Anda di halaman 1dari 174

ILMU RESEP

Apt. Mitra Wynne Timburas, S.Farm, M.Farm


PERTEMUAN 1
Pengantar

Farmasi  bahasa Yunani disebut farmakon  medika atau obat

Farmasi  ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat,
identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan

Ilmu resep  ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk
tertentu (meracik) hingga siap digunakan sebagai obat
Sejarah
• Hippocrates (460-370 SM), adalah dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah.
Beliau disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.

• Dioscorides (abad I setelah Masehi), adalah seorang ahli botani Yunani yang merupakan orang pertama yang
menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Buku karyanya antara lain De Materia Medika.
Obat-obatan yang dibuatnya, yaitu aspiridium, opium, ergot, hyosyamus, dan cinnamon.

• Galen (130-200 M), adalah seorang dokter dan ahli farmasi dari Yunani. Karyanya dalam ilmu kedokteran dan obat-
obatan yang berasal dari alam, formula dan sediaan farmasi adalah “Farmasi Galenika”

• Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus Von Hohenheim (1493-1541 M), seorang dokter dan ahli kimia dari
Swiss yang menyebut dirinya Paracelsus, sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan farmasi, menyiapkan bahan
obat spesifik dan memperkenalkan zat kimia sebagai obat internal.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009  tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat serta
pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009  Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Meliputi Standar Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan
Medis Habis Pakai; Dan Pelayanan Farmasi Klinik. Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai Meliputi Pemilihan;
Perencanaan Kebutuhan; Pengadaan; Penerimaan; Penyimpanan;
Pendistribusian; Pemusnahan Dan Penarikan; Pengendalian; Dan
Administrasi. Pelayanan Farmasi Klinik Meliputi Pengkajian Dan Pelayanan
Resep; Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat; Rekonsiliasi Obat; Pelayanan
Informasi Obat (PIO); Konseling; Visite; Pemantauan Terapi Obat (PTO);
Monitoring Efek Samping Obat (MESO); Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
Dispensing Sediaan Steril; Dan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
(PKOD).
.
Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek telah memuat kebijakan pelayanan
kefarmasian termasuk pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan
farmasi klinik yang harus dilaksanakan dan menjadi tanggung
jawab seorang apoteker
Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai perencanaan kebutuhan; dan Pelayanan farmasi klinik
pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi
Obat;konseling;ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat
inap);pemantauan dan pelaporan efek samping Obat;pemantauan
terapi Obat; dan evaluasi penggunaan Obat.


Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe
(ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama
dan jumlah obat.
Suatu resep yang lengkap harus memuat :
• Nama, alamat dan nomer izin praktek dokter, dokter gigi atau
dokter hewan
• Tanggal penulisan resep, nama setian obat atau komposisi obat
• Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
• Tanda tangan atau paragraph dokter penulis resep sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/ pemilik hewan
• Tanda seru dan paragraph dokter untuk resep yang mengandung
obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Yang berhak menulis resep adalah :
• dokter,
• dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan mulut) ,
• dokter hewan ( terbatas pada pengobatan hewan).
• Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala macam obat untuk
pemakaian obat melalui mulut, injeksi (parentral) atau cara
pemakaian lainnya, khususnya untuk mengobati penyakit gigi dan
mulut.
Pengertian obat
• Obat adalah semua bahan tunggal
atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam
maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuhkan
penyakit.
GENERIK?BERMERK? JAMU? OHT?
PATEN?? FITOFARMAKA?
Obat Paten adalah obat yang orisinal
Obat Generik adalah obat kopi yang Obat bermerek adalah obat kopi yang
dan diproduksi oleh perusahaan yang
diberi nama sesuai zat aktifnya diberi nama sesuai keinginan produsen.
menemukannya.

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah Fitofarmaka adalah obat tradisional yang
obat tradisional yang telah teruji telah teruji khasiatnya melalui uji pra-
Jamu adalah bahan obat alam yang berkhasiat secara pra-klinis (terhadap klinis (pada hewan percobaan) dan uji
sediannya masih berupa simplesia hewan percobaan), lolos uji toksisitas klinis (pada manusia), serta terbukti
sederhana, seperti irisan rimpang, akar, akut maupun kronis, terdiri dari bahan aman melalui uji toksisitas, bahan baku
kulit dan daun kering. yang terstandar (Seperti ekstrak yang terstandar, serta diproduksi secara
memenuhi parameter mutu), serta dibuat higienis, bermutu, sesuai dengan
dengan cara higienis. standar yang ditetapkan.
Penggolongan obat

U/
menyembuhkan
(Terapeutik)

1.Kegunaan
obat

U/ diagnosis U/ mencegah
(Diagnostik) (profilaktik)
Lanjutan……

2.Cara Penggunaan Obat

Medicamentum ad
usum internum

Medicamentum ad
usum externum
Lanjutan……

3.Cara Kerja

Lokal

Sistemik
Lanjutan……

4.Menurut Undang-undang
A. Narkotika
B. Psikotropika
C. Obat keras
D. Obat bebas
E. Obat Bebas Terbatas
A. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Narkotika golongan I adalah opium mentah, tanaman koka, daun koka,
kokain mentah, heroina, metamfetamina, dan tanaman ganja

Narkotika golongan II, adalah ekgonina, morfin metobromida, dan morfina

Narkotika golongan III, adalah etilmorfina, kodeina, polkodina, dan propiram


Lanjutan……

• B. Psikotropika
• Psikotropika adalah merupakan obat yang mempengaruhi proses mental,
merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran, perasaan atau
kelakuan orang.
Golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat dalam menyebabkan ketergantungan dan dinyatakan sebagai
barang terlarang. Contoh: ekstasi (MDMA= 3,4-methylenedeoxy methamfetamine), LSD (lysergic acid diethylamid),
dan DOM.

Golongan II, mempunyai potensi yang kuat dalam menyebabkan ketergantungan. Contoh:
amfetamin, metamfetamin (sabu), dan fenetilin.

Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk
pengobatan tetapi harus dengan resep dokter. Contoh: amorbarbital, brupornorfina, dan magadon (sering
disalahgunakan).

Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan
terapi harus dengan resep dokter. Contoh: diazepam, nitrazepam, lexotan (sering disalahgunakan), pil
koplo (sering disalahgunakan), obat penenang (sedativa), dan obat tidur (hipnotika).
Lanjutan……

C. Obat Keras (daftar G=geverlijk=berbahaya)


1) Mempunyai takaran/dosis maksimum (DM) atau yang tercantum dalam daftar obat keras yang
ditetapkan pemerintah
2) Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam dan huruf “K” yang
menyentuh garis tepinya
3) Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak membahayakan.
4) Semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.
Lanjutan……

• d. Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan bagi si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan, diberi
tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan gari tepi hitam

e. Obat Bebas Terbatas (daftar W=waarschuwing=peringatan) adalah obat keras


yg dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari
produsen/pabriknya dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis
tepi hitam serta diberikan tanda peringatan (P No. 1 s/d P No. 6, misalnya P No. 1
: Awas obat keras, bacalah aturan pakai
SOAL LATIHAN

• BUATLAH RINGKASAN TENTANG SEJARAH FARMASI, MINIMAL 1 HALAMAN KERTAS DOUBLE


FOLIO (TULIS TANGAN)
• FOTO DAN BUAT PDF KEMUDIAN EMAIL
MENULIS RESEP
&
SINGKATAN LATIN
Apt. Mitra Wynne Timburas, S.Farm, M.Farm

PERTEMUAN 2 – 31/03/21

29
Menentukan formulanya
1. obat disusun sendiri
2. obat jadi.

Dalam menulis resep ada 3 macam formula:


1. Formula Magistralis
2. Formula Specialitis
3. Formula Officianalis

30
Formula Magistralis
Formula/resep yg obatnya disusun sendiri o/ dokter penulis resep
dan menentukan dosis serta BSO sendiri  sesuai kondisi
penderita.

Dokter harus;
- Memahami sifat obat (sifat farmakologi & kimia-fisika obat)
- Mengetahui obat tak tercampurkan, selalu berusaha
menghindari
- Terampil dlm menentukan dosis terapi
- Terampil dlm menentukan / memilih BSO
- Terampil menentukan waktu & cara penggunaan obat
- Menulis resep dengan jelas terbaca.
32
Formula Specialitis
Formula resep  industri farmasi dan
komposisinya telah ditentukan oleh produsen.

Obat ini dsb “Specialitae” = obat dgn nama


dagang (ND) / obat paten / “Trade Mark”.

33
33
Dokter wajib:
Memahami isi/komposisi serta khasiat dan kadar
Mengetahui obat tak tercampurkan, selalu berusaha
menghindari tjd OTT
Terampil dlm menentukan dosis terapi
Terampil dlm menentukan / memilih BSO
Terampil menentukan waktu & cara penggunaan obat
Menulis resep dengan jelas terbaca
Memahami penulisan obat dgn ND (“Trade Mark”)

34
Obat yg ditulis dgn ND & nama pabrik  tdk boleh
diganti dgn obat lain.
Bila secara langsung boleh diganti tanpa konform
kepada dokter penulis resep, maka dibelakang ND
ditulis “loco” = substitusi = penggantiannya.
Keuntungan :
1. Sudah tersedia obat jadi, shg pelayanan cepat
2. Biasanya terdiri dari satu jenis obat atau komposisi
tertentu dlm berbagai BSO

35
Kerugian :
1. Harga relatif lebih mahal
2. Obat yg tdpt dlm btk komposisi ttt tdk semua
zat berkhasiatnya diperlukan oleh penderita.
3. Dosis masing-masing obat dlm komposisi obat
paten sulit ditentukan
4. Wajib mengetahui isi setiap komposisi,
berhubungan dgn “efek rangkap” & “interaksi
yg merugikan”

36
Formula Officianalis
Formula atau resep dimana obatnya / komposisinya
telah tercantum dlm buku resmi.

Dokter wajib;
1. Mengetahui macam buku resmi di Indonesia
2. Menulis yg jelas / terbaca
3. Memahami penulisan obat standard, yg ditulis nama
obatnya bukan komposisinya.

38
38
Contoh Penulisan Resep

R/ Amoxsan caps I
Sanmol tab ½
Luminal mg 10
Vit B Comp.tab ½
m.f.pulv.dtd. no.XV
S.3.dd.pulv I

R/ Aminophyllin 0,100
Prednison 0,005
Luminal 0,030
m.f.caps.dtd.no.X
S.3.dd.caps.I

Atau…
m.f.pulv.dtd.no.X da in caps.

39
R/ Amoxsan caps I
Sanmol tab ½
Luminal mg 10
Vit B Comp.tab ½
m.f.pulv no.XV
S.3.dd.pulv I

R/ Aminophyllin 0,100
Prednison 0,005
Luminal 0,030
m.f.caps.no.X
S.3.dd.caps.I

Atau…
m.f.pulv.dtd.no.X da in caps.

40
Contoh Penulisan Resep

R/Amoxsan caps I R/Aminophyllin


sanmol tab ½ 0,100
Luminal mg 10 Prednison 0,005
Vit B Comp. tab ½ Luminal 0,030
m.f.pulv.dtd.no.XV m.f.caps.dtd.no.X
S.3.dd.pulv I S.3.dd.caps.I

Atau…
m.f.pulv.dtd.no.X da in
caps

41
Contoh Penulisan Resep

42
42
Recep Cito! (Cepat)

• Resep cito dibuat agar penderita dengan segera bisa mendapatkan obatnya.
Pertimbangnya karena obat sangat dibutuhkan dlm keadaan gawat darurat
dan penundaan pemberian obat dapat membahayakan keselamatan.
• Resep cito ditulis “cito”atau “cito!” diikuti paraf atau tanda tangan dokter.
• Recep cito artinya = statim (amat segera) atau urgens (mendesak), bisa juga
ditulis P.I.M (Periculum in Mora = berbahaya bila ditunda).

43
Singkatan Latin

• a ante, auris sebelum, telinga


• aa ana sama banyak/dr tiap2
• ac ante coenam sebelum makan
• dc durante coenam selama makan
• S signa tandailah
• d.d de die sehari
• et et dan

44
• ad sampai
• ad auris dexter, telinga kanan
• ah alternis horis selang satu jam
• aj ante jentaculum, sebelum makan pagi

45
• a.u.e ad usum externum untuk obat luar
• a.u.i ad usum internum untuk obat dalam
• a.u.p ad usum propius untuk dipakai sendiri

46
c cum ?

C cochlear
cibarium ?
C.P cochlear pultis/parvum
?
Cth cochlear theae ?

47
c cum dengan
C cochlear cibarium sendok makan (15 cc)
C.P cochlear pultis/parvum sendok bubur (8 cc)
C.th. cochlear theae sendok teh (5 cc)

48
Collut. Collutio oris untuk
kumur
Collyr. Collyrium cuci mata
Conc. Concentration kadar

49
• ditulis dibelakang nama obat

• d.i.d da in dimido
• d.t.d da tales dose
• d.c durante coenam

50
ditulis dibelakang nama obat

d.i.d da in dimido buat ½ (setengahnya)


d.t.d da tales dose sesuai dosis di atas
d.c durante coenam selama makan

51
d.c.form/dcf da cum formula tulis dgn formula
decoc. decoctum air rebusan 30’
dep. depuratus dimurnikan
d.s.s ven. da sub signo veneni berikan tanda racun

52
•f fac buatlah
• f.l.a. fac lege artis buatlah menurut aturan

R/………
m.f.l.a.
S.2.dd.pulv. I

53
H hora
jam
H.m. hora matutina pagi hari
H.v. Hora vespertina sore hari
H.d. Hora decubitus sebelum
tidur
H.s. Hora somni sebelum
tidur
Haust. Haustus
sekali minum

R/ …….
S.h.s caps II
54
i.m.m in manum medici berikan (serahkan) kpd dokter
inj. Injectio untuk injeksi
Iter iteratur harap diulang  Iter 1x, Iter 2x
NI ne iter harap jangan diulang

55
Lin linimentum ???
m. et v mane et vespere pagi dan sore

R/ Amoxan (L)
S 2 dd caps I m.et.v

gtt guttae tetes


R/….
S. 3 dd. gtt. ophth. II od/os

56
o.h omni hora tiap jam
o. b. h omni bi hora
o. t. h. omni tri hora
o. q. h omni quater hora
o. m omni mane tiap pagi
o. n. omni nocte tiap malam

CONTOH :
R/……..
S. o. 4 h. caps I
R/…….
S. o.b.h. gtt I
R/………
S. o. n caps I

57
TUGAS

BUATLAH DAFTAR ISTILAH LATIN SESUAI ALFABETH (KETIK) PADA KERTAS A4


KEMUDIAN DI PDFKAN DAN EMAIL
RESEP
DAN
SALINAN RESEP
Apt. Mitra Wynne Timburas, S.Farm, M.Farm

PERTEMUAN 3 60
Definisi Resep

61
Resep adalah permintaan tertulis kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

62
Bahasa latin dalam resep
Resep ditulis dalam bahasa latin :
- Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science
- Menjaga kerahasiaan
- Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker)

63
Bagian-bagian resep

64
Resep harus memuat :
• Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau
dokter hewan.
• Tanggal penulisan resep (superscriptio/inscriptio)
• Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama
setiap obat atau komposisi obat (invocatio/inscriptio)
• Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
• Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subscriptio)
• Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep
dokter hewan
• Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung
obat yang jumlahnya melebihi dosis.

65
Ketentuan resep
• Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.
• Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak
lengkap, apoteker wajib menanyakan kepada penulis resep.
• Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat
kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep.
• Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, tanggung
jawab sepenuhnya dipikul oleh dokter yang bersangkutan (dokter
wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda
tangan yang lazim di atas resep).
• Apabila apoteker menganggap pada resep terdapat kekeliruan
yang berbahaya dan tidak dapat menghubungi dokter penulis
resep, penyerahan obat dapat ditunda.

66
Ketentuan resep
• Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan.
• Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara parenteral (injeksi) atau cara-
cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.
• Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberikan tanda ”
cito/statim/urgent (segera), P I M/periculum in mora (berbahaya bila ditunda)” pada bagian kanan
resep, dan harus didahulukan dalam pelayanannya.
• Resep p.p /pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek dapat meringankan
harga obat atau bila dapat diberi gratis.
• Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh diulang), maka apotek tidak boleh
mengulangi penyerahan obat atas resep yang sama

67
Ketentuan resep
• Resep yang mengandung narkotika :
- harus ditulis tersendiri
- tidak boleh ada iterasi (ulangan)
- dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/mihi ipsi atau u.p/usus propius
(untuk pemakaian sendiri)
- alamat pasien ditulis dengan jelas
- aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus
cognitus (sudah tahu aturan pakai)

68
Pelayanan apotek terhadap resep

• Apotek wajib melayani resep dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
• Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab APA.
• Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya
yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
• Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat
paten.
• Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

17-Feb-23 69
PP 51 tahun 2009: (pasal 24)
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat:
a. mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki
SIPA;
b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien; dan
c. menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

17-Feb-23 70
Pelayanan apotek
• Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan
bahan obat untuk pelayanan resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
• Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan
bahan obat untuk pelayanan langsung tanpa resep khusus untuk obat bebas
dan bebas terbatas.
• Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan
bahan obat untuk pelayanan lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

71
Salinan Resep
• Salinan resep adalah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotek.
• Istilah lain dari salinan resep : kopi resep, apograph, Exemplum, Afschrift.
• Salinan resep memuat :
- Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli
- Nama dan alamat apotek
- Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek
- Tanda tangan atau paraf APA
- Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau
nedetur untuk obat yang belum diserahkan
- Nomor resep dan tanggal peresepan

72
Ketentuan lain salinan resep
• Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan oleh
apoteker pendamping, asisten apoteker kepala, apoteker supervisor atau
apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang
bersangkutan).
• Resep/salinan resep harus dirahasiakan.
• Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau
yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau
petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

73
Salinan resep narkotika
• Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut
baru dilayani sebagian atau belum dilayanai sama sekali (untuk mencegah kemungkinan
penyalahgunaan blanko-blanko salinan resep).
• Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh
membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang
menyimpan resep aslinya.
• Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali (dokter
tidak boleh menuliskan iter untuk resep yang mengandung narkotika).
• Resep dari luar propinsi harus mendapat persetujuan dari dokter setempat.

74
Penyimpanan resep dan salinan resep

• Resep yang telah dikerjakan diatur menurut tanggal dan nomor urut
penerimaan resep dan harus disimpan minimal tiga tahun.
• Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep
lainnya.
• Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh APA
bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek, dan harus
dibuat berita acara pemusnahan.

75
Permasalahan terkait dengan resep di apotek
(Resep palsu)
• Sering dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, terutama para pengguna
narkotika dan psikotropika.
• Beberapa ciri resep berisi narkotika/psikotropika palsu :
- pasien/pembawa resep terlihat ragu-ragu/tidak percaya diri ketika menyerahkan resep.
- perilaku pasien/pembawa resep menunjukkan ciri pengguna narkotika/psikotropika (ex. dari
mulut pasien keluar aroma alkohol, mata merah dan pandangan tidak fokus).
- penyakit yang diderita tidak jelas atau tidak sesuai dengan indikasi obat.
- dokter penulis resep bukan dokter yang terutama menangani penyakit yang disebutkan.
- Isi/obat dalam resep tidak rasional (ex. untuk psikotropika tertentu ditulis dalam jumlah
sangat banyak)
- Resep yang dibawa berupa salinan resep, sedangkan resep aslinya tidak disimpan oleh
apotek yang bersangkutan.
• Perlu diwaspadai juga jenis obat lain yang sering disalahgunakan, ex. CTM, DMP.

76
Permasalahan terkait dengan resep di apotek
(pelayanan resep oleh bidan)

• Menurut Permenkes No.922 th 1993, Kepmenkes No. 1332 th 2002 (Ketentuan


dan tata cara pemberian izin apotek) dan Kepmenkes No.1027 th 2004 (Standar
pelayanan kefarmasian di apotek), resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, dan dokter hewan kepada apoteker (APA) untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita/pasien sesuai per-UU yang berlaku.
• Menurut Kepmenkes No.900 th 2000 (Registrasi dan praktek bidan), bidan boleh
menuliskan permintaan kepada apoteker tentang kebutuhan obat tertentu untuk
pasien dengan menggunakan lembaran permintaan obat.

17-Feb-23 77
Lembaran permintaan obat

17-Feb-23 78
Contoh blanko Salinan resep

79
Contoh resep/salinan resep (asli)
• Resep dokter (puskesmas)
• Resep dokter (swasta)
• Resep dokter (rumah sakit)
• Salinan resep

17-Feb-23 80
Contoh resep (ilustrasi)

Dr. Arraihana
SIP : DU/27/I/2005
Alamat : Jl Harum 01 Yk
Telp. 081555666777
Yogyakarta, 18 Feb 2009

Iter 3x
R/ Isoniazid mg 100
Piridoxin mg 5
Rifampicin mg 300
M f pulv dtd No XV
Ђ

R / C u r c u m a S y r F l I

S s d d C t h I

P r o : A n n i e ( 5 t h )

Alamat : Jl Seroja 5 Yk

81
Contoh Salinan resep (ilustrasi)
APOTEK ”MAWAR”
SIA : 123/DKK/2004
Jl. Melati No.1 Yogyakarta
Telp. (0274)

Apoteker Pengelola Apotek : Mawar, S.F, Apt.


SP : Kp. 1.3.1234
Yogyakarta,18 Feb 2009

SALINAN RESEP

Dari dokter :Arraihana


Untuk : Annie (5 th)
Tanggal : 18 Feb 2009 No. :2

Iter 3x
R/ Isoniazid mg 100
Piridoxin mg 5
Rifampicin mg 300
M f pulv dtd No XV
Det orig

R/ Curcuma Syr Fl I
S s d d Cth I
Det orig
PCC
ξ

82
83
Berdasarkan Salinan/copy resep diatas, maka
a. Sebutkan obat apa saja yg diresepkan
termasuk isi atau kandungan obat
b. Bagaimana aturan pakai obat-obat tsb?
c. Obat apa saja yg belum ditebus?

84
SOAL LATIHAN

85
17-Feb-23 86
Berdasarkan resep diatas, maka
a. Bagaimana aturan pakai obat-obat tsb?
b. Buka ISO dan uraikan masing-masing monografi
obat (kandungan/komposisi, dosis, indikasi,
farmakologi/mekanisme kerja, Efek samping,
Kontraindikasi, perhatian)
c. Perhatikan secara saksama penulisan resep,
apabila pasien pd saat menebus obat pertama kali
ingin mengambil masing-masing obat dengan
jumlah 15 maka bagaimana penulisan Salinan
resep tsb? Tuliskan!

87
17-Feb-23 88
Berdasarkan resep diatas, maka
a. Buka ISO dan uraikan masing-masing monografi
obat (kandungan/komposisi, dosis, indikasi,
farmakologi/mekanisme kerja, Efek samping,
Kontraindikasi, perhatian)
b. Hitung jumlah masing-masing obat yang akan
diperlukan untuk dibuat puyer pada resep tsb
c. Buatlah etiket/penandaan obat pada resep tsb

89
PERTEMUAN 4-5
LANJUTAN … DOSIS OBAT
SOAL LATIHAN
Berapa ml (sendok teh) sirup yang harus
diberikan, jika pasien membutuhkan 500 mg
amoksisilin untuk sediaan yang ada berupa
sirup 125 mg/5 ml.
Pemberian Melalui Infus
• Untuk menghitung dosis atau kecepatan infus yang tepat saat memberikan
obat melalui infus, paramedic harus mengetahui informasi sebagai berikut
yaitu :
• Jumlah atau volume obat yang harus diberikan
• Lama pemberian obat yang diinginkan
• Kecepatan infus yang diinginkan
• Faktor alat (jumlah tetes untuk tiap ml) dari infus set yang digunakan
Pengenceran
Pengukuran Dosis Obat
• Jika sediaan obat dalam bentuk cair, maka penggunaan untuk
tiap dosis adalah dengan sendok/gelas takar dan pipet.
• Untuk ketepatan pengukuran volume obat, pasien disarankan
selalu menggunakan alat-alat takar.
Istilah Latin dalam Pemberian Obat
Singkatan Kepanjangan Arti
ac ante coenam sebelum makan
dc durante coenam saat makan
pc post coenam sesudah makan
cth cochlear thea sendok te (5 ml)
C cochlear sendok makan (15 ml)
cito - segera
hs hora somni sebelum tidur
prn pro re nata bila perlu
dd de die sehari
bdd/2dd bis de die 2 kali sehari
tdd/3dd ter de die 3 kali sehari
qdd quartier/quinque de die 4/5 kali sehari
Singkatan Kepanjangan Arti
s signa tanda
suc signa usus cognitus tanda untuk pemakaian diketahui
sue signa usus externus tanda dipakai untuk luar
simm signa in manus medici serahkan ke tangan dokter
stat statim penting
ad lib ad libitum minum sebanyak-banyaknya
ia intra arterium suntikan melalui pembuluh darah arteri
Ic/sc intra cutan/sub cutan suntikan melalui lapisan kulit luar
im intra muscular suntikan melalui otot
iv intra vena suntikan melalui pembuluh darah vena
ad auricularies dexter telinga kanan
as auricularies sinister telinga kiri
od oculus dexter mata kanan
os oculus sinistra mata kiri
Gambaran Lokasi Pemberian Obat Injeksi
Frekuensi Pemberian Obat
• Dipengaruhi sifat fisika kimia obat, besar dosis dan
tujuan pengobatan.
• Dapat diberikan setiap bulan sekali, setiap 5 menit, terus
menerus (infus) atau beberpa kali sehari.
• Kinetika, t1/2, onset dan durasi obat sangat berpengaruh
• Untuk mengatisipasi menurunnya kepatuhan pada
penggunaan obat jangka panjang, industri farmasi telah
mengembangkan sediaan long acting.
LATIHAN 1
1,2 g= mg
0,56 g = mg
2,680 g = mg
3,23 g = mg
1670 mg = g
785 mg = g
954,5 mg= g
5065 mg = g
1,5 mg = mcg
2500 mcg= mg
Latihan
1. Apa artinya Gentamisin sulfat 0,3% salep mata
,tube=3g
2. Apa artinya Kloramfenicol 0,25%; TM/ED 15 ml
3. Larutan betadine 0,05%
Perhitungan Pengambilan Sediaan Padat
• CTM 1 mg, dalam persediaan yang ada tablet CTM mengandung 4
mg, berapa tablet CTM yang diambil ?
• Bila dibuat pulveres No. XII, berapa CTM tab yang diambil?
• Digoxin tablet 0,25 mg , bila dokter menghendaki 125 mcg berapa
tablet yang diberikan ke pasien untuk sekali minum?
• Furosemide tab 40 mg,dokter menghendaki 20 mg , berapa tablet
yang diberikan ke pasien untuk sekali minum?
Latihan
Soal :
• Berapa tetes permenit harus dipertahankan untuk memberi infus
NaCl fisiologis sebanyak 1 L selama 12 jam bila 1 ml =15 tetes?
PERTEMUAN 6-9
Pendahuluan
• Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
• Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
• Peraturan mengenai Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek adalah
Permenkes Nomor 72 dan 73 Tahun
2016 Menetapkan adanya keharusan
adanya pelayanan farmasi klinik di
apotek dan RS
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.

 Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari


pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien terkait dengan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas
hidup (outcome) pasien
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana
dimaksud meliputi:
a. pengkajian Resep;
b.dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d.konseling;
e.Pelayanan Kefarmasian di rumah (home
pharmacy care); f
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
A. PELAYANAN RESEP
• Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
• Tahapan pelayanan resep
1. Skrining resep
2. Penyiapan Obat
1. Skrining Resep
a. Persyaratan Administratif
1) Nama, SIP, dan alamat dokter
2) Tanggal penulisan resep
3) Tanda tangan dan paraf dokter
4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b. Kesesuaian Farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompabilitas, cara dan lama pemberian
c. Pertimbangan Klinis: alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat)
2. Penyiapan Obat
a. Peracikan
• Kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan
memberikan etiket pada wadah
• Harus dibuat prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah
obat serta penulisan etiket yang benar
Manfaat suatu prosedur tetap:
1) Memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat
2) Adanya pembagian tugas dan wewenang
3) Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang
bekerja di apotek
4) Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru
5) Membantu proses audit
2. Penyiapan Obat
b. Etiket
• Harus jelas dan dapat dibaca
• Etiket putih untuk obat yang melalui mulut dan ditelan
• Etiket biru untuk obat luar, seperti obat kumur, obat suntik, obat topikal
c. Kemasan Obat yang Diserahkan
• Dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok agar terjaga kualitasnya
d. Penyerahan Obat
• Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep
• Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai pemberian informasi
obat dan konseling kepada pasien
2. Penyiapan Obat
e. Informasi Obat
• Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana dan terkini
• Sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi
f. Konseling
• Konseling diberikan oleh apoteker sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau
yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan sediaan farmasi atau yang lain
• Pada pasien dengan penyakit kronis, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan
g. Monitoring Penggunaan Obat
• Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan
penggunaan obat, termasuk untuk pasien tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC,
asma dan penyakit kronis lain
Salinan Resep
• Salinan resep adalah salinan tertulis dari suatu resep
• Dapat digunakan sebagai ganti resep asli, misalnya apabila obat baru
diambil sebagian atau untuk resep ulangan
• Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep
asli harus memuat pula:
a. Nama dan alamat apotek
b. Nama dan nomor SIPA dari APA
c. Tanda tangan atau paraf APA
d. Tanda det=detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det=ne detur
untuk obat yang belum diserahkan
e. Tulisan p.c.c yang menyatakan pro copy conform atau resepdisalin sesuai aslinya
f. Nomor resep dan tanggal pembuatan
B. PELAYANAN OWA
• Obat Wajib Apotek (OWA) merupakan obat keras yang dapat diserahkan
oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter
• Penggolongan obat ke dalam OWA ini ada sejak tahun 1990 dengan adanya
Kepmenkes Nomor 347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek
• OWA diharapkan dapat meningkatkan masyarakat dalam swamedikasi
• Peningkatan swamedikasi oleh masyarakat secara tepat, aman dan rasional
dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat
• Selain masyarakat dapat menggunakan obat tanpa resep (obat bebas dan
obat bebas terbatas), dirasa perlu untuk mengadakan kriteria obat keras
yang dapat diberikan tanpa resep
Hal yang melatarbelakangi ditetapkannya
peraturan OWA:
a. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan
sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri
b. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat
dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri yang sekaligus menjamin penggunaan obat secara
tepat, aman dan rasional
c. Peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam
rangka peningkatan pengobatan sendiri
Obat-obat yang dapat diserahkan tanpa resep
harus memenuhi kriteria:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak dibawah usia 2 tahun dan orangtua diatas 65 tahun
b. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan
risiko pada kelanjutan penyakit
c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio, khasiat dan keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri
Apoteker dalam melayani pasien yang
memerlukan OWA diwajibkan:
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam OWA yang bersangkutan
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
c. Memberikan informasi yang meliputi dosis dan aturan pakainya,
kontra indikasi, efek samping dll yang perlu diperhatikan oleh
pasien
Dinamika Aturan OWA
• Kepmenkes Nomor 347 Tahun 1990 berisikan tentang obat-obat keras
yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker (OWA no 1)
• Kepmenkes Nomor 924 Tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek No. 2
• Permenkes tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No. 1
• Kepmenkes RI Nomor 1176 Tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek No. 3
Contoh OWA

Nama Obat Indikasi Jumlah tiap Catatan


jenis obat
per pasien
Metoklopramid Mual, muntah Maksimal 20 Apabila mual, muntah
tablet berkepanjangan, pasien
dianjurkan agar kontrol ke dokter
Kombinasi Kontrasepsi 1 siklus Pasien dianjurkan kontrol ke
Linestrenol- dokter tiap 6 bulan, untuk siklus
Etinil Estradiol pertama harus dengan resep
dokter
Asam Sakit kepala/gigi Maksimal 20
mefenamat tablet
Sirup 1 botol
Ranitidin Antiulkus, Maksimal 10 Pemberian obat harus atas dasar
peptik tablet pengobatan ulangan dari dokter
150 mg
Allopurinol Antigout Maksimal 10 Pemberian obat harus atas dasar
tablet 1 pengobatan ulangan dari dokter
00 mg
Nama Obat Indikasi Jumlah tiap Catatan
jenis obat
per pasien
Diklofenak Antiinflamasi Maksimal 10 Pemberian obat harus atas dasar
Natrium dan antirematik tablet pengobatan ulangan dari dokter
25 mg
Salbutamol Asma Inhaler 1 Pemberian obat-obat asma hanya
tabung atas dasar pengobatan ulangan
dari dokter
Triamcinolone Sariawan berat Maksimal 1
Acetonide tube
Gentamicin Infeksi bakteri Maksimal 1
pada kulit/lokal tube
Karbosistein Mukolitik Maksimal 1
Tube
Sirup 1 botol
Cetirizin Antihistamin Maksimal 10
tablet
Omeprazol Gangguan 7 tablet
lambung
Alur Pelayanan OWA
a. Skrining pasien sesuai dengan kondisi dan keluhan yang dialami
b. Memilihkan obat yang tepat disertai pemberian informasi
c. Melakukan pembukuan OWA: pencatatan nama pasien, alamat
pasien, keluhan, nama obat serta jumlah obat yang diserahkan ke
pasien
Dibutuhkan peran apoteker untuk meningkatkan pengobatan yang
tepat, aman dan rasional
Perubahan OWA

Nama Generik Golongan Golongan Pembahasan


Semula Baru
Bromheksin Obat Obat Bebas
keras/OWA Terbatas
Ibuprofen Obat keras Obat Bebas Tablet 200 mg, kemasan tidak
Terbatas lebih dari 10 tablet
Mebendazol Obat Obat Bebas Semua materi untuk promosi
keras/OWA Terbatas harus mengemukakan risiko
bahaya obat
Aminofilin Obat keras Obat Baebas Pemberian obat harus atas dasar
dalam Terbatas pengobatan ulangan dari dokter
substansi/OWA
(suppositoria)
Heksetidine Obat Obat Bebas Sebagai obat luar untuk mulut
keras/OWA Terbatas dan tenggorokan (kadar ≤ 0,1%)
SOAL LATIHAN
1.CARILAH DAFTAR OWA MENURUT PER-UU
YANG BERLAKU
2.BERIKAN CONTOH YANG ADA DITEMPAT
KERJA ANDA (DALAM BENTUK
FOTO/GAMBAR LEMBAR SKRINNING
RESEP(PENGKAJIAN RESEP)
PELAYANAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Dasar perundang-undangan • Apotek hanya boleh melayani


• UU no. 5 tahun 1997 ttg N & P resep narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang dibuat
• PMK No. 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, oleh Apotek itu sendiri yang
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporanm belum diambil sama sekali
Narkotika,Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
atau baru diambil sebagian.
• PerKBPOM No. 4 Tahun 2018 Tentang Apotek tidak melayani
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, pembelian obat narkotika
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor tanpa resep atau pengulangan
Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian resep yang ditulis oleh apotek
lain. Resep narkotika yang
masuk dipisahkan dari resep
lainnya dan diberi garis merah
di bawah obat narkotik.
PELAYANAN OBAT PREKURSOR
Dasar perundang-undangan • Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasiharus
memperhatikan kewajaran jumlah yang diserahkan sesuai
• PP No.40 tahun 2010 tentang kebutuhan terapi.

Prekursor • Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi diluar


kewajaran harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung
• PerKBPOM no. 40 tahun 2013 Jawab Apotek/Apoteker Pendamping setelah dilakukan
screening terhadap permintaan obat.
• Prekursor adalah Bahan Pemula yg dpt • Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pembelian
digunakan utk pembuatan Narkotika obat mengandung Prekursor Farmasi: a. Pembelian dalam
jumlah besar, misalnya oleh Medical Representative/Sales
dan Psikotropika dari Industri Farmasi atau PBF; b. Pembelian secara
berulang-ulang dengan frekuensi yang tidak wajar;
PELAYANAN OBAT OBAT TERTENTU (OOT)
• PerBan No. 28 tahun 2018 tentang Kriteria Obat-Obat Tertentu
Pedoman Pengelolaan OOT yg sering
disalah gunakan • a. Tramadol;
• PerBan No. 10 tahun 2019 tentang • b. Triheksifenidil;
Pedoman Pengelolaan OOT yg sering
disalah gunakan • c. Klorpromazin;
• Obat-Obat Tertentu yang Sering
Disalahgunakan yang selanjutnya • d. Amitriptilin;
disebut Obat-Obat Tertentu adalah obat
yang bekerja di sistem susunan syaraf • e. Haloperidol; dan/atau
pusat selain Narkotika dan Psikotropika,
yang pada penggunaan di atas dosis
• f. Dekstrometorfan.
terapi dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
LANJUTAN OOT …
• Obat-Obat Tertentu merupakan • Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
obat keras dan tidak dapat dalam melakukan kegiatan
dikelola oleh Toko Obat. penyerahan Obat-Obat Tertentu
• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus memperhatikan:
dilarang menyerahkan Obat-
Obat Tertentu yang mengandung a. kewajaran jumlah obat yang
Dekstrometorfan secara akan diserahkan;
langsung kepada anak berusia di
bawah 18 (delapan belas) tahun. b. frekuensi penyerahan obat
kepada pasien yang sama.
LANJUTAN OOT…
• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian • Tenaga kefarmasian harus
wajib mengarsipkan secara mencatat nama, alamat, dan
terpisah seluruh dokumen yang nomor telepon yang bisa
berhubungan dengan dihubungi dari pihak yang
pengelolaan Obat-Obat Tertentu mengambil obat.
• Obat-Obat Tertentu terkecuali
dekstrometrofan wajib
diserahkan sesuai dengan resep
atau salinan resep.
PELAYANAN OBAT BEBAS DAN
OBAT BEBAS TERBATAS
• Swamedikasi: upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri
• Biasanya untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan seperti
demam, nyeri, pusing, batuk dll
• Alternatif untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan
• Namun, swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan
pengobatan karena keterbatasan masyarakat akan obat dan
pengobatannya
• Apoteker dituntuk untuk dapat memberikan informasi
• Obat bebas dan obat bebas terbatas dapat menjadi alternatif dalam
mengobati penyakit ringan
Lanjutan
• Obat bebas: obat bebas yang dapat dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter
• Obat ini pada kemasannya terdapat tanda khusus berupa lingkaran
hijau dan garis tepi hitam
• Sesuai SK Menkes Nomor 2380 Tahun 1983 tentang tanda khusus
obat bebas
• Contoh: vitamin, rivanol, parasetamol dll
Lanjutan
• Obat bebas terbatas: obat yang penggunaannya cukup aman.
• Apabila berlebihan dapat menyebabkan efek samping yang kurang
menyenangkan
• Obat yang pemakaiannya tidak perlu di bawah pengawasan dokter tetapi
penggunaannya terbatas sesuai dengan aturan yang tertera dalam
kemasan
• Memiliki tanda lingkaran biru dengan garis tepi hitam dan peringatan
• Sesuai SK Menkes Nomor 6355 Tahun 1969
• Tanda peringatan yang selalu tercantum pada kemasan Obat Bebas
Terbatas berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran
panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih
Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas
Cara untuk menentukan jenis obat yang
dibutuhkan perlu diperhatikan:
1. Gejala atau keluhan penyakit
2. Kondisi khusus, misal: hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, DM dll
3. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat
tertentu
4. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat
5. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi
obat dengan obat yang sedang diminum
6. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada apoteker
Cara penggunaan obat
1. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian terus-menerus
2. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau
brosur
3. Apabila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada apoteker
atau dokter
4. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit
sama
5. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih
lengkap, tanyakan kepada apoteker
SOAL LATIHAN
• CARILAH CONTOH OOT (1) KEMUDIAN FOTO KEMASAN
OBATNYA DAN FOTO ISI BROSUR OBAT TSB
• CARILAH CONTOH PREKURSOR (1) KEMUDIAN FOTO
KEMASAN OBATNYA DAN FOTO ISI BROSUR OBAT TSB
• CARILAH CONTOH OBAT BEBAS (1) KEMUDIAN FOTO
KEMASAN OBATNYA DAN FOTO ISI BROSUR OBAT TSB
• CARILAH CONTOH BEBAS TERBATAS (1) KEMUDIAN FOTO
KEMASAN OBATNYA DAN FOTO ISI BROSUR OBAT TSB
• CARILAH CONTOH KERAS (1) KEMUDIAN FOTO KEMASAN
OBATNYA DAN FOTO ISI BROSUR OBAT TSB
PERTEMUAN 8
UJIAN TENGAH SEMESTER
PERTEMUAN 9 – PELAYANAN LANJUTAN
PELAYANAN OBAT GENERIK
• Obat generik: obat dengan nama resmi International Nonpropietary
Names (INN) yang telah ditetapkan dalam FI atau buku standar lain
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya
• Obat paten: obat yang masih memiliki hak paten, biasanya selama 20
tahun, setelah 20 tahun baru boleh diproduksi oleh perusahaan lain
• Obat generik bermerek/bernama dagang (branded): obat generik
dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat
yang bersangkutan
PELAYANAN FARMASI KLINIK
• Meliputi:
• a. pengkajian Resep;
• b. dispensing;
• c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
• d. konseling;
• e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
• f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
• g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Lanjutan
• A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis.
• Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan
3. tanggal penulisan Resep.
• Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Lanjutan
• Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain);
5. kontra indikasi; dan
6. interaksi.
Lanjutan
• Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep.
• Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error).
Lanjutan
• B. Dispensing
• Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.
• Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep: a. menghitung kebutuhan
jumlah Obat sesuai dengan Resep; b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak
penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi: a. warna putih untuk Obat
dalam/oral; b. warna biru untuk Obat luar dan suntik; c. menempelkan label
“kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang
berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
Lanjutan
• Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan
Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
Lanjutan
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan);
9. Menyimpan Resep pada tempatnya;
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan menggunakan
Formulir 5 sebagaimana terlampir.

• Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan
Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
Lanjutan
• C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
• Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
• Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari
Obat dan lain-lain.
Lanjutan
• Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi;
5. melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. melakukan program jaminan mutu.
Lanjutan
• Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali dalam
waktu yang relatif singkat dengan menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir.
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi Obat :
1. Topik Pertanyaan;
2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;
3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon);
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi, apakah
pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium);
5. Uraian pertanyaan;
6. Jawaban pertanyaan;
7. Referensi;
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data Apoteker yang memberikan
Pelayanan Informasi Obat.
Lanjutan
• D. Konseling
• Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
• Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan.
Lanjutan
• Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS,
epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu
Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Lanjutan
• Tahap kegiatan konseling:
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime Questions,
yaitu: a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda? b. Apa yang dijelaskan oleh
dokter tentang cara pemakaian Obat Anda? c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang
hasil yang diharapkan setelah Anda menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan
Obat
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
• Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai
bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling dengan
menggunakan Formulir 7 sebagaimana terlampir.
Tahapan Konseling pada Pasien dengan Resep
(Rantucci, 2007)
a. Diskusi Pembuka
b. Pengumpulan informasi dan identifikasi kebutuhan
c. Diskusi penyusunan rencana asuhan dan mengatasi masalah
d. Diskusi pemberian informasi dan edukasi
e. Diskusi penutup
a. Diskusi Pembuka
• Untuk menciptakan kenyamanan pasien dan mendorong pasien untuk
aktif dalam sesi konseling
• Berisi perkenalan diri dari seorang apoteker, cek nama pasienapakah
resep tersebut untuk pasien sendiri, percakapan sederhana untuk
menciptakan kenyamanan dengan pasien, penjelasan tujuan
konseling, apa saja yang akan dilakukan selama sesi konseling dan
alasannya serta waktu yang dibutuhkan
b. Pengumpulan informasi dan identifikasi
kebutuhan
• Diawali dengan menanyakan informasi dasar pasien seperti nama,
alamat, berat badan, no telpon, usia dan jenis kelamin
• Riwayat pasien juga perlu ditanyakan: riwayat penyakit pasien,
riwayat pengobatan, alergi dan obat yang sudah digunakan sebelum
datang ke dokter
• Ditanyakan TPQ: apa yang sudah dijelaskan dokter mengenai tujuan
pengobatan, penggunaan obat dan harapan (sasaran terapi dan efek
merugikan yang mungkin timbul)
c. Diskusi Penyusunan Rencana Asuhan dan
Mengatasi Masalah
• Dapat dilakukan dengan bentuk SOAP
• Perlu digali masalah aktual dan potensial
• Masalah didiskusikan dengan pasien sehingga pasien sepakat dengan
bagaimana penanganannya
• Perlu dijelaskan hasil terapi dan pemantauannya
d. Diskusi Pemberian Informasi dan Edukasi
• Berupa nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan
waktu penggunaan obat, saran ketaatan dan bagaimana pemantauan
sendiri dari pasien, efek samping dan bagaimana penanganan efek
samping jika muncul, petunjuk penyimpanan dan informasi
pengulangan resep (jika ada) serta rencana pemantauan
e. Diskusi Penutup
• Berupa kesempatan pasien untuk bertanya, pasien diminta untuk
mengulangi informasi penggunaan obat, menekankan hal yang
penting, tindak lanjut konseling dan sumber informasi tambahan
• Sumber informasi tambahan dapat berupa bacaan seperti leaflet
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sbg bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling dengan menggunakan formulir 7
Lanjutan
• E. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
• Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit
kronis lainnya.
Lanjutan
• Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker,
meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya
cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan
menggunakan Formulir 8 sebagaimana terlampir.
Lanjutan
• F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi
Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
• Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Lanjutan
• Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang
terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi;
melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga
kesehatan lain
3. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat
antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat
tanpa indikasi, pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis
terlalu rendah, terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya
interaksi Obat
4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
Lanjutan
5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek
terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki
6. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga
kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
7. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat
dengan menggunakan Formulir 9 sebagaimana terlampir.
Lanjutan
• G. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
• Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
• Kegiatan:
1. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan menggunakan Formulir
10 sebagaimana terlampir.
• Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
SOAL LATIHAN
• BUATLAH ESSAY/URAIAN DENGAN TEMA : “OABT GENERIK vs OBAT
BERMERK”
• ESAAY BISA BERUPA OPINI ATAUPUN DIAMBIL DARI ARTIKEL LAIN
DENGAN MENYERTAKAN DAFTAR PUSTAKA MINIMAL 2 PUSTAKA
• ESSAY DIBUAT MINIMAL 2 HALAMAN LEMBAR DOUBLE FOLIO DITULIS
TANGAN, MINIMAL 5 PARAGRAF
• FOTO DAN BUAT PDF(JADIKAN 1 FILE) KEMUDIAN DIKIRIMKAN

Anda mungkin juga menyukai