Anda di halaman 1dari 72

Obat Tradisional

ITA DWI AINI, S.Farm,M.Sc., Apt

Mata Kuliah: FARMAKOLOGI II

FARMAKOLOGI II FAKULTAS ILMU KESEHATAN 1


UNIVERSITAS DHARMAS
PENDAHULUAN
Krisis m oneter

Ba han baku obat m a hal

Harga jua l produk (obat) tinggi

D aya beli m asyara kat rendah

Alternatif pengoba ta n

Intervensi Fisik Obat tradisional Inte rvensi Psikis


P ija t reflek s i A g am is
K om p res M ag ic
Tu s u k jaru m Te n a g a D alam

P elu a n g K erja Tin g k at k ea m a n an & k h as iat


FARMAKOLOGI II STIKES DHARMASRAYA 2
Obat Tradisional (SK No: 246/Menkes/Per/V/1990)
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.

FARMAKOLOGI II 3
DEFINISI OBAT KELOMPOK FITOTERAPI

Obat kelompok fitoterapi adalah sediaan obat yang telah


jelas keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya dari
simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi
persyaratan yang berlaku, sehingga sediaan tersebut
terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan dan
khasiatnya.
Catatan:
Bahan alam mengandung banyak komponen zat aktif, bila salah
satu komponen , belum tentu zat yang lainnya juga telah
terstandar.
Contoh: Kunyit mengandung:
- Kurkumin  telah distandarisasi
- Resin, polisakarida  bila kadarnya tinggi, membutuhkan bahan
pengering yang banyak dalam proses ekstraksi 4
DEFINISI FITOFARMAKA
(Permenkes No 760/Menkes/Per/IX/92 tanggal 4 Sep. ‘92)

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah


dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan
bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan
galenik yang telah memenuhi persyaratan yang
berlaku.

Secara otomatis sediaan tersebut telah terjamin


komponen aktif, keamanan dan khasiatnya.

FARMAKOLOGI II 5
DEFINISI OBAT ASLI INDONESIA
UU No. 7 Tahun 1963 tentang Farmasi

Obat Asli Indonesia adalah Obat-obat yang didapat


langsung dari bahan-bahan alamiah di Indonesia,
terolah secara sederhana atas dasar pengalaman
dan dipergunakan dalam pengobatan tradisional.

Obat Bahan Alam Indonesia adalah Obat Bahan Alam


yang diproduksi di Indonesia

FARMAKOLOGI II 6
Parameter Obat Tradisional Fitofarmaka / fitoterapi
1. Jaminan Aman Aman, berkhasiat dan
berkualitas
2. Penggunaan Pengobatan sendiri, secara turun UPKF (Upaya Pelayanan
temurun (pengalaman) Kesehatan Formal),
diresepkan

3. Tujuan a.Promotif/ peningkatan kesehatan: Kuratif/ pengobatan penyakit


Penggunaan Co. Jamu Habis Bersalin, Jamu Sehat •Anti hipertensi

Lelaki/ Sehat Perempuan •Anti diabetes

b.Preventif/ pencegahan penyakit •Anti cacing

Contoh: Temu Lawak sebagai


hepatoprotektor untuk membentengi
liver

4.Indikasi dan Tidak Jelas Jelas


Parameter Co.: Jamu Becak, Jamu Masuk Angin, Co.: Anti hiperlipidemia,
pengujian Jamu Surga, Jamu Ampuh diuretika, anti inflamasi,
Analgetik.

5. Dasar Pengalaman empiris/ turun temurun uji Farmakologi, uji toksisitas,


Khasiat uji klinis
6.Standarisasi Belum terstandarisasi
FARMAKOLOGI II
Telah distandarisasi- kan
7
Bahan baku
Penerapan pada UPKF: oleh tenaga medis
Dapat dilakukan apabila sudah lolos pengujian khasiat dan
keamanan:
- Uji toksisitas
- Uji Farmakologi/ Farmakodinamika
- Uji Klinis
Uji Klinis dapat dilakukan / bekerja sama dengan
puskesmas2

UPKF dapat menggunakan OT/ OAI dengan persyaratan:


- lolos pengujian ilmiah  agar tidak dianggap dokter
dukun
- diperkuat SK Menkes  agar tidak dianggap
malpraktek.

FARMAKOLOGI II 8
Perkembangan Bentuk Sediaan OT

Tanaman segar (diambil saat akan dipakai)

Simplisia (bahan kering)  rajangan / jamu godog

Simplisia serbuk  jamu seduh

Sediaan farmasi: tablet, kapsul, kaplet

Sediaan ekstrak instan & menyenangkan: sirup instant,


effervescent, dll.

