Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR MEDIA STERNUM

DI RUANG CANCER RSUD AL-IHSAN JAWA BARAT

Oleh :
LABIBAH MAHMUDA
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENES BANDUNG
BANDUNG 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MEDIASTINUM

A. Anatomi dan Fisiologi Mediastinum

Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral:
pleura mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga
mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ
penting di sekitarnya dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum
tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan
dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-

5 dan bagian bawah sternum.


2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma didepan

jantung.
3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma
dibelakang jantung.
4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma

di antara mediastinum anterior dan posterior. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,


2003)

B. Definisi

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu


rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar,
pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah
bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga
imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah
besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)
Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan
mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri
yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea,

kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor

2
mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang
spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini. (dr. Agus Rahmadi, 2010)

C. Etiologi

Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:


1. Penyebab kimiawi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong
asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
2. Faktor genetik (biomolekuler)

Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh
protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.
3. Faktor fisik

Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma


fisik maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal dari
sinar matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.
4. Faktor nutrisi

Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur
pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
5. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan
ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan.
Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia.
6. Faktor hormon

Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian


peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat
pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.

D. Klasifikasi Tumor

Mediastinum 1. Timoma
Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang
banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50
tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat

preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya dapat
sangat bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau tidak. Malignitas

3
ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ sekelilingnya dan tidak
dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat keluhan lokal. Thymoma juga
dapat berhubungan dengan myasthenia gravis, pure red cell aplasia dan
hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma mempunyai perjalanan klinis
benigna. Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul mempunyai
kepentingan prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan
terapi bedah. (Aru W. Sudoyo, 2006)
Stage dari Timoma:
a. Stage I : belum invasi ke sekitar
b. Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis
c. Stage III : invasi s/d pericardium
d. Stage IV : Limphogen / hematogen
e. Teratoid
2. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada
mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah
putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma.
Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada
abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan
oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin
dan limfoma non-Hodgkin.
3. Tumor Tiroid

Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.


4. Kista pericardium

Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat
menempel pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka dengan
perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung. Kista ini
juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial adalah kelainan
congenital, tetapi baru muncul manifestasi pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5
atau 6, ukuran tumor biasanya secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih
dari 10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering terlihat sebagai rongga-rongga
dengan dinding yang tipis dengan perubahan bentuk pada pernapasan dalam. Kista-

kista coelom di sebelah kanan harus differensiasi dengan lemak parakardial dan
dengan hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini sering

4
terdapt, meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak
menimbulkan keluhan, infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui.
Karena itu ekstirpasi hanya diperlukan pada keraguan yang serius mengenai
diagnosisnya atau pada ukuran kista yang sangat besar.
5. Tumor neurogenik

Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,


manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak
jauh di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia
simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi
pada semua umur, tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)
6. Kista Bronkhogenik

Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri dari
jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel
rambut getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista
bronkus terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan
selalu dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga
menimbulkan keluhan karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali
itu terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan
pengangkatan dengan pembedahan. Gejala dari kista ini adalah batuk, sesak napas
s/d sianosis.

E. Patofisiologi
Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya karsinoma
jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga berbagai faktor
predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi tumbuhnya
jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum.
Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif
singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk
menimbulkan manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi
secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk
menentukan masalah adanya kanker pada suatu jaringan.

Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka


secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai

5
substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein
reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya
rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama jaringan yang memiliki ikatan
yang relatif lemah.
Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar
mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan
menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah
maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik
menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan
destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi
pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan
batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak
kerusakan pembuluh darah.
Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga
kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas
seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang
dijumpai gejala demam yang menonjol.
(Pathway terlampir)

F. Manifestasi Klinis
1. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu

(menelungkup)
2. Sekret berlebihan

3. Batuk dengan atau tanpa dahak

4. Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien


5. Pernafasan tidak simetris
6. Unilateral Flail Chest
7. Effusi pleura
8. Egophonia pada daerah sternum

9. Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru

10. Wheezing unilateral/bilateral

11. Ronchii

6
Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada waktu
presentasi. Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen pasien
menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh lebih
mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan peningkatan
penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa mediastinum terlihat pada
pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa mediastinum
mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan lebih tingginya kemungkinan
neoplasma ganas.
Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax
rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap
kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik atau
bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik untuk neoplasma spesifik.
Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :
1. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.

