Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH IMUNOLOGI

ANTIBODI MONOKLONAL

DOSEN PENGAMPU:
Rolef Rumondor, S.Si, M.Si.

KELOMPOK 11

Nama Kelompok:

1. Chrystania Regina Kunondo (20330103040)


2. Asri Sasue (20330103037)
3. Yuli Angeli Sasamira (20330103015)
4. Angelina Natalis Kasehung (20330103060)
5. Aurea B.F.Nahak (22340103035)

UNIVERSITAS TRINITA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan yang maha esa karena atas berkatnya, makalah ini
dapat selesai sesuai rencana dan tepat pada waktunya. Melalui penulisan makalah ini, kami
berharap makalah ini mampu berkontribusi meningkatkan pemahaman terkait rekayasa genetika,
khususnya antibodi monoklonal.

Kepada semua pihak yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun finansial,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki keterbatasan dari segi pemaparan isi, tata tulis, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca untuk
penyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.

2
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN……..………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR…………………………………………..……………………………..….ii

DAFTAR ISI………………….………………………………...………………………………..iii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………...…………………….…..1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….…1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………...…………………………….2
1.3 Tujuan……………….……………………………………………………………..4
1.4 Manfaat……………..…………………………………………….………………..4

BAB 2 PEMBAHASAN….……………………………………………………………………….5

2.1 Pengertian Dari Antibodi Monoklonal…………………………..…………….…..5


2.2 Sejarah perkembangan dari Antibodi Monoklonal………………………….…….6
2.3 Jenis-jenis Antibodi Monoklonal………………………………………………….7
2.4 Cara Pembuatan Antibodi monoclonal………………………………..…………..8
2.5 Mekanisme Kerja Antibodi Monoklonal………………………………………….9
2.5.1 Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC)....................................8
2.5.2 Complement Dependent Cytotoxicity (CDC)...............................................9
2.5.3 Perubahan Transduksi Signal.......................................................................9
2.5.4 Imunomodulasi............................................................................................9
2.5.5 Penghantaran muatan sitotoksik..................................................................9
2.5.6 Antibodi Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT).............................9
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Antibodi Monoklonal..........................................9
2.7 Manfaat Antibodi Monoklonal……………………………………………...10

BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................11

3.1 Simpulan........................................................................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………12

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang
memiliki kekhususan tambahan. Antibodi ini dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang
spesifik. Teknologi antibody monoklonal melibatkan sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa
henti dan digabungkan dengan sel mamalia yang memproduksi antibodi.Hasil penggabungan
sel ini adalah hibridoma yang akan terus memproduksi antibodi.
Antibodi monoklonal mengenali setiap determinan yang antigen(bagian dari
makromolekul yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh/epitope). Antibodi ini mampu
menyerang molekul targetnya dan bisa memilah antara epitope yang sama. Selain sangat
spesifik, antibody monoklonal juga dapat melawan patogen. Pemanfaatan antibodi
monoklonal saat ini telah digunakan untuk mengatasi berbagai masalah khususnya dalam
bidang kesehatan. Masalah diagnostik tersebut, seperti mengidentifikasi agen infeksi,
mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto, mengukur protein dan level drug pada
serum. Selain itu, antibodi ini juga mampu mengenali darah dan jaringan, mengidentifikasi
sel spesifik yang terlibat dalam respon kekebalan, dan mengidentifikasi serta
mengkuantifikasi hormon.
Antibodi Monoklonal yang digunakan pada Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
digunakan dalam tes kehamilan. Penggunaan antibodi monoklonal lainnya adalah untuk
diagnosis HIV dengan uji ELISA. Antibodi monoklonal diproduksi secara masal dalam
laboratorium dengan menggabungkan sel myeloma (tipe kanker sumsum tulang) dari sel B
mencit yang menghasilkan antibodi spesifik. Sel hasil penggabungan ini disebut hibridoma.
Kombinasi sel B yang bisa mengenali antigen khusus dan sel myeloma yang hidup akan
membuat sel hibridoma menjadi semacam pabrik produksi antibodi yang tidak ada habisnya.
Semua antibodi yang dihasilkan identik, berasal dari satu (mono) sel hibridoma sehingga
disebut antibodi monoklonal (kadang disingkat MoAbs atau MAbs). Ilmuwan bisa membuat
antibodi monoklonal yang mampu bereaksi dengan antigen spesifik berbagai jenis sel
kanker. Dengan ditemukannya lebih banyak lagi antigen kanker, berarti akan semakin
banyak antibodi monoklonal yang bisa digunakan untuk terapi berbagai jenis kanker.
Besarnya peranan rekayasa genetika, khususnya antibodi monoklonal yang menyangkut
aspek kehidupan inilah yang melatabelakangi penulis untuk membahas antibodi monoklonal.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apakah pengertian dari antibodi monoklonal?


