Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ENDOKRIN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Patologi Klinik
Yang dibimbing oleh drg. Mayu Winnie Rachmawati, M.Sc., dan
drg. Ivan Arie Wahyudi, M.Kes., Ph.D sebagai PJMK

Oleh
Kelompok 3
Widhi Setiyani
Elvira Purnamasari
Kamilla Rufaidah
Atma Beauty M

(9953)
(9964)
(9973)
(9983)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015

ENDOKRIN

A. Definisi Sistem Endokrin


Hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di
bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormone Sistem Endokrin
disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran
khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin
dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai
aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi,
osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh (Ulfhitha,
2012).
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan
berbagai organ tubuh (Anonim, 2013).
Sistem endokrin hampir selalu bekerjasama dengan sistem saraf,
namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari
sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut.
Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
1)

Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak

2)

bekerja melalui transmisi kimia.


Sistem endokrin memperlihatkan waktu respons lebih lambat daripada
sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna
hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon
baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara
beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya
dalam waktu pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu
hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang
sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula).

Sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan


instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda

masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan
memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu. (Ulfhitha, 2012)
B. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum
Empat tujuan/kegunaan paling penting dari Sistem Endokrin, yaitu :
1) Homeostasis

(temperatur/

thermoregulation,

metabolisme,

nutrisi,

keseimbangan asam basa)


2) Combating stress (infeksi, trauma, shock)
3) Growth & development (mengembangkan jumlah sel/hyperplasia, dan
mengembangkan ukuran sel/hypertrophy).
4) Reproduction (mensekresikan hormon sex pada laki-laki dan perempuan/
mengembangkan karakteristik organ sex primer dan sekunder).
Hormon dan Fungsinya
Kata hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya membuat gerakan
atau membangkitkan. Hormo mengatur berbagai proses yang mengatur
kehidupan. (Asih, 1999)
Berikut adalah aktivitas tubuh yang dikendalikan oleh hormon dan jenis
hormon yang mengendalikan :
1. Pencernaan dan fungsi metabolik yang terkait.
Sekretin, gasterin, insulin, glukagon, noradrenalin, tiroksin, dan
hormon dari kortes adrenal.
2. Osmoregulasi, pengeluaran, dan metabolisme air serta garam.
Prolaktin, vasopresin, aldosteron.
3. Metabolisme kalsium.
Hormon pada teroid, kalsitonin.
4. Pertumbuhan dan perubahan morfologis.
Hormon pertumbuhan, androgen dari korteks adrenal
Tiroksin (untuk metamorfosis amfibi)
MSH (perubahan warna amfibi)
5. Organ dan proses reproduksi
FSH, LH, estrogen, progesteron, prolaktin, dan testosteron.
C. Macam Macam Kelenjar Endokrin

(Asih, 1999)
1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari
semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar
endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi
oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu
anterior dan posterior.
a. Hipofisis anterior:
1. Hormon somatotropin (untuk pembelahan sel, pertumbuhan)
2. Hormon tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan pengambilan
unsur yodium)
3. Hormon adrenokortikotropin (merangsang kelenjar korteks
membentuk hormon)
4. Hormon laktogenik (sekresi ASI)

5. Hormon gonadotropin (FSH pada wanita pemasakan folikel,


pada pria pembentukan spermatogonium; LH pada wanita
pembentukan korpus luteum, pada pria merangsang sel
interstitial membentuk hormon testosteron).
6. Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)
b. Hipofisis posterior
1. Hormon oksitosin (merangsang kontraksi kelahiran)
2. Hormon Vasopresin (merangsang reabsorpsi air ginjal)
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar
pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini
berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat
protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh
epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH)
hipofisis,

dibawah

kendali

hormon

pelepas

tirotropin

(TRH)

hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor


utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar
hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
3. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang
mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali
keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui peningkatan
kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel oksifilik
yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
4. Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggungjawab
dalam

pertumbuhan

manusia.

Kelenjar

timus

bahkan

sangat

berpengaruh pada saat usia pertumbuhan. Kelenjar timus berfungsi


untuk pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan menderita

kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan menimbulkan gigantisme


(raksasa).
5. Adrenalin
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal)
terletak di atas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar
adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut
korteks dan bagian medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin
dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal
terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu: pada setiap ginjal terdapat
satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar
(korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di
pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal,
berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi
hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal, bagian ini berada
di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan
androgen.
Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison
dengan

fungsi

mempengaruhi

penyerapan. Apabila

kekurangan

menyebabkan penyakit adison. Pada medulla menghasilkan hormon


adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah glikogen menjadi
glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung.
Hormon adrenalin bekerja antagonis dengan hormon insulin dalam
mengatur gula dalam darah agar tetap normal.
6. Pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada
beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon insulin. Hormon insulin berfungsi mengatur
konsentrasi glukosa dalam darah. Kekurangan hormon ini akan
menyebabkan penyakit diabetes yang ditandai dengan meningkatnya

kadar glukosa dalam darah. Selain menghasilkan insulin, pankreas juga


menghasilkan hormon glucagon yang bekerja antagonis dengan hormon
insulin.
7. Gonad
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin
yang

memproduksi dan mengeluarkan steroid yang

pembangunan

tubuh

dan

mengendalikan

mengatur

karakteristik

seksual

sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin. Pada


pria,

gonadnya

adalah

testes, dan

pada

wanita

gonadnya adalah

ovarium. Secara umum, kelanjar kelamin (kelenjar gonad) pada laki-laki


dan perempuan sangat berbeda baik dari segi struktur fisiologis,
kandungan dan jumlah hormon yang dikandungnya.
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) terbentuk pada mingguminggu

pertama

gestasi

dan

tampak

jelas

pada

minggu

kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal


terlihat jelas pada minggu ketujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan
kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya
sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisisteroid.
D. Patofisiologi
1. Penyakit Basedow
a. Pengertian
Penyakit basedow atau

lazim

juga

disebut

sebagai

penyakit graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang


muda akibat daya peningkatan produksi tiroid yang ditandai dengan
peningkatan penyerapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.
b. Etiologi
Diduga akibat peran antibodi terhadap peningkatan produksi tiroid
serta adanya adenoma tiroid setempat (suatu tumor) yang tumbuh di
c.

dalam jaringan tiroid dan ensekresikan banyak sekali hormon tiroid.


Patofisiologi
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan

banyaknya hiperplasia dan lipatan lipatan sel sel folikel ke dalam


folikel, sehingga jumlah sel sel ini lebih meningkat berapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat
d. Gambaran Klinik
-Berat badan menurun
-Dispnea
-Eksoftalmus
-Berkeringat
-Palpitasi
-Takikardia
-Diare
2. Dwarfisme
a. Pengertian
Dwarfisme merupakan

gangguan pertumbuhan somatic akibat

insufesiensi pelepasan Growth Hormone yang terjadi pada masa anakanak (Rumahorbo, 1999). Adanya kekurangan hormon pertumbuhan
ini berkaitan dengan hipofungsi kelenjar hipofisis (Hipopituitarisme).
Hipopituitarisme ini dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
hipofisis sendiri atau pada hipotalamus. Gejalanya berupa badan
pendek (Smeltzer, 2001). Selain itu sering pula ditemukan berbagai
derajat insifisiensi adrenal dan hipotiroidisme, mereka mungkin akan
mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan perkembangan
intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya
MSH (Price, 2006).
b. Etiologi
Disebabkan oleh defisiensi GRH, IGF-I atau penyebab lainnya.
Beberapa kasus disebabkan oleh defiensi seluruh sekresi kelenjar
hipofisis anterior atau disebut panhipopituitarisme selama masa anakanak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian tubuh sesuai satu sama
lain, tetapi kecepatan pertumbuhannya sangat berkurang.
c. Gambaran klinik
- Perawakan pendek berat (cebol)
- Agak gemuk
8

- Lemak subkutan di abdomen bertambah


- Bisa terdapat keluhan dan gejala hipoglikemia
- Dari genetalia eksterna gagal berkembang (Price, 2006)
3. Gigantisme (acromegaly)
Gangguan
endokrin
yang

terjadi

karena

kelebihan growth

hormone sebelum pubertas. Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan


hormon pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak dan remaja
(sebelum

pubertas).Jika

kelenjar

pituitary

memproduksi

hormon

pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh
tidak normal cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah,
seorang anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.
4. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)
Sindrom yang disebabkan oleh berbagai

penyakit

seperti

obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan


disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon
kortisol.Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol)
dan hormon androgen serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom
cushing bisa terjadi pada orang, terutama anak-anak, yang mengambil
dosis tinggi obat kortikosteroid.Penyakit Chusing yang ditandai dg
kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis (80% kasus).
5. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid (PTH),
hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi akibat
hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.
a. Etiologi
Menurut Lawrence Kim, MD. (2005):
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh

adenoma tunggal.
15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar. Biasanya herediter dan

frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin.


Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh

paratiroid karsinoma.
b. Patofisiologi
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yang disebabkan oleh
hiperplasia atau neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus
biasanya berhubungan dengan gagal ginjal kronis. Normalnya terdapat

empat kelenjar paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai


oleh pembesaran satu kelenjar, dengan kelenjar lainnya tetap normal.
Pada hiperplasia paratiroid, keempat kelenjar membesar.
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi.
PTH terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH
meningkatkan resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan
demikian mengurangi ekskresi kalsium dalam urine.
c. Manifestasi Klinis
Gejala apatis
Keluhan mudah lelah
Kelemahan otot
Mual, muntah
Hipertensi
Aritmia jantung
6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan,
sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif dapat
menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa jenis
hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan akibat hipotiroidisme
adalah kretinisme.
7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada
metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak,
menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat,
berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang terlalu
aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit Grave.
8. Hiperpituitarisme
Merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior yang
terjadi akibat adanya tumor.
9. Hypopituitarisme
Adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama pada
bagian anterior. Kelenjar pituitari melepaskan hormon sedikit atau tidak
ada. Ini mungkin disebabkan oleh sejumlah penyakit yang berbeda. Wanita
dengan kondisi ini mungkin berhenti mendapatkan menstruasi. Beberapa
neoplasia endokrin I dan II (MEN I dan II MEN). Ini, kondisi genetik

10

langka yang diturunkan melalui keluarga. Mereka menyebabkan tumor


paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid, menyebabkan kelebihan produksi
hormon.
10. Adrenal insufisiensi
Kelenjar adrenal melepaskan terlalu sedikit hormon kortisol dan kadangkadang, aldosteron. Gejala termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan
perubahan kulit. Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.
11. Tiroiditis
Adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi viral
seperti HFV dan virus beguk pada tiroiditis subakut.
12. Tumor tiroid
Adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai
dengan metastasis pada organ yang jauh dari lokasi primer.
13. Hipoparatiroid
Adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid menyebabkan
kadar kalsium dalam darah rendah.
14. Addison
Adalah kerusakan kelenjar adrenal yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hormon korteks adrenal.
15. Pangkreatitis
Adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan enzim
pencernaan dalam saluran pencernaan sekaligus mensintesis dan
mensekresi insulin dan glukagon.
16. Diabetes Insipidus
Adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena
kurangnya hormon antidiuretik (hormon vasopresin).
17. Diabetes Militus (DM)
Gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia (meningkatnya
kadar gula dalam darah) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya
efek insulin atau keduanya. Ada 3 (tiga) jenis DM yang dikenal, yaitu :
DM Tipe I
: Bergantung insulin.
Biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun, meskipun bisa pada umur
berapun.
DM Tipe II
: Tidak bergantung insulin. Terjadi pada usia 40 tahun.
Resistensi insulin yang disertai defek sekresi insulin dengan derajat
bervariasi. Terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin.
DM Gestasional (DM Kehamilan)
: Muncul saat kehamilan
Penyebab :
1. Hereditas (faktor keturunan)
2. Lingkungan (infeksi, makanan, toksin, stres)
11

3. Perubahan gaya hidup pada orang yang secara genetik rentan.


4. Kehamilan
E. Pengujian untuk Gangguan Endokrin
Jika pasien memiliki gangguan endokrin, dokter dapat merujuk pasien ke
dokter spesialis Endokrinologis. Endokrinologis (dokter spesialis dalam)
secara khusus dilatih dalam masalah dengan sistem endokrin. Gejala-gejala
dari gangguan endokrin sangat bervariasi dan tergantung pada kelenjar
tertentu yang terlibat. Namun, kebanyakan orang dengan penyakit endokrin
mengeluh kelelahan dan kelemahan. Tes darah dan urin untuk memeriksa
kadar hormon pasien dapat membantu dokter menentukan apakah pasien
memiliki gangguan endokrin. Tes pencitraan dapat dilakukan untuk membantu
menemukan atau menentukan nodul atau tumor. Pengobatan gangguan
endokrin dapat rumit, seperti perubahan dalam satu tingkat hormon dapat
membuang yang lain.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
1. Pengkajian (Doengoes, 2001)
Aktivitas / istrahat. Tanda :
Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare,

muntah, poliuria, evaporasi.


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal
pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone

stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.


Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
3. Perencanaan / Intervensi
NDX : Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare,
muntah, poliuria, evaporasi.
Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat, dengan kriteria :
Nadi perifer dapat teraba, turgor kulit baik.
Vital sign dalam batas normal, haluaran urine lancer.
Kadar elektrolit dalam batas normal
4. Implementasi

12

Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan


intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi dan rujukan.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien
dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien diabetes
mellitus dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
pada tujuan.

13

DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Campbell, et all. 2003. BiologiJilid 1. Jakarta: Erlangga.
Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan
Holistik Volume II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Diktat Kuliah. 1981. Sistem Endokrin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia.
Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman. 1995. Medical Surgical Nursing:
Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company,
Philadelphia.
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan
(Edisi III). Jakarta: EGC.
Idrisirfan. 2009. Buku diktat anatomi untuk mahasiswa kedokteran. Bagian
anatomi FK-UNHAS. Makassar.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara
Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
Klinis edisi 6, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marylin

E.

Doengoes,

Mary

Frances

Moorhouse,

Alice

C.

Geissler

(2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta :
EGC
Syafiuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan edisi 3.
Jakarta: EGC.
Asih, Yasmin. 1999. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : EGC
14

15

Anda mungkin juga menyukai