2. Gangguan menelan karena kompresi esophagus.


3. Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.
4. Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.
5. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.
Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat badan
dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh pasien dengan
massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh kompresi local atau invasi
oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang berdekatan.
Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri
dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada posterior
dan nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya memberikan gejala
seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang agak jarang yaitu stridor.
Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau gejala obstruksi. Keterlibatan
nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus brakhialis masing-masing
menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner dan sindrom Pancoast. Tumor
mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling sering berlokalisasi pada mediastinum
superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa menyebabkan paralisis diafragma.

7
G. Penatalaksanaan 1.
Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor
mediastinum
2. Obat-obatan
a. Immunoterapi
Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon
b. Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa jenis
tumor.
c. Radioterapi
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan normal.
Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk membunuh
sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.

H. Komplikasi

Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang utama


dan hubungan antara struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau infeksi dalam
mediastinum dapat menyebabkan timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan
penyebaran secara langsung, dengan melibatkan struktur-struktur (sel-sel) bersebelahan,
dengan tekanan sel bersebelahan, dengan menyebabkan sindrom paraneoplastik, atau
melalui metastatic di tempat lain. Empat komplikasi terberat dari penyakit mediastinum
adalah:
1. Obstruksi trachea

2. Sindrom Vena Cava Superior

3. Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan


4. Rupture esofagus

8
WOC ASKEP TUMOR MEDIASTINUM

Virus

Faktor hormonal Struktur dasar


Adanya zat yang
DNA berubah
Faktor lingkungan bersifat initiation

Faktor genetik

Initiation agent
Terjadi
(unsur kimia. fisik,
perubahan
dan biologis)
struktur sel

Memerlukan waktu yang Memerlukan waktu yang


lama, minggu bahkan lama dan
sampai tahunan berkesinambungan

Terbentuk Terbentuk Memicu terbentuknya sel

formasi tumor neoplasma tumor

Vena leher Nervus Nerves laryngeus Kompresi Trakea


mengembang vagus inferior tertekan esofagus tertekan
pada sindroma tertekan
vena cava
superior

Serangan batuk Suara serak Gangguan Batuk atau


dan spasme menelan stridor
bronkus

MK: gangguan MK: gangguan


konsep diri nutrisi

9
MK: nyeri, pola
napas tidak
efektif

10
Nursing care plan
Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas b.d adaptasi fisik tidak
adekuat sekunder terhadap penekanan jaringan paru
oleh sel tumor
Tujuan Pola napas efektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama…..x24jam pola napas efektif

Intervention NIC Outcome NOC


Mandiri: - kedalaman inspirasi
Airway Management - tingkat pernapasan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan - irama pernapasan
ventilasi - suara napas adventif
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu - cuping hidung
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction - terengah-engah
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara - dyspnea pada saat istiraha
tambahan
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
- Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
- Monitor vital sign
- Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola
nafas
- Ajarkan bagaimana batuk efektif

- Monitor pola nafas

Kolaborasi:
- Berikan bronkodilator :
..................................................

11
Nursing care planing
Diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d penekanan oleh sel tumor
Tujuan Nyeri terkontrol setelah dilakukan intervensi selama hari
perawatan 5x24 jam

Intervention NIC Outcome NOC


Mandiri : Pain control
Pain management - Mengenali onset nyeri
- Kaji secara komprehensif terhadap nyeri - Menjelaskan faktor-faktor
yang meliputi lokasi, karakteristik, penyebab
durasi/onset, frekuensi, kualitas, intensitas - Menggunakan buku catatan
atau keparahan nyeri, dan faktor pencetus. untuk memantau gejala dari
- Observasi isyarat non verbal dari waktu ke waktu
ketidaknyamanan - Menggunakan langkah-langkah
- Gali pengetahuan dan keyakinan pasien pencegahan
tentang rasa sakit - Menggunakan langkah-langkah
- Beri informasi tentang nyeri seperti bantuan non analgesik
penyebab nyeri, berapa lamanya, dan - Menggunakan analgesik
mengantisipasi ketidaknyamanan dari sebagai rekomendasi
prosedur - Melaporkan perubahan gejala
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang nyeri kepada tenaga kesehatan
menyebabkan klien merasa tidak nyaman yang profesional
(seperti temperatur ruangan, cahaya, dan - Melaporkan gejala yang tidak
kebisingan) terkontrol kepada tenaga
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri kesehatan yang profesional
sendiri dan melakukan intervensi tepat - Melaporkan nyeri terkontrol
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (seperti relaksasi, terapi
musik, distraksi, TENS, massage)
- Ajarkan tentang metode farmakologis
nyeri
- Dorong klien untuk menggunakan obat
nyeri secara adekuat
- Monitor kepuasan pasien dengan
manajemen nyeri pada selang waktu
tertentu
Kolaborasi:
- Berikan analgesik yang tepat untuk
mengontrol nyeri
- Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan
petugas kesehatan profesional untuk
memilih dan menerapkan langkah-langkah
nonfarmakologis nyeri yang tepat

12
Diagnosis keperawatan :
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, muntah, peningkatan
konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi/ proliferasi sel dan efek radiasi/chemoterapi.
Tujuan :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi, setelah dilakukan
intervensikeperawatan selama x 24 jam
NOC NIC
Gastrointestinal function Nutrition Therapy (1120)
1. Toleransi makanan Mandiri:
2. Frekuensi stool Lakukan pengkajian nutrisi secara
3. Jumlah stool komplit, jika diperlukan
4. Level aktivitas Monitor masukan makanan/cairan dan
5. Distensi abdominal kalkulasi intak kalori setiap hari, jika
6. Regurgitasi diperlukan
7. Darah pada stool Monitor kesesuaian intruksi diet untuk
mendapatkan kebutuhan nutrisi yang
Nutritional Status: diperlukan setiap hati, jika diperlukan
1. Intak nutrisi Pilih suplemen nutrisi, jika diperlukan
2. Intak makanan Dorong intak makanan yang tinggi
3. Intak cairan kalsium, jika diperlukan
4. Energi Beri pasien makanan dengan tinggi
5. Rasio berat badan/tinggi badan protein, tinggi kalori, jika diperlukan
6. Hematokrit Tentukan kebutuhan untuk pemberian
7. Hidrasi makanan melalui ngt
Berikan perawatan oral sebelum makan,
Nutritional Status: Food & Fluid Intake: jika dibutuhkan
Kolaborasi:
Intake
Monitor hasil lab, jika diperlukan
1. Asupan oral
2. Pemberian makanan melalui NGT Nutrition Management (1100)
3. Intak asupan cairan oral Mandiri:
4. Intak cairan intravena o Dorong intak kalori yang sesuai untuk
5. Intak nutrisi parenteral tipe tubuh dan gaya hidup
o Beri pilihan makanan kepada pasien
o Yakinkan bahwa dietmeliputi makanan
dengan kandungan serat yang tinggi
untuk mencegah konstipasi\
o Monitor catatan intake untuk konten
nutrisi dan kalori
o Timbang berat badan pasien
o Beri informasi yang sesuai tentang
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dan
bagaimana dapat memenuhinya
Kolaborasi:
o Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai
jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
dibutuhkan, jika diperlukan
o Berikan perawatan oral sebelum makan,
jika dibutuhkan

13
5/19/2018 LpTumorMediastinum-slidepdf.com

Daftar Pustaka

Agus Rahmadi, 2010.http://www.eramuslim.com/konsultasi/sehat/tumor-mediastinum-itu-


apa.htm. Diakses tanggal 30 September 2010
ElisnaSyahruddin,dkk.2010.http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Penatalaksanaan
%20tumor%20mediastinum_6_.pdf. Diakses tanggal 30 September 2010
PDPI. 2003. Tumor Mediastinum: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Diunduh melalui http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-

12

http://slidepdf.com/reader/full/lp-tumor-mediastinum 12/12

Anda mungkin juga menyukai