Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

“DRUG RELATED PROBLEM”


PRODI S1 FARMASI – UNIVERSITAS TRINITA MANADO
apt. Mitra Wynne Timburas, S.Farm, M.Farm

NAMA : Aurea Briquita Filtje Nahak


NIM/NPM : 22340103035

PETUNJUK MENJAWAB PERTANYAAN


 JAWABAN DAPAT DIAMBIL DARI MATERI PERKULIAHAN/BUKU/REFRENSI TERPERCAYA
(BUKAN WIKIPEDIA/ARTIKEL KESEHATAN)
 JAWAB LANGSUNG PADA LEMBAR UJIAN INI
 JAWABAN DIKIRIM VIA EMAIL : glibenklamid20@gmail.com (UNTUK YG BER’NIM GANJIL) DAN
mitrawynn3@gmail.com (UNTUK YG BER’NIM GENAP) DENGAN MENULIS PADA SUBJEK :
UTS DRP – NIM – JUDUL JURNAL PALING LAMBAT JUMAT 13.00 WITA
 KUMPUL LANGSUNG PALING LAMBAT JUMAT 14.00 WITA

I. (pilih jawaban yang paling tepat pd kolom C diisi dalam bentuk angka pd kolom B)
A B C
 Berorientasi kepada pasien, Terlibat 1. Pelayanan Farmasi Klinik
langsung di ruang perawatan di 8 2. Drug Related Problem
rumah sakit (bangsal). ……. 3. ROTD
4. BPOM
5. Medication error
 Ilmu dan kegiatan yang berkaitan 6. Dinas Kesehatan
dengan deteksi, penilaian, 7. Withdraw syndrome
pemahaman dan pencegahan efek 8. Karakteristik Pelayanan Farklin
2
samping atau masalah terkait obat 9. Penggunaan obat yang rasional
…….
lainnya 10.Dampak penggunaan obat yang tidak
rasional
11. Potensial
 apabila ada ROTD yg muncul dan 12. Actual
baru dilaporkan termasuk terkait 13. Kebutuhan Pasien
penggunaan obat yg baru …4…. 14. Masalah terapi
dipasarkan maka perlu dilaporkan 15. Farmakovigilans
kpd lembaga terkait yaitu ….

 Respon tubuh terhadap suatu obat ……3


yg berbahaya dan tdk diharapkan

 Pelayanan LANGSUNG yang


diberikan tenaga farmasi kepada
pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan …1…...

DrugRelatedProblem_mitrawynn3
risiko terjadinya efek samping
karena obat

 Kemungkinan besar dapat terjadi


dan akan dialami oleh pasien
apabila tidak dilakukan …….5..
pencegahan, misalnya pasien
apabila diberikan suatu obat akan
mengalami kontraindikasi

II. STUDI KASUS JURNAL DRP (BACA DENGAN TELITI JURNAL YANG TELAH DIBAGIKAN)
 JELASKAN TENTANG PENYAKIT DALAM JURNAL TERSEBUT (DEFINISI PENYAKIT,
ETIOLOGI, FAKTOR RESIKO, PARTOFISIOLOGI PENYAKIT,
PENATALAKSAAAN/FARMAKOTERAPI UNTUK PENYAKIT TERSEBUT\
1. Definisi penyakit
Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan produksi
insulin yang kurang, zat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, bisa pula karena adanya
gangguan pada fungsi insulin meskipun jumlahnya normal.
Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskuler yang sering ditemukan pada DM
tipe 1 dan DM tipe 2. Komplikasi mikrovaskuler yaitu komplikasi yang terjadi pada pembuluh
darah halus di ginjal. Kerusakan pembuluh darah di ginjal menimbulkan kerusakan
glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring darah.
2. Etiologi
Diabetes Melitus 1 pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Selain itu terjadi perusakan sel sel pankreas yang memproduksi
insulin yang dapat terjadi karena faktor keturunan (genetic) maupun reaksi alergi. Akibatnya
insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada sama sekali dan gula akan menumpuk dalam
peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Sebagai konsekuensinya
insulin harus disuplai dari luar tubuh.
Diabetes Melitus 2 disebabkan sel sel β pankreas tidak rusak meskipun hanya sedikit yang
normal dan dapat digunakan untuk mensekresi insulin tetapi kualitas insulinnya buruk dan
tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga glukosa dalam darah meningkat. Kemungkinan
lainnya sel-sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau berkurangnya sensitivitas
terhadap insulin atau resisten terhadap insulin yang berakibat insulin tidak dapat bekerja
dengan baik dan glukosa akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. DM tipe 2 disebabkan
oleh faktor genetic dan factor lingkungan atau gaya hidup.
3. Faktor risiko
Untuk DM tipe 2 dibagi dalam dua faktor risiko. Faktor risiko yang dapat diubah yaitu
merokok, konsumsi alkohol , kurang konsumsi buah dan sayur, tingkat pendidikan, kurang
aktivitas fisik, indeks masa tubuh, lingkar pinggang, mengontrol tekanan darah, kadar gula
darah dan total kolestrol. Faktor risiko yang tidak bisa diubah yakni jenis kelamin dan umur.
4. Partofisiologi penyakit
Meningkatnya HbA1c, glukosa plasma puasa dan glukosa post prandial serta meningkatnya
variabilitas glukosa
5. Farmakoterapi untuk penyakit tersebut
Terapi non farmakologis misalnya memantau kadar gula darah, Latihan jasmani secara
teratur bisa 3-4 kali seminggu selama 30 menit seperti bersepeda santai , jogging dan

DrugRelatedProblem_mitrawynn3
berenang dan tentunya latihan jasmani harus disesuaikan dengan umur pasien.dan terapi
nutrisi.

 SUSUNLAH (DAN JELASKAN) KATEGORI DRP DALAM KASUS DIJURNAL TSB


MENGGUNAKAN PCNE (BUAT DALAM BENTUK TABEL) SAMPAI PADA BAGIAN
PLANNING INTERVENSI
 BUAT KESIMPULAN MINIMAL 1 PARAGRAF (MINIMAL 6 BARIS MAKSIMAL 10 BARIS)
Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia.. DM
merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan produksi insulin yang kurang, zat
yang dihasilkan , oleh kelenjar pancreas, adanya gangguan pada fungsi insulin, meskipun
jumlahnya normal. Seseorang dikatakan menderita DM jika kadar GDP >120mg/dl dan PP
>200mg/dl. Terdapat dua tipe DM, DM tipe 1 yaitu DM yang tergantung pada insulin (IDDM),
sedangkan pada DM tipe 2 yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM). Faktor risiko
yang dapat diubah yaitu merokok, konsumsi alkohol , kurang konsumsi buah dan sayur, tingkat
pendidikan, kurang aktivitas fisik, indeks masa tubuh, lingkar pinggang, mengontrol tekanan
darah, kadar gula darah dan total kolestrol. Faktor risiko yang tidak bisa diubah yakni jenis
kelamin dan umur.

PROBLEM KATEGORI (kode) PENJELASAN KETERANGAN


(MASALAH) 1 P2 Keamanan Pemberian
pengobatan amitriplin,furosemide,
PROBLEM Spirola,sucralfat
(MASALAH) 2
DST

PENYEBAB KATEGORI (kode) PENJELASAN


(CAUSED) 1 C1.3 Pemberian obat injeksi
Tidak ada indikasi obat
ranitidine sebanyak 3
kasus
penggunaan obat
injeksi vascon
Tidak ada pengobatan didapatkan 1 kasus,
PENYEBAB C1.6 meskipun ada indikasi Tidak menerima obat
(CAUSED) 2 DM sebanyak 2 pasien
Tidak menerima obat
hipertensi sebanyak 5
pasien
Tidak menerima obat
Anemia sebanyak 1
pasien

Tidak menerima obat


albumin oral/ infus
Dosis terlalu rendah sebanyak 1 pasien

Pemberian injeksi
PENYEBAB C3.1 furosemid sebanyak 1
(CAUSED) 3 Dosis terlalu tinggi pasien

DrugRelatedProblem_mitrawynn3
Pemberian obat
PENYEBAB C3.2 glucobay sebanyak 1
(CAUSED) 3 pasein
Waktu pemberian dan
atau interval
pemberian dosis tidak Pemberian obat
PENYEBAB C6.1 tepat amitriptilin sebanyak 1
(CAUSED) 4 pasien
Pemberian obat
furosemide sebanyak 1
pasien
Pemberian obat spirola
sebanyak 1 pasien
Pemberian obat
sucralfate
Salah obat
Pemberian amlodipine
PENYEBAB C6.5 10mg sebanyak 1
(CAUSED) 4 pasien

PLANNING KATEGORI (kode) PENJELASAN KETERANGAN


INTERVENSI I1.3 Intervensi diusulkan Pemberian obat
(RENCANA pada pemberi resep amlodipine 10mg
INTERVENSI) 1

PLANNING I1.4 Intervensi didiskusikan Penggunaan obat yang


INTERVENSI dengan penulis resep menyebabkan pasien
(RENCANA mengalami ADR
INTERVENSI) 2 (amitriptilin,
furosemide, spirola,
sucralfate)
Obat dihentikan Amlodipin 10mg
PLANNING I3.5
INTERVENSI
(RENCANA
INTERVENSI) 2
Obat baru diberikan
PLANNING I3.6
INTERVENSI
(RENCANA

DrugRelatedProblem_mitrawynn3
INTERVENSI) 3

1. P2
Pemberian amitriplin furosemide spirola dan sucralfat ditinjau kembali karena dapat merugikan
pasien.
2. C1.3
Ranitidin didapatkan 3 kasus, pemberian tidak diperlukan karena dapat meningkatkan resiko hasil
clearance creatinin menjadi ganda atau samar-samar, dimana clearance berfungsi untuk menilai
fungsi ginjal serta dapat meningkatkan resiko ginjal rusak.
Injeksi vascon tidak direkomendasikan pada pasien ginjal karena antara diberikan atau tidak
manfaat yang didapatkan hasilnya sama.
2. C1.6
Pasien tidak diberikan obat DM padahal kadar GDP (gula darah puasa sudah melebihi batas
normal yaitu <120 mg/dL . Pasien 1 GDP 288 mg/dL dan pasien kedua 175 mg/dL.
Pasien tidak diberikan obat antihipertensi padahal Tekanan darah lima pasien 160/100; 160/90;
180/80; 180/100;150/100 dimana TD sudah masuk state 1 .
Pasien tidak diberikan obat anemia. Kadar Hemoglobin (Hb) normal : 1. Pria dewasa : 13,0 gr/dL
2. Wanita dewasa : 12,0 gr/dL
Kadar albumin pasien tersebut 2,2 gr/dL (rendah), kadar albumin normal >3,4- 5,4 gr/dL
3. C3.1
Dosis Terlalu Rendah Dosis injeksi furosemid pada pasien normal adalah 10 mg, namun pada
pasien dengan gagal ginjal akan meningkat 80-160 mg karena pada dosis dibawah 80 mg
furosemid menjadi tidak efektif, dianjurkan adalah penyesuaian dosis 1-3 gr/hari secara oral atau
intravena untuk mendapatkan efek maksimal dari furosemide
4. C3.2
Dosis obat yang diberikan terlalu tinggi pada pasien DM dengan komplikasi GG. Untuk glucobay
dosis yang aman diberikan 50-100 mg sehari dalam dosis terbagi 3 atau dengan kata lain dosis
yang diberikan harus lebih rendah dari 50 mg.
5. C6.1
Pemberian amitriplin sebagai penanganan nyeri dan antidepresan pada stadium akhir gagal ginjal
dapat menyebabkan gangguan kognitif, KI pada penyakit kardiovaskular , efek antikolinergik
( mulut kering dan konstipasi, hipotensi dan penambahan berat badan)
Pemberian furosemide Sebaiknya dihindari pada keadaan oligurik (keadaan di mana pengeluaran
atau output urin < 1 ml/kg/jam pada bayi, < 0,5 ml/kg/jam pada anak, dan kurang dari 400
ml/kg/hari pada orang dewasa). Furosemide menyebabkan hipotensi ortostatik, vertigo,
penglihatan kabur gout, hiperglikemia, hipokalemia, konstipasi, anemia dan urtikaria
Pemberian Spirola disarankan diberikan dalam dosis rendah dan hanya untuk hipertensi persisten,
tetapi bukan merupakan drug of choice karena efek obat sangat lemah
Pemberian Sucralfat tidak disarankan terutama pada gagal ginjal stadium akhir karena dapat
menyebabkan konstipasi, kram perut, impaksi feses, mual, muntah, dan perubahan warna
kotoran, selain pada penggunaan jangka panjang akan menyebabkan akumulasi aluminium
sehingga perlu di pantau tanda-tanda toksisitas aluminium
6. C6.5
Memberikan amlodipine pada pasien kurang efektif. Pasien menerima obat Amlodipin 10 mg
dimana obat Amlodipin 10 mg seharusnya tidak perlu diberikan karena tekanan darah pasien yaitu
130/80 mmHg termasuk dalam kondisi normal (120/80 mmHg). Selain itu, obat ini memang tidak
direkomendasikan untuk diberikan terkecuali, tekanan darah pasien meningkat drastis atau diastol
> 90 mmhg/dL. Amlodipin boleh diberikan, karena bekerja pada tonus otot polos miokardium yang

DrugRelatedProblem_mitrawynn3
memberikan efek relaksasi atau penurunan kerja jantung. Hal tersebut menyebabkan penurunan
tekanan darah dengan menurunkan luaran jantung atau cardiac output yang menyebabkan
penurunan cardiac filling

DrugRelatedProblem_mitrawynn3
Analisis PCNE V8.2

Assesment (Identifikasi DRP) Keterangan/Pembahasan Pustaka


Nama Obat Rute Aturan Pakai Problem Causes
Ranitidine Injek Injeksi Tidak perlu Pemberian tidak Antagonis reseptor H2 bekerja Basic pharmacology and
si IM 50mg (2ml) diberikan pada diperlukan karena dapat dengan memblok reseptor drug notes edisi 2019
tiap 6-8 jam pasien meningkatkan resiko hasil histamin pada sel parietal tidak
Injeksi clearance creatinin dapat dirangsang untuk
intravena menjadi ganda atau mengeluarkan asam lambung.
lambat 50 mg samar-samar, dimana Peringatan ranitidine adalah
dienceerkan clearance berfungsi untuk gangguan ginjal, gangguan
sampai 20mL menilai fungsi ginjal serta hati,kehamilan dan menyusui.
dan diberikan dapat meningkatkan
selama tidak resiko ginjal rusak
kurang dari 2
menit dapat
diulang setiap
6-8 jam
Amlodipin 10mg Table Dosis awal Tidak perlu Pasien tidak mempunyai Amlodipine merupakan calcium Basic pharmacology and
t 1x5mg/hari DM diberikan pada hipertensi dimana TD channel blocker bersifat long drug notes edisi 2019
10mg/hari pasien pasien 130/80 acting memiliki efek antioksidan
dan meningkatkan produksi nitric
oxide sehingga mampu
memperbaiki fungsi endotel.

DrugRelatedProblem_mitrawynn3
Menurunkan tekanan darah
secara perlahan lahan sehingga
menimbulkan reflex takikardi
Sucralfate Susp Tukak lambung Menyebabkan Gangguan ginjal stadium Sucralfate indikasi untuk tukak Basic pharmacology and
ensi dan duodenum terjadinya ES akhir karena dapat lambung, tukak duodenum. drug notes edisi 2019
2 sdt 4x / hari yang tidak menyebabkan konstipasi, Mekanisme kerja sucralfate
diinginkan keram perut, impaksi membentuk lapisan dasar pada
feses, mual muntah. tukak sehingga melindungi tukak
dari pengaruh agresif asam
lambung dan pepsin. Efek lainnya
adalah adalah membantu sintesa
prostaglandin, menambah sekresi
bikarbonat dan mukus,
meningkatkan daya tahan dan
perbaikan mukosa.

Sumber :
Buku DM tipe 2 Dr. dr. Eva Decroli, SpPD-KEMD FINASIM
Buku Mellitus Dalam era 4.0 Rara Warih Gayatri Ayu Nindhi Kistianita Vivi Syafira Virrizqi Annisa Putri Sima
Basic pharmacology and drug notes edisi 2019

DrugRelatedProblem_mitrawynn3

Anda mungkin juga menyukai