ANTIBODI MONOKLONAL
DOSEN PENGAMPU:
Rolef Rumondor, S.Si, M.Si.
KELOMPOK 11
Nama Kelompok:
UNIVERSITAS TRINITA
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan yang maha esa karena atas berkatnya, makalah ini
dapat selesai sesuai rencana dan tepat pada waktunya. Melalui penulisan makalah ini, kami
berharap makalah ini mampu berkontribusi meningkatkan pemahaman terkait rekayasa genetika,
khususnya antibodi monoklonal.
Kepada semua pihak yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun finansial,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki keterbatasan dari segi pemaparan isi, tata tulis, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca untuk
penyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.
2
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN……..………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………..……………………………..….ii
DAFTAR ISI………………….………………………………...………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………...…………………….…..1
BAB 2 PEMBAHASAN….……………………………………………………………………….5
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................11
3.1 Simpulan........................................................................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
4.Bagaimanakah cara pembuatan antibodi monoklonal?
5.Bagaimanakah mekanisme kerja antibodi monoklonal?
6.Bagaimanakah aplikasi dari antibodi monoklonal?
6.Apa kelebihan dan kekurangan antibodi monoklonal?
7.Apa manfaat antibodi monoklonal?
1.3 Tujuan
1.4. Manfaat
1. Manfaat Teoretis Makalah ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada dunia
pendidikan untuk pembelajaran biokimia.
2. Manfaat Praktisa
a. Bagi dosen dan mahasiswa Makalah antibodi monoklonal dapat memberikan peluang
bagi guru dan siswa untuk dijadikan sebagai salah satu sumber belajar guna
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan acuan
dalam pembelajaran khususnya terkait rekayasa genetika.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi oleh mukosa dan
menghasilkan sistem imun yang bertujuan untuk melawan antigen yang masuk ke dalam
sirkulasi darah. Antibodi memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran walaupun struktur
dasarnya berbentuk Y dan disebut sebagai Ig. Ig terdiri dari dua rantai polipeptida berukuran
besar yang disebut sebagai rantai berat dan dua rantai polipeptida yang berukuran kecil yang
disebut sebagai rantai ringan. Dua rantai berat pada Ig dihubungkan oleh ikatan disulfida dan
antara satu rantai berat dan rantai ringan juga saling dihubungkan dengan ikatan disulfida.
Antibodi tersebut mempunyai 2 fragmen, fragmen antigen binding (Fab) dan fragmen
cristallizable (Fc). Fragmen antigen binding digunakan untuk mengenal dan mengikat antigen
spesifik dan sebagai tempat melekatnya antigen antibodi yang tepat sesuai regio yang bervariasi
disebut complementary determining region(CDR) dan fragmem cristallizable berfungsi sebagai
efektor yang dapat berinteraksi dengan sel imun atau proteinserum (Albert, dkk, 2002).
Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang hanya dapat mengikat satu
epitop. Antibodi monoklonal ini dapat dihasilkan dengan menggunakan teknik hibridoma.
Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang memiliki
kekhususan tambahan. Sel tunggal atau sel klona tersebut hanya mengenal satu jenis antigen.
Sifat khusus yang unik dari antibodi ini adalah dapat mengenal suatu molekul, memberikan
informasi tentang molekol spesifik dan sebagai terapitarget tanpa merusak sel sehat sekitarnya.
Antibodi monoklonal dapatdiciptakan untuk mengikat antigen tertentu kemudian dapat
mendeteksi atau memurnikannya. Antibodi monoklonal tidak hanya mempertahankan tubuh
untuk melawan berbagai organisme yang menyebabkan penyakit tetapi jugadapat menarik
molekul target lainnya di dalam tubuh seperti reseptor protein yang ada pada permukaan sel
normal atau molekul yang khas terdapat pada permukaan sel kanker. Manfaat antibodi
monoklonal, yaitu untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine
wanita hamil,mengikat racun dan menonaktifkannya, serta mencegah penolakan tubuh terhadap
hasil transplantasi jaringan lain.
6
sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Georges Kohler, Cesar Milstein, dan Niels Kaj Jerne
(1975)menemukan cara baru dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan.
Kemudian sel limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehinggasel hibrid dapat dibiakkan
secara terus menerus. Sel mieloma merupakan sellimfosit B yang abnormal dan mampu
bereplikasi secara terus-menerus dan mengasilkan sebuah antibodi yang spesifik berupa
paraprotein.
Sel meloma juga mampu membuat antibodi yang homogen yang diproduksi oleh satu klonsel
hibrid. Antibodi teresebut lebih spesifik dibandinhgkan dengan antibodi poliklonal karena dapat
mengikat 1 epitop antigen dan dapat dibuat dalam jumlah yang tidak terbatas. Epitop adalah
daerah spesifilk yang ada pada antigen yang dapat dikenali oleh antibodi. Antibodi yang
homogen dan spesifik inilah yang disebut sebagai antibodi monoklonal.
Antibodi monoklonal dibuat dengan cara melakukan penggabungan atau fusi dari dua
jenis sel yaitu limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang
dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasilfusi antara sel limfosit B dengan sel kanker
secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Sel hibridoma mempunyai kemampuan untuk
tumbuh yang tidak terbaras dalam kultur sel, sehingga mampu memproduksi antibodi
monoklonal dalam jumlah yang hampir tidak terbatas.
Antibodi monoklonal dalam bidang kesehatan sudah sangat sering dilakukan, baik untuk
diagnostik atau pengobatan, terutama untuk mengatasi penyakit kanker tertentu. Beberapa
antibodi monoklonal yang digunakan berasal dari sel mencit atau tikus yang sering menimbulkan
reaksi alergi pada pasien yang menerima terapi antibodi monoklonal tersebut. Hal ini karena
protein pada mencit dianggap sebagai antigen asing oleh tubuh pasien sehingga menimbulkan
reaksi respon imun yang berupa alergi, inflamasi, dan penghancuran atau destruksi antibodi
monoklonal itu sendiri.
2.4 Beberapa jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah dikembangkan antara lain:
1. Antibodi Monoklonal Murine (Fully Mouse or Murine Monoclonal Antibodies) Antibodi
ini murni didapatkan dari tikus. Antibodi ini dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA). Biasanya antibodi ini memiliki akhiran dengan nama “momab”
(Radji, 2011).
2. Antibodi Monoklonal Kimera (Chimaric Monoclonal Antibadies) Antibodi monoklonal
ini dibuat melalui teknik rekayasa genetika untuk menciptakan jalur mencit atau tikus
transgenik yang dapat memproduks isel hybrid mencit-manusia yang disebut kimera
(chimaric). Bagian variabel molekul antibodi (Fab), termasuk bagian antigen binding site,
7
berasal dari mencit, sedangkan bagian lainnya, yaitu bagian yang constant(Fc) berasal
dari manusia. Antibodi monoklonal jenis ini memiliki nama dengan akhiran “ximab”.
Salah satu contoh antibodi monoklonal yang struktur molekulnya terdiri dari 67% protein
manusia adalah Rifuximab.
3. Antibodi Monoklonal Manusiawi (Humanized Monoclonal Antibodies)Antibodi ini
dibuat secara rekayasa genetika dimana bagian protein yang berasal dari mencit hanya
terbatas pada antigen binding site saja,sedangkan bagian yang lainnya yaitu bagian
variable dan bagian konstan berasal dari manusia. Antibodi ini memiliki akhiran nama
“zumab”.Contoh antibodi monoklonal jenis ini yang terdiri dari 90% protein manusia
yaitu Transtuzumab dan Alemtuzumab.
4. Antibodi monoklonal manusia ( fully human monoclonal antibodies )Antibodi ini
merupakan antibodi yang paling ideal untuk menghindari terjadinya respon imun karena
protein antibodi yang disuntikkan kedalam tubuh seluruhnya merupakan protein yang
berasal dari manusia. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk merancang
pembentukan antibody monoklonal yang seluruhnya mengandung protein manusia
tersebut adalah dengan teknik rekayasa genetika untuk menciptakan mencit transgenik
yang membawa gen yang berasal dari manusia, sehingga mampu memproduksi antibodi
yang diinginkan.
8
Antibodi monoklonal digunakan secara sinergis melengkapimekanisme kerja kemoterapi
untuk melawan tumor.
9
3. Dibandingkan dengan antibodi poliklonal, homogenitas antibody monoklonal sangat
tinggi. Jika kondisi eksperimen dijaga konstan, hasil dari antibodi monoklonal akan
sangat dapat direproduksi di antara percobaan.
4. Spesifisitas antibodi monoklonal mengakibatkan sangat efisien untuk mengikat antigen
dalam campuran molekul terkait, seperti dalam kasus pemurnian afinitas.
5. Tidak perlu murni dan terkarak terisasi dan tidak perlu memproduksi antibodi dengan
jumlah yang banyak.
Kekurangan dari antibodi monoklonal adalah sebagai berikut.
1. Dapat menghasilkan sejumlah besar antibodi spesifik, tetapi mungkin terlalu spesifik.
2. Lebih rentan terhadap hilangnya epitop melalui perawatan kimia antigen dari pada
antibodi poliklonal. Hal ini dapat diimbangi dengan menggabungkan dua atau lebih
antibodi monoklonal ke antigen yang sama.
3. Rata-rata afinitas antibodi monoklonal lebih rendah daripada antibodi poliklonal.
4. Memerlukan waktu dan usaha yang benar.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang hanya dapat mengikat satu
epitop yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan
tambahan dan hanya mengenal satu jenis antigen.
2. Sejarah perkembangan dari antibodi monoklonal diawali dari Metchnikoff dan Erlich
(1908) mengemukakan teori imunologi yang membawa perubahan yang besar pada
pemanfaatan antibodi untuk mendeteksiadanya antigen (zat asing) di dalam tubuh.
Georges Kohler, Cesar Milstein, dan Niels Kaj Jerne (1975) menemukan cara baru dalam
membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan dan menghasilkan antibodi
yang homogen dan spesifik inilah yang disebut sebagai antibodi monoklonal.
3. Jenis-jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah dikembangkan adalah antibodi
monoklonal murine (fully mouse or murine monoclonal antibodies), antibodi monoklonal
kimera (chimeric monoclonal antibadies), antibodi monoklonal manusiawi (humanized
monoclonal antibodies), dan antibodi monoklonal manusia ( fully human monoclonal
antibodies).
4. Cara pembuatan antibodi monoklonal adalah imunisasi tikus dan seleksitikus donor untuk
pengembangan sel hybridoma, penyaringan produksi antibodi tikus, persiapan sel
myeloma. fusi sel myeloma dengan sel imunlimpa, dan pengembangan lebih lanjut.
5. Mekanisme kerja antibodi monoklonal adalah menggunakan mekanisme komponen
sistem imun, yaitu Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity(ADCC),Complement
Dependent Cytotoxicity (CDC), mengubah signal transduksi sel tumor atau
menghilangkan sel permukaan antigen. Antibodi dapat digunakan sebagai target muatan
(radioisotop, obat atau toksin) untuk membunuh sel tumor atau mengaktivasi prodrug di
tumor,Antibody Directed Enzyme Prodrug Therapy(ADEPT).
6. Kelebihan antibodi monoklonal adalah lebih spesifik mendeteksi satu target epitop dan
cenderung tidak bereaksi silang dengan protein lain,sangat baik sebagai antibodi primer
dalam tes, homogenitas antibody monoklonal sangat tinggi, sangat efisien untuk
mengikat antigen dalam campuran molekul terkait, tidak perlu murni dan terkarakterisasi
serta tidak perlu memproduksi antibodi dengan jumlah yang banyak.Kekurangan antibodi
monoklonal adalah terlalu spesifik, lebih rentan terhadap hilangnya epitop melalui
perawatan kimia antigen dari pada antibodi poliklonal, rata-rata afinitas antibodi
monoklonal lebih rendah daripada antibodi poliklonal, dan memerlukan waktu dan usaha
yang besar
11
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, Lichtman AH. 2005. Antibodies and Antigens 5th ed. Philadelphia:Elsevier
Saunders.
Adams, G.P., dan Weiner, L.M. 2005. Monoclonal antibody therapy of cancer.
Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Robert, K., Walter, P. 2002. Manipulating Proteins,
DNA, and RNA. In: Anderson MS, Dilernia B,editors. Molecular biology of the cell 4th ed. New
York: Garland Science.
Campbell, Neil A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Jakarta: Erlangga.
Dyah, Batari, dkk. 2016.Teknologi Hibridoma dan DNA Rekombinan untuk Produksi Antibodi
Monoklonal Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Nelson PN, Reynolds GM, Waldron EE, Ward E, Giannopoulos K, Murray PG.2000.
Demystified Monoclonal Antibodies.Journal Clin Pathol , 53: 111-7.
Nugroho, Endik Deni dan Dwi Anggorowati Rahayu. 2017.Pengantar Bioteknologi (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Radji, Maksum, M. Biomed. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.
12