2.Bagaimanakah sejarah perkembangan dari antibodi monoklonal?
3.Apa sajakah jenis-jenis antibodi monoklonal generasi baru?

4
4.Bagaimanakah cara pembuatan antibodi monoklonal?
5.Bagaimanakah mekanisme kerja antibodi monoklonal?
6.Bagaimanakah aplikasi dari antibodi monoklonal?
6.Apa kelebihan dan kekurangan antibodi monoklonal?
7.Apa manfaat antibodi monoklonal?

1.3 Tujuan

1. Untuk mendekripsikan dan menjelaskan pengertian dari antibody monoklonal.


2.Untuk mendekripsikan dan menjelaskan sejarah perkembangan dari antibodi monoklonal.
3.Untuk mendekripsikan dan menjelaskan jenis-jenis antibodi monoclonal generasi baru
4.Untuk mendekripsikan dan menjelaskan cara pembuatan antibodimonoklonal.
5.Untuk mendekripsikan dan menjelaskan mekanisme kerja antibodimonoklonal.
6.Untuk mendekripsikan dan menjelaskan kelebihan dan kelemahan antibodimonoklonal.
7. Untuk mendekripsikan dan menjelaskan manfaat anti bodi monoklonal.

1.4. Manfaat

1. Manfaat Teoretis Makalah ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada dunia
pendidikan untuk pembelajaran biokimia.
2. Manfaat Praktisa
a. Bagi dosen dan mahasiswa Makalah antibodi monoklonal dapat memberikan peluang
bagi guru dan siswa untuk dijadikan sebagai salah satu sumber belajar guna
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan acuan
dalam pembelajaran khususnya terkait rekayasa genetika.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Antibodi Monoklonal

Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi oleh mukosa dan
menghasilkan sistem imun yang bertujuan untuk melawan antigen yang masuk ke dalam
sirkulasi darah. Antibodi memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran walaupun struktur
dasarnya berbentuk Y dan disebut sebagai Ig. Ig terdiri dari dua rantai polipeptida berukuran
besar yang disebut sebagai rantai berat dan dua rantai polipeptida yang berukuran kecil yang
disebut sebagai rantai ringan. Dua rantai berat pada Ig dihubungkan oleh ikatan disulfida dan
antara satu rantai berat dan rantai ringan juga saling dihubungkan dengan ikatan disulfida.
Antibodi tersebut mempunyai 2 fragmen, fragmen antigen binding (Fab) dan fragmen
cristallizable (Fc). Fragmen antigen binding digunakan untuk mengenal dan mengikat antigen
spesifik dan sebagai tempat melekatnya antigen antibodi yang tepat sesuai regio yang bervariasi
disebut complementary determining region(CDR) dan fragmem cristallizable berfungsi sebagai
efektor yang dapat berinteraksi dengan sel imun atau proteinserum (Albert, dkk, 2002).
Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang hanya dapat mengikat satu
epitop. Antibodi monoklonal ini dapat dihasilkan dengan menggunakan teknik hibridoma.
Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang memiliki
kekhususan tambahan. Sel tunggal atau sel klona tersebut hanya mengenal satu jenis antigen.
Sifat khusus yang unik dari antibodi ini adalah dapat mengenal suatu molekul, memberikan
informasi tentang molekol spesifik dan sebagai terapitarget tanpa merusak sel sehat sekitarnya.
Antibodi monoklonal dapatdiciptakan untuk mengikat antigen tertentu kemudian dapat
mendeteksi atau memurnikannya. Antibodi monoklonal tidak hanya mempertahankan tubuh
untuk melawan berbagai organisme yang menyebabkan penyakit tetapi jugadapat menarik
molekul target lainnya di dalam tubuh seperti reseptor protein yang ada pada permukaan sel
normal atau molekul yang khas terdapat pada permukaan sel kanker. Manfaat antibodi
monoklonal, yaitu untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine
wanita hamil,mengikat racun dan menonaktifkannya, serta mencegah penolakan tubuh terhadap
hasil transplantasi jaringan lain.

