6. Tanpa penyalahgunaan
Pengujian Organoleptis
Teknik pengujian ini dengan menggunakan indera manusia untuk
mengidentifikasi bentuk, warna, bau, dan rasa dari obat tradisional.
Pengujian Mikrobiologis
Pengujian secara mikrobiologis meliputi:
1. Angka lempeng total
2. Angka kapang dan khamir
3. Mikroba pathogen.
Uji praklinik dan klinik.
Uji praklinik
Merupakan persyaratan uji untuk calon obat. Uji ini memberikan informasi
tentang efikasi, profil farmakokineika, dan toksisitas calon obat. Hewan yang
digunakan adalah mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster dan anjing,
beberapa juga menggunakan primata.
Uji praklinik dapat berupa uji toksisitas. Uji praklinik ini meliputi:
Uji klinik
Fase I
Calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati
pada hewam percobaan juga terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan
dosis dan efek yang diberikan serta profil farmakokinetika obat pada manusia.
Fase II
Calon obat diujikan pada pasien tertentu dan diamati efikasinya pada penyakit yang
diobati. Profil yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek potensial dengan efek
samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini, mulai dilakukan pengembangan dan uji
stabilitas bentuk sediaan obat.
Fase III
Fase ini melibatkan sekelompok besar pasien. Dalam fase ini, obat baru dibandingkan
efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang sedah diketahui.
Fase IV
Setelah obat dipasarkan, masih dilakukan studi pasca-pemasaran. Pengamatan dilakukan
pada pasien dengan berbagai kondisi, usia, dan ras. Studi ini dilakukan dalam jangka
panjang dalam menggunakan obat. Fase ini meliputi pemantauan toksisitas obat yang
beredar.
2. Obat tradisional dilarang dibuat dalam bentuk sediaan intravaginal, tetes mata,
parenteral, dan suppositoria kecuali untuk wasir.
3. Obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka dalam bentuk sediaan
cairan obat dalam tidak boleh mengandung etil alkohol dengan kadar lebih besar
dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan
pengenceran.
GALENIKA dan EKSTRAK
Galenik
Seorang ilmuan asal Yunani yaitu Claudius Galenos (GALEN) membuat sediaan
obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan
yang disebut ilmu galenika.
Sediaan galenika adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku tumbuh – tumbuhan
atau hewan (bahan segar atau simplisia) dengan cara disari . Tujuan dibuat sediaan
galenika: Untuk memisahkan obat – obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian
lain yang dianggap tidak bermanfaat; Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah
dipakai; Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan
yang lama.
Extracta
Infusa
Aqua Aromatika
Sirupi
Tinctura
Spiritus Aromatica
Vina (Anggur)
1. Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang
terkandung tersebut disari, semakin sukar disari simplisia harus dibuat semakin
halus dan sebaliknya
2. Konsentrasi /Kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas
konsentrasinya agar tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan
3. Suhu dan lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak,mudah disari atau
tidak
4. Bahan penyari dan cara menyari
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan
penyari kedalam simplisia.
Ekstrak
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang umumnya
zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah. Cairan
penarik yang dipergunakan disebut Menstrum, Ampasnya disebut marc atau faeces.
Cairan yang dipisahkan disebut Macerate, Perkolat.
1. Air
pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya: garam-garam
alkaloida, glikosida, asam, tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.
Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik dimana zat-zat tersebut
merupakan media yang baik untuk jamur atau bakteri sehingga akan menyulitkan
penarikan pada perkolasi.
2. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya pelarut yang baik untuk
alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom,
gula dan albumin.Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada
air sendiri.
3. Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan menstrum untuk
penarikan simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin adalah pelarut yang baik
untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut
dalam gliserin.
4. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan
sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.
5. Solvent Hexane
Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya
dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung lemak-
lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik,
misalnya strychni, secale cornutum.
6. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut yang baik
untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar
hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin
7. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek farmakologinya. Bahan
pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
1. Maserasi
cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam
cairan penyari pada suhu suhunya 15-25 0C. Maserasi juga merupakan proses
pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.
2. Digerasi
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan penyari pada
suhu 35o – 45o.
3. Perkolasi
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang
simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan
tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat - syarat yang
telah ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. perkolasi persambungan, continous extraction,memakai alat soxhlet.
Pengertian Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk
jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ).
Sediaan fitofarmaka telah melewati pengujian yaitu uji preklinis seperti uji
toksisitas, uji efektivitas, dll dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis
yang dilakukan terhadap manusia. Fitofarmaka dapat dikatakan sebagai obat herbal
tertinggi dari Jamu dan Herbal Terstandar karena proses pembuatannya sudah
mengadopsi CPOB dan sampai uji klinik pada manusia.
Standar bahan baku,bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam
Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia atau Materia Medika Indonesia.
1. Tahap Seleksi
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala
prioritas sebagai berikut:
- Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama
- Jenis obat alamai yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar
pengalaman pemakaian empiris sebelumnya
- Jenis OA yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-
penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
3. Uji klinik
Uji klinik Fitofarmaka adalah pengujian pada manusia, untuk mengetahui atau
memastikan adanya efek farmakologi tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinik
untuk pencegahan penyakit, pengobatan penyakit atau pengobatan segala penyakit.
Rheumaneer
Komposisi:
Curcumae domesticae Rhizoma...... 95 mg
Zingiberis Rhizoma ekstrak............. 85 mg
Curcumae Rhizoma ekstrak.......... 120 mg
Panduratae Rhizoma ekstrak.......... 75 mg
Retrofracti Fructus ekstrak........... 125 mg
Komposisi :
Tensigard Agromed
Komposisi
Tiap kapsul berisi:
Ekstrak Ganoderma lucidum......... 150 mg
Ekstrak Eurycomae radix................ 50 mg
Ekstrak Ginseng............................. 30 mg
Ekstrak Retrofracti fructus............. 2,5 mg
Royal jelly........................................ 5 mg