Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CA RENAL

I. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi Ca Renal
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis, hipernefroma).

Carsinoma sel ginjal ( renal cell carcinoma ) adalah tumor malignansi renal
tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada
wanita.

1.2 Etiologi Ca Renal


Kanker ginjal berkembang paling sering pada orang-orang yang berumur 40
tahun keatas, namun tidak seorang pun mengetahui penyebab-penyebab yang
pasti dari penyakit ini. Dokter-dokter jarang dapat menerangkan mengapa kanker
ginjal dapat berkembang pada seseorang dan yang lainnya tidak. Penelitian telah
menunjukan bahwa terdapat orang-orang dengan faktor-faktor risiko tertentu
yang lebih mungkin menderita kanker ginjal. Faktor risiko adalah apa saja yang
meningkatkan kesempatan seseorang menderita suatu penyakit.

Beberapa studi telah menemukan faktor-faktor risiko untuk kanker ginjal, antara
lain :
1.2.1 Merokok: Merokok adalah suatu faktor risiko utama. Perokok memiliki
dua kali lebih kemungkinan untuk menderita kanker ginjal daripada bukan
perokok.
1.2.2 Kegemukan: Orang-orang yang kegemukan juga mempunyai faktor risiko
terhadap kanker ginjal.
1.2.3 Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko kanker
ginjal.

1
1.2.4 Dialisis jangka panjang: Dialisis merupakan suatu perawatan untuk orang-
orang yang ginjalnya tidak mampu bekerja dengan baik untuk
mengeluarkan pembuangan dari darah.
1.2.5 Transplantasi ginjal: Ginjal yang ditransplantasikan memiliki risiko
kanker.
1.2.6 Von Hippel-Lindau (VHL) syndrome: VHL adalah suatu penyakit yang
jarang yang terjadi dan disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam gen
VHL. Suatu gen VHL yang abnormal meningkatkan risiko kanker ginjal.
1.2.7 Pekerjaan: Beberapa orang memiliki risiko yang tinggi terhadap kanker
ginjal karena terus-menerus terpapar bahan-bahan kimia, asbes, dan
kadmium.
1.2.8 Jenis kelamin: Rasio pria menderita kanker ginjal dibanding perempuan
adalah sebesar 2,04 : 1.
1.2.9 Konsumsi analgesik yang mengandung phenacetin dalam jumlah yang
besar.
1.3 Tanda dan gejala Ca Renal
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menunjukkan gejalanya. Pada stadium
lanjut, kanker ginjal baru mulai menampakkan gejala seperti hematuria (terdapat
darah pada air seni).
1.3.1 Gejala yang umumnya terjadi,
a. Hematuria (40%)
b. Sakit pinggang (40%)
c. Sakit pada punggung (25%)
1.3.2 Tanda atau gejala yang lain,
a. Berkurangnya berat badan (33%)
b. Demam (20%)
c. Hipertensi (20%)
d. Hiperkalsemia (5%)
e. Mudah berkeringat
f. Malaise
1.4 Patofisiologi Ca Renal
kanker ini berasal dari tubulus proksimal ginjal yang mula – mula berada di
dalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang di temukan
kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Cara
penyebaran nya bisa secara langsung menembus samapi ginjal ke jaringan sekitar
nya dan melalui pembuluh limfe atau V. Renalis. Metastasis tersering ialah ke
kelenjar getah benuing ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang, adrenal, dan ginjal
kontralateral ( De Jong,2000)

2
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal ginjal,
kanker ginjal bisa terjadi seacara herediter atau non herediter. Kedua nya
memberikan bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural dari
kromosom. Studi genitika kanker ginjal menyebabkan kloning gen yang
menghasilkan perubahan formasi tumor. ( liopoulo, 2000).

Setidak nya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal,
meliputi : sindrom vow Hippel – lindau (VHL), hereditary papillary renal
carcinoma (HPRC), onkosit ginajl familial (FRO) asscoiated with Brith – Hogg –
Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal herediter. (Ilopoulus, 2000).

Setidak nya terdapat 4 sindrome genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal,
meliputi : sindrom von Hippel – Lindau (VHL), Hereditary Papillary renal
carcinoma (HPRC), onkosit ginjal familial (FRO) asscoited with Brith –Hogg –
Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal herediter (Iliopoulos, 2000)

Penyakit sindrome Von Hippel – Lindau adalah sindrome dominan yang


memberikan predisposisi untuk berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal.
Renal Cell carcinoma berkembang di hampir 40 % dari pasien denga penyakit
Hippel-Lindau Vou dan merupakan penyebab utama kematian di antara pasien
tersebut.

Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan dengan pola
dominan warisan autosom : individu yang terkena mengembangkan karsinoma
gibjal bilateral (Radovanovic, 1986). Individu dengan onkosit ginjal familial
mengembangkan oncocytoma multifojal atau neoplasma oncocytic di ginjal.
Sindrom Birt-Hogg_Dude adalah sindrome kulit turun- menurun. Pasien dengan
sindrom ini memiliki kecendrunagn dominan mewariskan dan mengembangkan
tuomr jinak danm foliker rambut, terutama di leher, wajah dan batang atas, serta
berisiko menegmbangkan tumor ginjal, polip kolon,, atau tumor dan kista paru,
kanker ginajl memberikan berbagai manifestasi masalah keperawatan.

1.5 Pemeriksaan penunjang Ca Renal


1.5.1 Urografi intravena
1.5.2 USG
1.5.3 CT Scan
1.5.4 MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor
1.5.5 RPG
1.5.6 Arteriografi

1.6 Komplikasi Ca Renal


Metastase yang kuat ke berbagai organ, seperti:
1.6.1 Sumbatan arteri.
1.6.2 Perdarahan.
1.6.3 Kehilangan fungsi ginjal.

3
(Sumber :Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan)
Stadium Kanker Ginjal
Stadium 1 : Tumor masih terbatas di dalam ginjal dengan fasia Gerota masih utuh
Stadium 2 : Invasi ke jaringan lemak perineal, dengan fasia Gerota masih utuh
Stadium 3 : Invasi ke vena kava atau limfonudi regional
Stadium 4 : Ekstensi ke organ sekitarnya / metastasis jauh (usus)

1.7 Pentalaksanaan Ca Renal


Terapi
1.7.1 Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dulakykan nefrektomi
radikal yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula Gerota. Beberapa kasus
yang sudah dalam stadium lanjut tetapi masih mungkin untuk dilakukan
operasi, masih dianjurkan untuk dilakukan nefrektomi paliatif. Pada
beberapa tumor yang telah mengalami metastasi, setelah tindakan
nefrektomi kadang - kadang terjadi regresi pada fokus metastasis.
Tindakan nefretomi ini sering didahului dengan embolisasi arteri renalis
yang bertujuan untuk memudahkan operasi. 2. Hormonal. Penggunaan
terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya. Pereparat yang dipakai
adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur disebutkan bahwa
pemberian preparat hormon tidak banyak memberi manfaat.
1.7.2 Immunoterapi. Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau
dikombinasikan dengan interlukin saat ini sedang dicoba di negara –
negara maju. Karena harganya sangat mahal dan hasil terapi dengan obat-
obatan imunoterapi masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih
sangat terbatas.
1.7.3 Radiasi eksterna. Radiasi eksterna tidak banyak memberikan manfaat
pada adenokarsinoma ginjal karena tumor ini aalah tumor yang
radioresisten.

4
1.7.4 Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak
memberikan manfaat pada tumor ginjal.

Treatment atau perawatan bagi pasien kanker ginjal, antara lain meliputi operasi,
arterial embolization, terapi radiasi, terapi biologi, atau kemoterapi. Pasien juga
mungkin memerlukan kombinasi dari treatment-treatment di atas.
1.7.5 Operasi
Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal dan
merupakan terapi lokal. Suatu operasi untuk mengangkat ginjal disebut
nephrectomy. Ada beberapa tipe dari nephrectomy, tergantung pada
stadium kanker :
 Radical nephrectomy: Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama
dengan kelenjar adrenal dan beberapa jaringan sekitar ginjal. Beberapa
simpul-simpul getah bening di area itu juga mungkin diangkat.
 Simple nephrectomy: Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Operasi
ini biasanya dilakukan pada pasien dengan kanker ginjal stadium I.
 Partial nephrectomy: Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal
yang mengandung tumor. Operasi ini mungkin dilakukan pada pasien
yang hanya mempunyai satu ginjal atau bila kanker menyerang kedua
ginjal. Atau, pada pasien dengan tumor ginjal yang kecil (kurang dari
4cm).
2.2.1 Arterial embolization
Arterial embolization adalah suatu tipe terapi lokal yang dapat
menyusutkan tumor. Adakalanya dilakukan sebelum operasi agar lebih
mudah. Ketika pada kondisi tertentu operasi tidak mungkin dilakukan,
arterial embolization mungkin dilakukan untuk membantu menghilangkan
gejala-gejala dari kanker ginjal.

Dokter memasukkan suatu tabung yang sempit (kateter) ke dalam


pembuluh darah di kaki. Tabung dilewatkan ke atas sampai pada
pembuluh besar utama (arteri ginjal) yang menyediakan darah pada ginjal.
Dokter menyuntikan suatu senyawa ke dalam pembuluh darah untuk
menghalangi aliran darah ke dalam ginjal. Halangan ini mencegah tumor
mendapatkan oksigen atau senyawa-senyawa lain yang diperlukan untuk
tumbuh.

Efek samping yang sering dialami antara lain, nyeri punggung, demam,
mual, dan muntah-muntah.

5
2.2.2 Terapi Radiasi
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) adalah tipe yang lain untuk terapi
lokal. Terapi ini menggunakan sinar-sinar bertenaga tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini akan menyerang sel-sel kanker
hanya pada area yang diradiasi. Pada beberapa kasus, pasien juga harus
diterapi radiasi sebelum operasi untuk menyusutkan tumornya. Pada
beberapa kasus lainnya, terapi radiasi juga diberikan setelah operasi untuk
membunuh sel-sel kanker yang mungkin tertinggal di area itu. Pasien-
pasien yang tidak dapat dioperasi mungkin akan diberikan terapi radiasi
untuk menghilangkan nyeri atau masalah lain yang disebabkan oleh
kanker.
Efek samping yang mungkin muncul antara lain, mual, muntah, diare,
kulit pada area yang diradiasi menjadi merah, kering, dan peka. Selain itu
dapat menimbulkan pengurangan jumlah sel darah putih sehat, sehingga
tubuh lebih rentan infeksi.

2.2.3 Terapi Biologi


Terapi biologi adalah suatu tipe dari terapi sistemik. Terapi ini
menggunakan senyawa-senyawa yang melalui aliran darah, mencapai, dan
menyerang sel-sel kanker di seluruh tubuh. Terapi biologi menggunakan
kemampuan alamiah tubuh (sistem imun) untuk melawan kanker. Untuk
pasien-pasien dengan kanker ginjal yang metastatis, dokter mungkin
menyarankan interferon alpha atau interleukin-2 (juga disebut IL-2 atau
aldesleukin). Tubuh manusia secara normal menghasilkan senyawa-
senyawa ini dalam jumlah yang kecil untuk merespon infeksi atau
penyakit lain. Untuk perawatan kanker, senyawa-senyawa tersebut dibuat
di laboratorium dalam jumlah yang besar.
Efek samping yang mungkin muncul antara lain, gejala-gejala seperti flu,
kedinginan, demam, nyeri-nyeri otot, kelelahan, kehilangan nafsu makan,
mual, muntah, dan diare. Mungkin juga timbul ruam kulit (skin rash).

2.2.4 Kemoterapi
Kemoterapi juga merupakan salah satu terapi sistemik. Obat-obat
antikanker memasuki aliran darah dan berjalan ke seluruh tubuh. Ada
penemuan terbaru dalam teknik kemoterapi. Teknik ini menunjukkan
harapan besar dalam memperpanjang usia pasien pengidap kanker stadium
lanjut. Namun, terapi ini juga bisa sangat merugikan mengingat efek racun
yang ditimbulkannya. Dalam temuan terbaru mengenai kanker ginjal, ahli

