Anda di halaman 1dari 179

FARMAKOLOGI

apt. Agustina Retnaningsih, S.Si.,M.Farm


BAB 6
PRINSIP DAN TEKNIK
CARA PEMBERIAN OBAT
1. PEMBERIAN OBAT PERORAL
• Cara pemberian obat paling umum karena
mudah, aman, dan murah.
• Kerugiannya obat dapat mengiritasi
saluran cerna, dan perlu kerjasama
dengan penderita, tidak bisa dilakukan bila
pasien koma.
• Absorbsi
Farmakologi

• Atau ilmu khasiat obat, adalah ilmu yang


mempelajari pengetahui obat dengan
seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi
maupun fisikanya, kegiatan fisiologi,
resorpsi dan nasibnya dalam organisme
hidup
FARMAKOLOGI KLINIS

• Ilmu yang mempelajari interaksi antara


obat dengan tubuh manusia khususnya
serta penggunaan pada pengobatan
penyakit
• Ilmu khasiat obat meliputi:
farmakognosi, biofarmasi,
farmakokinetika, farmakodinamika,
toksikologi dan farmakoterapi
FARMAKOGNOSI

Mempelajari pengetahuan dan pengenalan


obat yang berasal dari tanaman dan
zat-zat aktifnya, begitu pula yang berasal
dari dunia mineral dan hewan
Fytoterapika (phyto : tanaman)
mis : * Tingtura Echinaceae (penguat
daya tangkis)
* Ekstrak Gingko biloba (penguat
memori)
BIOFARMASI
• Meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek
terapeutiknya.
• Dalam bentuk sediaan mana obat harus dibuat
agar menghasilkan efek yang optimal.
• Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk
melakukan efeknya (farmaceutical dan biological
availability)
• Kesetaraan terapetis dari sediaan yang
mengandung zat aktif yang sama ( therapeutic
equivalence)
FARMAKOKINETIKA

• Meneliti perjalanan obat, mulai dari saat


pemberian, absorpsi dari usus, transpor
dlam darah, dan distribusinya ke tempat
kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula
perombakannya (biotransformasi) dan
akhirnya ekskresinya oleh ginjal.
• Berarti mempelajari segala sesuatu
tindakan yang dilakukan tubuh terhadap
obat
FARMAKODINAMIKA

• Mempelajari kegiatan obat terhadap


organisme hidup, terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta
efek teurapetis yang ditimbulkannya.
• Berarti mempelajari semua efek yang
dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
TOKSIKOLOGI

• Pengetahuan tentang efek racun dari obat


terhadap tubuh dan termasuk pula
farmakodinamika, karena efek terapetis
obat berhubungan dengan toksisnya.
• Pada hakekatnya setiap obat dalam dosis
yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai
racun dan merusak organisme.
FARMAKOTERAPI

• Mempelajari penggunaan obat untuk


mengobati penyakit atau gejalanya.
• Penggunaan ini berdasarkan atas
pengetahuan tentang hubungan antara
khasiat obat dan fisiologis atau
mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit
di pihak lainnya
• Fytoterapi adalah penggunaan zat-zat
dari tanaman untuk mengobati penyakit
Penggolongan obat yang
digunakan untuk terapi
• A. Obat Farmakodinamis, yang bekerja
terhadap tuan rumah dengan jalan
mempercepat atau memperlambat proses
fisiologis atau fungsi biokimia dalam
tubuh, misalnya hormon, diuretika,
hipnotika, dan obat otonom
Penggolongan obat…lanjutan
• B. Obat kemoterapeutis, yaitu obat yang dapat
membunuh kuman da dalam tubuh tuan rumah.
Diharapkan obat ini memiliki kegiatan
farmakodinakia yang sekecil-kecilnya terhadap
organisme tuan rumah dan berkhasiat
membunuh sebesar-besarnya terhadap
sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa)
dan mikroorganisme (bakteri dan virus).
Obat-obat neoplasma (Onkolitik, sitostatika,
obat-obat kanker) juga dianggap termasuk
golongan obat ini
Penggolongan obat……lanjutan

• C. Obat diagnostik, merupakan obat


pembantu unutk melakukan diagnosis
(pengenalan penyakit), misalnya dari
saluran lambung-usus (barium sulfat) dan
saluran empedu (natriumiopanoat dan
asam iod organik lainnya)
PENGGOLONGAN OBAT
MENURUT UNDANG-UNDANG
KESEHATAN

• OBAT BERKHASIAT KERAS :


Adalah bahan-bahan yang disamping
berkhasiat menyembuhkan, membunuh
hama, atau mempunyai khasiat pengobatan
lainnya terhadap tubuh manusia , juga
dianggap berbahaya terhadap kesehatan dan
kehidupan manusia, serta tidak dimaksudkan
keperluan teknik
OBAT BERKHASIAT KERAS
DIBAGI DALAM 2 GOLONGAN
• A. OBAT-OBAT DARI DAFTAR OBAT
KERAS ( DAFTAR G)
– Obat-obat ini hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa
resep baru bila dokter menyatakan pada
resepnya ‘’boleh diulang’’
– Obat-obat yang termasuk daftar G ini a.l. :
antibiotika, obat-obat sulfa, hormon,
antihistaminika untuk pemakaian dalam , dan
semua obat suntik.
LANJUTAN………
- Penyaluran obat-obat keras (daftar G)
Sesuai dengan SK Menkes RI tanggal 28
Januari 1964 No. 809/Ph/64/b, bahwa pedagang
besar obat-obatan hanya diperbolehkan menjual
obat-obat keras kepada apotek, pedagang besar lainnya
dan kepada dokter yang mempunyai surat izin
menyimpan obat
-Karena racun termasuk dalam daftar Obat Keras, maka
sifat-sifat racun dapat membahayakan tubuh manusia,
maka perlu diatur secara khusus, baik penyimpanan
maupun penyerahannya, untuk menghindarkan
penyalahgunaan
- mempunyai tanda khusus lingkaran merah dengan
garis tepi hitam
OBAT- OBAT DARI DAFTAR
OBAT KERAS (DAFTAR G)
………lanjutan
• B. OBAT-OBAT DARI DAFTAR OBAT
KERAS TERBATAS (DAFTAR W)
– Golongan ini dimaksudkan obat-obatan yang
diperuntukkan jenis penyakit yang
pengobatannya dianggap telah dapat
ditetapkan sendiri oleh rakyat dan tidak begitu
membahayakan.
– Obat-obat ini tidak hanya dapat dibeli di apotik
tanpa resep, melainkan juga di toko obat.
OBAT KERAS TERBATAS
(DAFTAR W)
………………………………
– Contoh : papaverin (10 mg), efedrin (35 mg),
sulfa-sulfa usus (600 mg), termasuk
juga lisol dan tingtur iod
– Mempunyai tanda khusus lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam
GOLONGAN OBAT BEBAS

- Kelompok obat yang tidak termasuk


golongan obat-obat berbahaya.
- contoh : paracetamol, antasida
- mempunyai tanda khusus lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
OBAT PATEN

- Atau spesialite adalah obat milik suatu


perusahaan dengan nama khas yang
dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar
atau proprietary name, contohnya :
Nama kimia : asam asetilsalisilat
Nama generik : asetosal
Nama paten : Aspirin (Bayer), Naspro
(Nicholas)
NARKOTIKA
• Menurut UU No. 22 Tahun 1977 tentang
Narkotika, memuat tentang definisi penting:

• Narkotika adalah zat atau obat yang berasal


dari tanaman atau bukan tanaman, baik yang
sintesis maupun yang semi-sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan.
Peredaran Gelap Narkotika

• Adalah setiap kegiatan atau serangkaian


kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak
dan melawan hukum yang ditetapkan
sebagai tindak pidana narkotika
Pecandu

• Adalah orang yang menggunakan atau


menyalahgunakan narkotika dan dalam
keadaan ketergantungan pada narkotika,
baik secara fisik maupun psikis
Ketergantungan Narkotika

• Adalah gejala dorongan untuk


menggunakan narkotika secara terus
menerus, toleransi, dan gejala putus
narkotika apabila penggunaan dihentikan
Penyalahgunaan

• Adalah orang yang menggunakan


narkotika tanpa sepengetahuan dan
pengawasan dokter
Penggolongan Narkotika

a. Narkotika golongan I
b. Narkotika golongan II
c. Narkotika golongan III
Narkotika Golongan I, mencakup
26 bahan antara lain:
1. Tanaman Papaver somniferum dan semua
bagian-bagiannya
2. Opium mentah
3. Opium masak: candu dan jicing (sisa-sisa candu
setelah diisap
4. Tanaman Erythroxylon coca dan bagian-bagiannya
5. Kokain
6. Tanaman ganja (genus Cannabis) dan semua
bagian-bagiannya
7. Ttetrahidrokanabinol dan semua turunannya
8. Heroin
Narkotika Golongan II

• Mencakup 87 sediaan, antara lain:


dekstromoramida (Palvium), difenoksilat,
fentanil, levorfanol, metadon (Symoron),
morfina, opium, petidina dan sulfentanil
Narkotika Golongan III

• Mencakup 14 zat/sediaan, antara lain:


dekstropropoksina, etilmorfina, (Dionin),
dan kodein
PEREDARAN NARKOTIKA
• Narkotika hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan.
• Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan di
apotik, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan dan dokter.
• Rumah sakit, apotik puskesmas dan balai
pengobatan hanya dapat menyerahkan
narkotika kepada pasien berdasarkan resep
dokter
PSIKOTROPIKA

• Adalah zat atau obat, baik alamiah


maupun sintesis, bukan narkotika yang
berkhasiat, psikoaktif, melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku
Golongan Psikotropika
- Golongan I mencakup 26 zat, antara lain lisergida
(LSD), meskalina dan psilosibina
- Golongan II mencakup 14 zat, antara lain amfetamin
(Benzedrine), deksamfetamin (Dexedrine), fenmetrazine,
fensiklidina, metamfetamin, metakualon (Revonal),
metilfenidat (Ritalin), dan sekobarbital
- Golongan III mencakup 9 zat antara lain: amobarbital
(amylobarbital), flunitrazepam (Rohypnol), glutetimida,
pentazosine (Fortral), pentobarbital dan siklobarbital
- GolonganIV mencakup 60 zat antara lain: allobarbital,
alprazolam (Xanax), amfepramona, barbital,
bromazepam (Lexotan)
GOLONGAN
PSIKOTROPIKA…..lanjutan
- diazepam (Valium, Stesolid, Mentalium),
estazolam (Esilgan), etilamfetamin,
fencamfamina (Reactivan), fenobarbital
(luminal), fentermina, fludiazepam, flurazepam
(Dalmadorm), klobazam(Frisium),
klordiazepoksida (Librium, Cetabrium),
lorazepam (Ativan, Temesta, Renaquil), mazidol
(Teronac), meprobamat (Medicar),
metilfenobarbital, metiprilon, nitrazepam
(Dumolid, Magadon), oksazepam (Seresta),
oksazolam (Serenal), pipradol, temazepam
(Normison, Euphynos, Levanxol), dan triazolam
(Halcion)
GOLONGAN
PSIKOTROPIKA……..lanjutan
Psikotropika lain yang sering digunakan :
Amitriptylin, moclobemide (Auroric),
maprotiline (Ludiomil), fluoxetine (Prozac),
amineptine (Survector), imipramine
(Tofranil), mainserin (Tolvon), trazodone
(Trazone), dan setraline (Zoloft)
GOLONGAN
PSIKOTROPIKA…………..lanjutan
- Penyerahan psikotropika hanya dapat
dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan, dan dokter.
- Penyerahan psikotropika oleh apotik hanya
dapat dilakukan pada apotik lainnya, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan
kepada pengguna atau pasien.
- Penyerahannya dilaksanakan berdasarkan
resep dokter.
PRINSIP-PRINSIP
FARMAKOKINETIKA

BAB II
PRINSIP-PRINSIP
FARMAKOKINETIKA

• Kompartimen
Tubuh dianggap suatu ruang besar yg tdd
beberapa kompartimen (bagian) berisi
cairan, dan antar kompartimen dipisahkan
membran sel
* Kompartimen terpenting a. l. : saluran
lambung-usus, sistem peredaran darah,
ruang ekstrasel (di luar sel), ruang intrasel
dan ruang cerebrospinal (otak & sumsum
tulang belakang)
Lanjutan……………………………

• Membran sel
Tdd lapisan lipoprotein (lemak & protein)
yg mengandung banyak pori kecil dan
berisi air.
Membran dapat dilintasi dengan mudah
oleh zat-zat tertentu tetapi sukar dilalui
zat-zat lain, shg disebut semipermiabel
Zat-zat lipofil lebih mudah melintasi
daripada zat-zat hidrofil.
Proses-proses farmakokinetik sbb:
1. SISTEM TRANSPOR

Gunanya mentranspor obat ke tempat


yang tepat di dalam tubuh, zat aktif diolah
menjadi suatu bentuk pemberian
Transpor obat
Molekul zat kimia dapat melintasi
membran semipermiabel berdasrkan
adanya perbedaan konsentrasi , antara
lain melintasi dinding pembuluh keruang
antar jaringan
Beberapa mekanisme transpor

• Transpor Pasif
tidak menggunakan energi, misalnya
perjalanan molekul-molekul suatu obat
melintasi dinding pembuluh ke
ruang-ruang antar jaringan (interstitial),
yang dapat terjadi dengan dua cara yakni:
* filtrasi melalui pori-pori kecil dari
membran misalnya dinding kapiler. Yang
difiltrasi air dan zat-zat hidrofil seperti
alkohol dan urea
Lanjutan……………………………
* difusi, zat melarut dalam lapisan lemak
dari membran sel. Dengan sendirinya zat
lipofil lebih lancar penerusannya daripada
zat hidrofil yang tak dapat larut dalam
lemak, seperti ion anorganis.
Pengecualian adalah ion natrium dan
klorida, yang sangat mudah melintasi
membran. Difusi merupakan cara transpor
yang paling lazim
LANJUTAN…………………………..
• Transpor Aktif
memerlukan energi. Pengangkutan
dilakukan dengan mengikat zat hidrofil
(makromoklekul atau ion) pada suatu
protein pengangkut spesifik yang
umumnya berada di membran sel (carrier).
Misalnya glukosa, asam amino, asam
lemak, metildopa, vitamin B1, B2, B12.
Berbeda dengan difusi cepatnya
penerusan pada transpor aktif tidak
tergantung dari konsentrasi obat.
2. RESORPSI
• Umumnya penyerapan obat dari usus ke
dalam sirkulasi berlangsung melalui filtrasi,
difusi,atau transpor aktif
• Sedangkan zat-zat yang sukar melarut
lebih lambat diresorpsi
• Misalnya kompleks prokain-penisilin dan
protamin-zinc-insulin
• Kecepatan resorpsi tergantung pada
bentuk pemberian obat, cara
pemberiannya dan sifat fisiko-kimiawi dari
obat
Lambung-usus

• Obat yang diberikan secara oral akan


diresopsi dari saluran lambung-usus.
• Kebanyakan obat bersifat asam atau basa
organik lemah yang dalam larutan cair
mengalami disosiasi menjadi ion.
• Molekul yang tidak terionisasi dan utuh
bersifat lipofil dan lebih midah diresorpsi
daripada ion-ion yang sangat hidrofil.
• Lebih sedikit obat terdisosiasi, semakin
lancar pula penyerapannya.
Lambung

• Asetosal dan barbital yang bersifat asam


lemah, hanya sedikit sekali terurai menjadi
ion dalam lingkungan asam kuat di dalam
lambung, sehingga resorpsinya baik sekali
di dalam organ ini.
• Sebaliknya basa lemah terionisasi baik
pada pH lambung dan hanya sedikit
diresorpsi, misalnya amfetamin dan
alkaloida
Usus Halus

• Dalam usus halus berlaku kebalikannya,


yakni basa lemah yang diserap palinng
mudah, misalnya alkaloid.
• Beberapa asam atau basa kuat dengan
derajat ionisosiasi tinggi dengan
sendirinya diresorpsi sangat lambat.
• Zat lipofil yang mudah larut dalam cairan
usus lebih cepat diresorpsi daripada zat
yang sukar larut
Usus Besar

• Mengandung terlalu sedikit air untuk


melarutkan obat yang belum terlarut di
dalam usus halus.
• Tidak memiliki jonjot mukosa yang
memperbesar permukaan resorpsi,
mekanisme transpor pun tidak ada
• Sehingga obat yang diserap secara aktif
tidak diberikan secara rektal dan
supositoria diberikan ketika rektum kosong
3. BIOTRANSFORMASI

• Pada dasarnya setiap obat merupakan zat


asing yang tidak diinginkan untuk tubuh
karena dapat merusak sel dan
mengganggu fungsi tubuh.
• Sehingga tubuh berusaha merombak zat
asing ini menjadi metabolit yang tidak aktif
lagi dan sekaligus bersifat lebih hidrofil
agar memudahkan proses ekskresi oleh
ginjal.
REAKSI TRANSPORMASI

Perombakan di dalam hati terutama


dilakukan oleh enzim-enzim mikrosomal
dan meliputi beberapa reaksi biokimiawi ,
yaitu :
a. Reaksi-reaksi perombakan
• Oksidasi, alkohol, aldehid, asam dan zat
hidratarang dioksidasi menjadi CO2 dan air.
Sistem enzim oksidatif terpenting didalam hati
adalah cytochrom P 450, yang bertanggung
jawab atas banyaknya reaksi perombakan
oksidatif.
• Reduksi, mis: kloralhidrat direduksi menjadi
trikloretanol, vit C menjadi dehidroaskorbat
• Hidrolisa……………………………………………
Lanjutan………………………………
• Hidrolisa, molekul obat mengikat satu
molekul air dan pecah menjadi dua
bagian, misalnya penyabunan ester oleh
esterase, gula oleh karbohidrase (maltase)
dan asam karbonamida oleh amidase.
b. Reaksi Penggabungan
(konjugasi)
• Molekul obat bergabung dengan suatu molekul
yang terdapat di dalam tubuh sambil
mengeluarkan air, misalnya dengan zat-zat
alamiah berikut:
* Asetilasi, asam cuka mengikat gugus amino
yang tak dapat dioksidasi, misalnya asetilasi dari
sulfonamida dan piramidon
• Sulfatasi, asam sulfat mengikat gugus OH
fenolis menjadi ester mis : estron (sulfat)
• Glukoronidase……………………………………
………..
Lanjutan……………………………
• Glukoronidase, asam glukoronat
membentuk glukuronida dengan cara
mengikat gugus OH (fenolis) pula (morfin,
kamfer) dan trikloretanol
• Metilasi, molekul obat bergabung dengan
gugus CH3 mis : nikotinamid dan
adrenalin menjadi derivat-metilnya.
KECEPATAN
BIOTRANSFORMASI
• Umumnya bertambah dengan
meningkatnya konsentrasi obat.
• Hal ini berlaku sampai titik dimana
konsentrasi menjadi demikian tinggi
hingga seluruh molekul enzim yang
melakukan pengubahan ditempati terus
menerus oleh molekul obat dan
tercapainya kecepatan biotransformasi
yang konstan
FAKTOR-FAKTOR LAIN

A. Fungsi hati
Pada gangguan fungsi hati, metabolisme
dapat berlangsung lebih cepat atau lebih
lambat, sehingga efek obat menjadi lebih
lambat atau lebih kuat dari yang
diharapkan
FAKTOR……..lanjutan

B. Usia Untuk menghindarkan OD dan


Pada bayi yang baru dilahirkan keracunan obat-obat ini harus
semua enzim belum terbentuk diturunkan dosisnya
lengkap, sehingga Sebaliknya dikenal obat-obat
reaksi-reaksi metabolismenya yang metabolisme-nya pada
lebih lambat, antara lain pada anak-anak berlangsung lebih
kloramfenikol, asam nalidiksat, cepat dari orang dewasa
sulfonamida, diazepam, misalnya anti epileptika
barbital, asetosal dan petidin fenitoin, fenobarbital,
karbamazepin, valproat dan
etoksuksimida. Shg dosis
harus diturunkan berdasarkan
ukuran kadar plasma
USIA……lanjutan
• Orang-orang usia lanjut
• Mengalami kemunduran pada banyak proses
fisiologi, antara lain fungsi ginjal, sedangkan
jumlah total air tubuh dan albumin serum
berkurang begitu pula dengan enzim-enzim hati
• Biotransformasi menjadi terhambat,
kumulasi dan keracunan
• Contoh obat: digoksin, propranolol dan
fenilbutazon
• Fenitoin dirombak lebih cepat
FAKTOR ……..lanjutan

C. Faktor genetis
Ada orang yang tidak memiliki faktor
geneis tertentu, misalnya enzim untu
asetilasi sulfadiazin atau INH
perombakan obat-obat ini lambat sekali
FAKTOR……..lanjutan
D. Penggunaan obat-obat lain
Banyak obat terutama yang bersifat lipofil dapat
menstimulasi pembentukan dan aktivitas
enzim-enzim hati Induksi enzim

Obat-obat yang dapat menghambat atau


menginaktivasi enzim

inhibisi enzim
INDUKSI ENZIM

• Bila obat yang dapat menstimulasi


aktivitas enzim hati sering digunakan

– Biotransformasi dipercepat
– Ekskresi dipercepat
– Jangka waktu kerja diperpendek
INDUKTOR ENZIM
• Adalah obat atau bahan yang dapat
mengakibatkan induksi enzim
• Contoh barbiturat, anti-epileptika ( fenitoin,
primidon, karbamazepin), klofibrat, glutetimida,
alkohol (pada penggunaan kronis), fenilbutazon,
griseofulvin dan spironolakton
• Bahan penyegar atau produk makanan misalnya
kopi, merokok, atau makanan yang dibakar
• Asap rokok dan arang mengandung
benzopiren yang bersifat karsinogen
VARIASI INDIVIDUAL
• Faktor genetik (keturunan)
– Misalnya aktivitas en. Asetilase lebih efektif pada
orang kulit hitam atau asia daripada pada orang kulit
putih
– Kadang asetilase yang cepat dapat mengakibatkan
peningkatan yang pesat dari metabolit toksik hingga
terjadi efek samping yang lebih buruk
– Misal obat TBC INH dapat menimbulkan hepatitis
pada orang hingga memerlukan dosis 50% lebih
tinggi
DISTRIBUSI

• Dilakukan oleh peredaran darah


• Obat yang telah melalui hati bersama
metabolitnya disebarkan secara merata
keseluruh jaringan tubuh
• Melalui kapiler dan cairan ekstra sel ( yg
mengelilingi jaringan) obat diangkut ke
tempat kerjanya didalam sel (cairan intra
sel) yaitu organ atau otot yang sakit
BEBERAPA GANGGUAN YANG
MUNGKIN TERJADI

• Rintangan darah otak (ceerebro-spinal


barrier)
• Pengikatan proten darah
CAIRAN CEREBRO-SPINALIS
(CCS)
• Cairan ini mengelilingi otak dan sumsum
belakang
• Terpisah dari darah oleh suatu membran
semipermeabel, yaitu dinding kapiler otak
• Rintangan darah-otak ini tidak dapat
tembus oleh obat-obat yang bersifat
hidrofil (streptomisin) tetapi mudah tembus
olehzat-zat lipofil ( sulfonamid, penisilin,
kloramfenikol dan tetrasiklin)
PENGIKATAN PROTEIN DARAH
• Sebagian besar obat didalam darah terikat
secara reversibel
• Zat yang bersifat asam terikat pada albumin
• Zat yang bersifat basa terikat pada glikoprotein
asam, spt globulin atau sel darah merah
• Bagian obat yang terikat akan hilang aktifitas
farmakologinya dan menjadi inaktif tetapi tidak
mengalami biotransformasi dan ekskresi
EKSKRESI
• Adalah pengeluaran obat atau metabolitnya dari
tubuh, terutama dilakukan oleh ginjal melalui air
seni
• Beberapa cara lain
– Kulit Keringat
– Paru-paru pernapasan
– Empedu
– Air susu ibu
– Usus zat-zat yang tidak atau tak lengkap
diresopsi usus dikeluarkan oleh tinja
GINJAL

• Kebanyakan obat dikeluarkan melalui air


seni, lazimnya obat yang diekskresi dalam
dalam bentuk metabolitnya, jarang sekali
yang dalam bentuk asli yang utuh
• Zat-zat dalam keadaan ion yang mudah
larut dalam air, ekskresinya lebih mudah
• Zat-zat lipofil atau zat-zat yang tak
terionisasi ekskresinya lebih lambat
Mekanisme ekskresi di ginjal

• 1. Transpor pasif
• 2. Transpor aktif
TRANSPOR PASIF

• Melalui filtrasi glomeruli


• Obat dan metabolit yang terlarut dalam
plasma melintasi dinding glomeruli secara
pasif dengan ultrafiltrat
• Jika filtrat dipekatkan dlm tubuli zat-zat
lipofil berdifusi kembali secara pasif
melalui membran selnya kedalam darah
dan eksresi dapat dihindari
TRANSPOR PASIF ……..lanjutan
• Zat-zat hidrofil tidak berdifusi kembali dan
langsung dikeluarkan melalui urin
TRANSPOR AKTIF
• Tubuli dapat mensekresi secara aktif zat-zat
tertentu, misalnya penisilin, vit. C, as. Salisilat.
• Sekresi berlangsung dengan bantuan enzim
pengangkut dan kadang-kadang terjadi
persaingan antara beberapa ion untuk enzim
• Misalnya probenesid menyaingi penisilin untuk
enzim pengangkutnya eksr. Penisilin
diperlambat dan efek kerjanya lebih panjang
FARMAKODINAMIKA
BAB III
FARMAKODINAMIKA
• 1. MEKANISME KERJA OBAT
Ada 4 golongan mekanisme kerja obat
yang kini telah diketahui:
a. Secara fisis, misalnya anestetika
terbang, laksansia, diuretika osmosis
b. Secara kimiawi, misalnya antasida
lambung dan zat-zat chelasi
c. Melalui proses metabolisme berbagai macam,
misalnya antibiotik yang mengganggu
pembentukan dinding sel kuman
d. Secara kompetisi (saingan), dimana dibedakan 2
jenis, yaitu kompetisi untuk reseptor spesifik atau
untuk enzim
RESEPTOR OBAT

• Pada tahun 1970-an telah dilakukan


banyak penyelidikan pada tingkat molekul
untuk memperoleh pengertian yang lebih
mendalam mengenai interaksi biokimia
antara zat-zat endogen dan sel-sel tubuh.
Ternyata reaksi demikian hampir selalu
berlangsung di tempat spesifik, yaitu
reseptor (sel penerima) atau enzim
RESEPTOR OBAT………lanjutan

• Proses fisiologi dalam tubuh diregulasi


oleh zat-zat pengatur kimiawi (regulator
endogen), yang masing-masing
mempunyai titik kerja spesifik di satu atau
lebih organ. Regulator ini bisa berupa
hormon (insulin, estrogen,tiroksin) dan
neurotransmitter (noradrenalin, serotonin,
dopamin)
RESEPTOR…….lanjutan

• Setiap zat mengetahui dengan tepat


dimana letak sel dan organ tujuan
• Sistem ini dapat disamakan dengan
prinsip kunci-anak kunci
• Selain neurohormon ada juga reseptore
untuk zat-zat lain, misalnya untuk zat-zat
endorfin (morfin endogen) dan
benzodiazepin
RESEPTOR…..lanjutan

• Setelah hormon “ditangkap” dan diikat


oleh reseptor, terjadilah interaksi yang
rumus dan pembagian muatan
• Akibatnya terjadi reaksi dengan
perubahan aktivitas sel dan menimbulkan
suatu efek fisiologis
RECEPTOR-BLOCKERS
• Adalah obat yang strukturnya mirip dengan
suatu hormon, dan mampu men-duduki reseptor
tsb dan akan merintangi kerja atau aktivitas
hormon tsb
• Contoh : adrenoreceptor blockers
(beta-blocker yang menyaingi noradrenalin,
antara lain propranolol dan metaprolol
• Begitu juga dg histamin-suatu hormon jaringan-
yang bersifat aktif trhadap dua reseptor yang
berlainan yaitu H1 dan H2
• Antihistamin memblokir reseptor H1 sedang
simetidin dan ranitidin memblokir reseptor H2
EFEK TERAPEUTIS

• Tidak semua obat dapat menyembuhkan


penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejala
• Sehingga dibedakan tiga jenis pengobatan
– Terapi kausal
– Terapi simptomatis
– Terapi substitusi
TERAPI KAUSAL

• Yaitu meniadakan penyebab penyakit,


khususnya pemusnahan kuman, virus,
atau parasit
• Contoh kemoterapeutik (sulfonamida,
antibiotika, antimikotika, fungisida,
obat-obat malaria dsb)
TERAPI SIMPTOMATIS

• Hanya gejala penyakit yang diobati dan


diringankan, penyebab yang lebih dalam
tidak dipengaruhi
• Contoh analgetik pada rematik dan sakit
kepala, obat-obat hipertensi dan obat
jantung
TERAPI SUBSTITUSI

• Yaitu obat yang menggantikan zat yang


lazimnya dibuat oleh organ yang sakit
• Misalnya insulin pada diabetes, estrogen
pada hipofungsi ovarium dimasa
menopouse
EFEK OBAT YANG TIDAK
DIIGINKAN
• BEBERAPA EFEK OBAT YANG TIDAK
DIINGINKAN:
– Efek samping
– Idiosinkrasi
– Alergi
– Fotosensitasi
EFEK SAMPING
• Adalah segala sesuatu khasiat yang tidak
diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksud
pada dosis yang dianjurkan
• Efek samping seringkali tidak dapat dihindarkan,
misalnya rasa mual pada penggunaan digoksin,
ergotamin atau estrogen
• Bila efek samping (mual) terlalu hebat, maka
dapat dilawan dengan obat anti mual
IDIOSINKRASI

• Adalah peristiwa dimana suatu obat


memberikan efek yang secara kualitatif
total berlainan dari efek normalnya
• Hal ini biasanya karena kelainan genetis
• Misalnya anemia hemolitis (kekurangan
darah akibat terurainya eritrosit) setelah
pengobatan malaria dengan primaquin
atau derivatnya
ALERGI

• Adalah reaksi antara antigen dan antibodi


• Zat dengan molekul besar seperti protein
(asing) dan polisakarida dapat bekerja
sebagai antigen dengan menimbulkan
reaksi alergi
• Gejala alergi yang terpenting dan sering
tampak kulit adalah urtikaria gatal dan
bentol2) serta rash (kemerahan)
FOTOSENSITISASI

• Adalah kepekaan berlebihan untuk cahaya


akibat penggunaan obat, terutama secara
lokal
• Misalnya bithionol sebagai antiseptikum
dalam sabun bris
KOMBINASI OBAT

• Dua obat yang digunakan pada waktu


bersamaan dapat saling mempengaruhi
kerja masing-masing obat, yakni dapat
memperlihatkan kerja berlawanan
(antagonis) atau kerja sama (sinergisme)
ANTAGONISME

• Terjadi jika kegiatan obat pertama


dikurangi atau ditiadakan sama sekali oleh
obat kedua yang memiliki khasiat
farmakologi berlawanan
• Misalnya barbital dengan strychnin,
adrenalin dan histamin
SINERGISME

• Adalah kerja sama antara 2 obat, dikenal:


– Adisi (sumasi), yaitu efek kombinasi adalah
sama dg jml kegiatan dari masing-masing
obat, misalnya kombinasi antara parasetamol
dan asetosal
– Potensiasi (meningkatkan potensi), yaitu
kedua obat saling memperkuat khasiat shg tjd
efek melebihi jumlh matematis a+b, misalnya
asetosal dengan kodein
INTERAKSI OBAT
• Bila seorang pasien diberikan 2 atau lebih obat
kemungkinan besar akan terjadi interaksi antara
obat-obat tersebut dalam tubuh
• Efek masing-masing obat dapat saling
mengganggu dan atau efek samping yang tidak
diinginkan mungkin akan timbul
• Misalnya interaksi antara asetosal dg dikumarol
yang efeknya diperkuat sehingga sering tjd
perdarahan berbahaya
MACAM-MACAM INTERAKSI
OBAT
a. Interaksi kimiawi, obat bereaksi dg obat lain secara
kimia, misalnya antara tetrasiklin dengan logam
bervalensi 2
b. Kompetisi dengan protein plasma, misalnya antara
analgetik yang mendesak obat lain dari ikatannya pada
protein
c. Induksi Enzim, misalnya obat yang menstimulasi
pembentukan enzim hati, selain bisa mempercepat
eliminasi juga mempercepat perombakan obat lain,
misalnya antara hipnotika (barbital) memperlancar
biotransformasi antikoagulansia
d. Inhibisi Enzim, zat yang mengganggu fungsi hati dan
enzimnya, seperti alkohol, yang dapat memperkuat
daya kerja obat lain.
KERJA OBAT YANG TIDAK
DIPERANTARAI RESEPTOR
• Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor
adalah melalui enzim-enzim
• Enzim bekerja sebagai katalisator antara
dua zat kimia, yakni mempermudah atau
mendorong suatu reaksi tanpa sendirinya
turut ambil bagian
• Proses enzim dalam tubuh manusia yang
terkenal adalah pencernaan bahan gizi:
protein, karbohidrat, lemak, dsb
ENZYM-BLOCKERS

• Obat-obat yang memiliki kesamaan


struktur kimia dengan suatu substrat
mampu memduduki titik aktif dari enzym
yang bersangkutan, hingga reaksi normal
tidak terbentuk
• Dalam terapi digunakan untuk tujuan:
– Mencegah pembentukan produk akhir
– Melindungi substrat
MENCEGAH PEMBENTUKAN
PRODUK AKHIR
• Alupurinol yang menghambat sintesa
asam urat (pada encok)
• Metildopa menghambat pembentukan
noradrenalin(meningkatkan tek. Darah)
MELINDUNGI SUBSTRAT

• Disulfiram, digunakan untuk pengobatan


adiksi alkohol
• Asam klavulanat, memblokir enzim
betalaktamase sehingga penisilin tidak
diinaktivasi
B A B IV

DOSIS OBAT
DOSIS

• Dosis obat yang harus diberikan pada


pasien untuk menghasilkan efek
tergantung dari :
- usia
- bobot badan
- kelamin
- besarnya permukaan badan
- beratnya penyakit
- daya tangkis penderita
DOSIS LAZIM
Dosis rata-rata yang biasanya (lazim)
memberikan efek yang diinginkan.
USIA
A. Manula

Yaitu orang yang berusia diatas 65 th,


lazimnya lebih peka terhadap obat,
karena sirkulasi darahnya mulai
berkurang.
Jumlah albumin darah lebih sedikit
sehingga pengikatan obat menjadi
berkurang
DOSIS LANSIA

• Karena faktor-faktor tsb, lansia dianjurkan


memakai dosis yang lebih rendah, yaitu :

• 65 – 74 tahun : dosis biasa – 10%


• 75 – 84 tahun : dosis biasa – 20%
• 85 th dan lebih : dosis biasa – 30%
B. Anak kecil terutama bayi

• Menunjukkan kerentanan yang lebih besar


terhadap obat, karena fungsi hati dan
ginjal serta sistem enzimnya belum
berkembang secara lengkap
C. Dosis untuk anak-anak

• Ada beberapa rumus untuk menghitung


dosis anak-anak berdasarkan :
- usia
- bobot badan atau luas permukaan badan
1. Atas dasar usia

A. RUMUS YOUNG
Semula banyak digunakan untuk
menghitung dosis anak dengan usia
antara 1 – 12 tahun, kini jarang
digunakan karena memberikan dosis
terlampau rendah bagi bayi dan anak
diatas usia 12 tahun.
n D
n + 12
n : usia (th) ; D : dosis dewasa
lanjutan,…………………………

B. RUMUS AUGSBERGER
Lebih tepat tapi lebih sulit dipraktekkan :

Untuk 2 – 12 bulan : (m + 13)% dari D


Untuk 1 – 11 tahun : (4n + 20)% dari D
Untuk 12 – 16 tahun : (5n + 10)% dari D

m = usia (bulan); n = usia (tahun)


2. Atas dasar bobot badan

• Menghasilkan dosis yang lebih seksama,


digunakan Rumus Clark :

WD
68
w = bobot dalam kg
Ada pula daftar obat dosis sekian mg
setiap kg bobot badan (mg/kg b.b)
3. Atas dasar luas permukaan
badan (PB)
• Karena adanya hubungan antara
permukaan badan dengan kecepatan
metabolisme.
0,5738 x w l m2
PB =
0,3964 x 0,024265

w = bobot (kg); l = panjang (cm)


BAB 5
CARA PEMBERIAN OBAT
A. EFEK SISTEMIS

• 1. ORAL
Pemberian obat melalui mulut (per oral)
adalah cara yang paling lazim, karena
praktis, mudah dan aman.
Tidak semua obat dapat diberikan peroral,
misalnya obat yang bersifat merangsang
atau yang diuraikan oleh getah lambung
seperti benzilpenisilin, insulin,oksitosin.
2. Sublingual

Obat dikunyah halus dan diletakkan


dibawah lidah (sublingual), tempat
berlangsungnya resorpsi oleh selaput
lendir setempat ke dalam vena lidah yang
sangat banyak di situ.
Keuntungan : obat langsung masuk ke
peredaran darah besar tanpa melalui hati.
Lanjutan………………………….

Kelemahannya : kurang praktis digunakan


terus menerus dan dapat merangsang
mukosa mulut.
Contoh : obat-obat pada serangan angina
(suatu penyakit jantung), asma atau
migrain (nitrogliserin, isoprenalin,
ergotamin juga metiltestosteron).
Hanya obat bersifat lipofil yang dapat
diberikan dengan cara ini
3. Injeksi

• Pemberian obat secara parenteral (di luar


usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek
yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk
obat yang merangsang atau dirusak getah
lambung (hormon), atau tidak diresorpsi
usu (streptomisin), begitu pula pada
pasien yang tidak sadar atau tidak mau
bekerja sama.
Lanjutan………………………….
• Kelemahannya : lebih mahal dan nyeri,
sukar digunakan oleh pasien sendiri,
infeksi kuman (harus steril) dan bahaya
merusak pembuluh atau saraf jika tempat
suntikan tidak dipilih dengan tepat.
• A. Subkutan (hipodermal).
Injeksi di bawah kulit daapat dilakukan
hanya dengan obat yang tidak
merangsang dan melarut baik dalam air
atau minyak. Misalnya insulin pada pasien
penyakit gula.
Lanjutan………………………….
• B. Intrakutan (di dalam kulit)
Absorpsi sangat lambat, misalnya injeksi tuberkulin
dari Mantoux.

C. Intramuskuler (i.m.)
Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut
berlangsung dalam waktu 10 – 30 menit. Guna
memperlambat resorpsi dengan maksud
memperpanjang kerja obat.
Tempat injeksi umumnya dipilih otot pantat yang
tidak memiliki banyak pembuluh dan syaraf
Lanjutan…………………………..
• D. Intravena
Injeksi ke dalam pembuluh darah
menghasilkan efek tercepat dalam waktu
18 detik, yaitu waktu satu peredaran
darah, obat sudah tersebar keseluruh
jaringan. Tapi lama kerja obat biasanya
hanya singkat. Bahaya lebih besar bila
obat diberikan terlalu cepat, shg kadar
obat dalam darah meningkat terlalu pesat.
Dilakukan secara perlahan 50-70 detik
lamanya.
Lanjutan………………………….

• Infus tetes Intravena dengan obat sering


dilakukan di RS pada keadaan darurat
atau dengan obat yang cepat
metabolismedan ekskresinya guna
mencapai kadar plasma yang tetap tinggi.
Lanjutan………………………….

• E. Intra-arteri
Injeksi ke pembuluh nadi adakalnya
dilakukan untuk ‘membanjiri’ suatu organ,
misalnya hati.
Lanjutan………………………….

• F. Intralumbal (antara ruas tulang


belakang pinggang), intraperitoneal (ke
dalam ruang selaput perut), intrapleural
(selaput dada), intracardial (jantung), dan
intra-artikuler (ke celah-celah sendi)
adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk
obat langsung ke tempat yang diinginkan
4. Implantasi Subkuktan

• Adalah memasukkan obat yang berbentuk


pellet steril (tablet silindris kecil) ke bawah
kulit dengan menggunakan suatu alat
khusus (trocar). Obat ini digunakan
terutama digunakan untuk efek sistemis
lama, misalnya hormon kelamin (estradiol
dan testosteron).
5. Rectal

• Adalah pemberian obat melalui rektum


(dubur) yang layak untuk obat yang
merangsang atau yang diuraikan atau
asam lambung, biasanya dalam bentuk
suppositoria. Obat ini digunakan pada
pasien mual, muntah (mabuk jalaan,
migrain) atau yang terlampau sakit untuk
menelan tablet.
• Adakalanya untuk efek lokal yang cepat
misalnya laksan
B. EFEK LOKAL

1. Intranasal.
• Secara intranasal ( melalui hidung)
digunakan tetes hidung pada selesma
untuk menciutkan mukosa yang bengkak,
misalnya efedrin, ksilometazolin.
• Kadang-kadang obat juga untuk
memberikan efek sistemik misalnya
vasopresin dan kortikosteroida.
2. Intra okuler dan intra-aurikuler
(dalam mata dan telinga)
• Obat mata dan salep digunakan untuk
mengobati penyakit mata atau telinga.
• Obat tetes mata ada bahayanya karena
obat dapat di resorpsi ke darah dan
menimbulkan efek toksik misalnya atropin.
3. Intrapulmonal (inhalasi)

• Gas, zat terbang, atau larutan sering kali


diberikan sebagai inhalasi (aerososl), yaitu
obat yang disemprotkan ke dalam mulut
dengan alat aerosol.
• Tanpa melalui hati obat dengan cepat
memasuki peredaran darah dan
menghasilkan efeknya.
• Misalnya anestetika umum, obat-obat
asma.
4. Intravaginal

• Untuk mengobati gangguan vagina secara


lokal tersedia salep, tablet, atau jenis
suppositoria vaginal (ovula) yang harus
dimasukkan ke dalam vagina dan melarut
di situ.
• Contoh : metronodazol dan piramisin pada
vaginitis (radang vagina) akibat parasit
trichomonas dan candida.
Lanjutan………………………….

• Obat dapat pula digunakan sebagai cairan


bilasan.
• Penggunaan lain adalah untuk mencegah
kehamilan, di mana zat spermicid (dengan
daya mematikan sel mani) dimasukkan
dalam bentuk tablet berbusa, krem, atau
foam.
5. Kulit (topikal)
• Obat yang digunakan berupa salep, krem, atau
Lotion (kocokan).
• Kulit yang sehat dan utuh sukar sekali ditembus
obat, tetapi resopsi berlangsung lebih mudah
bila ada kerusakan.
• Resopsi dapat diperbaiki dengan tambahan
zat-zat keratolitis dengan daya melarutkan
lapisan tanduk dari kulit, misalnya asam salisilat,
urea, dan resorsin (3%)
BAB VII

PENGELOLAAN OBAT
RESEP

• Adalah permintaan tertulis dari seorang


dokter kepada apoteker untuk membuat
dan atau menyerahkan obat kepada
pasien.
• Yang berhak menulis resep :
- Dokter
- Dokter gigi, terbatas pada pengobatan
gigi dan mulut
- Dokter hewan, terbatas pada pengobatan
untuk hewan
Dalam resep resep mengandung :
• Nama, alamat dan nomor izizn praktek
dokter, Dokter gigi dan dokter hewan
• Tanggal penulisan resep
• Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan
resep
• Aturan pemakaian obat yang tertulis
PENGADAAN DAN PENYIMPANAN OBAT
DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI
BIDANG FARMASI
• Apotik memperoleh obat dan perbekalan
farmasi haus bersumber dari Pabrik
Farmasi, Pedagang Besar Farmasi atau
apotik lainnya atau alat distribusi yang sah.
• Obatnya harus memenuhi ketentuan wajib
daftar obat
• Surat Pesanan Obat dan perbekalan
kesehatan dibidang farmasi lainnya harus
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotik dg mencantumkan nama dan SIK
Lanjutan……………………………..

