OLEH : NI KADEK SETYAWATI NIM : P07120220022 Absen : 22 Sarjana Terapan Keperawatan 1.A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021 1. KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN 1.1 Pengertian Proses Keperawatan Sebelum menyimpulkan mengenai apa itu Proses Keperawatan, berikut beberapa referensi terkait yang bisa kita gunakan untuk menyempurnakan pemahaman sebelum mengambil sebuah kesimpulan. 1) Menurut Ali (1997) Proses Keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah), Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan keperawatan (Evaluasi). 2) Pengertian Proses Keperawatan Menurut Iyer et al, 1996 Proses keperawatan adalah suatu metoda di mana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien / keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 3) Menurut Hidayat, 2004 Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pasa klien, berorentasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar. Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien. 1.2 Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan Adapun tujuan dan fungsi proses keperawatan adalah untuk: 1) Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusianya klien. 2) Dapat menentukan diagnose keperawatan. 3) Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi diagnosa keperawatan 4) Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana. 5) Diketahuinya perkembangan klien. 6) Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan kesehatan. 1.3 Sifat Proses Keperawatan Setiadi (2012) menjelaskan tentang sifat proses keperawatan, yaitu : 1) Dinamis Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah. 2) Mempunyai arah dan tujuan Perencanaan yang kita susun mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai. 3) Siklik Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya. 4) Interdependent / saling ketergantungan Setiap tahap setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya. 5) Fleksibel / luwes Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan, dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien, dapat diterapkan semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia, dapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan di rumah sakit maupun untuk keluarga dan masyarakat 1.4 Tahapan Proses Keperawatan Proses keperawatan terdiri atas serangkaian langkah atau tahap-tahap tertentu yang terdiri dari 5 tahap yang harus dilakukan, yaitu: 1) Pengkajian Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data, mengelompokkan atau mengatur data, validasi data, dan mendokumentasikan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu: a. Pengumpulan data Tujuan : Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain: a) Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. b) Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual. Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi : a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang b) Pola koping sebelumnya dan sekarang c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan e) Resiko untuk masalah potensial f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien b. Analisa data Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. c. Perumusan masalah Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi. Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan. 2) Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat dapat mengidentifikasi masalah, menganalisa data, merumuskan pernyataan, dan diagnosa keperawatan. Perumusan diagnosa keperawatan : a. Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. b. Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. c. Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. d. Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi. e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. 3) Rencana keperawatan Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997) 4) Implementasi keperawatan Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut : a. Tahap 1 : persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan. b. Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen. c. Tahap 3 : dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. 5) Evaluasi Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut: a. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun. b. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi. Hasil Evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu : a. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. b. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya. c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien ,seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.
2. KONSEP DASAR DOKUMENTASI
2.1 Pengertian Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Potter dan Perry, 2002). Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum, sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2002). Dokumentasi merupakan bagian integral proses keperawatan, bukan sesuatu yang berbeda dari metode problem solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, tindakan, dan evaluasi terhadap klien (Nursalam, 2009). Gambar 2.1 Perawat sedang mendokumentasikan hasil pengkajian.
Pengertian lain dokumentasi asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan, akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien (Ali, 2010). b. Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat dimulai dari proses pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang dicatat baik berupa elektronik maupun manual serta dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat.
2.2 Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai tujuan yang sangat penting dalam bidang keperawatan. Berikut ini, Anda dapat mempelajari beberapa pendapat mengenai tujuan dokumentasi keperawatan. Menurut Nursalam (2001), tujuan utama dari dokumentasi keperawatan adalah: a. Mengkonfirmasikan data pada semua anggota tim kesehatan. b. Memberikan bukti untuk tujuan evaluasi asuhan keperawatan. c. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat. d. Sebagai metode pengembangan ilmu keperawatan. Menurut Serri (2010), tujuan dokumentasi keperawatan adalah: a. Sebagai bukti kualitas asuhan keperawatan. b. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban perawat kepada klien. c. Menjadi sumber informasi terhadap perlindungan individu. d. Sebagai bukti aplikasi standar praktik keperawatan. e. Sebagai sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan. f. Dapat mengurangi biaya informasi terhadap pelayanan kesehatan. g. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan dalam dokumen keperawatan yang lain sesuai dengan data yang dibutuhkan. h. Komunikasi konsep risiko asuhan keperawatan. i. Informasi untuk peserta didik keperawatan. j. Menjaga kerahasiaan informasi klien. k. Sebagai sumber data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang. Menurut Isti (2009), tujuan utama dokumentasi keperawatan adalah: a. Sebagai sarana komunikasi. b. Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat. c. Sebagai informasi statistik. d. Sebagai sarana pendidikan. e. Sebagai sumber data penelitian. f. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan. g. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan.
2.3 Prinsip-prinsip Dokumentasi Keperawatan
Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek keakuratan data, breafity (ringkas), dan legality (mudah dibaca). Adapun prisip-prinsip dalam melakukan dokumentasi yaitu: a. Dokumen merupakan suatu bagian integral dari pemberian asuhan keperawatan. b. Praktik dokumentasi bersifat konsisten. c. Tersedianya format dalam praktik dokumentasi. d. Dokumentasi hanya dibuat oleh orang yang melakukan tindakan atau mengobservasi langsung klien. e. Dokumentasi harus dibuat sesegera mungkin. f. Catatan harus dibuat secara kronologis. g. Penulisan singkatan harus menggunakan istilah yang sudah berlaku umum dan seragam. h. Tuliskan tanggal, jam, tanda tangan, dan inisial penulis. i. Catatan harus akurat, benar, komplit, jelas, ringkas, dapat dibaca, dan ditulis dengan tinta. j. Dokumentasi adalah rahasia dan harus disimpan dengan benar Selanjutnya Potter dan Perry (1994) memberikan panduan sebagai petunjuk cara mendokumentasikan yang benar, sebagai berikut: a. Jangan menghapus dengan menggunakan cairan penghapus atau mencoret-coret tulisan yang salah ketika mencatat, karena akan tampak perawat seakan akan menyembunyikan informasi atau merusak catatan. Adapun cara yang benar adalah dengan membuat garis lurus pada tulisan yang salah (usahakan tulisan yang salah masih bisa dibaca), lalu diparaf pada bagian terakhir kalimat yang salah kemudian diikuti dengan tulisan kata yang benar. b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik pasien atau tenaga kesehatan lainnya, karena pernyataan tersebut dapat dinilai sebagai perilaku tidak professional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu. c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin. d. Bila kesalahan tidak segera diperbaiki maka dapat menyebabkan kesalahan tindakan pula. e. Catatan harus akurat, valid dan reliabel. Pastikan yang ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menuliskan pikiran sendiri. f. Jangan biarkan bagian kosong pada catatan perawat, karena orang lain dapat menambah informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tersebut. g. Semua catatan harus dapat dibaca dan ditulis dengan tinta. h. Menulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggunggugat atas informasi yang telah ditulisnya. Jangan menulis untuk orang lain. i. Hindari penggunaan istilah yang bersifat tidak umum. j. Memulai dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda tangan dan nama jelas. 2.4 Teknik Pencatatan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Indriono (2011) menerangkan dalam pendokumentasian ada 3 teknik, yaitu : teknik naratif, teknik flow sheet, dan teknik checklist. Teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Naratif Bentuk naratif adalah merupakan pencatatan tradisonal dan dapat bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja, atau dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya yang unik. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian / kronologisnya. Keuntungan pendokumentasian catatan naratif : a. Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan dari kejadian dari asuhan / tindakan yang dilakukan. b. Memberi kebebasan kepada perawat untuk mencatat menurut gaya yang disukainya. c. Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, reaksi pasien dan outcomes. Kelemahan pendokumentasian catatan naratif : a. Cenderung untuk menjadi kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan sebenarnya catatannya kurang berarti. b. Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian besar catatan tersebut. c. Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara menyeluruh. d. Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan hati-hati untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien. e. Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama. f. Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu. 2. Flowsheet ( bentuk grafik ) Flowsheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu), berta badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian obat. Flowsheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flowsheet. Oleh karena itu flowsheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis. Flowsheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang adekuat/memadai. 3. Checklist Checklist adalah suatu format yang sudah dibuat dengan pertimbangan-pertimbangan dari standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat untuk mengisi dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai dengan keadaan pasien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka itupun sangat ringkas pada data vital sign. Keuntungan penggunaan format dokumentasi checklist (Yulistiani, Sodikin, Suprihatiningsih, dan Asiandi, 2003) : 1) Bagi Perawat a. Waktu pengkajian efisien. b. Lebih banyak waktu dengan klien dalam melakukan tindakan keperawatan sehingga perawatan yang paripurna dan komprehensif dapat direalisasikan. c. Dapat mengantisipasi masalah resiko ataupun potensial yang berhubungan dengan komplikasi yang mungkin timbul. d. Keilmuwan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan secara legalitas dan akuntabilitas keperawatan dapat ditegakkan. 2) Untuk Klien dan Keluarga a. Biaya perawatan dapat diperkirakan sebelum klien memutuskan untuk rawat inap/rawat jalan. b. Klien dan keluarga dapat merasakan kepuasan akan makna asuhan keperawatan yang diberikan selama dilakukan tindakan keperawatan. c. Kemandirian klien dan keluarganya dapat dijalin dalam setiap tindakan keperawatan dengan proses pembelajaran selama asuhan keperawatan diberikan. d. Perlindungan secara hukum bagi klien dapat dilakukan kapan saja bila terjadi malpraktek selama perawatan berlangsung 2.5 Model Dokumentasi Keperawatan Ada beberapa model dokumentasi keperawatan yang dapat dipergunakan dalam sistem pelayanan kesehatan atau keperawatan antara lain (Hidayat, 2002) : d. Scuere-Oriented Record (catatan berorientasi pada sumber) Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien 33 mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan perkembangan, begitu pula disiplin ilmu lain mempunyai catatan masing-masing. e. Problem-Oriented Record (catatan orientasi pada masalah) Model ini memusatkan data tentang klien, data didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien. f. Progress-Oriented Record (catatan berorientasi pada perkembangan) Tiga jenis catatan perkembangan yaitu catatan perawat, lembar alur (flow sheet) dan catatan pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik pada sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber maupun berorientasi pada masalah. g. Charting-By Exception (CBE) Charting By Exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau pemantauan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. h. Problem Intervention and Evaluation (PIE) Sistem pencatatan PIE adalah suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan. i. Fokus (Proses Oriented System) Pencatatan fokus adalah suatu prosesorientasi yang berfokus pada klien. Hal ini digunakan pada proses keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan keperawatan. Perubahan yang berdampak terhadap terhadap dokumentasi keperawatan. DAFTAR PUSTAKA
Olfah, Yustiana. 2016. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta Selatan : Pusdik SDM
Kesehatan Nerslicious. 2019. Proses Keperawatan: Optimalisasi Asuhan Keperawatan. https://www.nerslicious.com/proses-keperawatan/ [Diakses : 5 Agustus 2020] Syahri, Alvi. 2013. Asuhan Keperawatan. https://alviandimm.wordpress.com/ [Diakses : 5 Agustus 2020]