2.2 Sejarah perkembangan dari Antibodi Monoklonal

Metchnikoff dan Erlich (1908) mengemukakan teori imunologi yang membawa


perubahan yang besar pada pemanfaatan antibodi untuk mendeteksi adanya antigen (zat asing) di
dalam tubuh. Pada zaman dahulu antibody idiperoleh dengan cara konvensional yakni
mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan mengisolasi antibodi dalam serum

6
sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Georges Kohler, Cesar Milstein, dan Niels Kaj Jerne
(1975)menemukan cara baru dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan.
Kemudian sel limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehinggasel hibrid dapat dibiakkan
secara terus menerus. Sel mieloma merupakan sellimfosit B yang abnormal dan mampu
bereplikasi secara terus-menerus dan mengasilkan sebuah antibodi yang spesifik berupa
paraprotein.
Sel meloma juga mampu membuat antibodi yang homogen yang diproduksi oleh satu klonsel
hibrid. Antibodi teresebut lebih spesifik dibandinhgkan dengan antibodi poliklonal karena dapat
mengikat 1 epitop antigen dan dapat dibuat dalam jumlah yang tidak terbatas. Epitop adalah
daerah spesifilk yang ada pada antigen yang dapat dikenali oleh antibodi. Antibodi yang
homogen dan spesifik inilah yang disebut sebagai antibodi monoklonal.
Antibodi monoklonal dibuat dengan cara melakukan penggabungan atau fusi dari dua
jenis sel yaitu limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang
dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasilfusi antara sel limfosit B dengan sel kanker
secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Sel hibridoma mempunyai kemampuan untuk
tumbuh yang tidak terbaras dalam kultur sel, sehingga mampu memproduksi antibodi
monoklonal dalam jumlah yang hampir tidak terbatas.

2.3 Jenis-Jenis Antibodi Monoklonal Generasi Baru

Antibodi monoklonal dalam bidang kesehatan sudah sangat sering dilakukan, baik untuk
diagnostik atau pengobatan, terutama untuk mengatasi penyakit kanker tertentu. Beberapa
antibodi monoklonal yang digunakan berasal dari sel mencit atau tikus yang sering menimbulkan
reaksi alergi pada pasien yang menerima terapi antibodi monoklonal tersebut. Hal ini karena
protein pada mencit dianggap sebagai antigen asing oleh tubuh pasien sehingga menimbulkan
reaksi respon imun yang berupa alergi, inflamasi, dan penghancuran atau destruksi antibodi
monoklonal itu sendiri.

Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan pembuatan


antibodi monoklonal generasi baru yaitu antibodi monoclonal rekombinan manusia. Antibodi ini
merupakan suatu monoklonal antibody yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari protein yang
berasal dari manusia,untuk mengurangi efek penolakan oleh sistem imum pasien.

2.4 Beberapa jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah dikembangkan antara lain:
1. Antibodi Monoklonal Murine (Fully Mouse or Murine Monoclonal Antibodies) Antibodi
ini murni didapatkan dari tikus. Antibodi ini dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA). Biasanya antibodi ini memiliki akhiran dengan nama “momab”
(Radji, 2011).
2. Antibodi Monoklonal Kimera (Chimaric Monoclonal Antibadies) Antibodi monoklonal
ini dibuat melalui teknik rekayasa genetika untuk menciptakan jalur mencit atau tikus
transgenik yang dapat memproduks isel hybrid mencit-manusia yang disebut kimera
(chimaric). Bagian variabel molekul antibodi (Fab), termasuk bagian antigen binding site,

7
berasal dari mencit, sedangkan bagian lainnya, yaitu bagian yang constant(Fc) berasal
dari manusia. Antibodi monoklonal jenis ini memiliki nama dengan akhiran “ximab”.
Salah satu contoh antibodi monoklonal yang struktur molekulnya terdiri dari 67% protein
manusia adalah Rifuximab.
3. Antibodi Monoklonal Manusiawi (Humanized Monoclonal Antibodies)Antibodi ini
dibuat secara rekayasa genetika dimana bagian protein yang berasal dari mencit hanya
terbatas pada antigen binding site saja,sedangkan bagian yang lainnya yaitu bagian
variable dan bagian konstan berasal dari manusia. Antibodi ini memiliki akhiran nama
“zumab”.Contoh antibodi monoklonal jenis ini yang terdiri dari 90% protein manusia
yaitu Transtuzumab dan Alemtuzumab.
4. Antibodi monoklonal manusia ( fully human monoclonal antibodies )Antibodi ini
merupakan antibodi yang paling ideal untuk menghindari terjadinya respon imun karena
protein antibodi yang disuntikkan kedalam tubuh seluruhnya merupakan protein yang
berasal dari manusia. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk merancang
pembentukan antibody monoklonal yang seluruhnya mengandung protein manusia
tersebut adalah dengan teknik rekayasa genetika untuk menciptakan mencit transgenik
yang membawa gen yang berasal dari manusia, sehingga mampu memproduksi antibodi
yang diinginkan.

2.5 Cara Pembuatan Antibodi Monoklonal

Kőhler dan Milstein menjelaskan cara mengisolasi dan mengembangkan antibodi


monoklonal murni spesifik dalam jumlah banyak yang didapat dari campuran antibodi hasil
respons imun. Tikus yang telah diimunisasi dengan antigen khusus ke dalam sumsum tulang
akan menghasilkan sel limfosit B yang memiliki masa waktu hidup terbatas dalam kultur,
hal ini dapat diatasi dengan cara menggabungkan dengan sel limfosit B tumor (myeloma)
yang abadi. Hasil campuran heterogen selhybridoma dipilih hybridomayang memiliki 2
kemampuan yaitu dapat menghasilkan antibodi khusus dan dapat tumbuh di dalam kultur.
Hybridoma ini diperbanyak sesuai klon individualnya dan setiap klon hanya menghasilkan
satu jenis antibodi monoklonal yang permanen dan stabil. Hybridoma yang berasal dari satu
limfosit akan menghasilkan antibodi yang akan mengenali satu jenis antigen. Antibodi inilah
yang dikenal sebagai antibodi monoklonal.

2.6 Mekanisme Kerja Antibodi Monoklonal

Antibodi monoklonal menggunakan mekanisme kombinasi untuk meningkatkan efek


sitotoksik sel tumor. Mekanisme komponen sistem imun adalah Antibody Dependent Cellular
Cytotoxicity(ADCC),Complement Dependent Cytotoxicity(CDC), mengubah signal
transduksi sel tumor atau menghilangkan sel permukaan antigen. Antibodi dapat digunakan
sebagai target muatan (radioisotop, obat atau toksin) untuk membunuh sel tumor atau
mengaktivasi prodrugdi tumor,Antibody Directed Enzyme Prodrug Therapy(ADEPT).

8
Antibodi monoklonal digunakan secara sinergis melengkapimekanisme kerja kemoterapi
untuk melawan tumor.

2.5.1 Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC)


Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC) terjadi jika antibodi mengikat
antigen sel tumor dan Fc antibodi melekat dengan reseptor Fc pada permukaan sel
imun efektor.
2.5.2 Complement Dependent Cytotoxicity (CDC)
Pengikatan antibodi monoklonal dengan antigen permukaan selakan mengawali
kaskade komplement.Complement Dependent Cytotoxicity(CDC) merupakan suatu
metode pembunuh sel tumor yang lain dari antibodi.
2.5.3 Perubahan Transduksi Signal Reseptor growth factor
Merupakan suatu antigen target tumor,ekspresinya berlebihan pada keganasan.
Aktivasi transduksi signal padakondisi normal akan menginduksi respons mitogenik
dan meningkatkankelangsungan hidup sel, hal ini diikuti dengan ekspresi
perkembangansel tumor yang berlebihan yang juga menyebabkan tumor tidak sentitif
terhadap zat kemoterapi.
2.5.4 Imunomodulasi
Beberapa percobaan menunjukkan antibodi yang langsung melawan Cytotoxic T
Lymphocyte Antigen 4(CTLA 4) terbukti dapatmenginduksi regresi imun. Pola
toksisitas yang diteliti pada uji klinismemperlihatkan hubungan perlekatan CTLA 4
dengan ligand dapatmenginduksi respons autoimun.
2.5.6 Penghantaran muatan sitotoksik Antibodi monoklonal pada terapi kanker akan
melawan target sel tumor dengan cara mengikat sel spesifik tumor dan
menginduksirespons imun.
2.5.7 Antibodi Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT) Antibodi Directed Enzyme
Prodrug Therapy (ADEPT) menggunakan antibodi monoklonal sebagai penghantar
untuk sampai kesel tumor kemudian enzim mengaktifkan prodrug pada tumor. Hal
ini dapat meningkatkan dosis active drug di dalam tumor.
2.5.8 BasilikSIMAB merupakan antibodi monoklonal yang mencegah proliferasi limfosit T,
digunakan untuk profilaksis penolakan akut pada transplantasi ginjal
allogenik. Diberikan bersama siklosporin dan imunosupresan kortikosteroid,
penggunaannya sebaiknya dibatasi oleh para ahli.

2.7. Kelebihan dan Kelemahan Antibodi Monoklonal


Kelebihan dari antibodi monoklonal adalah:
1. Antibodi monoklonal biasanya memiliki sedikit latar belakang dari pewarnaan bagian dan
sel karena lebih spesifik mendeteksi satu target epitop dan cenderung tidak bereaksi
silang dengan protein lain.
2. Akibat spesifisitasnya, antibodi monoklonal sangat baik sebagai antibodi primer dalam
tes,atau untuk mendeteksi antigen dalam jaringan.

9
3. Dibandingkan dengan antibodi poliklonal, homogenitas antibody monoklonal sangat
tinggi. Jika kondisi eksperimen dijaga konstan, hasil dari antibodi monoklonal akan
sangat dapat direproduksi di antara percobaan.
4. Spesifisitas antibodi monoklonal mengakibatkan sangat efisien untuk mengikat antigen
dalam campuran molekul terkait, seperti dalam kasus pemurnian afinitas.
5. Tidak perlu murni dan terkarak terisasi dan tidak perlu memproduksi antibodi dengan
jumlah yang banyak.
Kekurangan dari antibodi monoklonal adalah sebagai berikut.
1. Dapat menghasilkan sejumlah besar antibodi spesifik, tetapi mungkin terlalu spesifik.
2. Lebih rentan terhadap hilangnya epitop melalui perawatan kimia antigen dari pada
antibodi poliklonal. Hal ini dapat diimbangi dengan menggabungkan dua atau lebih
antibodi monoklonal ke antigen yang sama.
3. Rata-rata afinitas antibodi monoklonal lebih rendah daripada antibodi poliklonal.
4. Memerlukan waktu dan usaha yang benar.

2.8 Manfaat dari anti bodi monoklonal 


1. Mendeteksi kandungan hormone korionik gonadotropin dalam urin wanita hamil.
2. Mengikat racun dan menonaktifkannya. Contohnya racun tetanus dan kelebihan obat
digoxin dapat dinonaktifkan dengan antibody ini
3. Mencegah penolakan jaringan terhadap hasil transplatasi jaringan lain.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang hanya dapat mengikat satu
epitop yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan
tambahan dan hanya mengenal satu jenis antigen.
2. Sejarah perkembangan dari antibodi monoklonal diawali dari Metchnikoff dan Erlich
(1908) mengemukakan teori imunologi yang membawa perubahan yang besar pada
pemanfaatan antibodi untuk mendeteksiadanya antigen (zat asing) di dalam tubuh.
Georges Kohler, Cesar Milstein, dan Niels Kaj Jerne (1975) menemukan cara baru dalam
membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan dan menghasilkan antibodi
yang homogen dan spesifik inilah yang disebut sebagai antibodi monoklonal.
3. Jenis-jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah dikembangkan adalah antibodi
monoklonal murine (fully mouse or murine monoclonal antibodies), antibodi monoklonal
kimera (chimeric monoclonal antibadies), antibodi monoklonal manusiawi (humanized
monoclonal antibodies), dan antibodi monoklonal manusia ( fully human monoclonal
antibodies).
4. Cara pembuatan antibodi monoklonal adalah imunisasi tikus dan seleksitikus donor untuk
pengembangan sel hybridoma, penyaringan produksi antibodi tikus, persiapan sel
myeloma. fusi sel myeloma dengan sel imunlimpa, dan pengembangan lebih lanjut.
5. Mekanisme kerja antibodi monoklonal adalah menggunakan mekanisme komponen
sistem imun, yaitu Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity(ADCC),Complement
Dependent Cytotoxicity (CDC), mengubah signal transduksi sel tumor atau
menghilangkan sel permukaan antigen. Antibodi dapat digunakan sebagai target muatan
(radioisotop, obat atau toksin) untuk membunuh sel tumor atau mengaktivasi prodrug di
tumor,Antibody Directed Enzyme Prodrug Therapy(ADEPT).
6. Kelebihan antibodi monoklonal adalah lebih spesifik mendeteksi satu target epitop dan
cenderung tidak bereaksi silang dengan protein lain,sangat baik sebagai antibodi primer
dalam tes, homogenitas antibody monoklonal sangat tinggi, sangat efisien untuk
mengikat antigen dalam campuran molekul terkait, tidak perlu murni dan terkarakterisasi
serta tidak perlu memproduksi antibodi dengan jumlah yang banyak.Kekurangan antibodi
monoklonal adalah terlalu spesifik, lebih rentan terhadap hilangnya epitop melalui
perawatan kimia antigen dari pada antibodi poliklonal, rata-rata afinitas antibodi
monoklonal lebih rendah daripada antibodi poliklonal, dan memerlukan waktu dan usaha
yang besar

11
DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH. 2005. Antibodies and Antigens 5th ed. Philadelphia:Elsevier
Saunders.

Adams, G.P., dan Weiner, L.M. 2005. Monoclonal antibody therapy of cancer.

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Robert, K., Walter, P. 2002. Manipulating Proteins,
DNA, and RNA. In: Anderson MS, Dilernia B,editors. Molecular biology of the cell 4th ed. New
York: Garland Science.

Campbell, Neil A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Jakarta: Erlangga.

Dyah, Batari, dkk. 2016.Teknologi Hibridoma dan DNA Rekombinan untuk Produksi Antibodi
Monoklonal Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Emantoko, Sulistyo. 2001. Antibodi Rekombinan: Perkembangan Terbaru dalamTeknologi


Antibodi.

Jurnal Unitas,9(2): 29-43.

Nelson PN, Reynolds GM, Waldron EE, Ward E, Giannopoulos K, Murray PG.2000.
Demystified Monoclonal Antibodies.Journal Clin Pathol , 53: 111-7.

Nature Biotechnology, 23: 1147-57.

Nugroho, Endik Deni dan Dwi Anggorowati Rahayu. 2017.Pengantar Bioteknologi (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Radji, Maksum, M. Biomed. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.

Tuscano J. M., Noonan K, Mulrooney T. 2005. Monoclonal antibodies: casestudies in novel


therapies. In: Frankel C, editor. A continuing education program for oncology nurses. Pittsburgh
OES:5-8.Wibowo, Lydia, dkk. 2011. Antibodi Monoklonal . Depok: Universitas Indones

12

Anda mungkin juga menyukai