Anda di halaman 1dari 7

TIMUS ( TIMOMA)

A. PENGERTIAN
Timoma adalah tumor yang berkembang di kelenjar timus, yaitu organ kecil
yang terletak di belakang tulang dada dan di antara paru-paru. Organ ini
mengeluarkan hormon yang bernama timosin. Hormon tersebut penting dalam
mengembangkan T-limfosit atau T-sel yang merupakan bagian krusial dari sistem
kekebalan tubuh. Sel tersebut membantu tubuh melawan patogen mematikan.
Timoma adalah jenis kanker langka. Biasanya berkembang dengan lambat dan
jarang menyebar ke bagian tubuh lain. Sehingga, timoma bisa dianggap tidak
agresif.
Timoma sering ditemukan pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang
tidak berfungsi. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh
terhadap penyakit dan infeksi. Namun dalam keadaan abnormal, sistem kekebalan
tubuh malah menyerang sel sehat dan jaringan di tubuh. Serangan yang diberikan
sama seperti serangan untuk melawan patogen.

B. ETIOLOGI
Timus di dalam tubuh manusia digambarkan sebagai organ limfoid di mana
letaknya ada pada mediastinum anterior dan memiliki tanggung jawab dalam
pengembangan sekaligus pematangan fungsi imunologi sel secara menyeluruh di
masa awal. Sel epitel dan limfosit merupakan dua hal yang mendirikan timus.

Sel prekursor melakukan migrasi ke timus yang lalu dilanjutkan dengan proses
diferensiasis menjadi limfosit yang mana mayoritas dari limfosit ini akan mengalami
kehancurkan. Sisa sel-sel yang ada akan melakukan migrasi ke jaringan lalu menjadi
limfosit T. Saat sel epitel yang menjadi pembentuk jaringan organ timus menjadi
ganas, timoma pun berpeluang untuk berkembang.

Perkembangan limfoma terjadi ketika limfosit dengan jenis sel lain hadir dalam
timus lalu berubah menjadi kanker. Faktor penyebabnya belum diketahui pasti
bagaimana bisa menjadi penyebab timoma berkembang namun myasthenia gravislah
yang kerap dikaitkan dan memicu timbulnya tanda seperti kelemahan otot. Pada
umumnya, timoma terdiagnosa ketika dokter melakukan pemeriksaan untuk penyakit
lain, terutama saat proses rontgen dada.
C. PATOFISIOLOGI

Sebagimana bentuk tumor lain, penyebab dari timbulnya tumor jaringan


mediastinum belum diketahui secara pasti, namun diduga berbagai faktor predisposisi
(virus, faktor lingkungan, faktor hormonal, dan faktor genetik semuanya berkaitan
dengan risiko terjadi tumor) yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi
tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum.

Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif
singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waktu bertahun-tahun untuk
menimbulkan manifestasi klinik. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat
yang bersifat initiation yang merangsang permulaan terjadinya perubahan sel.
Diperlukan perangsang yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbuln ya
penyakit tumor. Initiate agent biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan beraksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik
(DNA). Keadaan selanjutnya akibat keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya formasi tumor. Hal ini dapat
berlangsung lama. Bisa mingguan bahkan sampai tahunan.

Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka


secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya. Pelepasan berbagai
substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein
reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya
rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya, terutama jaringan yang memiliki
ikatan yang relatif lemah.

Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar
mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah
dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh
darah maupun peristiwa mekanis dalam tubuh.

Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik


menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan
destruksi jaringan sekitar, yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi
pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum,
bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan
banyak keruskan pembuluh darah. Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya
infeksi sekunder, sehingga kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah
pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, tuberculosis walaupun mungkin secara
klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol.

D. MANIFESTASI KLINIS
 mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu
(menelungkup).
 secret berlebihan.
 batuk dengan atau tanpa dahak .
 riwayat kanker pada keluarga atau pada klien.
 pernafasan tidak simetris.
 unilateral fail chest.
 effusi pleura.
 egophonia pada daerah sternum.
 pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru.
 wheezing unilateral/bilateral.
 Ronchii.

Sebagian besar pasien timoma akan memperlihatkan gejala pada waktu


presentasi. Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen
pasien menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh
lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan
peningkatan penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa
mediastinum terlihat pada pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien
dengan massa mediatinum mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan
lebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas.

Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax
rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap
kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik
atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik untuk
neoplasma spesifik.

Keluhan yang biasanya dirasakan adalah:

 batuk atau stridor karena tekanan pada trakea atau bronchi utama.
 gangguan menelan karena kompresi esophagus.
 vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.
 suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.
 Serangan batuk dan spasme bronkus karena tekanan pada nerves fagus.

Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan BB


dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh pasien
dengan massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh kompresi
local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang berdekatan.

Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior.


Nyeri dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding
pada posterior dan nervus interkotalis. Kompresi batang trakhebronkus biasanya
memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala
yang agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan
disfagia atau gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai
simpatis atau plekus brachialis masing-masing menimbulkan paralisin plika
vakalis, sindrom Horner dan sindrom ancoast. Timoma yang menyebabkan
gejala ini paling sering berlokalisasi pada mediatinum superior. Keterlibatan
nervus frenikus bisa menyebabkan paralisis diafragma.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sesudah gejala nampak dan dialami, tentu kita perlu segera ke dokter untuk
memeriksakan diri dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Proses diagnosa
juga turut membantu supaya kita bisa mengetahui apakah gejala benar-benar
merujuk pada kondisi timoma. Berikut adalah sejumlah tes penting untuk ditempuh
para penderita gejala timoma.

 CT scan – Penting untuk menempuh pemeriksaan ini demi terselidikinya ukuran


sekaligus tingkat atau tahapan tumor. CT scan ini jugalah yang menjadi pemantau
dari pengambilan sampel lesi dengan pengumpulan biopsi jarum. Bahkan metode
pemindaian ini bisa diandalkan apabila hendak mendeteksi perkembangan
pembuluh darah yang meningkat.

 Pemeriksaan histologis – Ahli patologilah yang perlu melakukan metode


pemeriksaan satu ini sesudah sampel jaringan massa diambil dan dikumpulkan.
Diagnosis penting juga dilakukan melalui prosedur ini untuk klasifikasi tumor
perlu dilakukan secara patologis sesudah adanya penanganan tumor formal tumor
timus.

Ada beberapa jenis tes laboratorium lainnya yang juga perlu dilakukan untuk mampu
mengidentifikasi kondisi dari penderita, yaitu:

 Mediastinoskopi

 Hitung darah penuh

 Enzim hati

 Torakoskopi

 Elektrolit

 Pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik pasien

 Tes fungsi ginjal

 Elektroforesis protein

 Posteroanterior dan radiograf dada lateral

 Pemeriksaan MRI

 Aspirasi jarum halus

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Foto thorax
Dari foto thorax PA atau lateral untuk menentukan lokasi tumor anterior,
medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit
ditentukan lokasinya yang pasti.
2) Tomografi
Dapat menentukan lokasi tumor, mendeteksi klasifikasi pada lesi yang sering
ditemukan pada timoma. Teknik ini semakin jarang digunakan.
3) CT-Scan thorax dengan kontras
Dapat mendeskripsikan lokasi, kelainan tumor secara lebih baik, kemungkinan
jenis tumor, misalnya pada timoma menentukan stage pada kasus timoma
dengan cara mencari apakah telah terjadi invasi atau belum, mempermudah
pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi, serta untuk
menentukan luas radiasi beberapa jenis tumor mediastinum bila dilakukan CT-
Scan Toraks dan CT-Scan abdomen.
4) Flouroskopi
Untuk melihat kemungkinan terjadi aneurisma aorta.
5) Ekokardiografi
Untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang diduga terjadi aneurisma aorta.
6) Angiografi
Lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma aorta dibandingkan flouroskopi dan
ekokardiografi.
7) Esofagografi
Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan bila ada dugaan invasi atau penekanan
pada esophagus.
8) USG, MRI, dan Kedokteran Nuklir
Jarang dilakukan, tetapi pemeriksaan ini terkadang harus dilakukan untuk
beberapa kasus tumor mediastinum.
9) Pemeriksaan Lain
EMG adalah pemeriksaan penunjang untuk tumor mediastinum jenis timoma,
dimana untuk mencari kemungkinan terjadi miestenia gravis atau myesthenic
reaction.
10) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hasil pemeriksaan rutin laboratorium sering tidak memberikan informasi
yang berkaitan dengan tumor, tetapi terkadang LED meningkat pada
limfoma dan TBC mediastinum.
b) Uji tuberculin bila dicurigai adanya limfadenitis TBC.
c) Emeriksaan T3 dan T4 dibutuhkan untuk mendeteksi tumor tiroid.
d) Pemeriksaan beta-HCG dan alfa-fetoprotein dilakukan untuk tumor
mediastinum yang termasuk kelompok tumor sel germinal, khususnya bila
ada keraguan antara tumor sel germinal seminoma atau nonseminoma.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus
timoma. Tetapi sangat jarang kasus penderita, tetapi sangat jarang kasus
penderita datang pada stage 1 atau noninvasive, sehingga terapi
multimodalitilah yang dapat memberikan hasil yang lebih baik. Jenis tindakan
bedah untuk kasus ini adalah Extended Thymo Thymectomy (ETT) atau
reseksi komplet, yaitu mengangkat kelenjar timus beserta jaringan lemak
sekitarnya sampai jaringan perikard dan debulking reseksi sebagian atau
pengangkatan massa tumor sebanyak mungkin. Reseksi komplet ini diyakini
dapat mengurangi resiko invasi dan meningkatkan umur harapan hidup.
2) Obat-obatan
3) Immunoterapi
Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon
4) Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa
jenis tumor. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapai bedah atau terapi radiasi. Pada
karsinoma sel skuamosa sangat responsive pada kemoterapi, sedangkan pada
non small cell karsinoma kurang member hasil yang baik.
5) Radioterapi
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan
normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk
membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.
Radioterapi harus diberikan pada kasus timoma invasive atau reseksi sebagian
untuk control ketat, tetapi tidak direkomendasikan untuk yang telah menjalani
reseksi komplet.

H. DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31553377/LP_TUMOR_MEDIASTINUM.docx

https://www.docdoc.com/id/info/condition/thymoma/

https://halosehat.com/penyakit/timoma

https://www.academia.edu/38215810/LAPORAN_PENDAHULUAN_mediastinum

Anda mungkin juga menyukai