01 03
Definisi obat tradisional Pemilihan simplisia,
skrining fitokimia,uji
farmakodinamik,uji
tosisitas pada hewan
02 04
Tahap pengembangan obat Pengembangan formulasi
herbal dan uji klinis pada manusia
05
Kekurangan dan kelebihan obat tradisional
DEFENISI
Pengembangan obat bahan tradisional adalah pengaruh pada proses penyiapan bahan
baku, variasi biologi, kompleksitas komposisi sediaan obat bahan alam, kandungan
berbagai senyawa aktif, proses ekstraksi, potensi kontaminasi, kontrol mutu, dan uji non
klinik.
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang
secara traditional telah digunakan untuk pengobatan
Obat tradisional di Indonesia secara umum terbagi tiga
yaitu, jamu, obat herbal terstandar (OHT), dan
fitofarmaka.
1.JAMU
Jamu adalah obat tradisional berbahan dasar tumbuhan
yang diolah menjadi bentuk serbuk seduhan, pil, dan
cairan langsung minum. Umumnya obat tradisional ini
dibuat dengan mengacu pada resep warisan leluhur.
Anda bisa membuat jamu sendiri di rumah menggunakan
tanaman obat keluarga (TOGA) atau dibeli dari penjual
jamu gendong.
Contoh jamu umum adalah jamu beras kencur dan jamu
temulawak.
2. Obat herbal terstandar (OHT)
Obat herbal terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang
terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam dapat berupa tanaman
obat, sari binatang, maupun mineral.
Standarisasi
sederhana
Uji klinis
Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka adalah sebagai
berikut:
1. Tahap seleksi
Tahap seleksi dilakukan sebelum memulai penelitian untuk memilih jenis
obat tradisional/obat herbal yang akan diteliti dan dikembangkan. Jenis obat
tradisional/obat herbal yang diprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan
adalah diharapkan berkhasiat un- tuk penyakit yang menduduki urutan atas
dalam angka kejadiannya (berdasarkan pola penyakit), ber- dasarkan
pengalaman berkhasiat untuk penyakit ter- tentu serta merupakan alternatif
jarang untuk pe- nyakit tertentu seperti AIDS dan kanker.
2. Tahap Uji preklinis
Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional
yang akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara
in vitro dan in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek
farmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara pem berian pada hewan coba
disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia.
Tahap uji preklinis terdiri atas 2 bagian yaitu:
2.Uji farmakodinamik
1. Uji toksisitas
Penelitian farmakodinamik
Uji toksisitas akut, obat tradisional bertujuan
Uji toksisitas subkronik, untuk meneliti efek
Uji toksisitas kronik farmakodinamik dan
menelusuri mekanisme kerja
dalam menimbulkan efekdari
obat tradisional tersebut.
Penelitian dilakukan secara in
vitro dan in vivo pada hewan
coba.
3. Tahap standarisasi sederhana, penentuan identitas, dan pembuatan
sediaan terstandar
•Simplisia Nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Simplisia nabati
tidak hanya seluruh bagian tumbuhan, tetapi sering juga berupa bagian atau
organ tumbuhan seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga
dan sebagainya. contoh : bunga cengkeh (clove), lada hitam , daun sereh , kulit
kayu manis.
•Simplisia Hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum ieconis asselli) dan madu (Mel depuratum).
•Simplisia Mineral atau pelikan adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contohnya serbuk seng dan tembaga.
Pemilihan Simplisia
PEMILIHAN SIMPLISIA
Bibit unggul 1.Kualitas
2. kuantitas
Fase I
Farmakologi klinik. Dosis aman, tolerabilitas dan profile farmakokinetika,
farmakodinamik obat serta pengaruh makanan.
20-80, subjek relawan sehat atau pasien sesuai klas terapi, trial klinik kuasi
atau historic (pre-post study).
Fase II
Eksplorasi efek terapi. Dosis efektif dan rentang dosis aman , keamanan terutama untuk
prediksi AE dan profil farmakokinetika, data mekanisme patofisiologi tambahan.
Sebelum obat diedarkan.pact of new therapy.
Fase III
Konfirmasi efek terapi. Uji efikasi, farmakoekonomi dan keamanan pada jumlah sampel
yang cukup dan representative. Sebelum obat mendapatkan izin edar.
Evaluasi efek terapi. Pemantauan ADR, tingkat keamanan dan efek/indikasi lain setelah
obat diedarkan.
skrining