Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PROJECT KE-1 BIOTEKNOLOGI PAGI

Tentang
Contoh produk komersial antibodi monoclonal

Disusun oleh:
Risma Werdaningsih 2143057007

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
project Ke-1 yang bertemakan “Contoh Produk Komersial Antibodi Monoklonal”
untuk memenuhi tugas Bioteknologi Pagi yang diampu oleh dosen ibu Riong
Seulina Panjaitan, M.Si. Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan
kekurangan didalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 12 Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 4


A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................................................... 4
C. Rumusan masalah ................................................................................................. 4
BAB II Pembahasan .......................................................................................................... 5
A. Antibodi Monoklonal ............................................................................................ 5
B. Produk Komersial Antibodi Monoklonal............................................................ 9
a. Adalimumab (Humira) ........................................................................................ 9
b. Bevacizumab (Avastin) ..................................................................................... 13
BAB III Kesimpulan ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup maupun produk dari makhluk hidup dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Di dalam bioteknologi
sendiri terdapat 2 macam, yaitu bioteknologi konvensional, yaitu, penerapan
bioteknologi dengan peralatan sederhana, dan bioteknologi modern, yaitu
penerapan bioteknologi dengan peralatan-peralatan modern dan cara-cara
yang canggih.
Satu abad yang lalu Palu Ehlhlich dengan hipotesisnya menyatakan
bahwa magic bullet dikembangkan sebagai target selektif pada suatu
penyakit . Visi ini menjadi kenyataan setelah ditemukannya pengembangan
Teknik pembuatan antibody monoclonal oleh Kőhler dan Milstein tahun
1975, hal ini membuka wawasan baru di bidang kedokteran . Antibodi
monoklonal sebagai targeting missiles merupakan imunoterapi yang
menjanjikan karena memiliki sifat mengikat secara spesifik terhadap suatu
target antigen atau sel abnormal sehingga antibodi monoklonal sangat
efektif untuk dipakai sebagai dasar terapi kanker (antigen) sebagai target.
B. Tujuan
a. Mengetahui apa itu antibody monoclonal
b. Mengetahui contoh produk komersial antibody monoclonal
C. Rumusan masalah
a. Apa itu antibodi monoklonal
b. Apa saja contoh produk komersial antibodi monoclonal

4
BAB II
Pembahasan

A. Antibodi Monoklonal
Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan
disekresi mukosa menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan
antigen asing yang masuk ke dalam sirkulasi darah. Antibodi dibentuk oleh
sel darah putih yang disebut limfosit B. Limfosit B akan mengeluarkan
antibodi yang kemudian diletakkan pada permukaannya. Setiap antibodi
yang berbeda akan mengenali dan mengikat hanya satu antigen spesifik.
Antigen merupakan suatu protein yang terdapat pada permukaan bakteri,
virus dan sel kanker.
Pengikatan antigen akan memicu multiplikasi sel B dan
penglepasan antibodi. Ikatan antigen antibodi mengaktivasi sistem respons
imun yang akan menetralkan dan mengeliminasinya. Antibodi memiliki
berbagai macam bentuk dan ukuran walaupun struktur dasarnya berbentuk
`Y` Antibodi tersebut mempunyai 2 fragmen, fragmen antigen binding Fab
dan fragmen cristallizable Fc. Fragmen antigen binding Fab digunakan
untuk mengenal dan mengikat antigen spesifik, tempat melekatnya antigen
antibodi yang tepat sesuai regio yang bervariasi disebut complementary
determining region (CDR) dan Fc berfungsi sebagai efektor yang dapat
berinteraksi dengan sel imun atau protein serum.

Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan identifik karena


diproduksi oleh salah satu jenis sel imun saja dan semua klonnya
merupakan sel single parent. Antibodi monoklonal mempunyai sifat
khusus yang unik yaitu dapat mengenal suatu molekul, memberikan
informasi tentang molekul spesifik dan sebagai terapi target tanpa merusak

5
sel sehat sekitarnya. Antibodi monoklonal murni dapat diproduksi dalam
jumlah besar dan bebas kontaminasi. Antibodi monoklonal dapat diperoleh
dari sel yang dikembangkan di laboratorium, reagen tersebut sangat
berguna untuk penelitian terapi dan diagnostik laboratorium.
Antibodi monoklonal dapat diciptakan untuk mengikat antigen
tertentu kemudian dapat mendeteksi atau memurnikannya. Manusia dan
tikus mempunyai kemampuan untuk membentuk antibodi yang dapat
mengenali antigen. Antibodi monoklonal tidak hanya mempertahankan
tubuh untuk melawan organisme penyakit tetapi juga dapat menarik
molekul target lainnya di dalam tubuh seperti reseptor protein yang ada
pada permukaan sel normal atau molekul yang khas terdapat pada
permukaan sel kanker. Spesifisiti antibodi yang luar biasa menjadikan zat
ini dapat digunakan sebagai terapi. Antibodi mengikat sel kanker dan
berpasangan dengan zat sitotoksik sehingga membentuk suatu kompleks
yang dapat mencari dan menghancurkan sel kanker.
Antibodi monoklonal mempunyai 4 jenis, yaitu :
1. Murine, murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti
mouse antibodies (HAMA) nama akhirannya ″momab″
(ibritumomab).
2. Chimeric, gabungan Fc antibodi human dan Fab antibodi
monoklonal tikus nama akhirannya ″ximab″ (rituximab).
3. Humanized, hanya sebagian kecil Fab antibodi tikus yang
digabungkan dengan antibodi human (95-98%) nama akhirannya
″zumab″ (trastuzumab).
4. Fully human, keseluruhan antibodi human nama akhirannya
″mumab″ (adalimumab).
Antibodi ini merupakan antibodi yang paling ideal untuk
menghindari terjadinya respon imun karena protein antibodi yang
disuntikkan ke dalam tubuh seluruhnya merupakan protein yang berasal
dari manusia. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk merancang
pembentukan antibodi ini adalah dengan teknik rekayasa genetika untuk
menciptakan mencit transgenik yang membawa gen yang berasal dari
manusia. Sehingga mampu memproduksi antibodi yang diinginkan

6
Pembuatan Antibodi Monoklonal
Kőhler dan Milstein menjelaskan bagaimana caranya mengisolasi
dan mengembangkan antibody monoklonal murni spesifik dalam jumlah
banyak yang didapat dari campuran antibodi hasil respons imun. Tikus
yang telah diimunisasi dengan antigen khusus ke dalam sumsum tulang
akan menghasilkan sel limfosit B yang memiliki masa waktu hidup
terbatas dalam kultur, hal ini dapat diatasi dengan cara menggabungkan
dengan sel limfosit B tumor (myeloma) yang abadi. Hasil campuran
heterogen sel hybridomas dipilih hybridoma yang memiliki 2 kemampuan
yaitu dapat menghasilkan antibodi khusus dan dapat tumbuh di dalam
kultur. Hybridoma ini diperbanyak sesuai klon individualnya dan setiap
klon hanya menghasilkan satu jenis antibodi monoklonal yang permanen
dan stabil. Hybridoma yang berasal dari satu limfosit akan menghasilkan
antibodi yang akan mengenali satu jenis antigen. Antibodi inilah yang
dikenal sebagai antibodi monoclonal
Proses pembuatan antibodi monoklonal melalui 5 tahapan yaitu :
1. Imunisasi tikus dan seleksi tikus donor untuk pengembangan sel
hybridoma Tikus diimunisasi dengan antigen tertentu untuk
menghasilkan antibodi yang diinginkan. Tikus dimatikan jika titer
antibodinya sudah cukup tercapai dalam serum kemudian limpanya
digunakan sebagai sumber sel yang akan digabungkan dengan sel
myeloma.
2. Penyaringan produksi antibodi tikus Serum antibodi pada darah
tikus itu dinilai setelah beberapa minggu imunisasi. Titer serum
antibodi ditentukan dengan berbagai macam teknik seperti enzyme
link immunosorbent assay (ELISA) dan flow cytometry. Fusi sel
dapat dilakukan bila titer antibodi sudah tinggi jika titer masih
rendah maka harus dilakukan booster sampai respons yang adekuat
tercapai. Pembuatan sel hybridoma secara in vitro diambil dari limpa
tikus yang dimatikan.

7
3. Persiapan sel myeloma Sel myeloma yang didapat dari tumor
limfosit abadi tidak dapat tumbuh jika kekurangan hypoxantine
guanine phosphoribosyl transferase (HGPRT) dan sel limpa normal
masa hidupnya terbatas. Antibodi dari sel limpa yang memiliki masa
hidup terbatas menyediakan HGPRT lalu digabungkan dengan sel
myeloma yang hidupnya abadi sehingga dihasilkan suatu hybridoma
yang dapat tumbuh tidak terbatas. Sel myeloma merupakan sel abadi
yang dikultur dengan 8 azaguanine sensitif terhadap medium seleksi
hypoxanthine aminopterin thymidine (HAT). Satu minggu sebelum
fusi sel, sel myeloma dikultur dalam 8 azaguanine. Sel harus
mempunyai kemampuan hidup tinggi dan dapat tumbuh cepat. Fusi
sel menggunakan medium HAT untuk dapat bertahan hidup dalam
kultur.
4. Fusi sel myeloma dengan sel imun limpa Satu sel limpa
digabungkan dengan sel myeloma yang telah dipersiapkan. Fusi ini
diselesaikan melalui sentrifugasi sel limpa dan sel myeloma dalam
polyethylene glycol suatu zat yang dapat menggabungkan membran
sel. Sel yang berhasil mengalami fusi dapat tumbuh pada medium
khusus. Sel itu kemudian didistribusikan ke dalam tempat yang
berisi makanan, didapat dari cairan peritoneal tikus. Sumber
makanan sel itu menyediakan growth factor untuk pertumbuhan sel
hybridoma.
5. Pengembangan lebih lanjut kloning sel hybridoma Kelompok kecil
sel hybridoma dapat dikembangkan pada kultur jaringan dengan
cara seleksi ikatan antigen atau dikembangkan melalui metode asites
tikus. Kloning secara limiting dilution akan memastikan suatu klon
itu berhasil. Kultur hybridoma dapat dipertahankan secara in vitro
dalam tabung kultur (10-60 ug/ml) dan in vivo pada tikus, hidup
tumbuh di dalam suatu asites tikus. Konsentrasi antibodi dalam
serum dan cairan tubuh lain 1-10 ug/ml.

8
Mekanisme Kerja Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal menggunakan mekanisme kombinasi untuk
meningkatkan efek sitotoksik sel tumor. Mekanisme komponen sistem
imun adalah antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC),
complement dependent cytotoxicity (CDC), mengubah signal transduksi
sel tumor atau menghilangkan sel permukaan antigen. Antibodi dapat
digunakan sebagai target muatan (radioisotop, obat atau toksin) untuk
membunuh sel tumor atau mengaktivasi prodrug di tumor, antibody
directed enzyme prodrug therapy (ADEPT). Antibodi monoklonal
digunakan secara sinergis melengkapi mekanisme kerja kemoterapi untuk
melawan tumor
B. Produk Komersial Antibodi Monoklonal
a. Adalimumab (Humira)
a) Pendahuluan
Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan inflamasi sendi yang
umum, kronis, terutama menyerang dewasa muda dan wanita
premenopause. Penyakit ini ditandai dengan progresif sinovitis
inflamasi yang dimanifestasikan oleh pembengkakan dan nyeri sendi
poliartikular. Synovitis mengakibatkan erosi tulang rawan artikular dan
tulang marginal dengan kerusakan sendi berikutnya. tulang ini
kehancuran dianggap tidak dapat diubah. Tidak ada obat yang diketahui
untuk RA.
Artritis reumatoid menghasilkan morbiditas yang substansial dan
peningkatan mortalitas. Secara spesifik, nyeri pembengkakan dan
kekakuan pada banyak sendi adalah ciri khas penyakit ini. Analgesik

9
biasanya diperlukan secara kronis. Dalam 2 tahun diagnosis, pasien
biasanya mengalami kecacatan sedang; dan setelah 10 tahun 30% cacat
berat. Selain kehilangan pekerjaan, kecacatan ini juga sering terjadi
membahayakan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari mereka dan dapat berdampak seksual dan fungsi
sosial.Sitokin, protein mirip hormon yang memungkinkan sel untuk
berkomunikasi, memainkan peran penting dalam keadaan normal
proses biologis, seperti pertumbuhan sel, peradangan dan kekebalan.
Dua sitokin inflamasi, faktor nekrosis tumor (TNF) dan interleukin-1
(IL-1), sangat penting dalam perkembangan inflamasi sinovitis dan
degradasi matriks artikular, dan karenanya merupakan target yang
menjanjikan untuk terapi intervensi pada RA. Pengalaman klinis
dengan agen yang memblokir aktivitas TNF menunjukkan peran sitokin
ini dalam patogenesis RA dan penyakit autoimun lainnya Adalimumab
adalah antibodi monoklonal manusia rekombinan yang diekspresikan
dalam sel Ovarium Hamster Cina. Adalimumab mengikat secara
khusus ke TNF dan menetralkan fungsi biologis TNF dengan
memblokirnya interaksi dengan reseptor TNF permukaan sel p55 dan
p75.
b) Indikasi
Pengobatan sedang sampai parah, rheumatoid arthritis aktif pada
pasien dewasa ketika respon terhadap obat anti-rematik
pemodifikasi penyakit termasuk metotreksat tidak memadai. Untuk
memastikan kemanjuran maksimal, Humira diberikan dalam
kombinasi dengan metotreksat. Humira bisa menjadi diberikan
sebagai monoterapi dalam kasus intoleransi terhadap metotreksat
atau bila pengobatan lanjutan dengan metotreksat tidak tepat.

Dosis adalimumab yang direkomendasikan untuk pasien dewasa


dengan rheumatoid arthritis adalah 40 mg (per 0,8 ). ml, dalam botol
atau jarum suntik yang telah diisi sebelumnya) diberikan setiap
minggu sebagai injeksi subkutan. Metotreksat (MTX),
glukokortikoid, salisilat, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
atau analgesik dapat dilanjutkan selama pengobatan dengan
adalimumab.
c) Uji Klinis
Kemanjuran dan keamanan HUMIRA dinilai dalam empat studi
double-blind acak pada pasien> usia 18 dengan rheumatoid arthritis
aktif yang didiagnosis menurut kriteria American College of
Rheumatology (ACR). Pasien memiliki setidaknya 6 bengkak dan 9
sendi lunak. HUMIRA diberikan secara subkutan dalam kombinasi
dengan MTX (12,5 sampai 25 mg, Studi I dan III) atau sebagai

10
monoterapi (Studi II) atau dengan obat anti-rematik pemodifikasi
penyakit (DMARDs) (Studi IV).

Studi I mengevaluasi 271 pasien yang gagal terapi dengan


setidaknya satu tetapi tidak lebih dari empat DMARDs dan memiliki
respon yang tidak memadai terhadap MTX. Dosis 20, 40 atau 80 mg
HUMIRA atau plasebo diberikan setiap minggu selama 24 minggu.

Studi II mengevaluasi 544 pasien yang gagal terapi dengan


setidaknya satu DMARD. Dosis plasebo, 20 atau 40 mg HUMIRA
diberikan sebagai monoterapi setiap minggu atau setiap minggu
selama 26 minggu.

Studi III mengevaluasi 619 pasien yang memiliki respons yang tidak
memadai terhadap MTX. Pasien menerima plasebo, 40 mg
HUMIRA setiap minggu dengan suntikan plasebo pada minggu
alternatif, atau 20 mg HUMIRA setiap minggu hingga 52 minggu.
Studi III memiliki titik akhir primer tambahan pada 52 minggu
penghambatan perkembangan penyakit (seperti yang terdeteksi oleh
hasil sinar-X).

Studi IV menilai keamanan pada 636 pasien yang naif DMARD atau
diizinkan untuk tetap menjalani terapi reumatologi yang sudah ada
sebelumnya asalkan terapi stabil selama minimal 28 hari. Pasien
diacak untuk 40 mg HUMIRA atau plasebo setiap minggu selama 24
minggu.
d) Zat Aktif
Zat aktifnya adalah adalimumab, antibodi monoklonal rekombinan
yang diarahkan ke TNF-α manusia. Adalimumab adalah antibodi
IgG yang terdiri dari dua rantai ringan kappa masing-masing dengan
berat molekul sekitar 24 kDa dan dua IgG1z, rantai berat masing-
masing dengan berat molekul sekitar 49 kDa. Berat molekul total
adulimumab adalah 148 kDa. Setiap rantai ringan terdiri dari 214
amino residu asam dan setiap rantai berat terdiri dari 451 residu asam
amino.
e) Perkembangan Genetika
Adalimumab dapat dianggap "sepenuhnya manusia" dalam arti
bahwa urutan gen pengkode tidak mengandung elemen kloning dari
spesies lain.
Data tentang isolasi dan pematangan urutan manusia dan konstruksi
dan verifikasi vektor ekspresi dijelaskan dengan baik dan dapat
diterima.

11
Vektor ekspresi berisi urutan untuk wilayah variabel yang diperoleh
melalui perpustakaan tampilan fag metodologi dan urutan yang
mengandung domain konstan IgG manusia. Urutan nukleotida dari
vektor ekspresi akhir dikonfirmasi oleh sekuensing DNA.

Integrasi stabil dari sekuens yang ditransfeksi dalam lini sel produksi
disimpulkan dari analisis jumlah situs integrasi (Southern Blot),
nomor salinan (Southern Blot), ukuran mRNA (Northern Blot) dan
integritas urutan pengkodean (pengurutan cDNA). Tes-tes ini adalah
dilakukan pada sel dari MCB dan pada Sel Pasca Produksi.
Pengujian WCB termasuk analisis mRNA dan nomor Salinan

f) Produksi Zat Aktif


Zat aktif diproduksi oleh Abbott Bioresearch Center, Worcester,
MA, USA. Sel kultur
Bahan aktif diproduksi oleh kultur sel menggunakan sel Chinese
Hamster Ovary (CHO) di media tanpa komponen turunan manusia
atau hewan. Perluasan kultur sel CHO dari satu botol WCB
dilakukan dengan sub-kloning ke dalam labu pemintal dengan
ukuran yang semakin besar. Saat mencapai tingkat yang sesuai untuk
inokulasi, sel-sel dipindahkan ke fermentor benih untuk ekspansi
terakhir sebelum penyemaian bioreaktor produksi. Setelah budidaya
tambahan, media produksi ditambahkan ke tingkatkan volume kultur
ke ukuran batch akhir.

g) Stabilitas Zat Aktif


Berdasarkan zat aktif yang disajikan, umur simpan 18 bulan untuk
zat aktif yang disimpan pada -80 ° C atau antara -20 hingga -25 ° C.
h) Dosis dan Cara Pakai
Dosis yang dianjurkan HUMIRA untuk pasien dewasa dengan
rheumatoid arthritis adalah 40 mg diberikan setiap minggu sebagai
injeksi subkutan. MTX, glukokortikoid, salisilat, obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), analgesik atau DMARD lainnya dapat
dilanjutkan selama pengobatan dengan HUMIRA. Beberapa pasien
yang tidak menggunakan MTX bersamaan dapat memperoleh
manfaat tambahan dari peningkatan frekuensi dosis HUMIRA
menjadi 40 mg setiap minggu.
HUMIRA dimaksudkan untuk digunakan di bawah bimbingan dan
pengawasan dokter. Pasien dapat menyuntikkan sendiri HUMIRA
jika dokter mereka menentukan bahwa itu tepat dan dengan tindak
lanjut medis, jika perlu, setelah pelatihan yang tepat dalam teknik
injeksi.

12
Larutan dalam spuit dan vial harus diperiksa dengan cermat secara
visual untuk partikel dan perubahan warna sebelum pemberian
subkutan. Jika partikulat dan perubahan warna dicatat, produk tidak
boleh digunakan. HUMIRA tidak mengandung bahan pengawet;
oleh karena itu, bagian obat yang tersisa dari spuit atau vial yang
tidak terpakai harus dibuang. CATATAN: Penutup jarum pada spuit
mengandung karet kering (lateks), yang tidak boleh ditangani oleh
orang yang sensitif terhadap bahan ini.
Pasien yang menggunakan jarum suntik yang telah diisi sebelumnya
harus diinstruksikan untuk menyuntikkan jumlah penuh dalam jarum
suntik (0,8 mL), yang menyediakan 40 mg HUMIRA. Untuk pasien
dan institusi yang menggunakan vial, 0,8 mL larutan yang
mengandung 40 mg HUMIRA harus diambil dari vial dan diberikan
sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam Pamflet Informasi
Pasien.
Tempat suntikan harus dirotasi dan suntikan tidak boleh diberikan
ke area kulit yang lembut, memar, merah atau keras
b. Bevacizumab (Avastin)
a) Pendahuluan
Faktor pertumbuhan endotel vaskular A (VEGF) adalah faktor
pertumbuhan proangiogenik kuat yang merangsang proliferasi,
migrasi, dan kelangsungan hidup sel endotel. Sebagai salah satu
protein penting yang juga diekspresikan oleh sel tumor, VEGF
merupakan target penting terapi antikanker
Bevacizumab (Avastin®; Genentech, Inc., South San Francisco, CA)
adalah antibodi IgG1 monoklonal anti-VEGF yang dimanusiakan
(berat molekul, 149 kDa). Dalam kombinasi dengan kemoterapi,
disetujui untuk pengobatan kanker kolorektal lanjut (CRC), kanker
paru-paru sel non-kecil lanjut (NSCLC), kanker payudara metastatik
(MBC), dan kanker sel ginjal lanjut. Sebagai agen tunggal, telah
disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS untuk
pengobatan lini kedua glioblastoma multiforme tingkat lanjut.
Penelitian lebih lanjut juga sedang dilakukan pada tumor padat
lainnya, yang menunjukkan potensi manfaat terapeutik bevacizumab
dalam terapi kombinasi antikanker.

b) Mekanisme Aksi
Zat aktif dalam Avastin, bevacizumab, adalah antibodi monoklonal
(sejenis protein) yang telah dirancang untuk mengenali dan menempel
pada faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), protein yang
beredar dalam darah dan membuat pembuluh darah tumbuh. Dengan
melampirkan ke VEGF, Avastin menghentikannya memiliki efek.

13
Akibatnya, sel-sel kanker tidak dapat mengembangkan suplai darah
mereka sendiri dan kekurangan oksigen dan nutrisi, membantu
memperlambat pertumbuhan tumor.

c) Indikasi
Avastin adalah obat kanker yang digunakan untuk mengobati orang
dewasa dengan jenis kanker berikut, dikombinasikan dengan obat
kanker lainnya:
• kanker usus besar (usus besar) atau rektum yang bermetastasis
(telah menyebar ke bagian lain dari tubuh), dalam kombinasi
dengan obat kemoterapi yang mencakup 'fluoropyrimidine';
• kanker payudara metastatik, dalam kombinasi dengan paclitaxel
atau capecitabine;
• kanker paru-paru non-sel kecil lanjut pada pasien yang sel
kankernya bukan tipe skuamosa, yang diberikan dengan
kemoterapi berbasis platinum;
• kanker paru-paru non-sel kecil lanjut pada pasien yang sel
kankernya memiliki perubahan tertentu ('mutasi pengaktifan') pada
gen untuk protein yang disebut EGFR, yang diberikan dalam
kombinasi dengan erlotinib;
• kanker ginjal stadium lanjut atau metastatik, dalam kombinasi
dengan interferon alfa-2a;
• kanker epitel ovarium, kanker tuba fallopi (yang menghubungkan
ovarium ke rahim) atau peritoneum (selaput yang melapisi perut).
Avastin digunakan dalam kombinasi dengan obat kemoterapi
tertentu pada pasien yang baru didiagnosis ketika kanker sudah
lanjut, atau pada pasien yang sebelumnya dirawat dengan kanker
yang kambuh (berulang).
• kanker serviks (leher rahim) yang persisten, berulang atau
metastasis. Avastin diberikan dalam kombinasi dengan paclitaxel
dan cisplatin obat berbasis platinum atau, jika ini tidak dapat
digunakan, obat kemoterapi lain, topotecan.
Avastin mengandung zat aktif bevacizumab.
d) Kontraindikasi
• Hipersensitif terhadap zat aktif atau salah satu eksipien yang
tercantum di bagian 6.1.
• Hipersensitivitas terhadap produk sel Chinese Hamster Ovary
(CHO) atau manusia rekombinan lainnya atau antibodi yang
dimanusiakan.
• Kehamilan

