CA RENAL
I. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi Ca Renal
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis, hipernefroma).
Carsinoma sel ginjal ( renal cell carcinoma ) adalah tumor malignansi renal
tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada
wanita.
Beberapa studi telah menemukan faktor-faktor risiko untuk kanker ginjal, antara
lain :
1.2.1 Merokok: Merokok adalah suatu faktor risiko utama. Perokok memiliki
dua kali lebih kemungkinan untuk menderita kanker ginjal daripada bukan
perokok.
1.2.2 Kegemukan: Orang-orang yang kegemukan juga mempunyai faktor risiko
terhadap kanker ginjal.
1.2.3 Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko kanker
ginjal.
1
1.2.4 Dialisis jangka panjang: Dialisis merupakan suatu perawatan untuk orang-
orang yang ginjalnya tidak mampu bekerja dengan baik untuk
mengeluarkan pembuangan dari darah.
1.2.5 Transplantasi ginjal: Ginjal yang ditransplantasikan memiliki risiko
kanker.
1.2.6 Von Hippel-Lindau (VHL) syndrome: VHL adalah suatu penyakit yang
jarang yang terjadi dan disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam gen
VHL. Suatu gen VHL yang abnormal meningkatkan risiko kanker ginjal.
1.2.7 Pekerjaan: Beberapa orang memiliki risiko yang tinggi terhadap kanker
ginjal karena terus-menerus terpapar bahan-bahan kimia, asbes, dan
kadmium.
1.2.8 Jenis kelamin: Rasio pria menderita kanker ginjal dibanding perempuan
adalah sebesar 2,04 : 1.
1.2.9 Konsumsi analgesik yang mengandung phenacetin dalam jumlah yang
besar.
1.3 Tanda dan gejala Ca Renal
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menunjukkan gejalanya. Pada stadium
lanjut, kanker ginjal baru mulai menampakkan gejala seperti hematuria (terdapat
darah pada air seni).
1.3.1 Gejala yang umumnya terjadi,
a. Hematuria (40%)
b. Sakit pinggang (40%)
c. Sakit pada punggung (25%)
1.3.2 Tanda atau gejala yang lain,
a. Berkurangnya berat badan (33%)
b. Demam (20%)
c. Hipertensi (20%)
d. Hiperkalsemia (5%)
e. Mudah berkeringat
f. Malaise
1.4 Patofisiologi Ca Renal
kanker ini berasal dari tubulus proksimal ginjal yang mula – mula berada di
dalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang di temukan
kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Cara
penyebaran nya bisa secara langsung menembus samapi ginjal ke jaringan sekitar
nya dan melalui pembuluh limfe atau V. Renalis. Metastasis tersering ialah ke
kelenjar getah benuing ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang, adrenal, dan ginjal
kontralateral ( De Jong,2000)
2
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal ginjal,
kanker ginjal bisa terjadi seacara herediter atau non herediter. Kedua nya
memberikan bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural dari
kromosom. Studi genitika kanker ginjal menyebabkan kloning gen yang
menghasilkan perubahan formasi tumor. ( liopoulo, 2000).
Setidak nya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal,
meliputi : sindrom vow Hippel – lindau (VHL), hereditary papillary renal
carcinoma (HPRC), onkosit ginajl familial (FRO) asscoiated with Brith – Hogg –
Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal herediter. (Ilopoulus, 2000).
Setidak nya terdapat 4 sindrome genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal,
meliputi : sindrom von Hippel – Lindau (VHL), Hereditary Papillary renal
carcinoma (HPRC), onkosit ginjal familial (FRO) asscoited with Brith –Hogg –
Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal herediter (Iliopoulos, 2000)
Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan dengan pola
dominan warisan autosom : individu yang terkena mengembangkan karsinoma
gibjal bilateral (Radovanovic, 1986). Individu dengan onkosit ginjal familial
mengembangkan oncocytoma multifojal atau neoplasma oncocytic di ginjal.
Sindrom Birt-Hogg_Dude adalah sindrome kulit turun- menurun. Pasien dengan
sindrom ini memiliki kecendrunagn dominan mewariskan dan mengembangkan
tuomr jinak danm foliker rambut, terutama di leher, wajah dan batang atas, serta
berisiko menegmbangkan tumor ginjal, polip kolon,, atau tumor dan kista paru,
kanker ginajl memberikan berbagai manifestasi masalah keperawatan.
3
(Sumber :Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan)
Stadium Kanker Ginjal
Stadium 1 : Tumor masih terbatas di dalam ginjal dengan fasia Gerota masih utuh
Stadium 2 : Invasi ke jaringan lemak perineal, dengan fasia Gerota masih utuh
Stadium 3 : Invasi ke vena kava atau limfonudi regional
Stadium 4 : Ekstensi ke organ sekitarnya / metastasis jauh (usus)
4
1.7.4 Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak
memberikan manfaat pada tumor ginjal.
Treatment atau perawatan bagi pasien kanker ginjal, antara lain meliputi operasi,
arterial embolization, terapi radiasi, terapi biologi, atau kemoterapi. Pasien juga
mungkin memerlukan kombinasi dari treatment-treatment di atas.
1.7.5 Operasi
Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal dan
merupakan terapi lokal. Suatu operasi untuk mengangkat ginjal disebut
nephrectomy. Ada beberapa tipe dari nephrectomy, tergantung pada
stadium kanker :
Radical nephrectomy: Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama
dengan kelenjar adrenal dan beberapa jaringan sekitar ginjal. Beberapa
simpul-simpul getah bening di area itu juga mungkin diangkat.
Simple nephrectomy: Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Operasi
ini biasanya dilakukan pada pasien dengan kanker ginjal stadium I.
Partial nephrectomy: Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal
yang mengandung tumor. Operasi ini mungkin dilakukan pada pasien
yang hanya mempunyai satu ginjal atau bila kanker menyerang kedua
ginjal. Atau, pada pasien dengan tumor ginjal yang kecil (kurang dari
4cm).
2.2.1 Arterial embolization
Arterial embolization adalah suatu tipe terapi lokal yang dapat
menyusutkan tumor. Adakalanya dilakukan sebelum operasi agar lebih
mudah. Ketika pada kondisi tertentu operasi tidak mungkin dilakukan,
arterial embolization mungkin dilakukan untuk membantu menghilangkan
gejala-gejala dari kanker ginjal.
Efek samping yang sering dialami antara lain, nyeri punggung, demam,
mual, dan muntah-muntah.
5
2.2.2 Terapi Radiasi
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) adalah tipe yang lain untuk terapi
lokal. Terapi ini menggunakan sinar-sinar bertenaga tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini akan menyerang sel-sel kanker
hanya pada area yang diradiasi. Pada beberapa kasus, pasien juga harus
diterapi radiasi sebelum operasi untuk menyusutkan tumornya. Pada
beberapa kasus lainnya, terapi radiasi juga diberikan setelah operasi untuk
membunuh sel-sel kanker yang mungkin tertinggal di area itu. Pasien-
pasien yang tidak dapat dioperasi mungkin akan diberikan terapi radiasi
untuk menghilangkan nyeri atau masalah lain yang disebabkan oleh
kanker.
Efek samping yang mungkin muncul antara lain, mual, muntah, diare,
kulit pada area yang diradiasi menjadi merah, kering, dan peka. Selain itu
dapat menimbulkan pengurangan jumlah sel darah putih sehat, sehingga
tubuh lebih rentan infeksi.
2.2.4 Kemoterapi
Kemoterapi juga merupakan salah satu terapi sistemik. Obat-obat
antikanker memasuki aliran darah dan berjalan ke seluruh tubuh. Ada
penemuan terbaru dalam teknik kemoterapi. Teknik ini menunjukkan
harapan besar dalam memperpanjang usia pasien pengidap kanker stadium
lanjut. Namun, terapi ini juga bisa sangat merugikan mengingat efek racun
yang ditimbulkannya. Dalam temuan terbaru mengenai kanker ginjal, ahli
6
University of California Davis, Amerika Serikat, berhasil mengidentifikasi
suatu cara untuk menghambat mekanisme pemulihan sendiri oleh gen
pada sel-sel kanker. Hal ini diharapkan memperbesar keberhasilan
kemoterapi kanker ginjal dan menjadikannya lebih efektif dan lebih dapat
ditoleransi.
Sel kanker sangat terkenal akan kemampuan mereka untuk secara cepat
menciptakan salinan diri mereka. Meski pengobatan termutakhir berhasil
memperlambat proses itu, pengobatan tersebut tidak cenderung
menyembuhkan dan mungkin memiliki efek samping. Pengobatan terbaru
bekerja dengan cara merusak kestabilan sel kanker di tingkat DNA, yang
mengurangi kemampuannya untuk menggandakan diri. Para peneliti, yang
mengetahui bahwa gen p21 memiliki peran penting dalam memulihkan
DNA sel kanker dan berpotensi memangkas manfaat pengobatan kanker,
berusaha mengidentifikasi susunan yang dapat mengganggu jalur tersebut.
Tim itu menguji ribuan zat dan 12 di antaranya ditemukan dapat mengikat
protein rekombinan p21. Uji coba tambahan menemukan tiga bahan yang
mampu menurunkan ekspresi p21, dan menghalangi kemampuan sel
kanker ginjal untuk memperbaiki diri dan membuatnya lebih responsif
terhadap pengobatan yang merusak DNA. Untuk kajian masa depan, tim
peneliti akan memusatkan perhatian pada tiga calon zat tersebut untuk
memastikan konsentrasi paling rendah yang mungkin membuatnya tetap
efektif dan untuk lebih mengoptimalkan kandungan antikankernya.
7
1.8 Pathway Ca Renal
.
8
II. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN CA RENAL
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Merokok
b. Kegemukan (obesitas)
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
d. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki
resiko tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
e. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa
menahun memiliki resiko tinggi)
f. Penyinaran
g. Penyakit Von Hippel-Lindau
h. Makanan tinggi lemak
i. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
j. Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis
jangka panjang, penggunaan analgesicdalam waktu lama dan
hipertensi.
2.1.2 Riwayat kesehatan sekarang
a. Nyeri pada sisi ginjal yang terkena
b. Penurunan berat badan
c. Kelelahan
d. Anemia
e. Terdapat massa
f. Tanda metalase
g. LED Meningkat
h. Hipertensi
i. Demam
j. Polisitemia, hiperkalsemia
2.1.3 Riwayat kedehatan keluarga
Apakah keluaga pasian pernah menderiata CA?
9
Bising usus hiperatif Kurang minat pada makanan
Cepat kenyang setelah makan Membran mokusa pucat
Diare Nyeri abdomen
Gangguan sensasi Penurunan berat badan dengan
Kehilangan rambut berlebihan asupan makan adekuat.
Kelemahan otot pengunyah Penurunan berat badan dengan
Kelemahan otot untuk menelan asupan makanan adekuat.
Kesalahan persepsi
Ketidakmampuan memakan
makanan
10
assesment checklist Laporan tentang perilaku
ability to communicate) nyeri/perubahan aktivitas
Diaforesis (mis., anggota keluarga.
Dilatasi pupil Pemberi asuhan)
Ekspresi wajah nyeri Mengespresikan perilaku
(mis., mata kurang (mis., gelisah, merengek,
bercahaya, tampak menangis, waspada)
kacau, gerakan mata Perilaku distraksi
berpencar atau tetap Perubahan pada
pada satu fokus, parameter fisiologis
meringis) (mis., tekanan darah,
Fokus menyempit (mis., frekuensi jantung,
persepsi waktu, proses frekuensi pernapasan,
berpikir, interaksi saturasi oksigen, dan
dengan orang dan end-tidal karbon (CO2).
lingkungan) Perubahan posisi untuk
Fokus pada diri sendiri menghindari nyeri
Keluhan tentang Perubahan selera makan
intensitas menggunakan Putus asa
standar skala nyeri Sikap melindungi area
(mis., skala wong-beter nyeri
FACES, skala analog Sikap tubuh melindungi
visual, skala penilaian
numerik)
11
2.3 Intervensi
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (NANDA
2012).
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 4 jam nutrisi kurang
teratasi dengan indikator:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Monitor Nutrisi
- BB dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor lingkungan selama makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kuli
- Monitor mual dan muntah
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
12
2. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Relaksasi: meningkatkan sekresi endorphin dan enkafelin pada sel
inhibitor kornu dorsalis medulla spinalis yang dapat menghambat
transmisi nyeri. Distraksi: meningkatkan aktifitas dalam sistem kontrol
pada tulang untuk mencegah transmisi terus menerus stimulus nyeri ke
otak.
3. Berikan posisi yang nyaman
R/Merelaksasikan semua jaringan sehingga mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R/ Analgesik menekan sistem syaraf pusat pada talamus dan korteks
cerebri.
5. Observasi keluhan nyeri, tensi, nadi, respirasi, skala nyeri
R/Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri, tanda, tanda vital dapat meningkat dengan
adanya nyeri.
13
III. DAFTAR PUSTAKA
T.Heather Herdmain, & Kamitsuru,S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC
Gloria, M.Bulechek, et al. (2016). Nurshing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.
Singapore : Elseviler.
Moorhead.S et al. (2016). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Edisi 5. Singapore :
Elsevier.
Intansari.N. (2016). Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Indonesia:
https://www.scribd.com/doc/289736797/LP-Ca_ginjal
http://docslide.us/documents/lp-kanker-ginjal.html
Kush Sachdeva, MD, Renal Cell Carcinoma, Journal from Southern Oncology and
Hematology Associates, South Jersey Healthcare, Fox Chase Cancer Center
Partner.
Cleveland Clinic, Kidney Cancer, Journal from Taussig Cancer Institute, The Cleveland
Clinic, Cleveland, Ohio.
Mayo Clinic, Kidney Cancer Prevention, Journal from Mayo Foundation for Medical
Education and Research, Mayo Clinic, California.
14
Banjarmasin, 01 Mei 2017
(.................................................................) (......................................................)
15