FARMAKOLOGI II 9
Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Generasi I Tanaman segar, Rajangan, Sediaan
galenika: Decoct, Infus, Sediaan berbahan
baku serbuk: Jamu Serbuk, Tapel, Pilis,
Param, Pastilles, Dodol/ Jenang, Koyok, Pil
serbuk, dll
Generasi II Sediaan berbahan baku ekstrak: Pil
ekstrak, Tablet, Kapsul, Kaplet, Salep/
Krim, Sari Jamu, dll
Generasi III Effervescent (serbuk/ tablet), RTD
(ready to drink), Gel transdermal, dll.

Dari penelitian menunjukkan bahwa perubahan bentuk


sediaan OT tidak selalu mengubah khasiat dan keamanan OT.10
FARMAKOLOGI II
Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Rajangan
Definisi:
Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa
potongan simplisia, campuran simplisia atau
campuran simplisia dengan sediaan galenik yang
penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau
penyeduhan dengan air panas.

Persyaratan:
Kadar air, ALT, AKK, Mikroba Patogen, Aflatoksin

FARMAKOLOGI II 11
Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Serbuk

Definisi:
Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa
butiran homogen dengan derajat halus yang cocok;
bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik
atau campurannya

Persyaratan:
Keseragaman bobot, Kadar air, ALT, AKK, Mikroba
Patogen, Aflatoksin, Bahan Tambahan (0)

FARMAKOLOGI II 12
Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Param, Pilis, Tapel

Definisi:
Param, Pilis, Tapel adalah sediaan padat obat
tradisional; bahan bakunya berupa serbuk simplisia;
sediaan galenik atau campurannya dan digunakan
sebagai obat luar.

Param adalah obat tradisional dalam bentuk padat,


pasta atau seperti bubur yang digunakan dengan cara
melumurkan pada kaki dan tangan atau pada bagian
tubuh lain.

FARMAKOLOGI II 13
Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Param, Pilis, Tapel

Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat,


pasta atau seperti bubur yang digunakan dengan cara
mencoletkan pada dahi.
Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat,
pasta atau seperti bubur yang digunakan dengan cara
melumurkan pada seluruh permukaan perut.

Persyaratan:
Kadar air, ALT, AKK, Mikroba Patogen, Penandaan
sebagai obat luar
FARMAKOLOGI II 14
Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Koyok

Definisi:
Koyok adalah sediaan obat tradisional berupa pita
kain yang cocok dan tahan air yang dilapisi dengan
serbuksimplisia dan atau sediaan galenik, digunakan
sebagai obat luar dan pemakaiannya ditempelkan
pada kulit.

Persyaratan:
ALT, Mikroba Patogen, Penandaan sebagai Obat
Luar
FARMAKOLOGI II 15
Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Tablet

Definisi:
Koyok adalah sediaan obat tradisional berupa pita
kain yang cocok dan tahan air yang dilapisi dengan
serbuksimplisia dan atau sediaan galenik, digunakan
sebagai obat luar dan pemakaiannya ditempelkan
pada kulit.

Persyaratan:
ALT, Mikroba Patogen, Penandaan sebagai Obat
Luar
FARMAKOLOGI II 16
Pengelompokan Obat Tradisional/
(Obat Asli Indonesia)
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
telah mendorong perkembangan Obat Tradisional,
meliputi peningkatan mutu, keamanan, penemuan indikasi
baru dan formulasi.

Masyarakat perlu mengenal bentuk perkembangan


obat tradisional, sehingga penggunaan obat tradisional
menjadi lebih efektif.

Oleh karena itu perlu diadakan penandaan yang mudah


dikenal, berupa logo untuk kelompok obat tradisional.

FARMAKOLOGI II 17
Pengelompokan Obat Tradisional /
Obat Asli Indonesia
Pengelompokan Obat Tradisional berdasarkan SK Kepala Badan
POM HK.00.05.4.2411 tentang Pengelompokan dan Penandaan
Obat Bahan Alam Indonesia, berdasarkan cara pembuatan, jenis
klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat:

O bat Tradisional

Jam u O bat herbal terstandar Fitofarm aka

FARMAKOLOGI II 18
Pengelompokan Obat Tradisional
(Obat Asli Indonesia)
1. Jamu
Kriteria:
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Klaim khasiat berdasarkan data empiris
3. Proses produksi mengikuti pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
4. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis


pembuktian tradisional, tingkat pembuktiannya
merupakan tingkat pembuktian umum.
 Diawali dengan kata-kata: “Secara tradisional
digunakan untuk…” atau sesuai yang disetujui pada
pendaftaran.
FARMAKOLOGI II 19
Pengelompokan Obat Tradisional
(Obat Asli Indonesia)
2. Obat Herbal Terstandar
Kriteria:
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik
3. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi.
4. Proses produksi mengikuti pedoman Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
5. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian


tradisional, tingkat pembuktiannya merupakan tingkat
pembuktian umum dan medium
FARMAKOLOGI II 20
Pengelompokan Obat Tradisional /
(Obat Asli Indonesia)
3. Fitofarmaka
Kriteria:
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Klaim khasiat berdasarkan uji klinik.
3. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku
yang digunakan dalam produk jadi.
4. Proses produksi mengikuti pedoman Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
5. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian


tradisional, tingkat pembuktiannya merupakan tingkat
pembuktian medium dan tinggi.
FARMAKOLOGI II 21
Pengelompokan Obat Asli Indonesia
Logo/ Penandaan

Logo ditempatkan pada sebelah kiri bagian atas dari wadah/


pembungkus/ brosur
Logo dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok, kontras dengan warna logo.
Tulisan harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna
hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok
FARMAKOLOGI II 22
dengan tulisan.
Lounching Badan POM, 22 Maret 2005
PRODUK FITOFARMAKA
PRODUK HERBAL TERSTANDAR
1. Nodiar (KF)
1. Diabmeneer (Ny Meneer
2. Rheumaneer (Ny. Meneer) 2. Diapet (SOHO)
3. Fitogaster (KF)
3. Stimuno (Dexa)
4. Fitolac (KF)
4. Tensigard Agromed (Phapros)5. Glucogard (Phapros)

5. X-gra (Phapros) 6. HI-Stimuno (Tradium)


7. Irex Max (BT)
8. Kiranti Pegal Linu (Ultra Prima
Abadi)
9. Kiranti Sehat Datang Bulan (UPA)
10. Kuat Segar (PJ Daun Teratai)
11. Lelap (SOHO)
12. Psidii (PT Tradium)
13. Rheumakur (Phytochemindo Reksa)
14. Sehat Tubuh – BJ Bunga Teratai
15. Songgolangit – Songgo Langit Herbal
Indonesia
16. Stop Diar Plus Air Mancur
17. Virugon (Konimex)

FARMAKOLOGI II 23
Persyaratan Umum O Trad.
1. Secara empirik terbukti aman dan
bermanfaat untuk manusia
2. Bahan obat tradisional dan proses
produksi yang digunakan memenuhi
persyaratan

FARMAKOLOGI II 24
Pelaksanaan Uji Klinik OTrad

Observasi dan penilaian pemakaian obat tradisional di


masyarakat : obat tradisional berkhasiat secara empirik dan
tidak memperlihatkan efek samping

Tata Laksana pengembangan Pemanfatan Obat Tradisional:.


Langkah I. Uji praklinik yang menentukan keamanan melalui uji toksisitas
dan menentukan khasiat melalui uji farmakodinamik.
Langkah II. Standardisasi secara sederhana
Langkah III. Teknologi farmasi yang menentukan identitas secara
seksama sampai dapat dibuat produk yang terstandardisasi
Langkah IV.Uji klinik pada orang sakit dan atau orang sehat.

FARMAKOLOGI II
25
Tahapan Pelaksanaan Uji Pengembangan OT
Inventarisasi  Observasi  Seleksi

Uji Praklinik Obat Tradisional

Kelompok I: Kelompok II: Kelompok III: Kelompok IV:


Aman (+) ; Khasiat (+) Aman (+); Khasiat (-) Aman (-); Khasiat (+) Aman (-); Khasiat (-)

Terus beredar di masyarakat Boleh beredar tanpa klim


Tidak boleh dipakai Dilarang beredar dan
ditambah label Depkes Manfaat/ indikasi
sampai penelitian lanjut dilarang dipakai
(jalur non formal) (jalur non formal)

Teknologi Farmasi
Standardisasi sederhana
(Sediaan Baru)
Isolasi

Uji Klinik OT Uji Klinik OT Uji Klinik OT

Bermanfaat Bermanfaat Bermanfaat

OBAT JADI
Pelayanan
Kesehatan
FARMAKOLOGI II STIKES DHARMASRAYA 26
Penyusunan Ramuan Obat
Tradisional

27
Penyusunan ramuan:JAMU ANTON-ANTON TUA
Hamil Tua adalah masa kehamilan dari bulan ke-7 sampai dengan bayi lahir.
Dalam masa kehamilan ini umumnya terjadi keluha n para ibu hamil sbb.:
- Frekuensi kencing meningkat karena rahim membesar dan menekan
kandung kencing, pergerakan janin yang semakin terasa dan sering
menimbulkan rasa sakit
- Sembelit
- Kejang pada tungkai bawah
- Kadang-kadang terjadi pengeluaran cairan dari vagina
- Perlu persiapan pembentukan ASI yang memadai

Simplisia penyusun yang diperlukan mempunyai kegunaan sbb.:


1.Pereda kejang
2.Anti kembung
3.Pencahar
4.Pelancar ASI

28
Penyusunan ramuan: JAMU ASI
Pengeluaran ASI dipengaruhi oleh prolaktin, yang akan bekerja
efektif setelah persalinan atau habis melahirkan.

Mutu ASI antara lain dipengaruhi oleh:


-Kesehatan
-Nilai gizi makanan yang dimakan oleh ibu dalam masa menyusui
anak.

Simplisia penyusun yang diperlukan mempunyai kegunaan sbb.:


1.Pelancar ASI  dn pepaya, temu lawak, dn katu, dn lampes, dn turi, dn.
Kelor, dn. Asam, dll
2.Penambah nafsu makan  herba sambiloto, daun pepaya, kunyit, temu
kunci. dll

29
Penyusunan ramuan: JAMU BATUK
Batuk adalah suatu refleks fisiologik pada keadaan sehat maupun sakit yang
berfungsi untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari
benda-benda asing (corpus alienum).

Refleks fisiologik ini dapat ditimbulkan oleh:


- Radang (infeksi ringan saluran pernafasan, alergi)
- Rangsangan mekanis (asap rokok, debu, dll)
- Rangsangan kimiawi (dahak, gas, bau)
- Perubahan suhu udara

Simplisia penyusun yang diperlukan mempunyai kegunaan sbb.:


1. Peluruh dahak  lidah buaya, dn sembung, dn selasih, dn pepaya, dn sereh
2. Penenang  rp. jaringau, dn.kangkung, bg kecubung, biji pala
3. Anti radang  kapulaga, sambiloto, temu lawak, kunyit, lengkuas, kedawung
4. Anti septik  kulit kayu pule, pulosari, temu lawak, dn sirih, dn jambu biji
5. Pengurang nyeri  dn sembung, kunyit, bj/dn kecubung, kencur, jinten hitam/ putih, daun
sirih

30
Penyusunan ramuan: JAMU BERAS KENCUR
Jamu Beras Kencur umumnya digunakan untuk menyegarkan kembali
badan yang lelah, lesu dan pegal linu yang timbul sehabis bekerja,
olah raga atau setelah melakukan perjalanan.

Jamu Beras Kencur sekurang-kurangnya harus mengandung beras dan


kencur yang berdasarkan hasil uji farmakologik memberikan efek
mengurangi nyeri.

Dalam ramuan Jamu Beras Kencur dapat ditambahkan simplisia lainnya


yang mempunyai kegunaan sbb.:
1. Penyegar badan  ketumbar, jinten putih, kencur, pare, akar sembukan, biji wijen
2. Meningkatkan fungsi enzim pencernaan  kulit kayu jambu monyet, buah
nanas, rp. Jaringau, temu lawak, kunyit, lengkuas, dll.
3. Anti kembung  kapulaga, dn sembung, temu kunci, adas manis, dll.
4. Pengurang nyeri  dn sembung, kunyit, bj/dn kecubung, kencur, jinten hitam/
putih, daun sirih

31
Penyusunan ramuan: JAMU BERHENTI HAID
Haid terjadi karena corpus luteum menghentikan produksi hormon
progesteron dan menyebabkan dinding endometrium yang telah
berproliferasi dilepas oleh rahim. Siklus ini berkisar antara 24 hari
sampai 32 hari, rata-rata 28 hari.
Pada beberapa kasus jumlah darah dan masa haid melebihi normal,
misalnya karena terjadi infeksi pada rahim atau disebabkan
gangguan psikis (stress, kelelahan, dll.) Untuk menghindari terlalu
banyak atau berlebihan keluarnya darah yang dapat menyebabkan
kekurangan darah (anemia) maka perlu menghentikan haid tersebut.
Simplisia penyusun yang diperlukan mempunyai kegunaan sbb.:
- Anti Septik  kulit kayu pule, pulosari, temu lawak, dn sirih, dn jambu biji
- Penguat rahim 
- Penambah nafsu makan  herba sambiloto, daun pepaya, kunyit, temu kunci
- Pengelat  pinang, gambir, delima putih, KK rapet, kulit kayu turi, dn jambu biji
- Penenang/ pelelap tidur  rp. jaringau, dn.kangkung, bg kecubung, biji pala
- Sumber vitamin dan mineral 
32
Penyusunan ramuan: JAMU BERSIH DARAH
Bersih darah dapat dikaitkan dengan pengertian darahnya
yang kotor. Jika darahnya telah kotor, maka dapat
menimbulkan gatal-gatal, kelainan kulit dan kulit peka
terhadap gigitan serangga.

Simplisia penyusun yang diperlukan mempunyai kegunaan


sbb.:
-Anti Septik  kulit kayu pule, pulosari, temu lawak, dn sirih, dn jambu biji
-Pembersih darah  Dn bayam duri, herba tapak dara, pegagan, tapak liman,
cincau, kunyit, temu hitam, lengkuas
-Penenang/ pelelap tidur rp. jaringau, rp. teki,dn kangkung, bg kecubung, dn
sembung, biji pala

33
Penyusunan ramuan: JAMU CACINGAN
Cacingan disebabkan oleh investasi cacing, yang terjadi karena telur cacing
tertelan bersama makanan, di dalam duodenum, terserap masuk ke
aliran darah. Larva yang berada dalam aliran darah melalui jantung
sampai di alveolus paru-paru, bronkhus, pharing,dll, dan berkembang di
dalam usus halus.
Gejala dan penderita cacingan adalah:
- Nafsu makan makin berkurang
- Merasa nyeri di perut dan rasa kurang enak pada ulu hati (epigastrum)
- Merasa mual dan kadang-kadang sampai muntah
- Merasa gatal-gatal dan sering terjadi ruam pada kulit dan hidung.
- Badan kurus, muka pucat, perut membuncit.
Simplisia penyusun yang diperlukan mempunyai kegunaan sbb.:
- Obat cacing  biji labu merah, temu giring, temu hitam
- Penambah nafsu makan  herba sambiloto, daun pepaya, kunyit, temu kunci
- Anti Muntah  buah kapulaga, bunga cengkeh
- Penambah darah  dn pepaya, kunyit, daun kecipir, daun bayam duri
34
Bahan Tambahan dalam Formulasi OT
1. Penyedap Rasa:
Kayu Legi Daun Saga
Daun Stevia Daun Asam Jawa
2. Penyedap Aroma
Daun Mentha Daun Gondopura
Buah Adas Daun Cengkih
Kayu Manis Jangan Biji Kedawung
3. Pengisi:
Pulasari Daun Cengkih
4. Penambah Warna:
Kayu Secang Rimpang Kunyit

35
Contoh Formulasi
Anti Hipertensi
Daun Sledri biasanya pembuluh darah BAUK Vasodilator Flavonoid apigenin
menyempit & apiin
Daun Kumis banyak kencing dapat menurunkan BAUK Diuretika Flavonoid, saponin,
Kucing TDT garam K+
Daun Besaran TDT biasanya Ca ++ BAUK Antagonis Ca ++
(Murbei) terlalu tinggi.
Herba Thymi Kadang2 uratnya kencang. BAUK Simpatolitik

Biji Pala butuh istirahast yang cukup BAPK Sedatif Myristisin

Rimpang Kunyit biasanya pusing BAPK Analgetika Curcuminoid

Kayu Legi Rasa Glisirizin

Daun Mentha Bau Mentol

Kayu Secang Warna

Pulosari Filler

Daun Asam Kurkumin tidak stabil dalam pH Stabilisa- Asam organik: asam
basa/ netral warna merah tor sitrat, asam tartarat
memucat
Daun Asam Kurkuminoid tidak larut air solubilizer Suspending pektin
agent 36
Tingkat Keamanan dan
Kemanfaatan Obat
Tradisional
Pokok Bahasan:
 Efek samping Obat Tradisional relatif kecil jika
digunakan secara tepat.
 Efek Obat Tradisional lemah dan lambat karena
kandungan aktif relatif kecil
 Kombinasi aktivitas kandungan kimia aktif dalam satu
bahan nabati
 Lebih sesuai untuk penyakit metabolit dan degeneratif
 Ketersediaan hasil penelitian ilmiah tanaman obat .
1.Efek samping Obat Tradisional relatif
kecil jika digunakan secara tepat.
Ketepatan meliputi:
a. Kebenaran bahan
b. Ketepatan dosis
c. Ketepatan waktu penggunaan
d. Ketepatan cara penggunaan
e. Ketepatan telaah informasi
f. Ketepatan pemilihan OT untuk indikasi
tertentu
g. Tidak disalahgunakan
1.a. Kebenaran Bahan
Daun Dewa Daun Sambung Nyawa /
(Gynura pseudocina) Panjang Jiwo
(Gynura
procumbens(Lour.) Merr.
Herba tegak Tanaman merambat
Tepi daun berombak Tepi daun bergerigi
Dipakai untuk berbagai Anti Tumor
penyakit Bersifat membunuh sel
Berbulu Permukaan daun tidak
terlalu berbulu
1.a. Kebenaran Bahan
Kunir Putih Temu mangga
(Curcuma zedoaria) (Curcuma mangga)

Warna rimpang kekuning- Warna rimpang kekuning-


kuningan kuningan
Agak Pahit Berbau mangga
Anti Tumor Anti Tumor
1.a. Kebenaran Bahan
Lempuyang Lempuyang Lempuyang Gajah
wangi emprit. (Z. zerumbeti)
(Z aromaticum) (Z. littorale)

Tidak terlalu Kekuning- Kuning


kuning kuningan
Berbau harum Berbau pahit Berbau pahit,
Pelangsing Penambah nafsu Penambah nafsu
makan makan

OT Pelangsing, umumnya mengandung:


Lempuyang wangi, Jati Belanda, Bengle
1.b. Ketepatan Dosis
Dosis harus tepat agar memberikan efek optimal,
karena bila berlebihan akan menimbulkan efek yang
tidak diinginkan
Contoh:
Obat Penurun tekanan darah tinggi:
Daun sledri < 1gelas
Mentimun < 2 buah
 bila lebih TD akan drop, shock

Obat Diare:
Gambir, dosis < 1 ibu jari
 bila lebih akan susah buang air besar.
1.c. Ketepatan Waktu Penggunaan
Pada tahun 1980-an di RS dr Sardjito ditemukan
bahwa Jamu Cabe Puyang dapat menyebabkan
kesulitan persalinan.
Evaluasi  penyebab = hambatan kontraksi otot

Konsumsi seharusnya pada awal kehamilan: dengan


efek otot uterus kokoh menyebabkan resiko
keguguran kecil.
sebaliknya
Pada akhir masa kehamilan, kokohnya oto uterus
menyababkan kesulitan kontraksi otot, sehingga
persalinan menjadi sulit.
air besar.
1.c. Ketepatan Waktu Penggunaan
Jamu Cabe Puyang mempunyai efek menghambat
kontraksi ( memperkokoh oto uterus)
Maka sebaiknya dikonsumsi wanita masa masa awal
kehamilan hingga bulan ke-5 saja.

Kunyit Asam, tidak mempunyai efek memperkokoh


otot uterus, sebaliknya pada masa awal kehamilan,
dapat menyebabkan efek abortivum.
 Maka sebaiknya dikonsumsi pada akhir masa
kehamilan.
1.d. Ketepatan Cara Penggunaan
Daun Kecubung (Datura metel L.)

Sebagai anti asma, dipilih daun yang tidak terlalu tua


dan tidak terlalu muda.

Kandungan: alkaloid turunan terpen, yang berefek


bronkhodilator, melonggarkan saluran pernafasan.

Cara:
-daun kering dipilin dan dihisap seperti rokok
-Bila diseduh dan diminum akan menyebabkan
keracunan, dengan gejala midriasis (pupil membesar)
1.d. Ketepatan Cara Penggunaan
Akar Senggugu (Clerodendron tomentosum)

Sebagai ramuan gurah, bagi penderita Rhinitis alergica (tanda:


sering bersin-bersin)

Kandungan: saponin, berefek menghemolisis darah.

Cara:
-Diteteskan pada hidung, menyebabkan pengeluaran lendir. Di
sini tidak masuk dalam aliran darah, sehingga ES hemolisis tidak
terjadi.
-Bila diseduh dan diminum kemungkinan akan menyebabkan
keracunan, karena saponin dalam akar senggugu sangat polar,
hampir tidak terabsorpsi, maka sediaan kapsul gurah tidak ada
manfaatnya
1.e. Ketepatan Telaah Informasi
Biji Jarak (Ricinus communis L.)

Kandungan: ricin (gabungan asam amino dengan gugus gula), bila


dikombinasikan dengan isolat protein akan membentuk anti bodi
(antikanker). Ricin secara individu bersifat racun/ toksik.

Asam risinolat merupakan hasil hidrolisis minyak jarak di dalam


usus, menyebabkan efek purgatif (urus-urus/ laksatif)

Maka: Konsumsi biji jarak secara langsung akan menyebabkan


keracunan dan diare.
1.e. Ketepatan Telaah Informasi
Biji Pare (Momordica charantia L.)

Sebagai Anti Aids

Kandungan: pada biji: senyawa triterpenoid yang berkhasiat


sebagai anti spermatozoa.

Pencegahan AIDS dengan menggunakan biji pare tidak tepat


digunakan bagi pria, karena bisa menyebabkan infertil (mandul),
namun tidak bermasalah bagi wanita.

Maka: Konsumsi biji pare sebagai pencegahan AIDS pada pria


tidak direkomendasikan.
1.f. Ketepatan Pemilihan OT untuk
Indikasi tertentu
Keji Beling (Strobilanthus crispus L.)

Pada Tahun 1985 di RS dr Karyadi Semarang,


ditemukan sel darah merah di urin pasien.

disebabkan pasien mengkonsumsi OT yang


mengandung keji beling dosis berlebih (merupakan
diuretik kuat, dapat mengiritasi ginjal dan saluran
kemih.

Saran: Penggunaan diuretik dikombinasikan dengan


Tempuyung/ Kumis Kucing, sehingga dapat
melarutkan batu ginjal.
1.f. Ketepatan Pemilihan OT untuk
Indikasi tertentu
Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus),
Sebagai anti Diabetes

Kandungan: alkaloid: vincristin & vinblastin berefek samping


menurunkan kadar leukosit, sehingga mengganggu pertahanan
tubuh.

Saran: Untuk pengobatan diabetes, sebaiknya menggunakan


bahan lain: biji apokat, buah pare, biji duwet.
Tapak Dara digunakan untuk terapi kanker darah, mempunyai
efek samping kekeringan pada sumsum tulang belakang, maka
bila menggunakan ekstrak Daun Tapak Dara perlu diiringi
dengan senyawa lain yang dapat mengeliminasi efek samping
tersebut.
1.g. Obat Trad Tidak disalahgunakan
Jamu Terlambat Bulan (Peluntur):
Disalahgunakan untuk pengguguran kandungan, bila
gagal, efek yang timbul:
-bayi lahir cacat
-Ibu menjadi infertil, infeksi  kematian.

Penambahan bahan obat sintetik (BKO)


-Jamu Penguat + testosteron  liver rusak
-Jamu Masuk Angin + asetosal  pendarahan
-Jamu Pegal Linu + prednison/ fenilbutazon  Moon
face
1.g. Obat Trad Tidak disalahgunakan
Jamu Beralkohol, anggur
Pil koplo + anggur/ jamu beralkohol  kematian

Persyaratan OT menyatakan bahwa OT tidak boleh


mengandung alkohol lebih dari 1%.

Note:
Air dan alkohol dapat membentuk azeotrop: dua
bahan yang berbeda titik didih, bila diuapkan
bersama-sama tidak hanya satu bahan yang menguap,
tetapi dua-duanya menguap.
2. Efek Obat Tradisional lemah dan lambat karena kandungan
aktif relatif kecil

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees):


• Kandungan andrografolida = 5%
• Hipoglikemik pada kelinci pada dosis 50 mg/BB
• Konversi dosis pada manuasia: 500 mg/BB
• Dosis daun sambiloto kering = 10 gram/ BB manusia
• Andrografolida sukar larut dalam air panas, sedangkan secara
tradisional dikonsumsi hasil rebusannya, sehingga kadar zat
aktif kecil dan efeknya lemah dan lambat.
• Ekstrak etanol daun sambiloto dapat menyari lebih banyak
kandungan zat dalam bahan  mempertajam khasiat, namun
perlu dilakukan uji toksisitas untuk mendapatkan jaminan
keamanannya.
(karena dimungkinkan ada bahan-bahan lain (non polar) yang
ikut terlarut, bersifat toksik)
2. Efek Obat Tradisional lemah dan lambat karena kandungan
aktif relatif kecil

Kunyit (Curcuma domestica Val.)):


• Dalam bentuk rebusan, aman
• Ekstrak etanolnya bersifat teratogenik

Maka untuk mengeliminasi kandungan kimia


lipofiliknya, dibuat ekstrak terpurifikasi.
3. Kombinasi aktivitas kandungan kimia
aktif dalam satu bahan nabati
Kategori efek meliputi:
a. Efek Komplementer
b. Efek sinergis
c. Kontraindikasi
d. Indikasi berbeda
e. Hambatan absorpsi
f. Peningkatan ketersediaan hayati
kandungan kimia
3.a. Efek Komplementer
(saling mendukung)
Herba Thymi (Thymus vulgaris L.)

Obat Batuk

Kandungan:
-minyak atsiri: timol, karvakrol, p-sineol yang berkhasiat
sebagai antiseptik dan ekspektoran.
- senyawa flavon polimetoksi yang berkhasiat sebagai
antispasmodik/ antikejang sehingga menekan batuk

Maka: khasiat sebagai obat batuk, antiseptik dan


ekspektoransia merupakan efek yang komplementer
3.a. Efek Komplementer
(saling mendukung)
Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza)

Dikenal sebagai Peluruh empedu

Kandungan:
- kurkuminoid yang berkhasiat sebagai kolagogum (memacu
produksi cairan empedu)
- minyak atsiri: (p-tolil metil karbinol yang berkhasiat sebagai
kholeretik (memacu pengeluaran cairan empedu)

Maka: khasiat sebagai peluruh empedu, kolagogum dan


kholeretik merupakan efek yang komplementer
3.a. Efek Komplementer
(saling mendukung)
Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)

Dikenal sebagai herba pelangsing

Kandungan:
- polisakarida musilago yang berkhasiat sebagai penekan nafsu
makan dan memperlancar defekasi
-tanin bereaksi dengan protein, melapisi dinding usus (sifat
astringensia) sehingga menghambat proses absorpsi di usus.
-Alkaloid (jenisnya belum diketahui) dapat menghambat kerja
enzim lipase (yang bertugas menguraikan lemak, memecah lemak
menjadi molekul yang lebih kecil sehingga mudah dicerna oleh
tubuh.
3.b. Efek Sinergis
Daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus)

Dikenal sebagai diuretik

Kandungan:
- flavonoid berkhasiat sebagai diuretik
- saponin berkhasiat sebagai diuretik
- kalium berkhasiat sebagai diuretik
3.b. Efek Sinergis
Jahe (Zingiber officinale )

Dikenal sebagai berefek karminatif

Kandungan:
- zat pedas gingerol (tidak mudah menguap) berkhasiat sebagai
antimual (rasa)
- minyak atsiri (mudah menguap) berkhasiat sebagai anti mual
(aroma)
3.c. Kontraindikasi (jika penyiapan
sediaan tidak tepat)
Kelembak (Rheum officinale )

Kandungan:
- antrakuinon (non polar) berkhasiat sebagai laksansia (urus-
urus)
- tanin (polar) bersifat adstringent, menghambat adsorpsi
berkhasiat sebagai antidiare.

Laksansia kontraindikatif dengan anti diare

Saran: pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi.


3.c. Kontraindikasi (jika penyiapan
sediaan tidak tepat)
Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza )

Kandungan:
- kurkuminoid (tidak mudah menguap) berkhasiat sebagai
antihiperkolesterol (menurunkan kolesterol)
- minyak atsiri (mudah menguap) berkhasiat sebagai penambah
nafsu makan.

Antihiperkolesterol kontraindikatif dengan penambah nafsu


makan.
 Diatasi dengan ketepatan proses ekstraksi
3.d. Indikasi berbeda
Mengkudu (Morinda citrifolia )

Kandungan:
- senyawa polisakarida berkhasiat sebagai imunomodulator
(kekebalan tubuh)
- senyawa alkaloid (xeromine) berkhasiat membantu
memperbaiki sel-sel yang rusak.
-Senyawa kumarin (skopoletin) mempunyai khasiat sebagai anti
hipertensi

Masing-masing indikasi di atas tidak ada hubungannya.


3.d. Indikasi berbeda
Lidah buaya (Aloe vera L. )

Kandungan:
- senyawa polisakarida berkhasiat sebagai antidiabetes
- senyawa antrakuinon berkhasiat laksansia
-Acemanan bekhasiat sebagai penyembuh luka, anti radang
-Zat pewarna hitam berkhasiat sebagai penyubur rambut.

Masing-masing indikasi di atas tidak ada hubungannya.


3.e. Hambatan absorpsi

Senyawa tanin menghambat absorpsi obat dan


makanan dengan cara bereaksi dengan protein yang
melapisi dinding usus.

Senyawa polisakarida menghambat absorpsi obat dan


makanan dengan cara mempercepat transit makanan
di dalam usus.
3.f. Peningkatan ketersediaan hayati
kandungan kimia

Piperin (bila dikonsumsi dengan curcumin) dapat


meningkatkan ketersediaan hayati curcuminoid
sehingga khasiat meningkat.
4. Lebih sesuai untuk penyakit
metabolit dan degeneratif
Adanya pergeseran pola penyakit di Indonesia maupun dunia:
Penyakit infeksi  penyakit metabolit atau degeneratif.

Penyakit infeksi diobati dengan antibiotik.


 dalam hal ini OT tidak tepat karena kandungan kimianya
kecil, fluktuatif, efeknya lemah)

Contoh OT yang mempunyai aktivitas antimikroba Senyawa


fenol:
-Timol dari herba Thymi
-Eugenol dari Daun & bunga Cengkeh
-Anethol dari Buah Adas
-Kavikol dan kavibetol dari Daun Sirih
4.a. Penyakit metabolisme
Penyakit metabolisme merupakan penyakit yang timbul karena
adanya kelainan kemampuan metabolisme zat-zat yang masuk
ke dalam tubuh
Penyakit metabolisme lebih sering melanda kota:

Contoh:
1. Diabetes  kelainan metabolisme gula
2. Hiperlipidemia  kelainan metabolisme lemak
3. Asam urat  kelainan metabolisme xantin
4. Batu ginjal  kelainan metabolisme kalsium
5. Batu empedu  kelainan metabolisme asam empedu
6. Atherosklerosis  kelainan metabolisme kolesterol
4.b. Penyakit degeneratif
Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang timbul karena
adanya perubahan fisik/ organ tubuh
Penyakit metabolisme lebih sering melanda pedesaan:

Contoh:
1. Hipertensi penyempitan pembuh darah
2. Asma penyempitan saluran nafas
3. Maag adanya luka/ tukak pada lambung
4. Ambeien radang
5. Hepatitis kerusakan liver
6. Pikun  ketuaan
5. Ketersediaan Hasil Penelitian Ilmiah
Tanaman Obat
Kondisi :
1. Belum semua tanaman asli Indonesia diteliti secara ilmiah,
2. Belum banyak hasil penelitian ilmiah diekspos terbuka
(industri  untuk kalangan sendiri; sebagian besar hasil
penelitian ilmiah univ. didokumentasikan sendiri)
3. Kurangnya budaya pembuatan laporan/ jurnal dalam format
resmi/ mem-patent-kan karya ilmiah.

Jurnal ilmiah herbal medicine yang sudah terekspose


terbuka via internet kebanyakan dari asing, maka untuk
simplisia OAI tidak selalu dapat ditemukan.
5. Ketersediaan Hasil Penelitian Ilmiah
Tanaman Obat
Sumber literatur:
1. Materia Medika Indonesia
2. Acuan Sediaan Herbal
3. Physician Desk Refference
4. Monografi asing (LN)
5. Jurnal ilmiah resmi
6. Textbook -textbook
7. Dll.

Anda mungkin juga menyukai