Anda di halaman 1dari 22

“OM SWASTYASTU”

MATA KULIAH
FARMAKOLOGI
KELOMPOK 13
EFEK SAMPING
OBAT
ATAU BAHAYA
PENGGUNAAN
OBAT PADA
KELOMPOK
PASIEN
13
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. NI LUH KETUT AYU DESY CANDRA DEWI (P07120220042)
2. LUH PUTU ARDHYA PRAMESTI SUCI LESTARI
(P07120220045)
3. TARITA SARASWATI DEWI (P07120220047)
PENGERTIAN EFEK
SAMPING OBAT

Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia


(World Health Organization atau WHO 1970) efek
samping suatu obat adalah segala sesuatu khasiat yang
tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan
pada dosis yang dianjurkan.
MASALAH EFEK SAMPING OBAT

Reaksi alergi akut karena penisilin


(reaksi imunologik)

Hipoglikemia berat karena pemberian


insulin (efek farmakologik yang
berlebihan)

Osteoporosis karena pengobatan


kortikosteroid jangka lama (efek samping
karena penggunaan jangka lama)
Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat dihindari
begitu saja. Oleh karena itu, kemungkinan dampak negatif yang
terjadi, misalnya:

1. Kegagalan pengobatan
2. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat yang
semula tidak diderita oleh pasien
3. Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan
terapi, memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi
(dampak ekonomik)
PEMBAGIAN EFEK SAMPING
A. Efek samping yang dapat diperkirakan
Efek samping yang dapat diperkirakan, terbagi atas:
1. Aksi farmakologik yang berlebihan

Beberapa contoh spesifik dari jenis efek samping ini misalnya:


 Depresi respirasi pada pasien-pasien bronkitis berat yang menerima
pengobatan dengan morfin atau benzodiazepin.
 Hipotensi yang terjadi pada stroke, infark miokard atau kegagalan ginjal pada
pasien yang menerima obat antihipertensi dalam dosis terlalu tinggi.
 Bradikardia pada pasien-pasien yang menerima digoksin dalam dosis terlalu
tinggi
LANJUTAN

3. Efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama


Sebagai misalnya:

 Iritasi lambung yang menyebabkan keluhan pedih, mual dan muntah pada
obat-obat kortikosteroid oral, analgetika-antipiretika, teofilin, eritromisin,
rifampisin, dan lain-lain.
 Rasa ngantuk (drowsiness) setelah pemakaian antihistaminika untuk anti
mabok perjalanan (motion sickness).
 Kenaikan enzim-enzim transferase hepar karena pemberian rifampisin.
LANJUTAN

2. Respons karena penghentian obat

Contoh yang banyak dijumpai misalnya:


 Agitasi ekstrim, takikardi, rasa bingung, delirium dan konvulsi yang mungkin
terjadi pada penghentian pengobatan dengan depresansia susunan saraf pusat
seperti barbiturat, benzodiazepin dan alkohol.
 Krisis Addison akut yang muncul karena penghentian terapi kortikosteroid,
 Hipertensi berat dan gejala aktivitas simpatetik yang berlebihan karena
penghentian terapi klonidin
LANJUTAN

B. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan


Efek samping yang tidak dapat diperkirakan, terbagi atas:

1. Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat dikenali berdasarkan sifat-sifat khasnya, yaitu:
a. Gejalanya sama sekali tidak sama dengan efek farmakologiknya
b. Seringkali terdapat tenggang waktu antara kontak pertama terhadap obat dengan
timbulnya efek
c. Reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, walaupun hanya dengan sejumlah
sangat kecil obat
d. Reaksi hilang bila obat dihentikan
Dalam praktek klinik manifestasi efek samping karena alergi yang akan dihadapi oleh dokter
umumnya akan meliputi:

GANGGUAN SISTEM
DEMAM 01 04 DARAH

RUAM KULIT (SKIN RASHES) 02 05 GANGGUAN PERNAFASAN

PENYAKIT JARINGAN
03 06 ASMA
IKAT
LANJUTAN

2. Reaksi karena faktor genetik

Pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetik, suatu obat mungkin
dapat memberikan efek farmakologik yang berlebihan. Sebagai contoh misalnya:

a. Pasien yang menderita kekurangan pseudokolinesterase herediter tidak dapat


memetabolisme suksinilkolin (suatu pelemas otot), sehingga bila diberikan obat ini
mungkin akan menderita paralisis dan apnea yang berkepanjangan.
b. Pasien yang mempunyai kekurangan enzim G6PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase)
mempunyai potensi untuk menderita anemia hemolitika akut pada pengobatan dengan
primakuin, sulfonamida dan kinidin.
LANJUTAN

3. Reaksi idiosinkratik

Reaksi idiosinkratik ini relatif sangat jarang terjadi. Beberapa contoh misalnya:
a. Kanker pelvis ginjal yang dapat diakibatkan pemakaian analgetika secara
serampangan.
b. Kanker uterus yang dapat terjadi karena pemakaian estrogen jangka lama tanpa
pemberian progestogen sama sekali.
c. Obat-obat imunosupresi dapat memacu terjadinya tumor limfoid.
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA
EFEK SAMPING OBAT

Faktor Bukan
Faktor Obat
Obat

Intrinsik dari pasien • Intrinsik dari obat, yaitu


yaitu: sifat dan potensi obat
• Umur, jenis kelamin, untuk menimbulkan
genetik, kecenderungan efek samping.
untuk alergi penyakit, • Pemilihan obat.
sikap dan kebiasaan • Cara penggunaan obat.
hidup. • Interaksi antar obat.
Ekstrinsik di luar pasien:
• Dokter (pemberi obat)
dan lingkungan, misalnya
pencemaran oleh
$20
antibiotika.
TANDA DAN GEJALA YANG TIMBUL

Munculnya efek samping obat yang ringan menandakan bahwa obat tersebut tidak bereaksi
sebagaimana mestinya. Segera kunjungi dokter jika memiliki salah satu dari efek samping ini:

1. Sakit Perut 2. Pengelihatan Kabur 3. Sembelit 4. Diare

5. Pusing atau Sakit 7. Hilang Selera


6. Mulut Kering 8. Palpitasi
Kepala Makan

9. Masalah dengan 10. Telinga 12. Pembengkakan


11. Ruam Kulit
Koordinasi Berdenging Tangan atau Kaki
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN EFEK SAMPING OBAT

Upaya Pencegahan

a. Selalu harus ditelusuri riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu
sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan
sendiri.
b. Gunakan obat yang hanya bila ada indikasi jelas dan tepat, sesuai dengan yang diresepkan
dokter, dan bila tidak ada alternative non-farmakoterapi.
c. Perhatikan petunjuk pada leaflet/kemasan obat, biasanya tertera efek samping yang mungkin
terjadi, dengan begitu kita akan menjadi lebih waspada.

Penanganan Efek Samping

a. Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping.
b.Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita.

Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
a. Kerusakan janin, akibat Thalidomine dan Accutane
b. Pendarahan usus, akibat Aspirin
c. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin
BAHAYA PENGGUNAAN ATAU PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN

WHO sempat mendapati sejumlah masalah mengenai


penggunaan obat yang tidak rasional.

Berikut ini beberapa temuannya:


1. Lebih dari 50 persen obat diresepkan, diberikan atau
dijual secara tidak tepat.
2. Lebih dari 50 persen negara tidak melakukan
penerapan kebijakan yang tepat untuk mempomosikan
penggunaan obat yang rasional
3. Kurang dari 60 persen anak dengan diare akut
mendapatkan terapi rehidrasi oral atau oralit, tetapi lebih
dari 40 persen mendapatkan antibiotok yang tidak perlu
PRAKTIK PENGGUNAAN OBAT SECARA TIDAK RASIONAL

1. Menggunakan terlalu banyak 2. Penggunaan antibiotik dan


jenis obat (polifamasi) suntikan

4. Pengobatan mandiri yang tidak


3. Penulisan resep yang tidak
tepat, tanpa pergi ke fasilitas atau
sesuai dengan pedoman klinis
tenaga kesehatan
DAMPAK BURUK PENGGUNAAN OBAT YANG TIDAK RASIONAL

01 02 03

Mengurangi kepercayaan Efek samping obat dan


Resistensi Antibiotic masyarakat kepada tenaga kesalahan pengobatan yang
kesehatan membahayakan tubuh
SESI TANYA JAWAB

Apakah ada
pertanyaan??
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik
Terima Kasih.
“OM SANTHI,
SANTHI,SANTHI OM”

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai