Anda di halaman 1dari 15

HIPERNEFROMA

(TUMOR GRAWITZ)
Pendahuluan
Hipernefroma adalah keganasan yang berasal dari lapisan
tubulus kontortus proksimal ginjal.
Pada umumnya menyerang kelompok usia dewasa. Lebih
sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan 1.6 : 1.
Sinonim Hipernefroma yaitu Grawitzs Tumor, Renal Cell
Carcinoma (RCC), Adenocarcinoma of Kidney,
Hipernephroid Tumour, dan Struma Suprarenalis Cystic
Haemorrhagica.
Trias klasik Hipernefroma meliputi nyeri flank, gross
hematuri dan teraba massa abdomen.
Gejala klinis lain yang didapatkan adalah varikokel,
gangguan penglihatan, wajah pucat dan konstipasi.
PATOFISIOLOGI DAN PATOLOGI
Jaringan asal Hipernefroma adalah epitel tubulus
proksimalis. Hipernefroma biasanya berbasis dalam kortek
ginjal.
Hipernefroma cenderung untuk meluas sebagai trombus
tumor menuju aliran vena renalis dan setelah itu vena
renalis utama, vena hepatika berpotensi ke atrium kanan.

Klasifikasi Hipernefroma (Renal cell carcinoma) secara patologi
dibagi menjadi 5 tipe :
1. Clear Cell Type ( 65% )/ Hipernefroma konvensional, yang
berasal dari sel tubulus proksimal, kelainan sitogenetik :
Kromosom 3p delesi, mutasi VHL (tumor supresor);
2. Papillary Cell Type ( Chromophil) ( 15%), yang berasal dari sel
tubulus proksimal, kelainan sitogenetik: Trisomi kromosom
3q,7,12,16,17,20 kehilangan kromosom Y;
3. Chromophob Cell Type (10%), yang berasal dari sel interkalasi
kortek duktus kolektivus, kelainan sitogenetik : Monosomi
kromosom 1,2,6,10,13,17, hypodiploid;
4. Oncocytoma ( 5%), yang berasal dari sel: Sel interkalasi kortek
duktus kolektivus, kelainan sitogenetik: Hilangnya kromosom 1
dan Y
5. Unclassified Cell Type ( 5%) : sarkoma, tumor duktus
kolektivus.
Diagnosis
Trias klasik Hipernefroma meliputi nyeri pinggang, gross
hematuri dan terabanya massa abdomen (sekarang jarang
ditemukan (6-10%). Gejala klinis lain termasuk varikokel
akibat trombus tumor dalam vena renalis sinistra atau vena
cava inferior.
Faktor resiko untuk Hipernefroma meliputi perokok,
obesitas, dan hipertensi
Radiografi polos abdomen (KUB - Kidney, ureter, bladder)
jarang digunakan untuk diagnosis massa ginjal. Hilangnya
psoas line atau pergeseran lemak retroperitoneal
mengesankan kemungkinan adanya massa
Intravenous urography ( IVU) merupakan metode yang relatif
tidak sensitif dalam mendeteksi massa ginjal, terutama apabila
tumor terletak di sentral.
Mayoritas tumor ginjal didiagnosis dengan ultrasonografi dan
CT. MRI dapat dilakukan terutama untuk pasien dengan
keganasan lanjut lokal, pada kasus dengan kemungkinan
keterlibatan venosa, insufisiensi ginjal atau alergi terhadap
pemberian bahan kontras intravena.
Strategi yang digunakan untuk mengevaluasi massa ginjal
adalah pembagian massa berdasar pola pertumbuhan. Pola
pertumbuhan massa dibagi menjadi massa tipe bola atau
buncis, suatu konsep yang dibuat oleh David S, MD dan
Pablo R Ros,MD,MPH.
Massa tipe bola paling umum terjadi, massa membesar dan
meluas. Dapat merubah kontur ginjal, menghasilkan suatu
tonjolan. Begitu terjadi perubahan kontur, walaupun kadang tak
kentara mungkin dapat dinilai pada CT tanpa pemberian bahan
kontras. Setelah pemberian bahan kontras, densitasnya
meningkat tajam sehingga menampakkan perbedaan batas antara
massa dan parenkim ginjal sekitarnya. Tipe bola mungkin
menghasilkan suatu pseudokapsul yang menekan parenkim
ginjal yang berdekatan dengan massa. Tingginya vaskularisasi
massa dapat menyamarkan lokasi massa selama fase
kortikomedullari pada pencitraan CT. Selama fase nefrogenik
peningkatan vaskuler massa tersebut menjadi menyolok
dibanding dengan parenkim ginjal normal.
Tipe buncis memiliki gambaran berkebalikan dengan tipe
bola. Tipe buncis menggunakan parenkim ginjal sebagai
media asal untuk pertumbuhan infiltrasi. Proses tersebut
menyebabkan pembesaran ginjal dengan bentuk kontur
ginjal yang masih terpelihara. Karena tidak adanya kelainan
bentuk tersebut, maka tipe buncis mungkin tak terlihat pada
CT tanpa pemberian bahan kontras. Setelah pemberian
bahan kontras, infiltrasi massa akan terlihat secara jelas
pada fase nefrogenik. Tepi dari massa berbatas tak jelas.
CT tanpa pemberian bahan kontras penting dalam
identifikasi kalsifikasi. Fase kortikomedullari membantu
dalam menampakkan variasi normal, pseudotumour,
vaskularisasi tumor dan vena renalis. Fase nefrogenik
terbaik untuk mendeteksi massa ginjal, tampak adanya
penyangatan optimal pada medulla sehingga lesi kecil
medulla dapat tervisualisasi lebih baik. Untuk deteksi lesi
secara optimal dan untuk menentukan karakteristik lesi,
pencitraan sebaiknya dilakukan dalam dua fase tersebut.
Apabila hanya dilakukan satu fase untuk meminimalkan
radiasi sebaiknya digunakan fase nefrogenik.

Anda mungkin juga menyukai