6
University of California Davis, Amerika Serikat, berhasil mengidentifikasi
suatu cara untuk menghambat mekanisme pemulihan sendiri oleh gen
pada sel-sel kanker. Hal ini diharapkan memperbesar keberhasilan
kemoterapi kanker ginjal dan menjadikannya lebih efektif dan lebih dapat
ditoleransi.
Sel kanker sangat terkenal akan kemampuan mereka untuk secara cepat
menciptakan salinan diri mereka. Meski pengobatan termutakhir berhasil
memperlambat proses itu, pengobatan tersebut tidak cenderung
menyembuhkan dan mungkin memiliki efek samping. Pengobatan terbaru
bekerja dengan cara merusak kestabilan sel kanker di tingkat DNA, yang
mengurangi kemampuannya untuk menggandakan diri. Para peneliti, yang
mengetahui bahwa gen p21 memiliki peran penting dalam memulihkan
DNA sel kanker dan berpotensi memangkas manfaat pengobatan kanker,
berusaha mengidentifikasi susunan yang dapat mengganggu jalur tersebut.
Tim itu menguji ribuan zat dan 12 di antaranya ditemukan dapat mengikat
protein rekombinan p21. Uji coba tambahan menemukan tiga bahan yang
mampu menurunkan ekspresi p21, dan menghalangi kemampuan sel
kanker ginjal untuk memperbaiki diri dan membuatnya lebih responsif
terhadap pengobatan yang merusak DNA. Untuk kajian masa depan, tim
peneliti akan memusatkan perhatian pada tiga calon zat tersebut untuk
memastikan konsentrasi paling rendah yang mungkin membuatnya tetap
efektif dan untuk lebih mengoptimalkan kandungan antikankernya.

Efek samping dari kemoterapi bergantung terutama pada obat-obat


spesifik dan jumlah yang diterima oleh pasien. Pada umumnya, obat-obat
antikanker mempengaruhi sel-sel yang membelah secara cepat, terutama:
 Sel-sel darah: Sel-sel ini melawan infeksi, membantu darah untuk
membeku, dan membawa oksigen ke seluruh bagian-bagian tubuh.
Ketika obat-obat mempengaruhi sel-sel darah, pasien lebih rentan
terhadap infeksi, mudah memar atau berdarah, dan akan merasa sangat
lemah dan lelah.
 Sel-sel di akar rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan
rambut. Rambut dapat tumbuh kembali, namun rambut yang baru
sedikit banyak akan berbeda dalam warna dan tekstur.
 Sel-sel yang melapisi saluran pencernaan: Kemoterapi dapat
menyebabkan nafsu makan yang buruk, mual, muntah, diare, timbul
luka-luka di mulut dan bibir.

7
1.8 Pathway Ca Renal
.

8
II. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN CA RENAL
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Merokok
b. Kegemukan (obesitas)
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
d. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki
resiko tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
e. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa
menahun memiliki resiko tinggi)
f. Penyinaran
g. Penyakit Von Hippel-Lindau
h. Makanan tinggi lemak
i. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
j. Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis
jangka panjang, penggunaan analgesicdalam waktu lama dan
hipertensi.
2.1.2 Riwayat kesehatan sekarang
a. Nyeri pada sisi ginjal yang terkena
b. Penurunan berat badan
c. Kelelahan
d. Anemia
e. Terdapat massa
f. Tanda metalase
g. LED Meningkat
h. Hipertensi
i. Demam
j. Polisitemia, hiperkalsemia
2.1.3 Riwayat kedehatan keluarga
Apakah keluaga pasian pernah menderiata CA?

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
2.2.1 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
2.2.2 Batasan karakteristik
 Berat badan 20% atau lebih di  Kram abdomen
bawah rentang berat badan ideal  Kurang informasi

9
 Bising usus hiperatif  Kurang minat pada makanan
 Cepat kenyang setelah makan  Membran mokusa pucat
 Diare  Nyeri abdomen
 Gangguan sensasi  Penurunan berat badan dengan
 Kehilangan rambut berlebihan asupan makan adekuat.
 Kelemahan otot pengunyah  Penurunan berat badan dengan
 Kelemahan otot untuk menelan asupan makanan adekuat.

 Kerapuhan kapiler  Sariawan rongga mulut.

 Kesalahan informasi  Tonus otot menurun

 Kesalahan persepsi
 Ketidakmampuan memakan
makanan

2.2.3 Faktor yang berhubungan


 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Gangguan psikososial
 Ketidakmampuan makan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrrien
 Kurang asupan makanan
Diagnosa 2: nyeri akut (00132)
2.2.4 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau potensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti (International Association For the Study of Pain) ; awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang
dari enam bulan
2.2.5 Batasan karakteristik
 Bukti nyeri denga  Keluhan tentang
menggunakan standar karakteristik nyeri
daftar periksa nyeri dengan mengguanakan
untuk pasien yang tidak standar instrumen nyeri
dapat mengungkapkan (mis., McGill Pain
(mis., neonatal infant Questionaire Brief Pain
pain scalr, pain Inventory).

10
assesment checklist  Laporan tentang perilaku
ability to communicate) nyeri/perubahan aktivitas
 Diaforesis (mis., anggota keluarga.
 Dilatasi pupil Pemberi asuhan)
 Ekspresi wajah nyeri  Mengespresikan perilaku
(mis., mata kurang (mis., gelisah, merengek,
bercahaya, tampak menangis, waspada)
kacau, gerakan mata  Perilaku distraksi
berpencar atau tetap  Perubahan pada
pada satu fokus, parameter fisiologis
meringis) (mis., tekanan darah,
 Fokus menyempit (mis., frekuensi jantung,
persepsi waktu, proses frekuensi pernapasan,
berpikir, interaksi saturasi oksigen, dan
dengan orang dan end-tidal karbon (CO2).
lingkungan)  Perubahan posisi untuk
 Fokus pada diri sendiri menghindari nyeri
 Keluhan tentang  Perubahan selera makan
intensitas menggunakan  Putus asa
standar skala nyeri  Sikap melindungi area
(mis., skala wong-beter nyeri
FACES, skala analog  Sikap tubuh melindungi
visual, skala penilaian
numerik)

2.2.6 Faktor yang berhubungan


 Agen cedera bilogis  Agen cedera kimiawi
(mis., infeksi, iskemia, ( mis., luka bakar,
neoplasma. kapsaisin, metilen
 Agens cedera fisik (mis., klorida, agens mustard).
abses, amputasi, luka
bakae, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah, trauma,
olahraga berlebih).

11
2.3 Intervensi
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (NANDA
2012).
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 4 jam nutrisi kurang
teratasi dengan indikator:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

2.3.2 Intervensi keperawatan : beradsarkan NIC


- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Monitor Nutrisi
- BB dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor lingkungan selama makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kuli
- Monitor mual dan muntah
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

Diagnosa 2 : Nyeri akut


2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
a. Nyeri terkontrol
b. Klien melaporkan nyeri berkurang
2.3.2 Intervensi dan Rasional
1. Beri penjelasan tentang penyebab nyeri
R/ Akibat pembedahan terjadi trauma jaringan sehingga terjadi
pelepasan mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin dan histamin
yang kemudian berikatan dengan nosiceptor sehingga menimbulkan
sensasi nyeri.

12
2. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Relaksasi: meningkatkan sekresi endorphin dan enkafelin pada sel
inhibitor kornu dorsalis medulla spinalis yang dapat menghambat
transmisi nyeri. Distraksi: meningkatkan aktifitas dalam sistem kontrol
pada tulang untuk mencegah transmisi terus menerus stimulus nyeri ke
otak.
3. Berikan posisi yang nyaman
R/Merelaksasikan semua jaringan sehingga mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R/ Analgesik menekan sistem syaraf pusat pada talamus dan korteks
cerebri.
5. Observasi keluhan nyeri, tensi, nadi, respirasi, skala nyeri
R/Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri, tanda, tanda vital dapat meningkat dengan
adanya nyeri.

13
III. DAFTAR PUSTAKA
T.Heather Herdmain, & Kamitsuru,S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC
Gloria, M.Bulechek, et al. (2016). Nurshing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.
Singapore : Elseviler.
Moorhead.S et al. (2016). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Edisi 5. Singapore :
Elsevier.
Intansari.N. (2016). Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Indonesia:
https://www.scribd.com/doc/289736797/LP-Ca_ginjal
http://docslide.us/documents/lp-kanker-ginjal.html
Kush Sachdeva, MD, Renal Cell Carcinoma, Journal from Southern Oncology and
Hematology Associates, South Jersey Healthcare, Fox Chase Cancer Center
Partner.
Cleveland Clinic, Kidney Cancer, Journal from Taussig Cancer Institute, The Cleveland
Clinic, Cleveland, Ohio.
Mayo Clinic, Kidney Cancer Prevention, Journal from Mayo Foundation for Medical
Education and Research, Mayo Clinic, California.

14
Banjarmasin, 01 Mei 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(.................................................................) (......................................................)

15

Anda mungkin juga menyukai