Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOMATERIAL KEDOKTERAN GIGI

RESIN ACRYLIC (BASIS GIGI TIRUAN)


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Biomaterial KG I

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1.
2.
3.
4.
5.

Dian Nur Safitri


Grace Mediana
Kamilla Rufaidah
Dwi Anisa Prabawanti
Tri Suci Sulfiwinarti

(14/368748/KG/09970)
(14/368777/KG/09972)
(14/368778/KG/09973)
(14/368779/KG/09974)
(14/368780/KG/09975)

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI
YOGYAKARTA
2015
DAFTAR ISI

Cover
Daftar Isi ....................................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................................................3
1.3. Tujuan ................................................................................................................................3
Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian Resin Akrilik ....................................................................................................4
2.2. Polimerisasi........................................................................................................................5
2.3. Tahapan Manipulasi Resin Akrilik ....................................................................................5
2.4. Heat-Cured Denture Base Acrylic Resin............................................................................6
2.5. Chemical Cured Denture Base Acrylic Resin.....................................................................8
2.6. Perbedaan Mendasar antara Kuring Panas dan Kuring Dingin .........................................9
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................11
Daftar Pustaka...........................................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang
dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang
menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah, protesa tersebut
terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa memperoleh
dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mold dibawahnya (Anusavice,
2003).
Untuk membuat konstruksi gigi tiruan dalam kedokteran gigi bahan yang biasa
digunakan yaitu resin akrilik. Terdapat dua kelompok resin akrilik yang menarik dalam
kedokteran gigi, yaitu asam akrilik dan asam metakrilik. Resin akrilik memiliki beberapa
sifat yang menguntungkan, yaitu memiliki fungsi estetika yang baik, memiliki kestabilan
warna terhadap perubahan suhu, daya serap air yang relatif rendah dan perubahan
dimensi kecil. Berdasarkan cara aktivasinya resin akrilik dibedakan menjadi 2, yaitu resin
akrilik kuring panas dan resin akrilik kuring dingin (Hussain, 2004).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian resin akrilik ?
2. Apa saja jenis-jenis resin akrilik ?
3. Bagaimana perbedaan resin akrilik kuring panas dengan resin akrilik kuring dingin ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian resin akrilik.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis resin akrilik.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara resin akrilik kuring panas dengan resin akrilik
kuring dingin.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Resin Acrylic
Resin akrilik hampir secara universal digunakan untuk membuat konstruksi gigi
tiruan dalam kedokteran gigi. Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung
gugus vinil dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2013).

Ada dua kelompok resin akrilik yang menarik bagi kedokteran gigi, yaitu
kelompok turunan asam akrilik, CH2=CHCOOH dan kelompok dari asam metakrilik
CH2=C(CH3)COOH. Poli asam memiliki struktur yang keras dan transparan, polaritasnya
berkaitan dengan kelompok karboksil, menyebabkan asam tersebut menyerap air
(Anusavice, 2013).
Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan
resin poli(metil metakrilat). Resin poli(metil metakrilat) merupakan plastik lentur yang
dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multiple. Resin ini
merupakan resin transparan dengan kejernihan yang sangat baik, bahan ini meneruskan
sinar dari sinar ultra violet sampai sinar yang mencapai panjang gelombang sebesar 250
nm. Mempunyai modulus elastisitas sekitar 2,4 Gpa (2400 MPa). Resin ini bersifat
sangat stabil dan tidak berubah warna serta sifatnya tahan lama. Secara kimia poli(metil
metakrilat) cukup stabil terhadap panas dan melunak pada suhu 125 0C (Anusavice,
2013).
Poli(metil metakrilat) tidak berwarna, transparan dan padat. Oleh karena itu,
untuk mempermudah penggunaannya dalam bidang kedokteran gigi, polimer diwarnai
untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil
dibawah kondisi mulut yang normal, dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk
aplikasi kedokteran gigi. Warna yang biasa digunakan dalam pembuatan protesa basis
gigi tiruan yaitu pigmen dengan warna merah muda dikarenakan pigmen ini memiliki
stabilitas warna yang baik dan telah terbukti untuk melelehkan garam kadmium dari
dasar gigi tiruan hanya dalam jumlah menit (McCabe, John 2008).
2.2. Polimerisasi
Polimer merupakan molekul rantai panjang dan besar dibentuk oleh ikatan kimia
yang bergabung bersama molekul yang lebih kecil, disebut monomer. Ketika dua atau
4

lebih jenis monomer bergabung, terbentuk kopolimer. Kopolimer diproduksi untuk


meningkatkan sifat fisik material. Tindakan membentuk polimer disebut polimerisasi
(Hatrick, 2011).
Polimerisasi memiliki dua jenis yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi
kondensasi. Polimerisasi adisi merupakan reaksi antara dua molekul untuk membentuk
molekul yang lebih besar tanpa menghasilkan produk samping pada akhir polimerisasi
(Hussain, 2004). Monomer dari polimerisasi adisi diaktifkan pada satu waktu untuk
membentuk growing chain (Anusavice, 2013). Sedangkan polimerisasi kondensasi
merupakan reaksi antara dua molekul untuk membentuk molekul yang lebih besar dan
menghasilkan produk samping pada akhir polimerisasi (Hussain, 2004). Produk samping
tersebut berupa air, alkohol, asam halogen, dan amonia. Produk tersebut dihasilkan
karena struktur monomernya yang dapat bereaksi berulang (Anusavice, 2013).

2.3. Tahapan Manipulasi Resin Akrilik


a) Sandy stage
Tahap pertama yang terlihat ketika bubuk (polimer) dan cairan (monomer) dicampur
disebut sandy stage, campuran terlihat kasar, mirip dengan pasir dan air, dan memiliki
konsistensi berair
b) Stringy stage (sticky)
Tahap ini terjadi ketika partikel bubuk menyerap cairan ke permukaan. Campuran
terlihat lengket ketika diolah.
c) Dough stage
Lebih banyak bubuk yang larut menjadi campuran yang lebih kental dan lebih mudah
untuk di manipulasi.
d) Rubbery stage
Campuran menjadi seperti karet yang sudah tidak dapat dimanipulasi lagi untuk
membentuk basis gigi tiruan.
(Hatrick, 2011)
2.4. HEAT-CURED DENTURE BASE ACRYLIC RESIN ( Kuring Panas )
A. Komposisi
Komposisi dari kuring panas ini umumnya terdiri dari metil metakrilat dan
hidroquin dalam jumlah sedikit (0.006% atau kurang), yang mana membantu
penghambatan polimerisasi sebelum disimpan (Skinner,1960). Kuring panas yang
digunakan untuk basis gigi tiruan berbentuk bubuk dan cair. kuring panas yang
berbentuk bubuk sebagian besar terdiri dari poli metil metakrilat dan sebagian kecil
benzoil peroksida. Bubuk ini berbentuk butir-butir kecil dengan diameter 100 m. Poli
5

metil metakrilat diproduksi dari proses polimerisasi suspensi dimana monomer metil
metakrilat menganduung inisiator (McCabe, 2008).

Sedangkan kuring panas berbentuk cair terdiri dari monomer metil metakrilat
dan sedikit hidroquin. Hidroquin bersifat sebagai penghambat dan mencegah
polimerisasi yang tidak diinginkan dan setting dari cairan sebelum disimpan.
Komponen utama dari kuring panas berbentuk cair adalah monomer metil metakrilat
yang tidak berwarna dan cairan dengan kekentalan yang rendah serta memiliki titik
didih 100,30 C (McCabe, 2008).
Dari kedua bentuk kuring panas (bubuk dan cair) dimana terdapat komponen
monomer dan inisiator harus disimpan terpisah untuk meminimalkan polimerisasi
spontan pada penyimpanan benzoil peroksida. Monomer dan inisiator ini mengandung
pigmen, pewarna, serat (Williams, 1979).
Pabrik yang memproduksi kuring panas ini mempunyai rekomendasi batas
suhu dan waktu yang berbeda-beda dalam penyimpanannya. Jika penyimpanan
dilakukan tidak sesuai dengan rekomendasi, kmungkinan dapat mengalami perubahan
sifat kerja resin, sifat kimia dan sifat fisik dari gigi tiruan (Anusavice, 2013).
B. Sifat-Sifat Resin Akrilik Kuring Panas
a. Kemudahan fabrikasi
Properti unik dari resin akrilik adalah alasan utama mengapa ia dipilih untuk
konstruksi gigi tiruan. Selanjutnya, relatif mudah untuk repair, rebasing dan
mempunyai kompatibilitas yang baik antara basis dan gigi yang terbuat dari akrilik.
(Williams, 1979).
b. Ketepatan
Secara teoritis metil metakrilat harus mempunyai kontraksi yang cukup besar
pada saat polimerisasi dengan penurunan volume total 6-7% dihitung atas dasar
perbandingan atau rasio antara bubuk : cair yaitu 3: 1. Apabila penurunan volume
total mencapai 7% atau lebih maka akan mengakibatkan gigi palsu sangat buruk.
(Williams, 1979).
c. Sifat mekanik
6

Poli metil metakrilat tidak memiliki sifat yang khas dari plastik, sedangkan
sebagian besar plastik mempunyai keelastisan yang tinggi, ketangguhan, dan aliran
modulus elastisitas. Poli metil metakrilat adalah bahan yang relatif kaku dan rapuh.
Hal ini menyebabkan dasar gigi tiruan akrilik rentan terhadap kegagalan mekanis.
Pola kegagalan mekanis ini berkaitan dengan lamanya waktu gigi tiruan digunakan.
Kejadian fraktur relatif tinggi selama 12 18 bulan pertama (Williams, 1979).
d. Estetik
Sifat estetika dasar gigi tiruan akrilik sangat baik dimana poli metil metakrilat
sendiri adalah plastik bening, tidak berwarna dan transparan oleh karena itu untuk
mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai dengan
menggunakan pigmen merah muda, karena pigmen ini memiliki stabilitaas warna
yang baik (Williams, 1979).
e. Sifat kimia dan biologi
Resin akrilik mempunyai sifat dapat menyerap air dan nilai keseimbangan
penyerapan sekitar 2% akan tercapai setelah beberapa hari atau minggu, tergantung
pada ketebalan gigi tiruan. Penyerapan air dapat menyebabkan perubahan dimensi
meskipun tidak signifikan. Terkait dari penyerapan air, dapat menyebabkan
pembentukan kolonisasi mikroorganisme dari acrylic gigi tiruan. Frekuensi
pembersihan pada gigi tiruan dapat dilakukan setiap malam, hal ini dapat mencegah
terjadinya pertumbuhan dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan masalah
klinis seperti denture stomatitis (McCabe, 2008).
f. Sifat fisik
Resin akrilik mempunyai nilai gravitasi khusus yang rendah (sekitar 1,2 gcm -3)
karena resin akrilik ini tersusun dari kelompok atom, contohnya C, O dan H. Gigi
tiruan ini dibentuk dari resin akrilik yang bersifat radiolusen, karena atom C,O dan
H akan menyerap sedikit sinar-X (McCabe, 2008).
Resin akrilik dianggap sebagai isolator termal yang baik. Hal ini dapat
mnyebabkan kerugian pada basis gigi tiruan karena jaringan lunak pada mulut
menolak stimulus termal yang mana dapat membantu menjaga kondisi kesehatan
mukosa (McCabe, 2008).
Pada resin akrilik kuring panas dengan penambahan serat kaca dengan ukran 4
dan 6, terlihat penyerapan airnya semakin menurun yaitu 0.363% dan 0,360%,
tetapi kembai naik jika serat kaca berukuran 8 nm. Hal ini disebabkan karena
penambahan serat kaca dengan ukran tertentu dapat menurunkan daya serat air

pada resi akrilik kuring panas (porositas), karena rongga kosong terbentuk lebih
sedikit (Sitorus, 2012).
C. Polimerisasi Resin Akrilik Kuring Panas
Polimerisasi resin akrilik kuring panas membutuhkan energi termal yang dapat
diperoleh menggunakan teknik perendaman air atau panjang gelombang micro
(microwave). Pada resin akrilik kuring panas terdapat benzoil peroksida. Ketika
dipanaskan dengan suhu diatas 600C terjadi penguraian benzoil peroksida, panas ini
berperan sebagai aktivator (Gladwin,2004). Dari penguraian benzoil peroksida
dihasilkan dua radikal bebas yang memulai ikatan rantai karbon pada monomer, oleh
karena itu benzoil peroksida berperan sebagai inisiator. (Anusavice, 2013)
2.5. CHEMICAL RESIN-CURED RESIN
Chemical resin sering disebut sebagai cold curing, self curing atau
otopolimerisasi. Cold curing atau (kuring dingin) ini tidak memerlukan energy termal,
oleh karena itu dapat dilakukan dalam temperature ruang. (Anusavice, 2013)
A. Komposisi Resin Akrilik Kuring Dingin:
Cairan:
a) Metil metakrilat,
b) Hidroquinon (inhibitor yaitu komponen yang mencegah atau menghambat
polimerisasi cairan monomer selama penyimpanan)
c) Etilen glikol (cross-link)Tersier amin (aktivator)
Bubuk:
a) Poli (metil metakrilat),
b) Benzoil peroksida (inisiator)
(Hatrick, 2011)
B. Sifat-Sifat Resin Akrilik Kuring Dingin
a) Berat molekul lebih rendah.
b) Pengerutan pemprosesan lebih kecil dibandingkan pengerutan pada resin akrilik
kuring panas
c) kekuatan kuring dingin hanya 80 % dari kuring panas.
d) Monomer sisa lebih banyak, umumnya menujukan 3%-5% monomer bebas
e) Memiliki risiko sensitivitas yang lebih besar, karena kandungan monomer sisa yang
lebih banyak.
f) Akurasi dimensi gigi palsu yang terbuat dari resin dingin cenderung lebih baik.
Karena pada proses pengolahan resin dingin memiliki suhu yang lebih rendah,
8

