Francisco, M.P.J., Alejandra, C.D.P., Lopez, A.J., Marques, D.S.M.J., and Violeta, Z.M. 2005.
Howe, Z. 1983. Caring for your Baby and Young Child. Oxford: Oxford University Press. p:
66-67
Laguhi V.A., Anindita P.S., Gunawan P.N. 2014. Gambaran maloklusi dengan menggunakan
HMAR pada pasien di rumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi manado: jurnal
e-gigi
Proffit, W.,R. 2007. Conteporary orthodontic.4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier. p: 16
Rahardjo, Pambudi. 2012. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University Press. p: 26, 46-
55
Thomson, H. 2007. Oklusi. Terjemahan: T. Suta dan Lilian Yuwono. Jakarta: EGC. p:15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Maloklusi
1. Definisi Maloklusi
gigi atau hubungan rahang yang menyimpang dari normal. Oklusi dikatakan normal
jika susunan gigi dalam lengkung teratur baik, serta terdapat hubungan yang
harmonis antara gigi atas dan gigi bawah. Oklusi gigi bervariasi antara individu satu
dengan yang lain, dan sangat tergantung pada jaringan sekitar gigi, usia, ukuran,
bentuk, serta posisi gigi. Oklusi normal dapat terbentuk jika susunan gigi-geligi
yaitu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas. Maloklusi dapat menyebabkan
tampilan wajah yang buruk, resiko karies dan penyakit periodontal, sampai
gangguan pada sendi temporo mandibula bila tidak dikoreksi (Laughi, 2014).
2. Klasifikasi Maloklusi
a. Maloklusi intra-lengkung atau malposisi individual gigi yang satu dengan gigi
1) Klasifikasi Angle
antara rahang atas dan rahang bawah, dengan gigi molar permanen pertama
Angle yaitu:
bawah. Tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas terletak pada
celah bukal gigi molar permanen pertama bawah, sedangkan gigi kaninus
atas terletak pada ruang antara tepi distal gigi kaninus bawah dan tepi mesial
bukal gigi molar permanen pertama bawah yang terletak lebih posterior dari
Subdivisi : hubungan molar distoklusi hanya terjadi pada salah satu sisi
lengkung gigi
rahang atas dan rahang bawah. Lengkung gigi rahang bawah terletak dalam
hubungan yang lebih mesial terhadap lengkung gigi rahang atas. Celah
bukal gigi molar permanen pertama bawah terletak lebih anterior dari tonjol
Tipe 1: Maloklusi Klas I dengan gigi anterior rahang atas berjejal (crowded).
Tipe 1: Ketika rahang atas dan bawah dilihat secara terpisah menunjukkan
dengan mengganti nama Klas I, II dan III Angle dengan neutro-oklusi, disto-
3. Penyebab Maloklusi
Menurut Moyers yang dikutip oleh Suminy, maloklusi dapat disebabkan oleh
a. Faktor keturunan, seperti sistem neuromuskuler, tulang, gigi dan bagian lain di
b. Gangguan pertumbuhan.
c. Trauma, yaitu trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma
setelah dilahirkan.
f. Penyakit yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal
4. Perawaan maloklusi
Piranti ortodonsi
Piranti yang digunakan untuk merawat maloklusi secara garis besar dapat
Piranti lepasan adalah piranti yang dapat dipasang dan dilepas oleh
terdiri atas pegas, busur dan sekrup ekspansi. Komponen pasif yang utama
(a). Aktivator
Disebut juga piranti Andresen, desain aktivator yang asli terdiri atas
blok akrilik yang menutupi lengkung geligi atas dan bawah serta
(b). Bionator
Kadang-kadang disebut piranti Balters sesuai dengan penemunya.
serta adanya lempeng akrilik di antara gigi-gigi atas dan bawah untuk
sangat dianjurkan.
Piranti ini terdiri atas piranti atas dan bawah yang pada saat pasien
bahkan waktu malam tetap bisa dipakai. Pengurangan jarak gigit dapat
pengertian bahwa piranti ini melekat pada gigi. Sebagai contoh adalah
dihubungkan oleh lengan telescopic pin and tube yang menentukan seberapa
baru tidak mengganggu pergerakan rahang bawah ke lateral dan dibuat dari
Pada anak dengan masa geligi pergantian merupakan kondisi kritis menuju
kearah maloklusi (Fransisco et.al., 2005), dan adanya hubungan antara usia dengan
maloklusi, karena pada usia kurang dari 11 tahun merupakan proses pergantian fase
geligi sulung ke geligi permanen, dimulai pada usia 6-7 tahun, dimana pada usia
tersebut merupakan awal erupsi dari gigi permanen, dan mulai terjadi perubahan
ukuran lengkung rahang, karena pengaruh dari erupsi gigi molar pertama. Gigi molar
pertama diperlukan untuk melihat apakah anak memiliki oklusi yang normal atau
terjadinya maloklusi, dimana erupsi normal gigi molar pertama permanen sampai
Selain adanya hubungan antara usia dengan maloklusi, jenis kelamin juga
berbeda pada setiap jenis kelamin, perempuan biasanya ditandai dengan menstruasi
diusia 10-12 tahun dan laki-laki diusia lebih dari 12 tahun.Hal ini dikarenakan variasi
ukuran lengkung rahang dipengaruhi oleh jenis kelamin, laki-laki memiliki ukuran
rahang yang lebuh besar dari pada perempuan (Proffit, 2009). Beberapa penelitian
tentang hubungan lengkung rahang dan maloklusi telah dilakukan. Menurut Howe
(1983) lebar lengkung rahang pada orang yang lengkung ahangnya sempit,
C. Prevalensi
Prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian jumlah
orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu
tempoh waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal. Prevalensi
sepadan dengan insidensi dan tanpa insidensi penyakit maka tidak akan ada prevalensi
penyakit. Insidensi merupakan jumlah kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam satu
periode waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode tertentu. Insidensi
penyakit yang berlangsung dalam populasi pada satu titik waktu (Timmereck, 2001).
adalah:
1. Kasus baru yang dijumpai pada populasi sehingga angka insidensi meningkat.
2. Durasi penyakit.
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Laki-laki Perempuan
1. Faktor Herediter
2. Faktor Lokal
a. Kebiasaan Buruk
Maloklusi b. Gangguan
pertumbuhan
c. Trauma
Klasifikasi Angel
Modifikasi Dewey
Gigi Berjejal
(Crowded)
pertumbuhan gigi geligi serta tulang rahang. perubahan tersebut dapat menentukan seseorang
mempunyai oklusi yang normal atau mengalami suatu mall posisi atau maloklusi. Maloklusi
adalah bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar. kadang etiologi suatu maloklusi
sukar ditentukan secara tepat karena ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. maloklusi dapat terjadi karena dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak
langsung, faktor langsung penyebab terjadinya maloklusi diantaranya adalah herediter dan
kelainan kongenital, kebiasaan buruk, faktor lokal, sedangkan faktor tidak langsung meliputi
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada siswa-siswi usia 9 sampai 12 tahun di
SDN 5 kecamatan Mojoroto kota Kediri, untuk mengetahui prevalensi maloklusi dan Gigi
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
perempuan
3. Teknik sampling
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
sampel (Sugiyono,2014).
D. Variabel Penelitian
Maloklusi pada anak SD umur 9-12 tahun menurut jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
gigi atau hubungan rahang yang menyimpang dari normal Menurut World Health
dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik maupun emosional dari pasien yang
memerlukan perawatan.
E. Instrumen Penelitian
2. Observasi
3. Informed Consent
Pada informed conseant yang mengisi adalah atas nama siswa yang akan melakukan
1. Alat Penelitian
a. Kaca mulut
b. Handscoon
c. Masker
d. Sendok cetak
e. Bowl
f. Spatula
g. Gelas kumur
h. Pinset
i. Kamera digital
2. Bahan Penelitian
a. Air
b. Alginat
c. Alkohol 70%
d. Gips biru
e. Gips putih
f. Kapas steril
G. Prosedur Kerja
pada tempat yang memiliki cukup cahaya. Pada pemeriksaan gigi geligi subjek
3. Subjek yang memenuhi kriteria yaitu maloklusi gigi berjejal kelas 1 type 1
4. Apabila pemeriksaan gigi telah memenuhi kriteria dan sudah dilakukan foto
untuk bernafas melalui hidung dan memasangkan alas dada kepada responden.
Alat-alat yang dipersiapkan adalah sendok cetak rahang atas dan rahang bawah,
bowl dan spatula. bahan yang dipersiapkan adalah bahan cetak alginat dan air
6. Setelah dilakukan pengadukan bahan cetak yang sudah siap diletakkan pada
sendok cetak dan diratakan menggunakan air supaya permukaan atas rata. untuk
bagian rahang atas tangan kiri membuka mukosa pipi dan pencetakan dari arah
sisi kiri dulu lalu ke arah kanan, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan
operator menekan sendok cetak pada bagian posterior dahulu kemudian bagian
anterior, pegangan sendok cetak berada pada garis median. Untuk mencetak
untuk menaikkan lidah ke atas dan digerakkan ke kanan dan ke kiri, selanjutnya
Setelah alginat setting cetakan dikeluarkan dari mulut dengan satu hentakan
dan apabila ada sisa alginat yang tertinggal dibersihkan dengan menggunakan
8. Cetakan alginat diisi dengan gips ditunggu hingga setting setelah itu di basis
10. Kemudian model studi difoto dengan kamera digital dari arah depan samping
11. Setelah dilakukan foto pada model studi dilakukan pengamatan pada model
12. Dilakukan analisa data, data yang diperoleh dari hasil penelitian dimasukkan ke
dalam tabel kemudian data diolah dan hasil yang diperoleh ditampilkan dalam
responden.
H. Kerangka Kerja
Tabulasi Silang