• Obat dan bahan obat harus disimpan


dalam wadah yang cocok dan harus
memenuhi ketentuan pembungkusan dan
penandaan sesuai Farmakope Indonesia
edisi terbaru atau yang ditetapkan dirjen
POM.
• Penerimaam, penyimpanan, dan
penyaluran obat serta perbekalan
kesehatan di bidng farmasi harus diadakan
administrasi.
PENYIMPANAN OBAT

• Obat atau barang yang sudah dibeli tidak


semuanya langsung dapat dijual, oleh
karena itu harus disimpan dalam gudang
dahulu dengan tujuan agar tidak mudah
rusak dan dapat terawasi dengan baik.
Persyaratan gudang obat yaitu :

• Merupakan ruang tersendiri


• Cukup aman, kuat, kering, bersih dan
dapat dikunci dengan baik.
• Tidak terkena sinar matahari secara
langsung
• Dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran
• Dalam penyimpanan obat terutama bahan
baku harus disimpan secara abjad dan
dipisahkan antara serbuk, cairan dan
setengah padat.
• Untuk obat jadi disususn berdasarkan abjad
dan menurut bentuk sediaan.
• Untuk obat yang harus disimpan dalam
suhu dingin disimpam dalam lemari es.
• Golongan narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus.
Penyimpanan obat dipakai sistem :
First In First Out (FIFO) artinya :
Obat yang masuk terlebih dahulu ke
gudang, akan lebih dulu keluarnya.
Contoh Resep
Dr Supriyadi
SIP no. 228/K/84
JL. Budi Kemuliaan no. 8A
Jakarta
Jakarta 13-5-1984
R/ asetosal mg 500
codein HCl mg 20
S.L. Q.s.
m.f. Pulv. Dtd no. xv
da in cap
S.t.d.d. caps. I
Paraf dokter

Pro ; Tn Marzuki,
Jl. Merdeka 10 Jakarta
Bab 8
PENGKAJIAN EFEK
OBAT
• Setiap obat dalam dosisi yang cukup tinggi
dapat mengakibatkan efek toksik.
• Pada umumnya , hebatnya reaksi toksik
berhubungan langsung dengan tingginya
dosis : Bila dosis diturunkan, efek toksik
dapat dikurangi pula.
EFEK TERATOGEN

• Dari peredaran darah ibu semua zat gizi


dan zat pertumbuhan masuk kedalam
sirkulas janin dengan melintasi uri.
• Plasenta dapat disamakan dengan
rintangan darah otak dan membran
semipermiabelnya, sehingga zat lipofil
melintasinya dengan lancar. Sedangkan
zat hidrofil dengan kadar plasma tinggi
dapat melintasi plasenta pula.
Lanjutan…………………………..

• Dalam peredaran janin obat akan bertahan


lebih lama, karena sistem eliminasinya
belum berkembang secukupnya.
OBAT TERATOGEN

Adalah obat yang pada dosis terapeutis


untuk ibu dapat mengakibatkan cacat
pada janin, seperti focomelia (kaki tangan
seperti singa laut), kerusakan mata,
telinga dan jantung, juga saluran
pencernaan dan saluran kemih.
KEHAMILAN MUDA
• Kerusakan yang terhebat terjadi pada
masa kehamilan muda, yakni selama 12
minggu pertama kehamilan, antara minggu
ke-3 sampai minggu ke-8 terhitung dari hari
pertama haid terakhir.
• Pada masa ini terbentuk tangan kaki dan
semua organ penting bayi.
• Mengatasi keluhan pada bulan-bulan
pertama kehamilan misalnya mual di pagi
hari (morning sickness) ditangani dengan
manisan jahe.
Lanjutan…………………………..

• Penyakit virus tertentu seperti campak


Jerman (rubella, German measles)
mengakibatkan cacat janin pada
pendengaran dan penglihatan.
• Oleh karena itu di negara eropa semua
gadis dari usia 10-12 tahun yang belum
pernah menderita rubella, diberi vaksin
untuk penyakit ini.
KEHAMILAN TUA
• Obat yang diberikan pada masa akhir
kehamilan dapat pula menimbulkan efek
yang tidak diinginkan, misalnya hormon
androgen dan progesteron, yang
menimbulkan sifat jantan pada bayi wanita
(virilisasi)
• Turunan tetrasiklin dapat mengganggu
pertumbuhan tulang dan gigi
• Kloroquin dan klorpromazin dikumulasi
pada mata foetus dan dapat merusak
retina.
TOLERANSI

• Adalah peristiwa dinaikkannya dosis obat


terus menerus untuk mencapai efek
terapeutis yang sama.
• Toleransi Primer (bawaan) : terdapat
pada sebagian orang dan hewan tertentu.
• Misalnya kelinci sangat tahan terhadap
atropin, yaitu zat yang sangat toksis untuk
manusia dan binatang menyusui
Lanjutan ……………………………..
• Toleransi sekunder (yang diperoleh)
bisa timbul setelah obat digunakan untuk
beberapa waktu, organisme menjadi
kurang rentan terhadap obat tersebut.
Peristiwa ini disebut kebiasaan atau
habituasi
• Toleransi silang dapat terjadi antara
zat-zat dengan struktur kimiawi serupa
(diazepam dan oksazepam)
Toleransi terjadi melalui
beberapa cara :
• Induksi enzim
• Reseptor sekunder
• Penghambatan resorpsi
Habituasi atau toleransi dapat diatasi
dengan menghentikan pemberian obat
dan pada umumnya tidak menimbulkan
gejala penghentian (abstinensi) seperti
pada adiksi.
ADIKSI ATAU KETAGIHAN

• Adiksi atau ketagihan berbeda dengan


habituasi dalam dua hal, yakni :
a. adiksi bercirikan : ketergantungan
jasmaniah dan rohaniah
b. Penghentian penggunaan obat adiktif
menimbulkan efek hebat secara fisik dan
mental, yang dinamakan gejala abstensi
Lanjutan……………………………..
• Adiksi merupakan bentuk penyalahgunaan obat
yang terbesar pada obat-obat narkotika, kokain
dan hashiz.
• Obat-obat ini menimbulkan efek euforia kuat
(=perasaan nyaman dan kemampuan besar
akan prestasi mental dan artistik, segala
kecemasan hilang).
• Terapinya. Adiksi drugs dengan cara
menggantikan misalnya morfin dengan
metadon.
RESISTENSI BAKTERI
Dikenal tiga jenis resistensi bakteri Yaitu :
a. Resistensi bawaan (primer), yang secara
alamiah sudah terdapat pada kuman.
b. Resistensi yang diperoleh (sekunder)
adalah akibat kontak dari kuman dengan
kemoterapika dan biasanya disebabkan oleh
terbentuknya secara spontan jenis baru
dengan ciri yang berlainan.
Lanjutan………………………………
c. Resistensi episomal
Berlainan dengan kedua jenis diatas,
pada tipe resistensi ini pembawa faktor
genetis berada di luar kromosom
(=rangkaian pendukung sifat genetika).
KETERGANTUNGAN
(DEPENDENCE)
• Adalah peristiwa dimana pertumbuhan
bakteri tergantung dari keberadaan
antibiotika tertentu. Misalnya penisillin,
streptomisin, INH dan kloramfenikol dapat
digunakan oleh kuman sebagai zat
pertumbuhan. Sifat ganjil ini bisa terjadi
pada mutasi berikutnya dari suatu mutan
yang telah menjadi resisten.
RESISTENSI SILANG
(CROSS-RESISTENCE)

