Anda di halaman 1dari 36

Neoplasma Sistem Respirasi

Dr. Indra Yacob Mked(PA), Sp.PA


Karsinoma laring
• suatu keganasan yang terdapat pada kotak suara, pita suara ataupun
daerah lain yang terdapat pada tenggorokan.

• Paparan karsinogenik berulang-ulang menyebabkan struktur sel


normal terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi
abnormal. (sel skuamosa yang membentuk mayoritas epitel laring. )

• Kanker laring berproliferasi  invasi ke struktur yang berdekatan,


dengan cara metastasis ke kelenjar getah bening , atau yang lebih
jauh melewati aliran darah.

• Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling


sering.
EPIDEMIOLOGI
• Terdapat sebanyak 45 juta hingga 70 juta orang yang
menderita Karsinoma laring. Di Indonesia, Karsinoma laring
menempati urutan ke-empat dari setiap tahun di bidang THT.

• Di RSUP Haji Adam Malik Medan, Februari 2002 - Juni 2005


dijumpai 97 kasus karsinoma laring dengan perbandingan
laki-laki dan perempuan 8:1. Usia Universitas Sumatera Utara
penderita berkisar antara 30-79 tahun.

• Pada akhir-akhir ini tercatat insiden tumor ganas laring pada


wanita meningkat. Ini berhubungan dengan meningkatnya
jumlah wanita yang merokok
• Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan
pasti.

• rokok , alkohol, sinar radioaktif.

• Penelitian di RS Cipto Mangunkusumo


menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang
ditemukan pada orang yang tidak merokok, risiko
untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap.
Paparan terdahap karsinogen berulang-ulang akan menyebabkan
struktur DNA sel normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi
dan proliferasi abnormal.

Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel


berakibat padaburuknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis
serta kematian sel.

Pro-onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gen


menurun, keadaan ini mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel
anaplastik yang akan mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari
sel normal sehingga penderitaakan mengalami penurunan berat badan.

Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut hingga membentuk suatu masa
mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf
sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid.

Massa tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas.Iritasi


pada nervus laringeus menyebabkan suara menjadi serak.
FAKTOR RESIKO
- Usia
Sering terjadi pada usia pertengahan dan usia tua dengan puncak
insidensi terjadi pada dekade ke enam sampai ke delapan. Lebih
dari setengah kasus terjadi pada usia 65 tahun.

- Jenis Kelamin
Laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita yaitu sekitar
5:1.

- Ras
Tumor ganas laring lebih sering pada ras African American dan
kulit putih dibandingkan dengan ras asia dan latin.

- Pola Hidup
GEJALA

Serak
Nyeri
Dispnea dan stridor
tenggorok.

Batuk dan Nyeri tekan


Disfagia
hemoptisis laring
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Biopsi untuk pemeriksaan patalogi anatomi.
Pemeriksaan Penunjang :
pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan radiologi. Foto toraks, CT scan
laring

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dari bahan


biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah
bening di leher.

Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel


skuamosa.

Penilaian TMN : Tumor Primer (T), Penjalaran ke kelenjar limfa (N),


Metastasis Jauh (M)
Staging (Stadium)

a. Stadium 0 : Tis N0 M0
b. Stadium I : T1 N0 M0
c. Stadium II : T2 N0 M0
d. Stadium III : T1, T2 N1 M0 T3 N0, N1 M0
e. Stadium IVA : T4 N0, N1 M0 T apa pun N2 M0
f. Stadium IVB : T apa pun N3 M0
g. Stadium IVC : T apa pun N apa pun M1
PENATALAKSANAAN

Stadium 0 Hampir selalu dapat disembuhkan dengan


vocal cord stripping atau operasi . Jika ada kanker
yang tumbuh kembali setelah dilakukan vocal cord
stripping dan operasi laser, radiasi dapat digunakan.

Stadium I dan II Radiasi dan laringektomi parsial


digunakan pada kebanyakan kasus. tingkat komplikasi
cenderung lebih rendah dengan pengobatan
radiasi.Untuk kanker yang kecil, terapi radiasi lebih
banyak digunakan. Operasi hanya digunakan untuk
kanker yang kambuh.
Stadium III dan IV memerlukan perawatan
dengan beberapa kombinasi dari pembedahan,
radiasi, dan / atau kemoterapi.

Laringektomi total hampir selalu dilakukan.


Kanker ini memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menyebar ke kelenjar getah bening di leher,
sehingga kelenjar getah bening ini sering diangkat
bersama dengan tumor jika operasi dilakukan.
Terapi radiasi sering diberikan dengan kemoterapi dan
diperlukan setelah operasi.

Jika kerangka laring telah dihancurkan oleh kanker, pendekatan


pengobatan terbaik mungkin laringektomi total

Kanker yang telah menyebar terlalu jauh untuk benar-benar


dihilangkan dengan operasi sering diperlakukan dengan radiasi,
biasanya dikombinasikan dengan kemoterapi atau targeting
therapy Cetuximab (Ertibux).

Pada stadium lanjut, tujuan pengobatan adalah untuk


menghentikan atau memperlambat pertumbuhan
Tumor Mediastinum
• Tumor mediastinum adalah suatu massa abnormal di
ruang antara paru kanan dan kiri. Tumor ini merupakan
tumor yang jarang dibanding tumor jenis lainnya dan
kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat.

• Mediastinum adalah suatu rongga yang berada diantara


paru kanan dan kiri dan mempunyai banyak sturktur
anatomi vital didalamnya. Rongga mediastinum sempit
dan tidak dapat diperluas, sehingga apabila terjadi
pembesaran tumor dapat menekan organ disekitarnya
dan menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa
Epidemiologi
• Pada anak-anak tumor mediastinum yang sering ditemukan
berlokasi di mediastinum posterior dan jenisnya tumor saraf.
Sedangkan pada orang dewasa lokasi tumor banyak ditemukan
di mediastinum anterior dengan jenis limfoma atau timoma.

• Berdasarkan gender ditemukan perbedaan yang bermakna.


Sembilan puluh empat persen tumor sel germinal adalah laki-laki,
66% tumor saraf berjenis kelamin perempuan, sedangkan jenis
tumor lainnya 58% ditemukan pada laki-laki.

• Berdasarkan umur, penderita limfoma dan timoma ditemukan


pada penderita umur dekade ke-5, tumor saraf pada dekade
pertama, sedangkan sel germinal ditemukan pada umur dekade
ke-2 sampai ke-4
• Bacha dkk4 dari Perancis, melakukan pembedahan
terhadap 89 pasien tumor mediastinum dan terdiri dari
35 kasus timoma invasif, 12 karsinoma timik, 17 sel
germinal, 16 limfoma, 3 tumor saraf, 3 karsinoma tiroid,
2 radiation induced sarcoma dan 1 kasus mesotelioma
mediastinum.

• Dari data RS Persahabatan tahun 1970 – 1990 telah


dilakukan operasi tumor mediastinum sebanyak 137
penderita, dengan jenis teratoma 44 kasus (32,1%),
timoma 33 (24%) dan tumor saraf 11 kasus (8%). 2 Dari
103 penderita tumor mediastinum, timoma ditemukan
pada 57,1% kasus, tumor sel germinal 30%, limfoma,
tumor tiroid dan karsinoid masing-masing 4,2%.
Diagnosis
Kebanyakan tumor mediastinum tanpa gejala dan ditemukan pada saat
dilakukan foto toraks untuk berbagai alasan.

Keluhan penderita biasanya berkaitan dengan ukuran dan invasi atau


kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak napas berat, sindrom
vena kava superior (SVKS) dan gangguan menelan.

Tidak jarang pasien datang dengan kegawatan napas, kardiovaskuler atau


saluran cerna.

Bila pasien datang dengan kegawatan yang mengancam 3 jiwa, maka


prosedur diagnostik dapat ditunda. Sementara itu diberikan terapi
dan/atau tindakan untuk mengatasi kegawatan, bila telah memungkinkan
prosedur diagnostik dilakukan.
Alur prosedur diagnostik
Anamnesis dan pemeriksan fisik yang cermat akan menemukan keluhan
yang khas serta gejala dan tanda yang kadang spesifik untuk jenis tumor
mediastinum tertentu.

Foto toraks polos posteroanterior (PA) sering tidak dapat mendeteksi tumor
yang kecil karena superposisi dengan organ lain yang ada di mediastinum.
Jika tumor sangat besar kadang juga menjadi sulit menentukan lokasi asal
tumor.

CT Scan adalah alat diagnostik bantu yang bukan hanya dapat mendeteksi
lokasi tumor tetapi dapat memperkirakan jenis tumor tersebut.

Untuk timoma gambaran makroskopik tumor melalui CT Scan juga


dibutuhkan untuk penentuan staging penyakit.

Teratoma dipastikan bila ditemukan massa dengan berbagai jenis jaringan


di dalamnya. Pemeriksaan imaging lain, seperti ekokardiografi, esofagografi
dan MRI kadang dibutuhkan bukan hanya untuk diagnostik tetapi juga
penatalaksanaan yang akan diberikan.
Untuk mendapatkan jenis sel tumor sebaiknya dipilih teknik yang sederhana,
murah dan aman. Biopsi jarum halus (BJH) atau fine needle aspiration biopsy
(FNAB) pada massa superfisial adalah tindakan pilihan pertama.

Sitologi cairan pleura dan biopsi pleura dilakukan bila ditemukan efusi pleura.

Biopsi transtorakal (TTB) tanpa tuntunan fluoroskopi dapat dilakukan bila


ukuran tumor besar dan lokasinya tidak berisi banyak pembuluh darah.
Kelemahan teknik ini adalah apabila jaringan tumor terdiri dari berbagai
jaringan seperti pada teratoma sering mendapatkan negatif palsu.

Teknik Percutaneneous core needle biopsy (PCNB) untuk tumor mediastinum


memiliki sensitiviti 91,9% dan spesifisiti 90,3% dengan komplikasi
pneumotoraks 11% dan hemoptisis 1,6% dari 70 pasien.

Meskipun tumor marker tidak memberikan arti tetapi untuk tumor sel
germinal pemeriksaan kadar beta-HCG dan alfa-fetoprotein dilakukan untuk
membedakan seminoma atau bukan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor mediastinum sangat bergantung pada sifat tumor, jinak atau
ganas.

Tindakan untuk tumor mediastinum yang bersifat jinak adalah bedah, sedangkan
untuk tumor ganas berdasarkan jenisnya.

Jenis tumor mediastinum ganas yang paling sering ditemukan adalah timoma (bagian
dari tumor kelenjar timus), sel germinal dan tumor saraf. Secara umum terapi untuk
tumor mediastinum ganas adalah multimodaliti yaitu bedah, kemoterapi dan radiasi.

Beberapa jenis tumor resisten terhadap radiasi dan/atau kemoterapi sehingga bedah
menjadi pengobatan pilihan, tetapi banyak jenis lainnya harus mendapatkan tindakan
multimodaliti.

Kemoradioterapi dapat diberikan sebelum bedah (neoadjuvan) atau sesudah bedah


(adjuvan). Pilihan terapi untuk timoma ditentukan oleh staging penyakit saat
diagnosis. Untuk tumor sel germinal sangat bergantung pada subtipe tumor, tumor
saraf dibedakan berdasarkan jaringan yang dominan pada tumor.
KARSINOMA PARU

• Kanker paru adalah semua penyakit keganasan


di paru, mencakup keganasan yang berasal dari
paru sendiri (primer)

• Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan


kanker paru primer adalah tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus
= bronchogenic carcinoma).
EPIDEMIOLOGI
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia,
mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker.
Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh
kematian akibat kanker pada laki-laki.

Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus


baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru.

Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis kanker


terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk
semua jenis kanker pada perempuan.

Kanker paru juga merupakan penyebab kematian akibat kanker


terbanyak pada lakilaki dan kedua pada perempuan
Data hasil pemeriksaan di laboratorium Patalogi
Anatomi RSUP Persahabatan , kanker paru
merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua
jenis kanker yang didiagnosa.

Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais


tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker
trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan
terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker
nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab
kematian akibat kanker terbanyak pada pria
(28,94%).
FAKTOR RISIKO DAN DETEKSI DINI
Metode skrining yang telah direkomendasikan untuk deteksi
kanker paru terbatas pada kelompok pasien risiko tinggi.

Kelompok pasien dengan risiko tinggi  usia > 40 tahun


dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok
dalam kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan,

Atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun


dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya.

Faktor risiko kanker paru lainnya adalah pajanan radiasi,


paparan okupasi terhadap bahan kimia karsinogenik, riwayat
kanker pada pasien atau keluarga pasien, dan riwayat
penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.
Pada pasien berisiko tinggi, dengan anamnesa dan pemeriksaan
fisik yang mendukung kecurigaan adanya keganasan pada paru-
paru, dapat dilakukan pemeriksaan low-dose CT scan untuk
skrining kanker paru setiap tahun, selama 3 tahun, namun tidak
dilakukan pada pasien dengan komorbiditas berat lainnya.
Pemeriksaan ini dapat mengurangi mortalitas akibat kanker paru
hingga 20%.

Pada pasien yang tidak memenuhi kriteria “kelompok risiko tinggi”,


pemeriksaan low-dose CT scan tidak direkomendasikan. Selain itu,
pada pasien yang tidak dapat menjalani terapi kanker paru akibat
keterbatasan biaya atau kondisi kesehatan yang tidak
memungkinkan, maka pemeriksaan ini tidak disarankan.
DIAGNOSIS
Kanker paru ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan patologi anatomi.

Anamnesis Batuk merupakan gejala tersering (60-70%) pada kanker


paru. Gejala lain berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi
pleura, efusi perikard, sindorm vena kava superior, disfagia, Pancoast
syndrome, paralisis diafragma.

Pancoast syndrome merupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang


tumbuh di sulkus superior, yang menyebabkan invasi pleksus brakial
sehingga menyebabkan nyeri pada lengan, sindrom Horner (ptosis,
miosis, hemifacial anhidrosis).

Gejala klinis sistemik yang juga kadang menyertai adalah penurunan


berat badan dalam waktu yang singkat, nafsu makan menurun, demam
hilang timbul
Pemeriksaan Fisik mencakup tampilan umum penderita yang
menurun, penemuan abnormal seperti benjolan leher, ketiak atau
dinding dada, tanda pembesaran hepar atau tanda asites, nyeri ketok di
tulang.

Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) supraklavikula, leher dan


aksila menandakan telah terjadi penyebaran ke KGB atau tumor di
dinding dada, kepala atau lokasi lain juga menjadi petanda penyebaran.

Sesak napas dengan temuan suara napas yang abnormal didapat jika
terdapat massa yang besar, efusi pleura atau atelektasis.

Venektasi (pelebaran vena) di dinding dada dengan pembengkakan


(edema) wajah, leher dan lengan berkaitan dengan bendungan pada
vena kava superior (SVKS).

Sindroma Horner sering terjadi pada tumor yang terletak si apeks


(pancoast tumor).
Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin: Hb, Leukosit,
Trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal.

Pemeriksaan Patologi Anatomik


1. Pemeriksaan Patologi Anatomik (Sitologi dan
Histopatologi)
2. Pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan jenis
(seperti TTF-1 dan lain-lain) dilakukan apabila fasilitas
tersedia.
3. Pemeriksaan Penanda molekuler yang telah tersedia
diantaranya adalah mutasi EFGR hanya dilakukan apabila
fasilitas tersedia
Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien
dengan kecurigaan terkena kanker paru

CT scan toraks dilakukan sebagai evaluasi dan diperluas hingga kelenjar adrenal
untuk menilai kemungkinan metastasis hingga regio tersebut

Bronkoskopi prosedur utama yang dapat menetapkan diagnosis kanker paru

Biposi jarum halus (fine needle aspiration biopsy, FNAB) adalah metode utama
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi Pemeriksaan transthoracal
biopsy (TTB) dapat dilakukan untuk mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan
sitologi maupun histopatologi Endobrachial ultrasound (EBUS) dapat dilakukan
sebagai pemeriksaan tambahan, terutama untuk evaluasi kelenjar mediastinal,
dan mendapatkan spesimen histopatologi. Tindakan biopsi pleura, pleuroscopy
dapat dilakukan untuk mendapatkan spesimen pada pleura

Pemeriksaan molekul marker (gen EGFR, gen KRAS, fusigen EML-ALK),


digunakan untuk pemilihan obat sistemik berupa terapi target (targeted therapy)
pada jenis adenokarsinoma
TATALAKSANA
Manajemen terapi dibagi atas:

1. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK = non


small cell carcinoma) Karsinoma sel skuamosa (KSS) ,
Adenokarsinoma , Karsinoma sel esar (KSB), Jenis lain yang jarang
ditemukan

Pilihan pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit,


tampilan umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan
cost-effectiveness. Modalitas penanganan yang tersedia adalah
bedah, radiasi, kemoterapi, dan terapi target. Penedekatan
penanganan dilakukan secara integrasi multidisiplin.
2. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK =
small cell carcinoma)
a.Stadium terbatas (limited stage disease = LD)
b. Stadium lanjut (extensive stage disease = ED)

Berbeda dengan KPBSK, pasien dengan KPKSK tidak


memberikan respon yang baik terhadap terapi target.
Reseksi bedah dapat dilakukan dengan kemoterapi
adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan radiasi terapi
adjuvant pada TNM stadium dini, dengan/tanpa
pembesaran kelenjar getah bening
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai