Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIAGNOSA BBLR

DI RUANG POLI ANAK + BONA 1

Oleh :
SHINTIA EKAWATI
NIM. 132013143050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA 2021
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TRIGER CASE

Bayi I berusia 2 bulan datang dengan digendong ibunya ke poli bayi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
untuk kontrol rutin. Hasil pemeriksaan didapatkan berat badan pasien 2250g, panjang badan 51
cm, dan lingkar kepala 31 cm. Keadaan anak sedang tertidur digendongan ibu. Diagnosa medis
bayi adalah BBLR. Riwayat merokok tidak ada, ibu minum jamu saat hamil.
FORMAT PENGKAJIAN NENONATUS

Identitas Bayi: Identitas Orang Tua:


Nama Bayi : By.I Nama Ayah : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki Nama Ibu : Ny. B
Tanggal lahir : 22 November 2020 Pekerjaan Ayah/Ibu : Pedangang/IRT
Anak ke 1 Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SMA
Umur : 2 bulan Agama : Islam
BB/PB : 2250 gr / 51 cm Suku/Bangsa : Jawa
Apgar Score : 4-6 Alamat : Surabaya

RIWAYAT KEPERAWATAN
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : Kulit bayi teraba dingin
Lama Keluhan : Sejak lahir
Akibat timbulnya keluhan : Bayi lemah
Faktor yang memperberat : Berat badan kurang dari 2.500 gr

Riwayat Kesehatan lalu : By.I merupakan anak pertama yang lahir pada 22
November 2020. By.I dilahirkan secara section caesaria karena ibu mengalami perdarahan. Berat
badan bayi saat lahir adalah 2250 gr dengan panjang 49 cm. Ibu mengaku selalu mengonsumsi
jamu saat hamil, karena menurut mertuanya jamu baik untuk kehamilan.

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


Instruksi : Beri tanda cek (√) pada istilah yang tepat/sesuai dengan data-data dibawah ini.
Gambarkan semua temua abnormal secara objektif, gunakan kolom data tambahan
bila perlu.

Reflek
Moro (-) Menggenggam (Lemah) Menghisap (Lemah) Startle (Lemah)
Tonik leher (-) Neck-righting (-) Reflek Gallant (-)

Tonus Aktifitas
Aktif (-) Tenang (-) Letargi () Kejang (-)
Menangis keras (-) Lemah () Melengking (-) Sulit menangis (-)

Kepala/Leher
Fontanel Anterior : Lunak () Tegas (-)
Datar () Menonjol (-) Cekung (-)
Sutura Sagitalis : Tepat () Terpisah (-) Menjauh (-)
Gambaran Wajah : Simetris () Asimetris (-)
Molding : Caput sucedanum (-) Cephalohematoma (-)
Mata:
Simetris () Tidak simetris (-)
Sekresi : Ada (-) Tidak ada ()
Purulen : Ada (-) Tidak ada ()
Jaundice: Ada () Tidak ada (-)
Sklera : Putih bersih (-) Jundice () Kemerahan (-)
Konjunctiva : Merah muda (-) Anemis () Hiperemi (-)
g: Gerakan bola mata : Normal () Tidak normal (-)

THT
Telinga Normal () Abnormal (-) Bentuk/posisi : Iya
Sekresi/cairan : Ada / Tidak ada

Hidung
Bentuk : Normal () Tidak normal (-)
Simetris : Iya
Cuping Hidung: Tidak ada
Septum : Normal
Sekresi : Tidak ada

Abdomen
Lunak () Tegas (-) Datar () Kembung (-)
Auskultasi Abdomen : Tymphani Hiperthimpani
Bising Usus : Tidak terdengar Ada : 8 x/menit
Perkusi Abdomen : Sonor Pekak
Tali pusat : Normal Layu lain-lain: Tidak ada tanda infeksi
Lingkar perut: 30 cm

Toraks
Simetris () Asmetris (-)
Retraksi: Ada (-) Tidak Ada ()
Kalvikula: Normal () Abnormal (-)

Paru-paru
Suara nafas Dextra & Sinistra : Sama () Tidak sama (-)
Bunyi nafas di semua lapang paru : Terdengar ()
Tidak terdengar (-)
Menurun (-)
Suara nafas : Bersih () Ronchi (-) Rales (-) Sekresi (-)
Respirasi : Spontan () Alat Bantu : Tidak ada
Jantung
Bunyi : Normal Sinus Rhythm (NSR) () Frekuensi : 150 x/menit
Murmur (-) Gallop (-)
Waktu pengisian kapiler : 4 detik

Ekstremitas
Gerakan Bebas () ROM terbatas (-) Tidak terkaji (-)
b. Ekstremitas Atas : Normal () Abnormal (-), sebutkan : -
c. Ekstremitas Bawah : Normal () Abnormal (-), sebutkan : -
d. Panggul : Normal () Abnormal (-), sebutkan : -

Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada


Brakial kanan - 
Brakial kiri - 
Femoral kanan - 
Femoral Kiri - 

11. Umbilikus
Normal () Abnormal (-)
Inflamasi (-) Drainase (-)
Jumlah pembuluh darah : Normal

12. Genital
Perempuan normal () Laki-laki normal ( ) Abnormal (-)

13. Anus : Paten () Imperforata (-)

14. Spina : Normal () Abnormal (-)

Kulit
Warna: pink (-) Pucat () Jaundice (-)
Sianosis pada Kuku () Sirkumoral (-)
Periorbital (-) Seluruh tubuh (-)
b. Kemerahan (rash) (-)
c. Tanda lahir: Tidak ada

Suhu
Lingkungan
Penghangat radian (-) Pengaturan Suhu (-)
Inkubator (-) Suhu Ruang (-) Boks Terbuka (-)
Suhu kulit : 35,7 oC
DATA IBU
Nama Ibu : Ny. A Nama Ayah : Tn. P
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Surabaya

RIWAYAT PRANATAL (ANC)


Jumlah Kunjungan : 4x
Bidan/Dokter : Dokter
Pend-Kes yang didapat : Persiapan persalinan
HPHT : 29 Maret 2020
Kenaikan BB selama Hamil : 7 kg
Komplikasi kehamilan : Tidak ada
Komplikasi obat : Tidak ada
Obat-obatan yang didapat : Kalk (kalsium), promafit (multivitamin), hufabion
(zat besi+asam folat)
Pengobatan yang didapat : Tidak ada
Riwayat hospitalisasi : Tidak ada
Golongan darah Ibu hamil :O
Kehamilan direncanakan/tidak : Direncanakan

RIWAYAT PERSALINAN (INTRA NATAL)


Awal persalinan : section caesaria
Lama persalinan : 2 jam
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Terapi yang diberikan - jenis dan jumlah : Tidak terkaji
- lama pemberian : Tidak terkaji
Lama antara ruptur vagina saat partus : Persalinan SC
Jumlah cairan ketuban : Tidak terkaji
Anestesi yang diberikan : Anestesi spinal
Ada/tidak mekonium : Tidak ada

CATATAN MONITORING FETUS


Indikasi dilakukan monitoring : Perdarahan
Monitoring internal/eksternal : Tidak terkaji
Pola FHR (Fetal Hearth Rate) : Normal (150 x/menit)
Analisa Gas Darah : Ph : 7,2 PaO2 : 46 PCO2 : 50
RIWAYAT KELAHIRAN
Lama kala II : Persalinan SC
Cara melahirkan : Pervaginam (-)
Bantuan forceps/vacum extrasi (-)
Caesar ()
Tempat melahirkan : Rumah bersalin/RS () Rumah (-) Tempat lain (-)
Anestesi yang didapat : Anestesi spinal
Obat-obatan : Tidak terkaji
Pola FHR (Fetal Hearth Rate) Kala II : Tidak terkaji
Presentasi : Distosi Bahu (-) compoun (-)

RIWAYAT POST NATAL


Usaha nafas dengan bantuan () Tanpa bantuan (-)
Apgar score menit pertama (4) menit kelima (6)
Kebutuhan resusitasi : Pemberian oksigen dan penghangatan bayi
Adanya trauma lahir (-)
Adanya narkosis (-)
Keluarnya urin (-) BAB (-)
Respon fisiologis atau perilaku yang bermakana : Lemah
Prosedur yang dilakukan Aspirasi
gaster (-)
Suksion trakea (-)
Lain-lain (-)

RIWAYAT SOSIAL
Strukstur Keluarga (Genogram)
Keterangan :

: Laki – Laki

: Perempuan

: Pasien (By.I)

: Menikah

: Keturunan

: Tinggal serumah

Budaya
Suku : Jawa
Agama : Islam
Bahasa : Jawa
Perencanaan makanan bayi : ASI
Problem sosial yang penting : Tidak ada
Kurang sistem pendukung sosial (-)
Perbedaan bahasa (-)
Riwayat penyalahgunaan zat adiktif (-)
Lingkungan rumah yang kurang memadai (-)
Keuangan (-)
Lain-lain (-)
Hubungan orang tua dan bayi :
IBU TINGKAH LAKU AYAH
 Menyentuh 
 Memeluk 
 Berbicara 
 Berkunjung 
 Memanggil nama 
 Kontak mata 

Penerimaan ibu terhadap kehadiran bayinya : Sangat senang dan


bersyukur Penerimaan suami dan keluarga terhadap kehadiran bayi : Sangat senang dan
bersyukur Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
Keluarga yang masih tinggal serumah :
Mertua () Kakak kandung (-) Orang tua sendiri (-) lain-lain : -
Orang terdekat yang dapat dihubungi : Suami
Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya () Tidak (-)
Respon : Merasa cemas dan khawatir terhadap bayinya
Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya () Tidak ( )
Respon : Merasa cemas dan khawatir

Anak Lain :
Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

RIWAYAT NUTRISI
ASI : Ya Tidak
Colostrums : Ya Tidak
PASI : Ya Tidak
Alasan :-
Jenis :-

RIWAYAT ELEMINASI
Miksi : Belum Sudah: 3 x/24 jam
Mekonium : Belum Sudah: 1 x/24 jam
Konsistensi : Sedikit
Warna : BAB (+) berwarna kuning pucat, BAK (+) berwarna kuning

DATA TAMBAHAN
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab
- Hb : 11,5 mmHg ( 13,5-24 mmHg)
RBC : 5,65 gr/dl
- HCT : 47,9%
- WBC : 11 gr/dl (5-10)
- TRB : 150
- PLT :130.000 (150.000-450.000)
- Alb : 2,5 mg/dl (3,5-5,9 mg/dl)
GDA
PaO2 : 46 mmHg (50-70 mmHg)
PaCO2 : 50 mmHg (35-45 mmHg)
Ph : 7,2 mmHg
Glukosa Darah
Nilai : 43 mg/dl (50-60 mg/dl)

Terapi
Tidak ada terapi khusus, hanya ASI

Surabaya, 25 Februari 2021

(SHINTIA EKAWATI)
Ringkasan Kasus :
Identitas Bayi:
By.I merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Tn.P dan Ny.A, dilahirkan secara
section caesaria karena ibu mengalami perdarahan pada tanggal 22 November 2020
berjenis kelamin laki-laki. Saat ini, bayi berusia 2 bulan dengan BB : 2250 gram dan PB : 51
cm.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik:


Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bayi keadaan umum lemah, kesadaran kompos
mentis, RR : 32 x/menit, frekuensi nadi 120x/menit, suhu 35,7 oC, ujung kuku sianosis,
refleks hisap lemah, nilai APGAR SCORE 4-6, pergerakan ekstremitas bebas, tonus otot
lemah, reflek gerakan sedikit.

Pemeriksaan penunjang:
Hasil Lab
-Hb: 11,5 mmHg ( 13,5-24 mmHg)
-RBC: 5,65 gr/dl
-HCT: 47,9%
-WBC : 11 gr/dl (5-10)
-TRB: 150
-PLT:130.000 (150.000-450.000)
-Alb: 2,5 mg/dl (3,5-5,9 mg/dl)
GDA - PaO2 : 46 mmHg (50-70 mmHg)
- PaCO2 : 50 mmHg (35-45 mmHg)
- Ph : 7,2 mmHg
c. Glukosa Darah
-Nilai: 43 mg/dl (50-60 mg/dl)

