Anda di halaman 1dari 29

SKILL LAB

RADIOLOGI
KELOMPOK A5
Nama Kelompok
– Layly Nur Hariadi (10617060)
– Lisa Monica Fauziana (10617061)
– Luluatul Widad (10617063)
– M Wildan Nidhom (10617064)
– Maria Agustina Wewe Sadup (10617065)
– Maria Fransiska Kosat (10617066)
– Maria Res Yosephin Ruwe (1017067)
– Maryoliene Robin De Fretes (10617068)
– Mayfatul Firdausi (10617069)
– Meysi Rezki Permata (10617071)
– Mifthaqul Istikhomah (10617072)
– Mita Dwi Cahyani (10617073)
MESIN SINAR X

RADIASI

PROTEKSI
MESIN SINAR X
MESIN SINAR X

Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk


menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sinar-X
merupakan sinar yang terbentuk dengan menembaki
target dengan elektron cepat dalam tabung sinar katoda
(Beiser, 1999).
Bagian dan fungsinya
KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA
TABUNG SINAR X ADALAH

Katoda / elektroda negatif (sumber elektron)

Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah


antara 2 batang katoda disisipi kawat pijar (filamen) yang
menjadi sumber elektron pada tabung sinar-X. Bagian
yang mengubah energi kinetik elektron yang berasal dari
katoda adalah sepotong logam wolfram yang ditanan pada
permukaan anoda.
Anoda / elektroda positif (acceleration potential)

Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut


sebagai target jadi anoda disini berfungsi sebagai tempat
tumbukan elektron. Ada 2 macam anoda yaitu anoda diam
dan anoda putar. Anoda angel (sudut anoda) adalah sudut
pada permukaan bidang target yang dapat dijadikan
pusat sumbu sinar yang terbentuk pada bidang atau area
terbentuknya sinar-x.
Focusing cup
Fucusing cup ini sebenarnya ada pada katoda yang
berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron
secara konvergen ke target agar elektron tidak terpancar
ke mana-mana.

Rotor atau stator (target Device)


Rotor atau stator ini terdapat pada bagian anoda
yang berfungsi sebagai alat untuk memutar anoda. Rotor
atau stator ini hanya ada pada tabung sinar x yang
menggunakan anoda putar.
Glass metal envalope (vacum tube)
Glass metal envalope atau vacum tube adalah tabung
yang gunanya membukus komponen penghasil sinar x agar
menjadi vacum atau kata lainnya membuat ruang hampa udara.

Oil
Peran oil sebagai pendingin tabung sinar x .

Window
Window atau jendela adalah tempat keluarnya sinar x.
window terletak di bagian bawah tabung. tabung bagian bawah
di buat lebih tipis dari tabung bagian atas di karenakn agar
sinar x dapat keluar.
Mekanisme kerja
RADIASI
RADIASI
Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel
yang merupakan salah satu bentuk dari radiasi
ionisasi yang memberikan manfaat yang cukup besar
bagi dunia kesehatan karena energi yang dimilikinya
mampu mengionisasi media yang dilaluinya (Contran et
al., 1999).
BERDASARKAN DARI PROSES
TERBENTUKNYA

sumber-sumber radiasi yang ada di lingkungan dapat


dikelompokan menjadi dua macam yaitu :
Radiasi Buatan
sumber radiasi alam
adalah radiasi yang timbul karena
berasal dari sinar kosmos, sinar
atau berhubungan dengan aktivitas
gamma dari kulit bumi, peluruhan
manusia, seperti penyinaran
radom dan thrium di udara, serta
dengan sinar-X dibidang medis
radionuklida yang ada dalam
yaitu Radiodiagnostik Dan
bahan makanan.
Radioterapi, radiasi diperoleh
dipembangkit tenaga nuklir, radiasi
yang diperoleh di bidang industri
pertanian, kedokteran dan lain-
lain.
BERDASARKAN BENTUKNYA
Berdasarkan bentuknya radiasi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Radiasi bukan pengion
Radiasi bukan pengion adalah jenis radiasi yang apabila
melewati bahan atau jaringan biologi tidak akan mengionkan
bahan atau jaringan tersebut,
contohnya : cahaya matahari, gelombang TV, radio, radar,
sinar infra merah, dan sinar ultra violet.
2. Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapar
mengionisasi atom-atomatau materi, membangkitkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang berlawanan. Radiasi pengion
meliputi sinar kosmik, sinar-x, partikel alpha, partikel beta,
gamma, neutron dll (Akhadi, 2000).
Radiasi pengion dapat dibagi menjadi dua bagian
menurut jenisnya yaitu :
Radiasi Ekterna
Radiasi ekterna adalah radiasi yang terletak diluar tubuh
pasien atau pasien mendapat pajanan radiasi dari luar tubuhnya yang
dapat mengenai seluruh tubuh (penyinaran total) ataupun mengenai
sebagian tubuh saja (penyinaran persial). Radiasi ekterna ada yang
dimanfaatkan untuk keperluan diagnose maupun untuk keperluan
terapi.

