Anda di halaman 1dari 60

CLINICAL SCIENCE SESSION

KEGANASAN UROGENITALIA
BERLIANA ISHLAH PUTRI 12100119170
DITA INDIRA SARI 12100119032
FAISAL AKBAR A 12100119141
TUMOR UROGENITALIA
 Tumor traktus urogenitalia merupakan keganasan yang sering dijumpai.
 Karsinoma kelenjar prostat merupakan keganasan yang angka kejadiannya paling
banyak, kemudian disusul oleh keganasan bulibuli.
 Gejala penting dan sering dianggap remeh oleh pasien adalah hematuria yang
berulang.
 Keganasan urogenitalia dapat tumbuh di seluruh organ urogenitalia mulai dari
ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli, prostat, uretra, testis, dan penis
 emua gambaran/manifestasi klinis tumor urogenitalia tergantung dari letak
tumor, stadium, dan penyulit yang disebabkan oleh tumor.
 Metastasis pada paru, otak, tulang, dan liver dapat menyebabkan gangguan organ
tersebut dan memberikan manifestasi klinis seesuai dengan gejala organ yang
terkena.
TUMOR
GINJAL
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomer tiga terbanyak setelah
tumor prostat dan tumor kandung kemih.
KLASIFIKASI
Ginjal terdiri atas parenkim ginjal dan sistem saluran ginjal yaitu sistem pelvikalises. Kedua
bagian ginjal itu bisa terserang tumor jinak maupun tumor ganas, dengan gambaran klinik dan
prognosis yang berbeda-beda.
Parenkim ginjal dan sistem saluran ginjal yaitu sistem pelvikalises yang dapat berasal dari
tumor primer di ginjal ataupun merupakan tumor sekunder yang berasal dari metastasis
keganasan di tempat lain.
HAMARTOMA GINJAL
DEFINISI
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor jinak ginjal yang terdiri atas komponen lemak,
pembuluh darah, dan otot polos.

EPIDEMIOLOGI
• 0% Dari Hamartoma Ginjal Adalah Pasien Tuberous Sklerosis Atau Penyakit Bournville Yaitu Suatu
Kelainan Bawaan Yang Ditandai Dengan Retardasi Mental, Epilepsi, Adenoma Sebaseum Dan Terdapat
Hamartoma Di Retina, Paru, Hepar, Tulang, Pankreas Dan Ginjal.
• Lebih Banyak Menyerang Wanita Daripada Pria Dengan Perbandingan 4 : 1.
GAMBARAN KLINIS

• Hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala, dan kadang-kadang


didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin dengan ultrasonografi
abdomen.

Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah: 


• Nyeri Pinggang
• Hematuria
• Gejala obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala
perdarahan rongga retroperitoneal.
TATALAKSA
PENCITRAAN NA
- Hasil ultrasonografi akan terlihat gambaran hiperekoik • Tumor kecil dan tanpa menimbulkan keluhan tidak
(karena mengandung banyak komponen lemak) yang perlu diobati, hanya saja memerlukan evaluasi
berkala yang teratur untuk mengetahui
membedakan hamartoma dengan adenokarsinoma ginjal;
perkembangan besarnya massa tumor. 
- jika dikonfirmasikan dengan CT scan tampak area yang • Jika tumor menjadi semakin besar dan sangat
menunjukkan densitas negatif. mengganggu, perlu dipertimbangkan untuk
Gambaran ini patognomonis untuk suatu hamartoma. tindakan nefrektomi.
ADENOKARSINOMA GINJAL

• Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal


dari tubulus proksimalis ginjal.
• Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan pada orang dewasa
• Perempuan : Lakilaki = 2:1.
• Usia lanjut >40 tahun, bisa juga usia lebih muda
• Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat 2% kasus
• Nama lain: tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel ginjal
ETIOLOGI
• Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya adenokarsinoma ginjal,
tetapi belum diketemukan agen yang spesifik sebagai penyebabnya. 
• Faktor risiko: semakin lama dan semakin muda seseorang merokok semakin besar
kemungkinan menderita 
• Meskipun belum ada bukti yang kuat, diduga kejadian kanker ginjal berhubungan
dengan konsumsi kopi, obat-obatan jenis analgetika, dan pemberian estrogen.
STADIUM
Robson membagi derajat invasi adenokarsinoma
ginjal dalam 4 stadium
GEJALA
• Trias klasik : nyeri pinggang, hematuria, dan massa pada
pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut.
• Febris
• Hipertensi
• Anemi
• Tanda-tanda metastasis ke paru atau ke hepar.
• Varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur.
PENCITRAAN

• CT scan, Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui
adanya penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal, dan
metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.
• MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena renalis dan vena cava
tanpa membutuhkan kontras, tetapi kelemahannya adalah kurang sensitif mengenali
lesi solid yang berukuran kurang dari 3 cm.
• Sebelumnya Arteriografi selektif merupakan pilihan untuk menegakkan diagnosis
karsinoma ginjal. Gambaran klasik arteriogram pada karsinoma ini adalah:
neovaskularisasi, fistulae arterio-venus, pooling bahan kontras, dan aksentuasi
pembuluh darah pada kapsul ginjal.
TATALAKSANA
Imunoterapi
Nefrektomi Dengan memakai interferon atau dikombinasikan
Tumor yang masih dalam stadium dini dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-
dilakukan nefrektomi radikal yaitu mengangkat negara maju. harganya sangat mahal hasil terapi
ginjal beserta kapsula Gerota. masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih
sangat terbatas.
Hormonal
Penggunaan terapi hormonal belum banyak Radiasi eksterna
diketahui hasilnya. Preparat yang dipakai adalah Radiasi eksterna tidak banyak memberikan
hormon progestagen. Dari berbagai literatur manfaat pada adenokarsinoma ginjal karena tumor ini
disebutkan bahwa pemberian preparat hormon tidak adalah tumor yang radioresisten
banyak memberi manfaat.
Sitostatika.
Demikian pula pemakain sitostatika tidak banyak
memberikan manfaat pada tumor ginjal.
NEFROBLASTOMA

Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia


kurang dari 10 tahun, dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun. Merupakan
tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anak-anak. Sering dikenal dengan
nama tumor Wilm atau karsinoma sel embrional.
PATOLOGI
•Tumor berasal dari blastema metanefrik dan terdiri atas blastema, stroma, dan epitel.

•Makroskopis : tampak sebagai tumor yang besar dan berwarna abu-abu dengan fokus
perdarahan atau nekrosis.

•Histologik : anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak translokasi kompleks.

PENYEBARAN
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya
dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara
hematogen melalui vena renalis ke vena kava, kemudian mengadakan metastasis ke paru
(85%), hepar (10 %), dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral.
STADIUM NWTS (NATIONAL WILM’S TUMOR STUDY)
membagi tingkat penyebaran tumor ini (setelah dilakukan nefrektomi) dalam 5 stadium:
1.Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna
2.Tumor meluas keluar ginjal dan dapat dieksisi sempurna, mungkin telah mengadakan
penetrasi ke jaringan lemak perirenal, limfonudi para aorta atau ke vasa renalis
3.Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari : biopsi atau ruptur yang
terjadi sebelum atau selama operasi.
4.Metastasis hematogen
5.Tumor bilateral
MANIFESTASI KLINIS
•Perut membuncit (biasanya di bawa orang tua pasien)

•Benjolan di perut sebelah atas

•Kencing berdarah

•Hipertensi

•Massa padat pada perut sebelah atas

Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen terdapat massa padat pada perut (retroperitoneal) sebelah atas.
TATALAKSANA
•Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. kadang kala diawali dengan
pemberian sitostatika atau radiasi.

1.Sitostatika.

Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi dari Actinomisin D dengan


Vincristine.

2.Radiasi Eksterna

Tumor Wilm memberikan respons yang cukup baik terhadap radioterapi


(bersifat radiosensitif)
TUMOR PELVIS RENALIS

• Tumor pelvis renalis (tumor pielum) merupakan karsinoma sel


transisional (transitional cell carcinoma, TCC) juga dapat menyerang
ureter dan kandung kemih. 
• Hampir semua tumor ureter adalah karsinoma sel transisional, kira-kira
dua pertiga terdapat pada bagian distal ureter
• Angka kejadian tumor ini sangat jarang.
• Perbandingan laki-laki dan perempuan 4:1 dan biasanya ditemukan
pada usia >50 tahun.
ETIOLOGI & FAKTOR MANIFESTASI
RISIKO KLINIS
• Merokok • Hematuria
• Riwayat bladder cancer
• Nyeri pinggang (bila ada bendungan oleh tumor)
• Penderita nefropati
• Penggunaan analgetik jangka Panjang • Kolik karena bekuan darah turun melalui ureter
(fanasetin) • Kelelahan yang hebat
• Terkena bahan pewarna dan bahan kimia
• Penurunan berat badan tanpa sebab
tertentu yang digunakan dalam membuat
tekstil, plastic, dan karet • Nyeri saat berkemih
• Sering berkemih
PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan fisik dan Riwayat Kesehatan : memeriksa tanda-tanda umum pasien,
memeriksa tanda-tanda penyakit seperti adanya benjolan dan Riwayat terdahulu pasien
• Urinalisis dan sitologi urin
• Ureteroskopi 
• Pielografi intravena (biasanya tumor tampak sebagai lesi defek isian bedakan dengan batu
yang radiolusen dan bekuan darah) pada tumor ureter biasanya terlihat adanya obstruksi,
defek isisan, dan dilatasi ureter disebelah proksimal osbtruksi.
TERAPI

• Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika maupun radiasi eksterna. 
• Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah nefroureterektomi
• Alternative pilihan lain jika pasien dengan single kidney, bilateral disease, dilakukan
ureterorenoscopic resection atau ablasi tumor
• Jika pada kasus metastasis, kombinasi kemoterapi dengan cyclophosphamide, methrotrexate
dan vincristine
• Lalu dilakukan follow up dengan cystoscopy dan pielografi intravena
TUMOR
Keganasan yang terjadi pada prostat akibat sel prostat mengalami

PROSTAT
mutasi & mulai berkembang diluar kendali.
• Karsinoma prostat merupakan keganasan saluran kemih kedua
paling sering dijumpai sesudah kegansan kandung kemih
• Keganasan prostat ditemukan pada usia > 50 tahun
• Insiden kanker prostat di Asia rata-rata sekitar 7,2 kasus per
100.000 pria per-tahun
• Di Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di toga RS pusat
pendidikan (Jakarta, Surabaya, Bandung) selama 8 tahun terakhir
adalah 1.102 pasien dengan rata-rata usia 67 tahun
ETIOLOGI
Mutasi atau perubahan genetik pada sel-sel di kelenjar
prostat. Namun penyebab mutasi belum diketahui
secara pasti.

MANIFESTASI
FAKTOR RISIKO KLINIS
• Usia: Jarang terjadi pada usia < 40 tahun Mutasi Tahap awal: tidak ada gejala (47%)
Genetik: Berhubungan dengan mutase BRCA1 Ketika kanker membesar & mendorong uretra
atau bladder:
atau BRCA2 dan Sindrom Lynch
• Sulit berkemih
• Riwayat Keluarga • Hematuria (1,4%)
• Diet: Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, • Nyeri ketika berkemih & ejakulasi
sedikit buah dan sedikit sayuran, rendah tomat, Apabila sudah metastasis (vertebra/pelvis):
rendah ikan dan atau rendah kedelai, dan tinggi nyeri punggung atau nyeri panggul
kalsium meningkatkan resiko
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Keluhan yang dirasakan & berapa lama keluhan itu telah mengganggu
• Riwayat penyakit lain & riwayat pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi, hematuria,
kencing batu, atau pembedahan pada saluran kemih)
• Riwayat kesehatan secara umum & keadaan fungsi seksual
• Riwayat konsumsi obat yang dapat menimbulkan keluhan berkemih

Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi genitalia eksterna: menilai adanya meatal stenosis, fimosis, tumor penis, serta urethral discharge
• Palpasi dan perkusi daerah suprapubic: tentukan apakah ada residu urin yang signifikan
• Digital Rectal Examination (DRE): Menilai bentuk, ukuran, simetri, kualitas, nodularitas, dan konsistensi
prostat
• Apabila teraba nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol: indikasi biopsi prostat
• Nilai kekuatan otot sfingter ani dan reflex bulbocavernosus: dapat menunjukkan kelainan pada lengkung
reflex di daerah sacrum
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Urinalisis: tentukan adanya leukosituria dan hematuria
• Pemeriksaan fungsi ginjal: sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan
pada saluran kemih bagian atas
• Pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA)

Kadar PSA dalam serum dapat mengalami peningkatan ketika terjadi peradangan, retensi urin
akut, keganasan prostat, setelah manipulasi prostat (biopsi prostat atau TURP), kateterisasi, dan usia
yang makin tua. Jika kadar PSA tinggi berarti :
• Pertumbuhan volume prostat lebih cepat
• Keluhan akibat BPH/laju pancaran urin lebih jelek
• Lebih mudah terjadi retensi urin akut
STAGING
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
• Monitoring aktif dikontraindikasikan pada pasien
yan memiliki gejala dan pada pasien dengan
resiko sedang dan tinggi berusia < 70 tahun
• Diseksi KGB Pelvis tidak dilakukan bila
probabilitas adanya keterlibatan kelenjar < 3%
• Terdapat perubahan untuk rekomendasi radikal
prostatektomi untuk pasien resiko tinggi dan
sangat tinggi sebagai bagian program terapi
multimodalitas termasuk terapi hormonal,
radioterapi pasca operasi, dan bila
memungkinkan kemoterapi
RADICAL PROSTATECTOMY
• Gold standard
• Hasil jangka panjang baik
• Eksisi transabdominal atau transperineal dari prostat dan vesikula seminalis dengan rekonstruksi leher kandung
kemih dan anastomosis vesico-uretral
• Komplikasi :
•  Pendarahan
•  Tromboemboli
•  Inkontinensia (6%) setelah 6 bulan
•  Striktur Uretra 10%
RADIOTERAPI
• Radioterapi Definitif
Dapat diberikan kepada kanker prostat dengan stratifikasi rendah, sedang, dan tinggi
• Target radiasi
a. Radioterapi prostat : untuk stratifikasi resiko rendah dan sedang
b. Radioterapi prostat dan KGB pelvis : untuk stratifikasi resiko tinggi dan stadium lokal lanjut tanpa dilakukan
limfadenektomi pelvis
• Radioterapi Adjuvan dan Radioterapi Salvage
- Radioterapi pasca prostatektomi radikal (radioterapi ajuvan) atau bila dinyatakan kambuh (salvage)
- Indikasi radioterapi ajuvan
a. Ekstensi ekstra prostat
b. Keterlibatan vesika seminalis
c. Batas sayatan positif
- Indikasi radioterapi salvage : PSA > 0.2 ng/mL dengan pengukuran konfirmasi ke-2
RADIOTERAPI PALIATIF
      - DIBERIKAN KEPADA KANKER PROSTAT YANG SUDAH
METASTASIS KE TULANG DAN MENIMBULKAN RASA NYERI
      - TUJUAN : MEREDAKAN GEJALA  MENINGKATKAN KUALITAS
HIDUP PASIEN
      - INDIKASI :
A. NYERI
B. ANCAMAN FRAKTUR KOMPRESI YANG SUDAH DISTABILISASI
C. MENGHAMBAT KEKAMBUHAN PASCA OPERASI RESEKSI
PEMANTAUAN
• Pemantauan setelah terapi kuratif Pemantauan setelah terapi hormonal
• Untuk mendeteksi progresi atau residual kanker prostat • Waktu pematauan minimal 3 – 6 bulan sekali
• Yang harus dipantau :
• Anamnesis (aspek psikologis, tanda progresi penyakit, dan komplikasi a. Kadar kreatinin, Hb, dan fungsi hati
terkait terapi), Pemeriksaan fisik (termasuk DRE), dan kadar PSA b. Kadar testosteron serum
• Pemantauan pasca prostatektomi radikal c. Komplikasi metabolik
d. Sidik tulang, USG, dan foto thorax
• Pemantauan PSA disarankan pada bulan ke-3, ke-6, dan ke-12 pasca
e. Bone Mass Density
operasi setiap 6 bulan sampai 3 tahun dan selanjutnya sekali setahun
• Progresi PSA peningkatan kadar PSA > 0,2 ng/mL pada dua kali
pengukuran berturut-turut
• DRE, TRUS-biopsi, sidik tulang. CT/MRI
• Pemantauan pasca EBRT
• Pemantauan PSA disarankan pada bulan ke-3, ke-6, dan ke-12 pasca
operasi setiap 6 bulan sampai 3 tahun dan selanjutnya sekali setahun
• Progresi PSA peningkatan kadar PSA > 0,2 ng/mL di atas kadar PSA nadir
pasca terapi
TERAPI PALIATIF

• Terapi aktif pada penderita stadium lanjut yang sudah tidak berespon terhadap terapi kuratif
• Bersifat holistik  mengontrol gejala yang timbul (psikis, fisik, sosial, spiritual, dna melibatkan keluarga)
• Terapi yang diberikan :
- Kontrol nyeri : bifosfonat (asam zoledronat), analgetik (parsaetamol – opioid) dan radiasi local
- Obstruksi saluran kemih atas dan bawah : pemasangan kateter, sistososmi maupun stent uretra
- Kompresi medulla spinalis : stabilisasi tulang belakang (bedah/non-bedah), pemberian kortikosteroid, dan radiasi
• Limfedema : drainase manual (tungkai ditinggikan), pemasangan balutan elastis
KOMPLIKASI
• Inkontensia Urin
• Disfungsi Ereksi
• Metastasis ke Tulang: Dapat menimbulkan nyeri hebat bahkan retak
atau patah tulang
PROGNOSIS
Tingkat penyebaran Gejala & tanda klinis Tata laksana Prognosis hidup 15
tahun
T1a Tidak ada Observasi Normal

T1b Tumor difus Prostatektomi radikal 30-45%

T2a Nodul tunggal 1-1,5 Prostatektomi radikal 50-60%


cm
T2b/T3 Nodul tunggal >1,5 Prostatektomi radikal 35-45%
cm
T4 Perluasan periprostat Radiasi & 20-30%
limfadenektomi
N+/M+ N+ atau M+ Terapi hormonal, 0-10%
radiasi lokal paliatif
TUMOR BULI
Karsinoma buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan
keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat.
Tumor buli-buli sekitar 90%  karsinoma sel transisional.
Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita. Di daerah industri
kejadian tumor ini meningkat tajam.
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
•Pekerjaan

Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik
kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa
senyawa amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).

•Perokok

•Infeksi saluran kemih

•Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan.

Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta
pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenasetin, opium, dan obat anti
tuberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma
bulibuli.
BENTUK TUMOR JENIS HISTOPATOLOGI
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non • ± 90% tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional, berifat
multifokal yaitu terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri
invasif (in situ), noduler (infiltratif), atau campuran
atas sel transisional yaitu di pielum, ureter atau uretra
antara bentuk papiler dan infiltratif posterior.
• Sedangkan jenis yang lainnya karsinoma sel skuamosa (± 10%)
dan adenokarsinoma (±2%)
1. ADENOKARSINOMA
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli :

1.Primer terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada beberapa kasus sistitis
glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada perjalannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi
adenokarsinoma bulibuli.

2.Urakhus persisten (yaitu merupakan sisa duktus urakhus) yang mengalami degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

3.Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain, diantaranya adalah: prostat, rektum, ovarium,
lambung, mamma, dan endometrium.

Prognosis adenokarsinoma bulu-buli ini sangat jelek.


2. KARSINOMA SEL SKUAMOSA

• Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel epitelnya
mengalami metaplasia berubah menjadi ganas.
• infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang dipasang dalam jangka
waktu lama, infestasi cacing Schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obatobatan
siklofosfamid secara intravesika.
KLINIS PENCITRAAN
- Hematuria (tanpa disertai rasa nyeri (painless), - Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-
kambuhan (intermittent), terjadi pada seluruh proses buli berupa filling defect dan mendeteksi adanya tumor sel
miksi (hematuria total). transisional yang berada di ureter atau pielum.
- Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa - Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan
disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma in situ salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau
atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi muara ureter.
luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli- - CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi
buli. tumor ke organ sekitarnya.
- Retensi uri
- Edema tungkai
LAB
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula:
- sitologi urine yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urine.
- antigen permukaan sel (cell surface antigen),
- flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-
sel urotelium
TERAPI
Tindakan yang pertama dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah reseksi bulibuli transuretra atau TUR Buli-
buli.

Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain :


a. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau wait and see
b. Instilasi intravesika dengan obat-obat mitomisin C, BCG, 5-fluoro uracil, siklofosfamid, doksorubisin, atau
dengan interferon.
c. Sistektomi radikal, parsial, atau total
d. Radiasi eksterna
e. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinum-siklofofamid dan adriamisin
TUMOR
PENIS
Keganasan sel skuamosa dari epitel glans penis atau
permukaan dalam prepusium.
ETIOLOGI

Dari berbagai penelitian:


• Terdapat hubungan hygiene penis dengan kejadian karsinoma penis.
• Rangsangan lama seperti (balano-) prostitis kronik pada fimosis
• Iritasi smegma mengakibatkan inflamasi kronis sehingga merangsang timbulnya keganasan penis.

• Sirkumsisi mengurangi risiko keganasan penis. 


• Kejadian meningkat pada bangsa yang tidak melakukan sirkumsisi: India, Cina, Afrika.
STADIUM

• Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium


• Tumor sudah mengenai batang penis
• Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan metastasis pada kelenjar limfe inguinal
• Tumor sudah melampaui batang penis dan kelenjar limfe inguinal sudah tak dapat dioperasi (inoperable) atau telah
terjadi metastasis jauh.
GAMBARAN
KLINIS DIAGNOSIS
• Lesi primer berupa tumor yang kotor, • Diagnosis ditegakkan melalui
berbau dan sering mengalami infeksi, pemeriksaan patologi dari biopsi pada
ulserasi, serta perdarahan. lesi primer.
• Kadang-kadang didapatkan • Pencitraan digunakan untuk menilai
pembesaran kelenjar limfe inguinal penyebaran tumor ke organ lain.
yang nyeri karena infeksi atau
pembesaran kelenjar limfe subklavia.
TERAPI
• Menghilangkan Lesi Primer

• Sirkumsisi
• Penektomi Parsial
• Penektomi Total & Uretrostomi Perineal
• Terapi Laser
• Terapi Topikal dengan Kemoterapi
• Radiasi
• Terapi Kelenjar Limfe Regional
• Antibiotik 4-6 minggu
• Apabila masih membesar, dilakukan diseksi
PROGNOSIS
Tergantung dari tingkat penyebaran sewaktu mulai penanganan.

- T1 N0: ketahanan hidup 5 tahun dapat mencapai 90%

- T2 N0: antara 70-80%.


TUMOR
TESTIS
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal
dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh
bila diberi penanganan adekuat.
EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI
• Tumor testis sel germinal merupakan tumor yang • Faktor penyebab karsinoma testis belum jelas.

• Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus


jarang ditemukan & meliputi <1% dari keganasan
mempunyai risiko lebih tinggi untuk tumor testis
laki-laki.
ganas.
• Kebanyakan ditemukan pada usia 20-36 tahun.
• Penggunaan hormon dietilstilbestrol (DES) oleh ibu

pada kehamilan dini meningkatkan risiko tumor

maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa

muda.
KLASIFIKASI
MANIFESTASI KLINIS
• Benjolan di skrotum yang tidak nyeri & terbatas di dalam testis.
• Kadang-kadang nyeri skrotum akut dapat terjadi, karena perdarahan intratumoral,
menyebabkan kebingungan diagnostik dengan torsi testis atau orkitis. 
• Gejala sugestif penyakit lanjut termasuk penurunan berat badan, chest symptom dan
nyeri tulang. 
• Pemeriksaan fisik : cachexia, limfadenopati supraklavikular, chest sign, hepatomegali,
edema tungkai bawah atau massa perut, semuanya menunjukkan penyakit
metastasis. 
• Pemeriksaan genitalia: massa ireguler keras yang tidak nyeri di testis.
• Jarang, hidrokel mungkin ada. Spermatic cord mungkin normal atau menebal.
Gynaecomastia jarang terjadi.
DIAGNOSIS
• Anamnesis: - Keluhan : benjolan di testis
• Adanya penurunan berat badan
• Riwayat penyakit: HIV, kriptosidisme
• Riwayat keluarga
• Pemeriksaan Fisik: - Palpasi benjolan di testis (keras dan padat)
• USG : akan mengkonfirmasi bahwa lesi teraba berada di dalam testis,
• Serum marker: penanda tumor serum yang meningkat (mis., Alpha-fetoprotein [AFP],
human chorionic gonadotropin [hCG], dan lactate dehydrogenase [LDH]), 
• CT / MRI (untuk pembesaran nodus retroperitoneal, mediastinal, dan thorax), dan 
• konfirmasi histologis melalui biopsi testis.
DIAGNOSIS TATALAKSANA
BANDING
• Pengobatan utama untuk semua tumor testis adalah orkidektomi radikal. Ini melibatkan
Torsi Testis
eksisi testis, epididimis dan cord, dengan penutupnya, melalui sayatan pangkal paha.
Hidrokel
Orkitis • Jika penentuan stadium atau penanda menunjukkan penyakit sistemik, kemoterapi
kombinasi sistemik dianjurkan. Berbagai rezim kemoterapi, misalnya bleomycin, etoposide
dan cisplatin. Radioterapi ke kelenjar para-aorta yang membesar adalah alternatif, dalam
kasus seminoma metastasis.
• Untuk pembesaran nodus para-aorta residual setelah kemoterapi, diseksi kelenjar getah
bening retroperitoneal mungkin bersifat kuratif. Pembedahan ini invasif, berisiko tinggi
mengalami ejakulasi dan disfungsi ereksi.
KOMPLIKASI PROGNOSIS
Disfungsi ereksi Kelangsungan hidup 5 tahun yang diharapkan untuk
Metastasis  seminoma dan nonseminomatosa adalah masing-
Kematian masing 96% dan 90%.
Lebih lanjut, memiliki tingkat kelangsungan hidup
relatif 5 tahun masing-masing:
• kanker testis lokal (stadium I) : 99%
• regional (stadium II dan beberapa IIIB dan IIIC) :
96%
• jauh (stadium IIIA, IIIB, atau IIIC) : 73%
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai