Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FARMAKOGNOSI

“OLEUM CACAO”

Oleh :

Nama : Aryanti

Kelas : XII Farmasi

SMK CARAKA NUSANTARA

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Oleum cacao ini berasal dari biji coklat dengan cara pengolahan tertentu. Biji kakao
yang berasal dari pembuahan musim hujan umumya mempunyai kadar lemak lebih
tinggi. Sedang, karakter phisik biji kakao pasca pengolahan, seperti kadar air, tingkat
fermentasi dan kadar kulit, berpengaruh pada randemen lemak biji kakao. Kisaran
kadar lemak biji kakao Indonesia adalah antara 49 – 52 %. Biji coklat ini banyak
digunakan selain diolah sebagai oleum cacao. Misalnya seperti diolah menjadi coklat
yang banyak dijual di pasaran. Tetapi dalam sediaan farmasi oleum cacao ini diolah
menjadi suatu lemak yaitu menjadi lemak coklat. Di dalam sediaan farmasi, oleum
cacao ini digunakan sebagai antioksidan dan lebih sering digunakan sebagai basis
suppositoria. Banyak basis supositoria selain oleum cacao ini,tetapi oleum cacao lah
yang paling banyak digunakan. Dalam pembuatan supositoria ini, oleum cacao sebagai
basis supositoria memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan. Dan alternatif untuk
mengurangi kelemahan supositoria tersebut yaitu dengan menggunakan basis selain
oleum cacao. Oleum cacao sebagai basis supositoria ini merupakan bahan dasar
berlemakdan berasal dari trigliserida dari asam oleat, asam stearat, dan asam palmitat.

Lemak kakao merupakan campuran trigliserida, yaitu senyawa gliserol dan tiga asam
lemak. Lebih dari 70 % dari gliserida terdiri dari tiga senyawa tidak jenuh tunggal yaitu
oleodipalmitin (POP), oleodistearin (SOS) dan oleopalmistearin (POS
BAB II

ISI

2.1. Pengertian Oleum Cacao

Oleum cacao (USP), didefinisikan sebagai lemak yang diperoleh dari biji Theobroma
cacao yang dipanggang. Lemak kakao merupakan campuran trigliserida, yaitu senyawa
gliserol dan tiga asam lemak. Lebih dari 70 % darigliserida terdiri dari tiga senyawa
tidak jenuh tunggal yaitu oleodipalmitin (POP), oleodistearin (SOS) dan
oleopalmistearin (POS). Lemak kakao mengandung juga di-unsaturated trigliserida
dalam jumlah yang sangat terbatas. Komposisi asam lemak kakao sangat berpengaruh
pada titik leleh dan tingkat kekerasannya. Titik leleh lamak kakao yang baik untuk
makanan cokelat mendekati suhu badan manusia dengan tingkat kekerasan minimum
pada suhu kamar. Keberadaan asam lemak bebas di dalam lemak kakao harus
dihindari karena hal itu merupakan salah satu indikator kerusakan mutu. Asam lemak
bebas umumnya muncul jika biji kakao kerin disimpan di gudang yang kurang bersih
dan lembab. Kadar asam lemak bebas seharusnya kurang dari 1%. Biji kakao dianggap
sudah mulai mengalami kerusakan pada kadar asam lemak bebas di atas 1,3 %. Oleh
karena Codex Allimentarius menetapkan toleransi kandungan asam lemak bebas di
dalam biji kakao dengan batasmaksimum 1,75 %

2.2. Klasifikasi Oleum Cacao

OLEUM CACAO

Nama Lain : Lemak Coklat


Nama tanaman asal : Theobroma cacao (L.)

Keluarga : Sterculiaceae

Zat berkhasiat : Sebagian besar gliserida dari asam stearat, asam palmitat, asam
oleat dan asam laurat. Terdapat pula sejumlah kecil gliserida dan asam arakhidat, asam
linoleat, asam formiat, asam asetat dan asam butirat

Penggunaan : Kosmetik, supositoria

Pemerian : Lemak padat, warna putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa
khas lemah, agak rapuh pada suhu 25oC menjadi lunak atau mencair

Cara memperoleh : Lemak yang diperoleh dengan pemerasan panas biji yang telah
dihilangkan kulit bijinya dan telah dipanggang, biji yang dipanggang digiling dengan
penambahan natrium karbonat lalu diperas selagi masih panas.

2.3. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan oleum cacao:

1. Tidak mengiritasi

2. Mudah dibersihkan

3. Tidak meninggalkan bekas

4. Stabil

5. Tidak tergantung PH

6. Dapat bercampur dengan banyak obat

7. Secara terapi netral

8. Memiliki daya sebar yang baik/ mudah dioleskan

9. Memiliki kandungan mikrobakteri yang kecil (10 2 / g ) dan tidak ada enterobakteri

Kelemahan oleum cacao:

1. Jika memanaskan oleum cacao di atas suhu leburnya maka akan mengalami
polimorfisme. Polimorfisme adalah perubahan fisika namun tidak disertai dengan
perubahan secara kimia. Polimorfisme selain disebabkan dengan pemanasan di atas
suhu leburnya, polimorfisme juga dapat disebabkan dengan adanya penggerusan.

2. Di daerah tropis oleum cacao cepat melebur

3. Suhu lebur akan turun jika terdapat bahan yang tidak larut.

4. Dapat menjadi tengik pada penyimpanan lama

5. Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair) selama pemakaian

6. Tidak dapat bercampur dengan sekresi


BAB III

KESIMPULAN

Oleum cacao berasal dari pengolahan biji coklat dengan pemerasan panas biji yang
telah dihilangkan kulit bijinya dan telah dipanggang, biji yang dipanggang digiling
dengan penambahan natrium karbonat lalu diperas selagi masih panas.

Dalam sediaan farmasi oleum cacao digunakan sebagai antioksidan dan sebagai basis
dalam supositoria.

Oleum cacao merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, dan asam palmitat.

Pemerian oleum cacao: warna putih kekuningan, padat, berbau seperti coklat, meleleh
pada suhu 31 derajat – 34 derajat celcius.
DAFTAR PUSTAKA

Farmakope edisi III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Farmakope edisi IV. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Moh. Anief. 1990. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta

http://devinurmiati.blogspot.com/2017/01/oleum_18.html

Anda mungkin juga menyukai