Radiasi Interna
Radiasi interna adalah sumber radiasi yang dimasukkan ke
dalam tubuh pasien. Radiasi interna kebanyakan untuk keperluan
diagnosa. (Akhadi, 2000)
EFEK RADIASI
Interaksi radiasi pengion dengan
tubuh manusia akan mengakibatkan
terjadinya efek kesehatan. Efek
kesehatan ini, yang dimulai dengan
peristiwa yang terjadi pada tingkat
molekuler, akan berkembang menjadi
gejala klinis.

• Efek Deterministik
Efek deterministik terjadi akibat adanya
kematian sel sebagai akibat pajanan
radiasi sekujur maupun lokal. Efek ini
terjadi bila dosis radiasi yang diterima
tubuh melebihi nilai dosis ambang untuk
terjadinya efek ini (lihat Gambar 2.6). .
Berikut adalah beberapa organ yang dapat mengalami efek
deterministik, yaitu :
– Kulit

– Mata
– Paru
– Organ reproduksi
– Tiroid
– Janin
Efek Stokastik
Berbeda dengan efek deterministik, efek stokastik
tidak mengenal dosis ambang. Serendah apa pun dosis
radiasi yang diterima, selalu ada peluang untuk terjadinya
perubahan pada sistem biologik baik pada tingkat molekuler
mau pun seluler (lihat Gambar 2.7).

Jika sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik,


maka sifat sel terubah ini dapat diwariskan ke keturunannya
sehingga timbul efek genetik atau efek terwaris.
Sindroma Radiasi Akut
Sindroma radiasi akut (SRA) merupakan efek yang
terjadi jika seluruh tubuh menerima dosis radiasi sekitar 1
Gy atau lebih, dan dapat berakhir dengan kematian dalam
waktu yang singkat.

Sindrom Radiasi Akut terdiri atas tiga tahap., yaitu :


• Tahap pertama adalah fase inisial atau sindroma
prodromal, dengan gejala hilangnya napsu makan, rasa
mual, muntah dan diare; gejala yang bersifat umum dan
tidak bisa dibedakan dari gejala penyakit yang lain.
• Tahap kedua adalah fase laten, suatu periode dimana
pasien tidak mengalami gejala apapun setelah sindroma
prodromal selesai.
• Tahap ketiga adalah fase dimana SRA itu sendiri muncul.
PROTEKSI
PROTEKSI
Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
paparan radiasi (pp no.33 tahun 2007).
PRINSIP PROTEKSI

Untuk mencapai tujuan proteksi dan keselamatan


dalam pemanfaatan diperlukan prinsip utama proteksi
radiasi. Kerangka konseptual dalam prinsip proteksi
radiasi ini terdiri atas pembenaran (justifi kasi),
optimisasi proteksi, dan pembatasan dosis (Hismara,
2015).
MACAM-MACAM PROTEKSI
1. Proteksi radiasi eksternal

Proteksi radiasi eksternal adalah upaya proteksi


terhadap segala macam sumber radiasi yang berada di
luar tubuh manusia, dan dapat dilakukan dengan
menggunakan satu atau beberapa teknik berikut, yaitu
membatasi waktu pajanan, memperbesar jarak dari
sumber, dan menggunakan penahan radiasi (Hiswara,
2015).
2. Proteksi radio internal

Bahaya radiasi intema dapat timbul akibat


penggunaan sumber radiasi terbuka, yaitu sumber yang
tidak terikat dalam suatu bahan atau terbungkus oleh
suatu wadah tertutup yang cukup kuat. Bahan radioaktif
yang terlepas dari sumber terbuka ini disebut sebagai
kontaminan, sedang peristiwanya disebut kontaminasi
(Hiswara, 2015).
Perlengkapan proteksi
1. Apron
Apron yang setara dengan 0,2 mm Pb, atau 0,25 mm Pb untuk
penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik dan 0,35 mm Pb, atau
0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal
kesetaran timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas
pada apron tersebut.

2. Pelindung tiroid

Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan


1 mm Pb.
Apron timbal Pelindung tiroid
3. Pelindung gonad

Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm Pb,atau 0,25 mm Pb untuk


penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk
pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran Pb harus diberi tanda secara
permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk
yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.

3. Sarung tangan

Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fl uoroskopi harus memberikan


kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat
melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.

3. Kacamata

Kacamata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb (Hiswara,


2015).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai