Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Penggolongan Obat Tradisional dan Perbedaan Jamu, Obat Herbal Terstandar


(OHT) dan Fitofarmaka. Obat tradisional dibagi 3: Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT)
dan Fitofarmaka. Dulu pada awalnya Penggolongan hanya berdasarkan klasifikasi obat
kimia, namun setelah berkembangnya obat bahan alam, muncul istilah obat tradisional,
awal mulanya dibagi menjadi 2, yaitu obat tradisional (jamu) dan fitofarmaka, seiring
perkembangan teknologi pembuatan obat bisa dalam berbagai bentuk, berasal dari ekstrak
dengan pengujian dan standar tertentu, maka dibagilah obat tradisional menjadi 3, yaitu :
Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka
BAB II
PEMBAHASAN

1. JAMU (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang diracik dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan
sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun. Sediaan
bahan alam yang khasiatnya belum dibuktikan secara ilmiah, dalam kata lain, belum
mengalami uji klinis maupun uji praklinis, namun khasiat tersebut dipercaya oleh orang
berdasarkan pengalaman empiric. Dalam sediaan jamu, bahan baku yang digunakan pun
belum mengalami standarisasi karena masih menggunakan seluruh bagian tanaman. Jamu
disajikan secara tradisional dalam bentuk seduhan, pil, atau cairan. Umumnya, obat
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah secara uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.
Logo jamu berupa ranting daun terletak dalam lingkaran dan harus
mencantumkantulisan “JAMU”
Kriteria jamu antara lain adalah sebagai berikut:
-Aman
-Klaim khasiat dibuktikan secara empiris
-Memenuhi persyaratan mutu.
Contoh obat-obatan golongan jamu adalah pilkita, laxing, keji beling, curcuma tablet, Jamu
buyung upik, Jamu nyonya menier
2. OBAT HERBAL TERSTANDAR ( Standarized based Herbal Medicine)

 Obat Herbal Standar Obat ini sudah melalui pembuktian ilmiah berupa uji praklinis.
Sehingga khasiat obatnya tidak hanya didasarkan pada kata nenek moyang, tapi sudah
benar benar dibuktikan secara ilmiah sebatas uji praklinis.
  Menurut literatur Obat Herbal Terstandar merupakan obat tradisional yang
disajikan dari hasil ekstaksi penyarian bahan alam, baik dari tanaman, binatang maupun
mineral. Dalam proses pembuatanya membutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan
lebih mahal dari jamu serta telah dilakukan pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis
yang meliputi standarisasi kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun,
standarisasi pembuatan ekstrak yang higenis, serta uji toksisitas akut maupun kronis. 
Uji Praklinis adalah Uji yang dilakukan pada hewan percobaan, sedangkan Uji Klinis
merupakan uji percobaan yang telah dilakukan pada manusia.
Logo dari OHT pun berbeda dengan logo Jamu, dimana logo OHT berupa lingkaran
dengan garis tepi berwarna hijau dengan simbol tiga bintang (*) berwarna hijau disertai
tulisan Obat Herbal Terstandar seperti gambar
Kriteria Obat Herbal Terstandar antara lain:
 Aman
 Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau pra-klinis
 Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi
 Memenuhi persyaratan mutu.
Di Indonesia telah terdapat kurang lebih 17 macam OHT, Contoh obat golongan
herbal terstandar antara lain Lelap, Diapet, tolak angin, antangin JRG, dll.
3. FITOFARMAKA  (Clinical Based Herbal Medicine)

 Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis, bahan baku dan produk
jadinya telah distandarisasi. Salah satu syarat agar suatu calon obat dapat dipakai dalam
praktek kedokteran dan pelayanan kesehatan formal (fitofarmaka) adalah jika bahan baku
tersebut terbukti aman dan memberikan manfaat klinik.

Syarat fitofarmaka yang lain adalah:

 Klaim khasiat dibuktikan secara klinik


 Menggunakan bahan baku terstandar
 Memenuhi persyaratan mutu.
Logo Fitofarmaka berupa jari-jari daun (yang kemudian membentuk bintang)
terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “FITOFARMAKA” seperti
gambar di atas. Di Indonesia baru ada 5 jenis fitofarmaka yang beredar, antara lain
Stimuno, Nodiar, X-gra, Tensigard, dan Rheumaneer.
MAKALAH FARMAKOLOGI
Tentang
“PENGGOLONGAN OBAT TRADISIONAL”

DISUSUN OLEH:

NAMA : ARBAINI PUTRI HARAHAP

NIM : PO1031215003

PRODI : D-IV GIZI

SMT : III

POLITEKNIK KESEHATAN RI MEDAN


JURUSAN GIZI
TAHUN 2016-2017

Anda mungkin juga menyukai