berlangsung secara alami dan tidak dapat

dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat.

6. Stress

Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,

ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan

berpengaruh terhadap proses penuaan (Muhith & siyoto,2016).

2.3 Teori proses penuaan

1. Teori Nutrional Komponen


Teori ini menjelaskan bahwa makanan memegang dua peranan penting
dalam proses menua:
a. Kekurangan makanan menyebabkan perubahan fisiologis dan
anatomis yang selanjutnya menyebabkan kerusakan dan terbatasnya
regererasi sel.
b. Diet memegang peranan penting dari beberapa penyebab penyakit-
penyakit degerenasi yang menyertai proses menua.
2. Teori Sintesa Protein
Proses menua disebabkan karena gangguan mekanisme sintesa protein.
Tahapan sintesa protein dipengaruhi oleh aktifitas enzim, perubahan
aktifitas enzim menyebabkan gangguan sintesa protein sehingga terbentuk
protein abnormal.
3. Teori molekul radikal bebas
Adanya fragmen molekul bebas yang disebut radikal bebas yang bereaksi
dengan asam lemak tidak jenuh pada membrane sel untuk membentuk
produk peroksidasi keadaan tersebut akan menghalangi keluar masuknya
zat makanan melalui membrane sel sehingga mempercepat kematian sel.
Padikal bebas dibentuk dalam netrofil dan makrofag dibawah kondisi yang
terkontrol baik. Untuk membunuh organisme infektif yang telah
dimusnahkan, apabila tanpa sengaja radikal bebas tersebut dibuat
dimanapun sel akan membuangkan sebelum radikal bebas menyebabkan
kerugian pada tubuh, melalui berbagai proses enzimatik dan proses
pembuangan. Walaupun demikian, bertambah banyak terkena radikal bebas
yang berasal dari proses lingkungan (seperti toksin dalam makanan, radikal
pengion dsb) bertambah besar pula kemungkinan terjadinya kerusakan.
Peristiwa ini akan menumpuk sampai dapat dilihat sebagai proses menua.
4. Teori Imunologi
Proses menua adalah disebabkan kerusakan secara perlahan pada proes
imunologis. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya sintesa antibody dalam
tubuh dan pembentukan auloantibodi.
5. Teori Genetika
Kegagalan regulasi genetik menyebabkan menurunkan fungsi genetik pada
usia lanjut. Hal tersebut sebagai akibat dari tidak cukupnya perbaikan DNA
yang merusak secara spontan, mutasi dalam sel somatic dan besarnya
kesalahan dari DNA sendiri error calastrophe.
2.4 Proses terjadinya penuaan

Proses penuaan biologis ini terjadi secara perlahan-lahan dan dibagi menjadi
beberapa tahapan, antara lain:

1. Tahap subklinik (usia 25-35 tahun)


Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis
mulai terjadi penurunan kadar hormone di dalam tubuh, seperti growth
hormone, testoteron, dan estrogen. Namun, belum terjadi tanda-tanda
penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.
2. Tahap transisi (usia 35-45 tahun)
Tahap ini mulai terjadi gejala penuaan seperti tampilan fisik yang
tidak muda lagi, seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih
mulai tumbuh, penyembuhan lebih lama, kulit mulai keriput, penurunan
kemampuan fisik dan dorongan seksual hingga berkurangnya gairah hidup.
Radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat bermanifestasi
pada berbagai penyakit. Terjadi penurunan lebih jauh kadar hormon-
hormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar optimal.
3. Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan
semua fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin,
seksual dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf.
Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup
berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat
terganggu (Pangkahila, 2013).
2.5 Perubahan klinis rongga mulut
Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah mukosa tampak licin mengkilap
(tidak ada stippling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan
pembengakakan, mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma (lebih parah jika
terdapat kelainan sistemik) serta elastisitasnya berkurang. Ini karena pertambahan
usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan,
berkurangnya keratinisasi, berkurangnya vaskularisasi, serta penebalan serabut
kolagen pada lamina propia.
2.6 Karakteristik perubahan akibat penuaan
1. Terlihat pucat dan kering
2. Hilangnya stippling
3. Terjadinya oedema
4. Elastisitasnya jaringan berkurang
5. Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh
6. Kemunduran lamina propia
7. Epitel mengalami penipisan
8. Keratinisasi berkurang
9. Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi
Penebalan serabut kolagen pada lamina propia (Pangkahila, 2013).
2.7 Definisi atrisi, abrisi dan erosi
Atrisi merupakan kerusakan pada permukaan gigi atau restorasi akibat
kontak antar gigi selama pengunyahan atau karena adanya parafungsi kelainan
fungsi seperti bruxsism (Gang, 2009).

Abrasi adalah hilangnya jaringan keras gigi karena berbagai hal selain
pengaruh kontak dengan gigi antagonis. Hilangnya struktur gigi akibat dari keausan
mekanik yang abnormal, dimana ada lapisan gigi yaitu email yang hilang dan
terkikis, atau terkadang hingga lapisan yang lebih dalam dari email yaitu dentin
(Antonelli, 2012).