sehingga mengakibatkan tekanan internal yang lebih rendah dan mengurangi


kontraksi termal
(Williams, 1979)
C. Polimerisasi Resin Akrilik Kuring Dingin
Resin akrilik kuring dingin dilakukan penambahan tersier amin seperti dimetil
paratoluidin. Ketika komponen bubuk dan cairan dicampur, tersier amin menyebabkan
penguraian benzoil peroksida. Penguraian benzoil peroksida menghasilkan radikal
bebas yang berperan sama seperti pada resin akrilik kuring panas. Oleh karena itu,
benzoil peroksida berperan sebagai inisiator dan tersier amin sebagai aktivator.
(Gladwin,2004).
2.6. Perbedaan Mendasar antara Kuring Panas dan Kuring Dingin :
a) Pemisahan benzoil peroksida untuk menghasilkan radikal bebas. Semua faktor lain
dalam proses tetep sama, misalnya, inisiator dan reaktor.
b) Monomer bebas pada kuring panas sebesar 0,2 %- 0,5 % sedangkan pada kuring
dingin sebesar 3%-5%
c) Derajat polomerisasi yang dicapai dengan menggunakan resin kuring dingin tidak
sesempurna seperti yang dicapai oleh resin kuring panas.
d) Resin kuring dingin memiliki pengerutan lebih sedikit dibandingkan dengan resin
kuring panas. karena polimerisasi yang kurang sempurna.
e) Kestabilan warna dari resin kuring dingin umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan kestabilan warna resin kuring panas.
(Anusavice, 2013)

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Resin akrilik hampir secara universal digunakan untuk membuat konstruksi gigi tiruan
dalam kedokteran gigi. Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung gugus
vinil dalam rumus strukturnya.
Sifat fisik resin akrilik antara lain pengerutan polimerisasi, porositas, larutan, tekanan
waktu pemrosesan, penyerapan air, creep, crazing, dan kekuatan.
Resin akrilik dibedakan menjadi dua yaitu, resin akrilik kuring panas dan resin akrilik
kuring dingin. Resin akrilik kuring panas dan resin akrilik kuring dingin mempunyai
kekuatan yang berbeda. Kekuatan tekan pada basis gigi tiruan dipengaruhi oleh monomer
sisa, tekanan dan bahan yang diberikan. Nilai kekerasan untuk resin kuring panas lebih
besar dibandingkan resin kuring dingin. Jadi, resin akrilik kuring panas lebih efektif untuk
pembuatan basis gigi tiruan.

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2013. Philips Science of Dental Materials. Edition 12. USA: Elsevier
Saunder
Hatrick, Carol Dixon. 2011. Dental Materials: Clinical Applications for Dental Assistants and
Dental Hygienists. USA : Saunders Elsevier
10

Skinner, Eugene W & Ralph W. Phillips. 1960. The Science of Dental Materials. Fifth Edition,
Illustrated. USA : W.B. Saunders Company.
Williams, D F & J Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. London: Oxford
Medical Publication.
McCabe, John F & W G Walls. 2008. Applied Dental Materials, ed.9th. UK: Blackwell
Publishing Ltd.
Gladwin, Marcia A. 2004. Clinical Aspects of Dental Materials 2nd ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
Hussain, Sharmila. 2004. Textbook of Dental Materials. New Delhi, India: Jaypee Brothers
Medical Publishers
Sitorus, Zuriah & Eddy, Dahar. 2012 . Perbaikan Sifat Fisis dan Mekanis pada Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dengan Penambahan Serat Kaca. USU Medan : Dentika Dental Journal,
Vol 17, No.1. Hal 24-29.

11

Anda mungkin juga menyukai