Anda di halaman 1dari 2

Obat Tradisional

Asumsi-asumsi masyarakat terhadap obat tradisional sangat beragam dari yang


sangat percaya bahkan menimbulkan kecanduan hingga ketidakpercayaan. Untuk
meluruskan pemahaman masyarakat terhadap obat tradisional maka perlu diketahui
bahwa di Indonesia terdapat 3 macam obat herbal yang diumumkan oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yaitu : Obat tradisional (jamu, obat
tradisional impor, obat tradisional lisensi), obat herbal terstandar (OHT) dan
fitofarmaka. Sesuai keputusan Kepala BPOM No HK.00.05.4.2411 tertanggal 17 Mei
2004 tentang Ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam
Indonesia terdapat logo 3 macam serta kriteria masing-masing jenis.

Berdasarkan pada :
1. Keputusan Kepala BPOM No HK.00.05.4.2411 tertanggal 17 Mei 2004 tentang
Ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam
Indonesia.
2. Peraturan BPOM No.HK 00.05.41.1384 tanggal 2 Maret 2005 tentang Kriteria
dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, OHT dan fitofarmaka.
3. Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tanggal 23 Oktober 2019 tentang
Persyaratan keamanan dan mutu obat tradisional.

Kriteria obat tradisional, OHT dan fitofarmaka adalah sebagai berikut:


A. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan Jamu adalah salah satu bentuk obat tradisional.

Jamu harus memenuhi kriteria :


1. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
3. memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
4. jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: ” Secara tradisional
digunakan untuk …”.
5.
Contoh jamu bermerek adalah Kuku bima, Pegal linu, Gemuk sehat, Tolak angin,
Tuntas, Rapet wangi, Kuldon, Strong pas, Tolak Angin, Antangin Mint, Antangin
Jahe merah, Darsi, Enkasari, Batugin elixir, ESHA, Buyung upik, Susut perut,
Selangking singset, Herbakof, Curmino.

Pada jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah farmakologi/medis
seperti jamu untuk hipertensi, jamu untuk diabetes, jamu untuk hiperlipidemia, jamu
untuk TBC, jamu untuk asma, jamu untuk infeksi jamur candida, jamu untuk
impotensi dll.

B. Obat Herbal Terstandarisasi (OHT)


Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dankhasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan
percobaan) dan bahan bakunya telah distandarisasi.

OHT harus memenuhi kriteria :


1. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan percobaan).
3. telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
4. memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
5.
Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal, Mastin,
Lelap, Diapet.

C. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik
(pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Fitofarmaka memenuhi kriteria :


1. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan) dan klinik
(pada manusia).
3. telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
4. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
5. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.

Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin plus,


Rheumaneer.
Memang fitofarmaka merupakan obat herbal yang diresepkan oleh para dokter
mengingat sudah teruji baik pada hewan maupun manusia.

Anda mungkin juga menyukai