Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh :

Ni Luh Kadek Cindy Pratika Dewi (P07120220027)


Kadek Sri Chandra Dewi (P07120220028)
Ni Luh Made Ariska Maha Dewi (P07120220029)
Ni Wayan Dian Yulianti (P07120220030)
Ni Kadek Putri Widiastini (P07120220031)
Putu Devi Urbayanti (P07120220032)
Luh Sri Anggayoni Julia Padmi (P07120220033)
Ni Kadek Ayik Risma Putri (P07120220034)
Ni Nyoman Paramitha Dewintasari (P07120220035)
Ni Luh Ayu Sintia Aristawati (P07120220036)
Ni Gusti Ayu Riana Putri (P07120220037)
I Gusti Ayu Agung Purnama Dewi (P07120220038)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami mampu untuk menyelesaikan karya tulis
ini yang berjudul “Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia”. Walaupun
dalam proses pembuatan karya tulis ini penulis mendapat beberapa hambatan dan
masalah tetapi dengan seizin Tuhan Yang Maha Kuasa akhirnya penulis bisa
menyelesaikan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami
menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan dan terdapat
banyak kelemahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat
diharapkan dan akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis
ini dimasa mendatang.

Denpasar, 3 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH ..............................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 PENGERTIAN PANCASILA.......................................................3
2.2 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA ................................3
2.3 BERBAGAI RUMUSAN PANCASILA .......................................4
2.4 NILAI-NIAI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA............6
2.5 KELEBIHAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA..........7
2.6 PERKEMBANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA .....................................................................................8
2.7 MAKNA REVITALISASI PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA INDONESIA ...............................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
3.1 KESIMPULAN ............................................................................12
3.2 SARAN .......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang mempunyai dasar negara yaitu Pancasila yang
memiliki sebuah arti penting. Setiap bangsa dan negara ingin berdiri kokoh, tidak
mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara.
Tidak terkecuali Negara Indonesia. Negara yang ingin berdiri kokoh dan kuat, perlu
memiliki ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan
negara akan rapuh. Di era yang serba modern ini, makna Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan Negara Indonesia sedikit dilupakan oleh sebagian rakyat Indonesia dan
digantikan oleh perkembangan teknologi yang sangat canggih.
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,
yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam
masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah.bagi bangsa Indonesia,
pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Mempelajari
Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila dan Dasar Negara?
2. Apa peran Pancasila sebagai Dasar Negara?
3. Apa saja rumusan Pancasila?
4. Apa saja nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara?
5. Apa saja kelebihan Pancasila sebagai Dasar Negara?
6. Bagaimana perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara?
7. Apa saja makna revitalisasi Pancasila sebagai Dasar Negara?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui arti Pancasila dan Dasar Negara
2. Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai Dasar Negara
3. Untuk mengetahui rumusan Pancasila
4. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
5. Untuk mengetahui kelebihan Pancasila sebagai Dasar Negara
6. Untuk mengetahui perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara
7. Untuk mengetahui makna revitalisasi Pancasila sebagai Dasar Negara

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila


Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
bahasa Sanskerta yaitu ‘panca’ berarti lima dan ‘sila’ berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga tercantum pada
paragraf ke-4 preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

 Pengertian Dasar Negara


Dasar Negara adalah landasan kehidupan bernegara. Setiap negara
harus mempunyai landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegaranya.
Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur
penyelenggaraan negara.
Dasar negara bagi suatu negara merupakan sesuatu yang amat
penting. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki
pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya
negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga
memudahkan munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup
bernegara mencakup cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara.

2.2 Pancasila sebagai Dasar Negara


Apa jadinya bangunan yang berdiri tanpa dasar atau fondasi? Tentu
bangunan itu akan mudah runtuh, bukan? Sebuah bangunan tanpa dasar pasti
mudah runtuh. Oleh karena itu, sebuah bangunan memerlukan dasar atau fondasi.
Bangunan yang kokoh tentunya berdiri di atas dasar yang kokoh dan kuat.

3
Seperti bangunan, setiap negara memerlukan dasar negara agar tetap tegak
berdiri. Bagi sebuah negara, dasar negara menjadi landasan pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian, penyelenggaraan pemerintahan
dapat terarah dan teratur. Kegiatan bernegara harus memiliki landasan yang kuat.
Hal ini penting terutama bagi sebuah negara baru. Oleh karena itu, dasar negara
dirumuskan sebelum sebuah negara didirikan.
Pancasila sebagai dasar negara berfungsi penting dalam kehidupan
bernegara. Pancasila menjadi penentu arah dan cita-cita luhur bangsa Indonesia.
Pancasila juga menjadi tuntunan untuk menjalankan kehidupan bernegara. Segenap
warga Indonesia harus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Bila semua dapat
melakukannya maka cita-cita luhur bangsa Indonesia akan terwujud. Cita-cita luhur
yang dimaksud yaitu masyarakat adil dan makmur.

2.3 Berbagai rumusan Pancasila


1. Rumusan 1 (Mr. Moh. Yamin, secara lisan 29 Mei 1945)
a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan
c) Peri Ketuhanan
d) Peri Kerakyatan
e) Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)

2. Rumusan 2 (Mr. Moh. Yamin, secara tertulis 29 Mei 1945)


a) Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Kebangsaan persatuan Indonesia
c) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

4
3. Rumusan 3 (Dr. Supomo, 31 Mei 1945)
a) Persatuan
b) Kekeluargaan
c) Keseimbangan Lahir dan Batin
d) Musyawarah
e) Keadilan Sosial

4. Rumusan 4 (Ir. Soekarno, 1 Juni 1945)


a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c) Mufakat atau Demokrasi
d) Kesejahteraan Sosial
e) Ketuhanan Yang Maha Esa.

5. Rumusan 5 (Panitia 9/Piagam Jakarta, 22 Juni 1945)


a) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusuawaratan/perwakilan
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

6. Rumusan 6 (Pembukaan UUD 1945, 18 Agustus 1945)


a) Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

5
2.4 Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap tingkah laku dan
setiap pengambilan keputusan para penyelenggara negara dan pelaksana
pemerintahan harus selalu berpedoman pada Pancasila, dan tetap memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur serta memegang teguh cita-cita moral bangsa.
Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang
memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan bahwa dengan
Pancasila, bangsa Indonesia menolak segala bentuk penindasan, penjajahan dari
satu bangsa terhadap bangsa yang lain. Bangsa Indonesia menolak segala bentuk
kekerasan dari manusia satu terhadap manusia lainnya, dikarenakan Pancasila
sebagai sumber nilai merupakan cita-cita moral luhur yang meliputi suasana
kejiwaan dan watak dari bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika kehidupan
berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia, maka Pancasila juga sebagai paradigma
pembangunan, maksudnya sebagai kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar,
sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan perubahan serta proses
dalam suatu bidang tertentu. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
mempunyai arti bahwa Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dasar, arah dan
tujuan dari proses pembangunan. Untuk itu segala aspek dalam pembangunan
nasional harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan
mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia.
Pancasila mengarahkan pembangunan agar selalu dilaksanakan demi
kesejahteraan umat manusia dengan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa dan
keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Pembangunan
disegala bidang selalu mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Di bidang politik misalnya, Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan
politik, dan dalam prakteknya menghindarkan praktek-praktek politik tak bermoral
dan tak bermartabat sebagai bangsa yang memiliki cita-cita moral dan budi pekerti
yang luhur. Segala tindakan sewenang-wenang penguasa terhadap rakyat,
penyalahgunaan kekuasaan dan pengambilan kebijaksanaan yang diskriminatif dari
penguasa untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya merupakan praktek-praktek

6
politik yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Demikian juga sikap-sikap
saling menghujat, menghalalkan segala cara dengan mengadu domba rakyat,
memfitnah, menghasut dan memprovokasi rakyat untuk melakukan tindakan
anarkis demi kepuasan diri merupakan tindakan dari bangsa yang rendah martabat
kemanusiaannya yang tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang ber-
Pancasila.
Di bidang hukum demikian halnya. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
hukum ditunjukkan dalam setiap perumusan peraturan perundang-undangan
nasional yang harus selalu memperhatikan dan menampung aspirasi rakyat.Hukum
atau peraturan perundang-undangan yang dibentuk haruslah merupakan cerminan
nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila menjadi
landasan dalam pembentukan hukum yang aspiratif. Pancasila menjadi sumber nilai
dan sumber norma bagi pembangunan hukum. Dalam pembaharuan hukum,
Pancasila sebagai cita-cita hukum yang berkedudukan sebagai peraturan yang
paling mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila menjadi
sumber dari tertib hukum di Indonesia. Pancasila menentukan isi dan bentuk
peraturan perundang-undangan di Indonesia yang tersusun secara hierarkis.
Pancasila sebagai sumber hukum dasar nasional. Sebagai sumber hukum dasar,
Pancasila juga mewarnai penegakan hukum di Indonesia, dalam arti Pancasila
menjadi acuan dalam etika penegakan hukum yang berkeadilan yang bertujuan
untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan keteraturan
hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan
seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan. Dengan demikian perlu
diwujudkan suatu penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum, dan menghindarkan
penggunaan hukum dengan cara yang salah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-
bentuk manipulasi hukum lainnya.

2.5 Kelebihan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional.
Ia adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi

7
kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun negara
bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa dan membangun
pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya.

2.6 Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia di kemudian hari melalui
pembentukan BPUPKI dan PPKI. Generasi Soekarno-Hatta menunjukan ketajaman
intelektual dengan merumuskan gagasan vital seperti yang tercantum di Pembukaan
UUD 1045 dimana Pancasila ditegaskan sebagai kesatuan integral dan integratif.
Prof. Notonagoro sampai menyatakan Pembukaan UUD 1945 adalah dokomen
kemanusiaan terbesar setelah American Declaration of Independence (1776).
Isi Pembukaan UUD 1945 adalah nilai-nilai luhur yang universal sehingga
Pancasila di dalamnya merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan
bangsa. Gagasan vital yang menjadi isi Pancasila sebagai dasar negara merupakan
jawaban kepribadian bangsa sehingga dalam kualitas awalnya Pancasila merupakan
dasar negara, tetapi dalam perkembngannya menjadi ideologi dari berbagai
kegiatan yang berimplikasi positif atau negatif. Pancasila bertolak belakang dengan
kapitalisme ataupun komunisme. Pancasila justru merombak realitas
keterbelakangan yang diwariskan Belanda dan Jepang untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur.
Pancasila sudah berkembang menjadi berbagai tahap semenjak ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, yaitu :
1. Tahun 1945-1948
Tahun ini merupakan tahap politis. Orientasi Pancasila diarahkan
pada nation and character building. Semangat persatuan dikobarkan demi
keselamatan NKRI terutama untuk menanggulangi ancaman dalam negeri
dan luar negeri. Di dalam tahap dengan atmosfer politis dominan, perlu
upaya memugar Pancasila sebagai dasar negara secara ilmiah filsafat.
Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandangan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dalam karya-karyanya

8
ditunjukkan segi ontologik, epismologik dan aksiologiknya sebagai
raisond’etre bagi Pancasila (Notonagoro, 1950).

2. Tahun 1969-1994
Tahun ini merupakan tahap pembangunan ekonomi sebagai upaya
mengisi kemerdekaan melalui Pembangunan Jangka Panjang Pertama
(PJP I). Orientasinya diarahkan pada ekonomi, tetapi cenderung ekonomi
menjadi “ideologi”
Secara politis pada tahap ini bahaya yang dihadapi tidak sekedar
bahaya latent sisa G 30S/PKI, tetapi efek PJP 1 yang menimbulkan
ketidakmerataan pembangunan dan sikap konsumerisme. Hal ini
menimbulkan kesenjangan sosial yang mengancam pada disintegrasi
bangsa. Distorsi di berbagai bidang kehidupan perlu diantisipasi dengan
tepat tanpa perlu mengorbankan persatuan dan kesatuan nasional.
Tantangan memang terarahkan oleh Orde Baru, sejauh mana pelakasanaan
“Pancasila secara murni dan konsekuen” harus ditunjukkan.
Komunisme telah runtuh karena adanya krisis ekonomi negara “ibu”
yaitu Uni Soviet dan ditumpasnya harkat dan martabat manusia beserta hak-
hak asasinya sehingga perlahan komunisme membunuh dirinya sendiri.
Negara-negara satelit mulai memisahkan diri untuk mencoba paham
demokrasi yang baru. Namun, kapitalisme yang dimotori Amerika Serikat
semakin meluas seolah menjadi penguasa tunggal. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya sekedar dihantui oleh bahaya
subversinya komunis, melainkan juga harus berhadapan dengan gelombang
aneksasinya kapitalisme.

3. Tahun 1995-2020
Tahun ini merupakan tahap “repostioning” Pancasila. Dunia kini
sedang dihadapkan pada gelombang perubahan yang cepat sebagai
implikasi arus globalisasi.
Globalisasi sebagai suatu proses pada hakikatnya telah berlangsung
jauh sebelum abad ke-20 sekarang, yaitu secara bertahap, berawal

9
“embrionial” di abad 15 ditandai dengan munculnya negara-negara
kebangsaan, munculnya gagasan kebebasan individu yang dipacu jiwa
renaissance dan aufklarung.
Hakikat globalisasi sebagai suatu kenyataan subyektif menunjukkan
suatu proses dalam kesadran manusia yang melihat dirinya sebagai
partisipan dalam masyarakat dunia yang semakin menyatu, sedangkan
kenyataan obyektif globalisasi merupakan proses menyempitnya ruang dan
waktu, “menciutnya” dunia yang berkembang dalam kondisi penuh
paradoks. Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, keurgensian
Pancasila sebagai dasar negara semakin dibutuhkan. Pancasila dengan sifat
keterbukaanya melalui tafsir-tafsir baru kita jadikan pengawal dan pemandu
kita dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti.

2.7 Makna Revitalisasi Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia


Nilai-nilai luhur yang telah dipupuk sejak pergerakan nasional kini telah
tersapu oleh kekuasaan Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama mengembangkan
Pancasila sebagai dasar negara tidak sebagai sesuatu substantif, melainkan di-
instumentalisasi-kan sebagai alat politik semata. Demikian pula di Orde Baru yang
“berideologikan ekonomi”, Pancasila dijadikan asas tunggal yang dimanipulasikan
untuk KKN dan kroni-isme dengan mengatasnamakan sebagai Mandatoris MPR.
Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan menghadapi jalan
buntu. Krisis moral budaya juga timbul sebagai implikasi adanya krisis ekonomi.
Masyarakat telah kehilangan orientasi nilai dan arena kehidupan menjadi hambar,
kejam, gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan piritual.Pancasila malah
diplesetkan menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran dalam kehidupan yang penuh
paradoks.

Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan


integral-integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan
kembali, maka kita akan menemukan landasan berpijak yang sama, menyelamatkan
persatuan dan kesatuan nasional yang kini sedang mengalami disintegrasi.
Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa Pancasila

10
harus diletakkan utuh dengan pembukaan, di-eksplorasi-kan dimensi-dimensi yang
melekat padanya, yaitu :
a) Realitasnya, dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dikonkretisasikan sebagai kondisi cerminan kondisi obyektif yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat
sein imsollen dan sollenim sein. Idealitasnya: dalam arti bahwa idealisme
yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar utopi tanpa makna,
melainkan diobjektivasikan sebagai “kata kerja” untuk membangkitkan
gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan
secara prospektif, menuju hari esok lebih baik.

b) Fleksibilitasnya, dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang


sudah selesai dan mandeg dalam kebekuan oqmatis dan normatif, melainkan
terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman yang
berkembang. Dengan demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya, Pancasila
menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang
penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat
“Bhinneka tunggal Ika”

Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada


pembinaan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan
arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi.Moralitas juga memerlukan
hukum karena keduanya terdapat korelasi. Moralitas yang tidak didukung oleh
hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya, ketentuan hukum disusun
tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nila i
luhur Pancasila.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Pancasila juga merupakan rangkaian kesatuan dan
kebulatan yang tidak dapat terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila
mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut
tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan
susunan sila yang bersifat sistematis yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu
menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap
sila mempunyai tempatnya sendiri didalam rangkaian susunan kesatuan itu
sehingga tidak dapat dipindahkan. Begitu banyak hal yang bermanfaat untuk negara
ini karena adanya pancasila di Indonesia. Selain itu, didalam setiap sila yang ada
pada pancasila, terdapat pula makna yang harus kita amalkan di kehidupan sehari-
hari guna mewujudkan Indonesia menjadi negara yang makmur, aman dan nyaman
untuk kita rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.2 Saran
Kepada anggota Pemuda Pancasila disarankan untuk lebih meningkatkan
kesadaran akan menerapkan nilai-nilai Pancasila agar sikap yang dilakukan para
anggota Pemuda Pancasila dapat sesuai dengan visi dan misi dari organisasi
Pemuda Pancasila tersebut, yaitu menciptakan manusia yang berjiwa Pancasila dan
senantiasa menjadi pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa dan Negara
Indonesia.
Dan kepada masyarakat disarankan untuk terus memperhatikan lingkungan
sekitar akan organisasi-organisasi kepemudaan yang membawa dampak baik atau
dampak buruk bagi kehidupan masyarakat karena organisasi tersebut dapat
berpengaruh bagi para pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang menjadi
harapan di masa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmaroini, A. P. (2017). Menjaga Eksistensi Pancasila dan Penerapannya Bagi


Masyarakat Di Era Globalisasi. JPK: Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan, 1(2), 50-64. (Diakses pada tanggal 4 Agustus 2020)
Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di
Indonesia. CIVIS, 5(1/Januari). (Diakses pada tanggal 4 Agustus 2020)
Rahayu, A. S. (2017). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Bumi
Aksara. (Diakses pada tanggal 4 Agustus 2020)
Rindjin, K. (2013). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Gramedia Pustaka
Utama. (Diakses pada tanggal 4 Agustus 2020)

Anda mungkin juga menyukai