4. Terapi:
Tidak ada terapi khusus, hanya ASI
ANALISA DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
25 Februari DS : Ibu by.I mengatakan BBLR Hipotermia
2021 badan anaknya teraba
dingin sejak lahir Pengatur suhu dalam
DO : tubuh (hipotalamus)
Kulit bayi teraba imatur
dingin
Suhu tubuh 35,7 oC Permukaan tubuh
BB : 2250 gram relative lebih luas,
Kulit bayi pucat jaringan lemak
Konjungtiva anemis subkutan tipis
Kuku sianosis

Pemaparan dari suhu


luar kehilangan panas

Hipotermi
25 Februari DS : Ibu by.I mengatakan BBLR Defisit Nutrisi
2021 anaknya susah menyusu
karena rewel Reflek menelan dan
DO : mencerna imatur
Antropometri :
- BB : 2250 gr Ketidakmampuan
PB : 51 cm mencerna makanan
LK : 31 cm
Lingkar perut : 30 cm Malnutrisi
Biomedik :
Hb : 11,5 mmHg Defisit nutrisi
Alb : 2,5 mg/dl
Clinical :
Bayi tampak lemah Diet
:
ASI dari ibu
25 Faebruari DS : Ibu mengatakan Informasi saat hamil Defisit pengetahuan
2021 bahwa ibu disarankan yang didapat keliru orang tua tentang
untuk mengonsumsi jamu nutrisi bayi
saat hamil oleh Perilaku yang dilakukan
mertuanya, karena salah
menurut mertuanya jamu
baik untuk kehamilan Defisit pengetahuan
DO :
Ibu mengonsumsi
jamu saat hamil
Ibu menyalahkan
mertuanya telah
menyarankan minum
jamu yang dapat
mengakibatkan bayinya
BBLR
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Hipotermia b.d berat badan ekstrem d.d suhu tubuh dibawah normal (D.0131)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d otot pengunyah lemah (D.0019)
3. Defisit pengetahuan orang tua tentang nutrisi bayi b.d informasi yang didapat keliru d.d
perilaku yang dilakukan salah
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

WAKTU DIAGNOSA, TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
25 Februari 2021 Hipotermia b.d berat badan ekstrem d.d kulit Manajemen Hipotermia (I.03119 )
teraba dingin (D.0131) Observasi :
1. Monitor suhu tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 2. Identifikasi penyebab hipotermia
jam, hipotermia dapat teratasi dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan gejala hipotermia
Termoregulasi (L.14134) Terapeutik :
o
1. Suhu tubuh normal (36,5- 37 C) 4. Sediakan lingkungan yang hangat
2. Pucat tidak ada 5. Lakukan penghangatan pasif (selimut, penutup
3. Kuku sianosis tidak ada) kepala, pakaian tebal)
4. Kadar glukosa darah normal (50-60 gr/dl) 6. Lakukan penghangatan aktif eksternal (kompres
hangat, perawatan metode kanguru)
Edukasi :
7. Anjurkan makan/minum hangat

Perawatan Kanguru (I.14559)


Observasi :
1. Monitor faktor orang tua yang memengaruhi
keterlibatannya dalam perawatan
Terapeutik :
2. Sediakan lingkungan yang tenang, nyaman
dan hangat
3. Posisikan bayi telungkup tegak lurus di dada
orang tua
4. Miringkan kepala bayi ke salah satu sisi
kanan/kiri dengan kepala sedikit
tengadah/ekstensi
5. Hindari mendorong kepala bayi fleksi dan
hiperekstensi
6. Biarkan bayi telanjang hanya mengenakan
popok, kaus kaki dan topi
7. Posisikan panggul dan lengan bayi dalam posisi
fleksi
8. Posisikan bayi diamankan dengan kain
panjang/pengikat lain
9. Buat ujung pengikat tepat berada di telinga bayi
Edukasi :
10. Jelaskan tujuan dan prosedur perawatan
kanguru
11. Jelaskan keuntungan kontak kulit ke kulit
orang tua dan bayi
12. Anjurkan orang tua menggunakan pakaian
yang nyaman dengan bagian depan terbuka
25 Februari 2021 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna Pemantauan Nutrisi (I.03123)
makanan d.d otot pengunyah lemah (D.0019) Observasi :
1. Identifikasi faktor yang memengaruhi asupan gizi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 (reflek menghisap lemah)
jam, status nutrisi membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi perubahan berat badan
Status Nutrisi (L.03030) 3. Monitor asupan oral
1. Berat badan meningkat sesuai dengan usia bayi 4. Monitor hasil laboratoruim
2. Frekuensi makan (ASI) membaik Terapeutik :
5. Timbang berat badan
6. Ukur antropometri komposisi tubuh
7. Hitung perubahan berat badan
8. Atur interval pemantauan
9. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
11. Informasikan hasil pemantauan

25 Februari 2021 Defisit Pengetahuan Pada orang tua tentang nutrisi Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
bayi b.d informasi yang didapat keliru d.d perilaku Observasi :
yang dilakukan salah (D.0111) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu
menerima informasi
2. Identifikasi kemampuan ibu menyediakan nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Terapeutik :
jam, pengetahuan ibu meningkat dengan kriteria hasil : 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Tingkat Pengetahuan (L.02111) 4. Berikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya
1. Persepsi yang keliru terhadap masalah tidak ada Edukasi :
2. Perilaku ibu membaik 5. Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
7. Ajarkan cara memilih makanan sesuai dengan usia
bayi
8. Ajarkan cara mengatur frekuensi makan sesuai usia
bayi
9. Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMBAHASAN

Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan pasien laki-laki bernama By.I berusia 2 bulan. Bayi datang
dengan digendong ibunya ke poli bayi RSUD Dr. Soetomo Surabaya untuk kontrol rutin.
Bayi dengan diagnosa medis BBLR dengan berat badan 2250 gram, panjang badan 51 cm
dan lingkar kepala 31 cm. Hasil pengkajian yang dilakukan menunjukkan bahwa keadaan
umum bayi lemah dan suhu tubuh bayi dingin (35,7 oC). By.I dilahirkan secara section
caesaria karena ibu mengalami perdarahan pada tanggal 22 November 2020. Perdarahan
dipicu oleh salah satu faktornya yaitu ibu mengonsumsi jamu pada saat hamil yang
disarankan oleh mertuanya. By.I lahir dengan berat badan 2150 gram dan panjang badan 49
kg. Nutrisi yang diberikan ibu untuk bayi yaitu ASI.
WHO (World Health Organizatiton) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir
dengan berat kurang dari sama dengan 2500 gram. Menurut Proverawati dan Ismawati
(2010) klasifikasi dari BBLR menurut harapan hidupnya yaitu berat badan lahir rendah
(BBLR), berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), dan berat badan lahir ekstrim rendah
(BBLER). Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan
lahir 1500-2500 gram. Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat badan lahir 1000-1500 gram. Sedangkan bayi dengan berat badan
lahir ekstrim rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang
dari 1000 gram. Dari klasifikasi tersebut, By.I termasuk pada klasifikasi bayi BBLR. Hasil
dari pemeriksaan antropometri dikatakan normal apabila panjang badan di atas 45 cm,
lingkar kepala di atas 33 cm dan lingkar dada di atas 30 cm (Maryunani, 2013). Hasil
pemeriksaan antropometri pada By.I dikatakan tidak normal karena panjang badan, lingkar
kepala dan lingkar dada kurang dari normal.
Hasil pemeriksaan pengkajian pada orang tua, terdapat persepsi atau pengertian yang
keliru mengenai konsumsi jamu saat kehamilan. Ny. B diminta untuk rutin meminum jamu
pada saat hamil oleh mertuanya. Hal ini dikarenakan adanya persepsi bahwa jamu baik bagi
kesehatan terutaman kehamilan. Menurut American Pregnancy (2021), meskipun jamu
berasal dari bahan-bahan alami, tidak semua jamu aman dikonsumsi selama kehamilan. Hal
ini berkaitan dengan beberapa zat dalam bahan herbal yang mnegandung zat aktif yang dapat
memicu terjadinya keguguran, perdarahan, kelahiran premature, kontraksi rahim dan cidera
pada janin.
Dari hasil pengkajian dan teori yang telah ditemukan, masalah yang dapat muncul dari
By.I adalah hipotermia dan defisit nutrisi. Didapatkan juga masalah pada orang tua
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
khusunya ibu yang mengonsumsi jamu pada saat hamil yang disarankan oleh mertuanya
dengan alasan jamu baik untuk kehamilan. Pengetahuan yang diberikan oleh mertuanya
dianggap keliru karena dampak dari jamu tersebut dapat mengakibatkan perdarahan.
Sehingga, dapat ditemukan masalah defisit pengetahuan tentang nutrisi bayi.
Diagnosa
Setelah dilakukan pengkajian dan dilanjutkan dengan analisa data, maka didapatkan 3
masalah keperawatan pada By. I yaitu hipotermia, defisit nutrisi dan defisit pengetahuan
pada ibu.

Hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem dibuktikan dengan suhu tubuh
dibawah nilai normal (36,5oC). SDKI (2016) mendefisikan hipotermia sebagai suhu tubuh
berada dibawah rentang normal tubuh yaitu 36,5 hingga 37,50C (PPNI, 2016). Hipotermia yang
terjadi pada By. I dikarenakan akibat dari lemak subkutan yang tipis, sehingga luas permukaan
tubuh lebih besar dan kehilangan panas juga akan meningkat. Pada By. I hasil pengkajian
didapatkan data bahwa kulit tubuh bayi terasa dingin, suhu tubuh bayi 35,7 0C, kulit pucat,
dan konjungtiva anemis. Hal ini sesuai dengan gejala dan tanda mayor maupun minor
hipotermia pada SDKI sehingga masalah keperawatan hipotermia dapat diangkat.

Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d otot pengunyah lemah.
Menurut SDKI, defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI, 2017). Pada kondisi By. I yang terdiagnosis BBLR, mengakibatkan
reflek menelan dan mencerna makanan imatur, sehingga terjadi ketidakmampuan mencerna
makanan, dan malnutrisi. Hasil pengukuran antropometri pada By. I didapatkan hasil berat
badan bayi 2250 gr, panjang bayi 51 cm, dan lingkar kepala bayi 31 cm.

Defisit pengetahuan pada orang tua tentang nutrisi bayi b.d informasi yang didapat keliru
d.d perilaku yang dilakukan salah. Berdasarkan SDKI (2016), defisit pengetahuan adalah
ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertensu (PPNI,
2017). Hasil pengkajian pada orang tua By. I didapatkan adanya perilaku ada persepsi yang
keliru mengenai penggunaan jamu. Ny. A diminta rutin untuk konsumsi jamu dari
mertuanya dikarenakan mertua Ny. A menganggap jamu sangat baik untuk kesehatan,
terutama kehamilan. Hal ini didasarkan pada bahan baku pembuat jamu yang berasal dari
rempah-rempah, dan dianggap aman. Defisit pengetahuan pada orang tua dapat diangkat
karena adanya tanda dan gejala mayor maupun minor yang dilakukan oleh orang tua, antara
lai menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran dan menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah (PPNI, 2017).
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kesesuaian hasil pengkajian dengan standar diagnosa keperawatan Indonesia yang telah
dijelaskan menjadi alasan penulis untuk mengangkat 3 diagnosa tersebut. Sesuai dengan
analisis data yang dibuat, pengangkatan masalah keperawatan ini dirasa sudah relevan.
Intervensi
Rencana intervensi keperawatan disusun berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia serta disesuaikan dengan kasus
yang diberikan. Intervensi yang dipilih untuk masalah keperawatan hipotermia yaitu
manajemen hipertermia dan perawatan kanguru yang diharapkan dapat mencapai tujuan
termoregulasi/ suhu tubuh normal. Intervensi yang dipilih untuk masalah keperawatan defisit
nutrisi yaitu pemantauan nutrisi yang diharapkan dapat mencapai tujuan status nutrisi
meningkat. Intervensi yang dipilih untuk masalah keperawatan defisit pengetahuan ibu
tentang nutrisi bayi yaitu edukasi nutrisi bayi yang diharapkan dapat mencapai tujuan tingkat
pengetahuan ibu meningkat.
Termoregulasi sangat penting untuk menjaga kondisi bayi dalam keadaan yang stabil,
ketika bayi tidak dapat beradaptasi dengan suhu yang dingin akan mengakibatkan masalah
yang serius hingga kepada kematian, sehingga perlu diperhatikan masalah termoregulasi
khususnya hipotermi pada bayi dnegan lahir prematur dan BB kurang dari 2500 gram. Salah
satu penatalaksanaan pada bayi prematur yang mengalami hipotermia adalah dengan
menggunakan KMC (Kangaroo Mother Care) atau perawatan metode kanguru. Menurut
penelitian (Susanti Deni, 2018) mengatakan bahwa metode perawatan metode kanguru
adalah kontak kulit secara dini dari kulit ibu ke kulit bayi. Menurut (Susanti Deni, 2018)
perawatan metode kanguru ini adalah perawatan yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan
cara meletakkan bayi di dada ibu, dengan demikian akan terjadi kontak kulit ibu dengan
bayinya dan hal ini akan membuat bayi merasa hangat. Perawatan metode kanguru
merupakan metode khusus asuhan bagi bayi lahir dengan berat rendah dengan kata lain
prematur (Susanti Deni, 2018).
Tujuan dilakukannya perawatan metode kanguru ini adalah menurunkan hilangnya
panas pada tubuh bayi baik secara konduksi maupun radiasi. Mempertahankan suhu tubuh
bayi agar tetap normal (Neutral Thermal Environment/ NTE). Terjadinya kontak kulit ke
kulit secara dini antara ibu dan bayinya. Selain itu damapak dari dilakukannya perawatan
metode kanguru ini pernafasan bayi akan menjadi stabil dengan presentase oksigen dalam
darah baik (Susanti Deni, 2018) . Menurut (Susanti Deni, 2018) selain untuk menjaga suhu
tubuh bayi banyak manfaat lain dari metode kanguru ini seperti menjaga hubungan emosi
antar ibu dengan bayi akan meningkat, pernafasan, suhu dan denyut jantung bayi akan
normal, BB bayi akan
meningkat lebih baik, stres pada ibu dan bayi akan berkurang, bayi tidak akan sering
menangis, keadaan emosi ibu dan bayinya lebih baik, produksi ASI meningkat, resiko
terinfeksi yang mungkin terjadi selama proses perawatan di rumah sakit akan berkurang dan
lamanya perawatan akan lebih singkat. Menurut (Susanti Deni, 2018) ada dua tipe
pelaksanaan PMK yaitu secara intermitten atau sewaktu-waktu dan secara kontinu atau terus
menerus, perbedaan dari kedua metode ini adalah terletak pada kondisi bayi.
Pada dasarnya prinsip metode kanguru ini adalah ibu diidentikkan sebagai kanguru yang
dapat mendekap bayinya secara seksama, dengan tujuan mempertahankan suhu tubuh bayi
secara optimal. Suhu tubuh yang optimal ini diperoleh dengan adanya kontak langsung
antara kulit bayi dengan kulit ibunya secara kontinyu. Untuk metode ini ibu sangat berperan
aktif, dalam memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kemampuan hidup bayi dan
pengembangan kualitas hidupnya. Keberhasilan pelaksanaan metode kanguru sangat
dipengaruhi oleh dukungan ibu dalam melaksanakan PMK, ibu yang melaksanakan PMK
dengan baik akan berdampak pada peningkatan suhu tubuh bayi dan terhindar dari kejadian
hipotermi. Perawatan ibu kanguru meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi masalah
bayi berat lahir rendah seperti hipotermia, hipoglikemia, dan lama tinggal di rumah sakit.
Oleh karena itu, harus direkomendasikan dalam perawatan semua neonatus berisiko tinggi
ini (Parti, 2020).
DAFTAR
PUSTAKA

Khairuzzaman, M. Q. (2016). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir (Panduan untuk
Dokter, Perawat dan Bidan) (Vol. 4, Issue 1).

Pantiawati Ika. 2010.Bayi dengan Berat Badan Lahir Ringan. Yogyakart. Nuhu Medika.

Parti.,Sumiati Malik.,Nurhayati.2020. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap


Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. STIKes bataguru Soroaka. Jurnal Bidan
Cerdas.Vol.2 No 2:April 2020.Hal 66-71

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Susanti,Deni. 2018. Pengaruh Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap Peningkatan
Saturasi O2 pada Bayi dengan BBLR di Ruang Prinatalogi Rumah Sakit Bukitinggi.
Bukittinggi.

Yuliastati. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Anak. Jakarta : Pusdik
SDM Kesehatan Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai