Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 Obat herbal dibagi 2:

Fitofarmaka > Merupakan sediaan obat yang telah 1. Obat herbal tradisional dikenal dengan
dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya jamu Merupakan warisan turun temurun
terdiri dari simplisia, atau sediaan galenik yang telah budaya bangsa Indonesia. Obat herbal yang
memenuhi persyaratan yang berlaku (KepMenKes RI memenuhi kriteria definisi obat herbal
no.761/menkes SK/IX/1992) 2. Obat herbal non tradisional Merupakan
tumbuhan yang tidak memiliki riwayat
Perioritas pemilihan penggunaan turun temurun namun memiliki
1. Bahan baku relatif mudah diperoleh manfaat kesehatan bagi masyarakat.
2. Didasarkan pada pola penyakit diindonesia
Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional
3. Perkiraan manfaatnya terhadap penyakit
tertentu cukup besar 1. Rajangan
4. Memiliki rasio resiko dan kegunaan yg - berupa satu atau beberapa jenis simplisia
menguntungkan penderita - Penggunaannya dengan pendidihan atau
5. Merupakan satu2nya alternatif perebusan
2. Serbuk simplisia
Ramuan komposisi fitofarmaka - Berupa butiran homogen dengan derajat halus
- Komposisi hendaknya terdiri dari satu yang sesuai
simplisia atau sediaan galenik - Terbuat dari simplisia atau campuran dengan
- Bila tidak mungkin dapat terdiri dari beberapa ekstrak
simplisia atau sediaan galenik 3. Serbuk instan
- Syarat : tidak melebihi 5 simplisia atau - Butiran homogen dengan derajat halus yang
sediaan galenik sesuai
- Masing-masing simplisia telah diketahui - Terbuat dari ekstrak
khasiat dan keamanannya berdasarkan 4. Kapsul
pengalaman - Obat tradisional yang terbungkus cangkang
kapsul
Standar fitofarmaka 5. Kapsul lunak
- Obat tradisional yang terbungkus cangkang
- Dapat dijamin kebenaran komposisi
lunak
keseragaman zat aktif dan keamananya
- Baku pembanding digunakan zat utama atau Logo jamu
senyawa idebtitas lainnya
- Mempertajam jalur fitokimia dari simplisia - Berupa ranting daun yang terletak dalam
lingkaran
Khasiat - Ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri
wadah atau brosur
- Harus menggunakan istilah medik seperti
- Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak
diuretik, spasmolitik, analgetik, antipiretik
dengan warna hijau di atas dasar warna putih
- Fitofarmaka tidak boleh mengandung zat
atau warna lain yang kontras dengan warna
kimia berkhasiat
logo
Pengujian fitofarmaka : Toksisitas, Uji efek - Tulisan JAMU dicetak dengan warna hitam
farmakologi, Uji klinik, Uji kualitas
Kriteria
BAB 2
- Aman sesuai persyaratan yang ditetapkan
Obat herbal Merupakan bahan atau ramuan bahan - Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
yang berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral empiris
(Peraturan kepala BPOM no. 13 th 2014) - Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Logo OHT

- Merupakan jari-jari daun 3 pasang terletak


dalam lingkaran
- Ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri
dari wadah atau brosur
- Jari-jari dalam lingkaran dicetak dengan
warna hijau di atas warna putih atau warna
lain yang kontras dengan warna logo
- Tulisan Obat herbal terstandar dicetak dengan
warna hitam

Kriteria
BAB 3
- Aman sesuai dengan pesyaratan yang
ditetapkan Obat Tradisional vs Obat Kimia
- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah /
prakliniK
- Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan
baku yang digunakan dalam produk jadi
- Memenuhi persyaratan mutu berlaku

Logo Fitofarmaka

- Berupa jari-jari daun yang kemudian


membentuk bintang dalam lingkaran

Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicetak dengan

warna hijau di atas dasar warna putih atau warna

lain yang kontras dengan warna logo


Obat kimia
- Tulisan FITOFARMAKA ditulis hitam
• Bersifat sympthomatis
2. Kriteria
• Obat simptomatik harus diminum seumur
• Aman sesuai dengan hidup.
persyaratan yang ditetapkan
• Bersifat paliatif
• Klaim khasiat harus dibuktikan
berdasarkan uji klinik • penyembuhan yang bersifat spekulatif, bila
tepat penyakit akan sembuh, bila tidak
• Telah dilakukan standardisasi endapan obat akan menjadi racun
terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi • diutamakan untuk penyakit akut seperti
asma, diare, patah tulang, infeksi
• memenuhi persyaratan mutu
yang berlaku Obat Herbal

• Fungsi

• Lebih mencegah penyakit


• Menyembuhkan penyakit komplikasi BAB 4
menahun
a. Uji Toksisitas sub akut
 Dibuat berdasarkan hasil uji toksisitas
akut
• Bersifat rekonstruktif
 Uji toksisitas sub akut memberi
• Reaksi lambat gambaran toksisitas calon fitofarmaka
untuk penggunaan ulang dalam
• Memperbaiki organ, jaringan dan sel periode yang lama
yang rusak - Hewan uji ideal dari 3 jenis yaitu 2
rodent dan 1 non rodent, tapi dapat
• Bersifat kuratif
digunakan dari 1 jenis hewan uji
• Penyembuhan pada sumber penyakit minimal 3 dosis
- Rute pemberian sama dengan rute
• Efek samping minimal yang digunakan pada manusia
Contoh : - Jangka waktu uji toksisitas sub akut
calon fitofarmaka adalah 3 bulan
• Meniran (Phyllanthus niruri).  Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
organ-organ vital seperti hepar, ginjal,
Meniran tidak langsung membunuh kuman,
paru, otak, sisitem hematologi
namun mengaktifkan kelenjar di dalam tubuh
b. Uji Toksisitas Kronik
yang menghasilkan sel-T yang merupakan
 Uji toksisitas kronik memberi gambaran
pembunuh alami kuman.
toksisitas atau keamanan pada
• Meniran tidak bekerja langsung penggunaan dosisi lazim secara berulang
menghentikan serangan kuman tetapi dengan selama hayat hewan
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk  Diprioritaskan pada calon fitofarmaka
melawan kuman. yang penggunaannya berulang atau
sangat lama (lebih dari 6 bulan)
Konsumsi Obat Herbal - Rancangan uji toksisitas kronik
 Waktu minum obat herbal dibuat berdasarkan hasil uji
Minum obat herbal sekitar 1 jam sebelum toksisitas sub akut
makan karena tubuh belum tercampur zat-zat - Jumlah hewan uji minimal 20 ekor
lain dan akan mempercepat penyerapan per dosis, walaupun terjadi
khasiat obat. Bagi penderita gangguan kematian hewan uji tidak berkaitan
lambung, disarankan meminum ½-1 jam dengan hal-hal teknis
sesudah makan.  Lama uji toksisitas kronik disesuaikan
dengan lamanya pemakaian obat pada
 Konsumsi sesuai dosis dan anjuran manusia
Jika mengombinasikan obat herbal dengan c. Toksisitas spesifik
obat konvensional, beri selang waktu 1-2 jam.  Uji toksisitas spesifik meliputi uji
teratogenik, uji karsinogenik, uji
 Pola hidup dan pola makan yang sehat
mutagenik, uji toksisitas terhadap janin,
Selama proses pengobatan, adalah bijak untuk
uji fungsi reproduksi dll.
menerapkan pola hidup sehat yang mencakup
 Uji ini dimungkinkan karena terjadinya
pola makan yang sehat, cukup tidur, dan
efek toksik sehubungan dengan
pengelolaan stres yang baik karena apa yang
pemakaian pada manusia
dipikirkan dapat berpengaruh besar pada
tubuh Anda.
Pengujian Farmakodinamik - Uji klinik hanya dapat dilakukan oleh tim peneliti
yang mempunyai keahlian, pengalaman, kewenangan
• Digunakan untuk mengetahui pengaruh dan tanggungjawab
farmakologi pada berbagai sistem biologi
- uji klinik harus memenuhi prinsip etika dari
Tahap Pengembangan Sediaan perencanaan hingga penyelesaian
• Agar bentuk sediaan fitofarmaka memenuhi - Setiap pengujian harus mendapatkan ijin Ethical
persyaratan kualitas clearance dari panitia etika penelitian pada manusia
• Syarat kualitas : Tahap awal
a. Tidak memberikan bau dan rasa yang (Uji klinik rancangan terbuka)
menyebabkan kegagalan pengujian • Uji klinik tahap awal merupakan uji klinik
(contoh : Bawang putih) tanpa pembanding (uncontrolled trial)
b. Mempunyai ketersediaan hayati yang • Tujuan : untuk melihat manfaat klinis,
baik menentukan dosis
Penapisan fitokimia dan standarisasi sediaan • Uji Klinik tahap lanjut merupakan uji klinik
a. Bila kandungan aktif belum diketahui, definitif dengan jumlah penderita lebih
maka yang dilakukan adalah membuat profil banyak. Uji klinik dilakukan dengan
kromatogram bertahap dengan pelarut non kelompok pembanding yaitu dengan placebo
polar, semi polar dan polar. atau standar baku yang sudah diketahui

b. Selanjutnya uji kualitatif dengan Tahap pemantauan


pembanding senyawa identitas • Merupakan surveilan efek samping yang
c. Penentuan kadar senyawa langka yang baru muncul setelah pemberian
jangka panjang.
d. Penentuan kadar senyawa dalam sediaan
• Merupakan sistem MESO (Monitoring Efek
Tahap Uji klinik Samping Obat)

• Syarat uji klinik • Tujuan : untuk melihat manfaat obat pada


keadaan yang sesungguhnya atau populasi
a. Pelaksanaan dasar
khusus
- Adanya pengalaman empiris
• Perlu diketahui efek yang tidak diinginkan
- Adanya data farmakologi pada uji pra
(adverse effects) yang dapat dikenali pada
klinik
tahap awal dan tahap lanjut
b. Uji klinik dapat dilakukan setelah terbukti
aman berdasar uji toksikologi dan
memenuhi syarat keamanan uji pada
manusia
c. Kriteria Pelaksanaan uji klinik
- Uji klinik harus memenuhi syarat untuk
pengembangan dan evaluasi suatu
obat baru
- Protokol uji klinik fitofarmaka harus
sudah disetujui oleh panitia ilmiah

Anda mungkin juga menyukai