Erosi merupakan kerusakan yang parah pada jaringan keras gigi akibat dari
proses kimia tetapi tidak disebabkan oleh aktivitas bakteri (Yan Fang, 2001).

2.8 Definisi snile atrofi


Snile adalah beragam perubahan pada organ tubuh yang berkaitan dengan
usia tua sedangkan atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi
merupakan suatu respon adaptif yang dapat timbul sewaktu terjadi penurunan beban
kerja sel atau jaringan (Pangkahila, 2013).
2.9 Manifestasi oral
Dengan bertambahnya usia akan disertai dengan perunahan kondisi-kondisi
tertentu dan disertai penyakit-penyakit tertentu, hal tersebut akan memperhatikan
manifestasi dirongga mulut. Seperti osteoporosis akan terlihat dirongga mulut
adanya resopsi puncak alveolar mandibularis. Diabetes mellitus, diabetes insipidus,
nefritis, terapi obat, anemia pernisiosa iradiasi, pada rongga mulut akan
menunjukkan adanya xerostomia. Pada keadaan sirosis hepatis akan terlihat
manisfestasi oral berupa kanker oral. Defisiensi vitamin A, B, dan C akan
menimbulkan keadaan penyakit periontal dan glositis. Terapi yang dilakukan
dengan antibiotic akan memperlihatkan manisfestasi berupa infeksi candida.
Defisiensi vitamin A, anemia, demam kronis, defisiensi vitamin B pada lidah akan
terlihat fissure dan depapilasi lidah. Stres emosional terlibat pada rongga mulut
adanya ulcer, ulkus traumatic, seilosis angular. Pada keadaan malnutrisi akan
terlihat pada rongga mulut berupa seilosis, bengkak, lidah lunak, papilla hiperemik,
dan hipertrofik sehingga mudah terjadi pendarahan, penyusutan gusi, bibir pecah,
kering dan nyeri tekan.
Dalam hal-hal tersebut diatas juga sering disertai adanya kelainan-kelainan
patologis yang dapat memperburuk keadaan. Ada beberapa penyakit kronis atau
kondisi-kondisi yang sering menyertai proses menua yaitu osteoporosis,
osteosrtritis, atherosclerosis serta chronic brain syndrome yang merupakan faktor
endogen dalam prosen menua (Stuart, C, 2013)
BAB III
PETA KONSEP

Proses penuaan

Faktor internal Faktor eksternal

Subklinis Transisi klinis

Perubahan klinis dan


fisik

Fungsional rongga
mulut terganggu
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Proses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi kemunduran dan

berkurangnya kemampuan sel dalam melaksanakan berbagai fungsinya. Proses

menua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-

gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput,

rambut beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan

menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di

bagian perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-

kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu,

ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru. Begitu juga penuaan

yang terjadi di dalam rongga mulut. Proses penuaan pada rongga mulut

dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Jika terjadi gangguan pada

faktor tersebut, maka akan membuat dampak serta kelainan pada rongga mulut

seperti berkurangnya fungsi, terganggunya fungsi kunyah, dan mukosa mulut

menjadi lebih pucat, tipis kering dengan proses penyembuhan yang melambat

sehingga menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap

tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva.

5.2 Penutup

Proses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi kemunduran dan

berkurangnya kemampuan sel dalam melaksanakan berbagai fungsinya. Penulis

menyarankan kepada pembaca agar tetap menjaga pola hidup sehat dan

meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik dengan cara mengkonsumsi zat-
zat yang mengandung antioksidan yang berguna untuk menghambat radikal bebas,

mengonsumsi vitamin, serta beraktifitas setiap hari.meningkatkan kualitas hidup

menjadi lebih baik dengan cara mengkonsumsi zat-zat yang mengandung

antioksidan yang berguna untuk menghambat radikal bebas, mengonsumsi

vitamin, serta beraktifitas setiap hari.


DAFTAR PUSTAKA

Chrismawaty, B.E. 2007. Pengaruh proses penuaan dan manifestasinya pada

jaringan rongga mulut. MIKGI

Muhith, Abdul dan Sandu Siyoto. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta : Andi Offset

Pangkahila, Wimple. 2013. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Stuart C. White, Michael J. Pharoah. 2013.Oral Radiology: Principles and

Interpretation 7th Ed. Edinburgh: Elsevier Health Sciences.

Wicaksono, D. 2011.Tingkat Kecemasan Lansia Dengan Penurunan Fungsi

Penglihatan Dan Pendengaran. Karya Tulis Ilmiah Tidak Diterbitkan.

Ponorogo: Program Study Ilmu Keperawatan UNMUH PONOROGO

Antonelli, J. 2012. Abrasion Lesions Luhere Do They Come From. Journal Of The

Thenesse Dental Association.

Gang, A, Rosen, E. 2009. Instant Clinical Diagnosis in Opthalmology Anterior

Segment Desease. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publisher.

Yan Fang, P. 2011. Dental Erosion : Etiology, Diagnosis and Pretention. Page 76

80.

Anda mungkin juga menyukai