• Adalah kejadian dimana bakteri yang


resisten terhadap suatu antibiotikum
adalah resisten pula terhadap semua
derivatnya, misalnya penisillin dengan
ampisillin dan amoksisillin.
BAB 9

PENGOLONGAN OBAT
DAN
PENAMAAN OBAT
A. PENAMAAN OBAT

• Obat paten atau spesialite adalah : obat


milik suatu perusahaan dengan nama
khas yang dilindungi hukum, yaitu merek
terdaftar atau proprietary name.
• Obat generik atau generic name (nama
generik) adalah daftar obat dengan
nama-nama resmi
Contoh Nama Obat
• Nama kimia : Asam asetilsalisilat
Nama generik : asetosal
Nama paten : Aspirin (Bayer)
Naspro (Nicholas)

• Nama kimia : Aminobenzil penisilin


Nama generik : ampisilin
Nama paten : Penbritin (Beecham)
Amfipen (Organon)
Penggolongan obat

A. Obat berkhasiat keras :


adalah bahan-bahan disamping
berkhasiat menyembuhkan, membunuh
hama, atau mempunyai khasiat
pengobatan lainnya terhadap tubuh
manusia, juga dianggap berbahaya
terhadap kesehatan dan kehidupan
manusia, serta tidak dimaksudkan untuk
keperluan teknik.
Penggolongan obat-obat
berkhasiat keras

1. Obat-obat dari Daftar Obat Keras


(Daftar G) adalah :
obat yang hanya dapat dibeli di apotik
dengan resep dokter dan dapat diulang
tanpa resep baru bila dokter menyatakan
pada resepnya ‘’boleh diulang’’
Contoh : Antibiotika, obat-obat sulfa,
hormon, antihistaminika untuk pemakaian
dalam dan semua obat suntik.
Lanjutan…………………………..
2. Obat-obat dari Daftar Obat Keras
Terbatas (Daftar W) adalah :
obat yang diperuntukkan jenis penyakit
yang pengobatannya dianggap telah dapat
ditetapkan sendiri oleh rakyat dan tidak
begitu membahayakan bila mengikuti
peraturan pemakaiannya.
Dapat dibeli di apotik tanpa resep dokter dan
toko obat.
Contoh : papaverin (10 mg), efedrin (35 mg)
dan sulfa-sulfa usus (600 mg)
Lanjutan…………………………..

B. Golongan obat bebas adalah :


kelompok obat yang tidak termasuk
golongan obat-obat berbahaya.
Contoh : parasetamol, antasida.
4. GOLONGAN OBAT OTONOM
Obat otonom adalah : obat-obat yang
dapat mempengaruhi penerusan impuls
dalam Susunan Syaraf Otonom dengan
jalan mengganggu sintesa, penimbunan,
pembebasan atau penguraian
neurotransmiter atau mempengaruhi
kerjanya atas reseptor khusus. Akibatnya
adalah dipengaruhinya fungsi oto polos
dan organ, jantung dan kelenjar.
Obat otonom dapat digolongkan :
1. Zat-zat yang bekerja terhadap Susunan
Ortho (simpatik), yakni :
a. simpatomimetika (adrenergika), yang
meniru efek dan perangsangan susunan
ortho misalnya noradrenalin, efedrin,
isoprenalin dan amfetamin
b. simpatolitika (adrenolitika) yang
menekan syaraf simpatik atau melawan
efek adrenergika misalnya alkaloid dan
propanolol
2. Zat-zat yang bekerja terhadap Susunan
Parasimpatik, yakni :
a. Parasimpatomimetika (kolinergika)
yang merangsang organ-organ yang
dilayani syaraf parasimpatik dan meniru
efek perangsangan dengan asetilkolin,
misalnya pilokarpin dan fisostigmin.
b. Parasimpatolitika (antikolinergika)
justru melawan efek-efek
parasimpatomimetika, misalnya alkaloid
Belladona, propantelin dan mepenzolat.
3. Zat-zat perintang ganglion, yang
merintangi penerusan impuls dalam sel-sel
ganglion simpatik dan parasimpatik
ANESTETIKA
UMUM
ANESTETIKA UMUM

Adalah obat yang dapat menimbulkan


anestesia atau narkosa (Yun. An = tanpa,
aisthesis = perasaan), yakni suatu
keadaan depresi umum yang bersifat
reversibel dari pelbagai pusat di SSP,
dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan
pingsan.
Ada 4 taraf narkosa :
a. Analgesia : kesadaran berkurang, rasa
nyeri hilang, dan terjadi euforia (nyaman)
b. Eksitasi : kesadaran hilang dan timbul
kegelisahan.
c. Anestesia : pernaafasan menjadi dangkal,
cepat dan teratur, seperti keadaan
tidur,gerak dan reflek mata hilang, otot
menjadi lemas.
d. Kelumpuhan sumsum tulang : kegiatan
jantung dan pernapasan terhenti, taraf ini
dihindari.
PENGGOLONGAN

Berdasarkan cara penggunaannya :


a. Anestetika inhalasi :
- gas tertawa (nitrogenoksida)
- halotan
- enfluran
- isofluran
- sevofluran
PENGGOLONGAN

b. Anestetika intravena :
- tiopental
- diazepam
- midazolam
- ketamin
- propofol
ANESTETIKA LOKAL
Anestetika Lokal atau zat-zat
penghalang rasa setempat

• Adalah obat yang pada penggunaan lokal


merintangi secara reversibel penerusan
impuls-impuls syaraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, dan
dingin.
Persyaratan anestetika
A. tidak merangsang jaringan
B. Tidak mengakibatkan kerusakan
permanen terhadap susunan syaraf
C. Toksisitas sistemis yang rendah
D. Efektif dengan jalan injeksi atau
penggunaan setempat pada selaput
lendir
E. Mulai kerjanya sesingkat mungkin dan
bertahan cukup lama
F. Dapat larut dalam air dan menghasilkan
larutan yang cukup stabil, juga terhadap
pemanasan.
PENGGOLONGAN

A. Senyawa-ester (PABA) : kokain,


benzokain, prokain, oksibuprokain, dan
tetrakain
B. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain,
mevipakain dan bupivakain, cinchokain,
artikain, dan pramokain, dan
C. Lainnya : fenol, benzilalkohol,
cryofluoran, dan etilklorida.
DIURETIKA
DIURETIKA

Adalah : zat-zat yang dapat memperbanyak


pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja
langsung terhadap ginjal.
PENGGOLONGAN

A. Diuretika lengkungan : Furosemida,


bumetamida, dan etakrinat
B. Derivat thiazida : hidroklorothiazida,
klortalidon, mefrusida, indapamida,
xipamida dan klopamida.
C. Diuretika penghemat kalium :
antagonis aldosteron (spironolakton,
karenoat), amilorida dan triamteren
Lanjutan…………………………..

D. Diuretika osmosis : manitol dan sorbitol


E. Perintang-karbonanhidrase :
asetazolamida.

Anda mungkin juga menyukai