14
e) Cara Penggunaan
Avastin hanya dapat diperoleh dengan resep dan pengobatan harus
diawasi oleh dokter yang memiliki pengalaman dalam penggunaan
pengobatan kanker. Avastin tersedia sebagai konsentrat yang dibuat
menjadi larutan infus (tetes) ke dalam vena. Itu infus pertama Avastin
harus berlangsung 90 menit, tetapi infus berikutnya dapat diberikan
lebih cepat jika: infus pertama ditoleransi dengan baik.

Dosisnya antara 5 dan 15 mg per kilogram berat badan setiap hari dua
atau tiga minggu, tergantung pada jenis kanker yang sedang dirawat.
Perawatan dilanjutkan sampai pasien tidak lagi merasakan manfaatnya.
Dokter dapat memutuskan untuk menghentikan atau menghentikan
pengobatan jika: pasien mengembangkan efek samping tertentu.

15
BAB III
Kesimpulan

Kesimpulan
Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan identifik karena diproduksi oleh salah
satu jenis sel imun saja dan semua klonnya merupakan sel single parent yang
mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat mengenal suatu molekul,
memberikan informasi tentang molekul spesifik dan sebagai terapi target tanpa
merusak sel sehat sekitarnya
Macam-macam antibodi monoklonal :
a. Fully Human Monoclonal Antibodies
b. Chimaric Monoclonal Antibodies
c. Humanized Monoclonal Antibodies
d. Murine Monoclonal Antibodies
Contoh Produk Komersial Antibodi Monoklonal yaitu: Humira® (Adalimumab)
dan Avastin® (Bevacizumab).

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Arnett FC, Edworthy SM, Bloch DA, et. al. The American Rheumatology
Association 1987 Revised Criteria for the Classification of Rheumatoid
Arthritis. Arthritis Rheum 1988; 31:315-24.
2. Ramey DR, Fries JF, Singh G. The Health Assessment Questionnaire 1995
- Status and Review. In: Spilker B, ed. “Quality of Life and
Pharmacoeconomics in Clinical Trials.” 2nd ed. Philadelphia, PA.
Lippincott-Raven 1996.
3. Ware JE, Gandek B. Overview of the SF-36 Health Survey and the
International Quality of Life Assessment (IQOLA) Project. J Clin
Epidemiol 1998; 51(11):903-12.
4. Mellemkjaer L, Linet MS, Gridley G, et al. Rheumatiod Arthritis and
Cancer Risk. European Journal of Cancer 1996; 32A (10): 1753-1757.
5. Baecklund E, Ekbom A, Sparen P, et al. Disease Activity and Risk of
Lymphoma in Patients With Rheumatoid Arthritis: Nested Case-Control
Study. BMJ 1998; 317: 180-181.
6. Centers for Disease Control and Prevention. Targeted Tuberculin Testing
and Treatment of Latent Tuberculosis Infection. MMWR 2000; 49(No. RR-
6):26-38.
7. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2002/adalabb12310
2lb.htm#:~:text=HUMIRA%20is%20produced%20by%20recombinant,we
ight%20of%20approximately%20148%20kilodaltons.
8. https://www.ema.europa.eu/en/documents/product-information/avastin-
epar-product-information_en.pdf
9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3228024/#:~:text=Bevaci
zumab%20acts%20by%20selectively%20binding,blood%20supply%20to
%20tumor%20tissues.

17

Anda mungkin juga menyukai