Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ANEMIA PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

AYU LUTHFIYAH

PO. 71.20.4.16.002

DOSEN PEMBIMBING: RIZKY SRI H,S.Kep.,Ners, M.Epid

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN D-IV KEPERAWATAN


TAHUN 2016-2017

DAFTAR ISI

Daftar Isi ..............................................................................................................ii

Kata Pengantar .....................................................................................................iii

Bab I: Pendahuluan...............................................................................................4

1.1 Latar belakang Masalah..................................................................................4

1.2 Tujuan.............................................................................................................4

Bab II: Pembahasan..............................................................................................5

BAB III: Penutup................................................................................................25

Daftar Pustaka..................................................................................................... 26
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah Keperawatan anak yang bertema tentang anemia
pada anak ini.
    Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

                                                            Palembang, Oktober 2017


   
                                                                                  

         

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada
balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei
di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35
juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga
diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron
deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat. Anemia
lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami gangguan
(sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya bermacam-
macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan menderita suatu penyakit keganasan
seperti kangker, leukemia dll, tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya
membesa
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari
kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan
seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian.

1.2.Tujuan

1. Mengetahui pengertian anemia


2. Mengetahui etiologi anemiaa 
3. Mengetahui patofisologi anemia
4. Mengetahui tanda dan gejala anemia 
5. Mengetahui macam-macam anemia 
6. Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan pasien anemia 
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anemia Pada Anak
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Anemia atau yang disebut dengan penyakit yang diakibatkan karena kurang darah.
Anemia disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang rendah. Sel darah merah yang disebut
eritrosit yang dibentuk di sumsum tulang yang memiliki tugas sebagai pembawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Sel darah merah yang baru dibentuk tergantung dari
hormon alami yang disebut dengan eritropoitin (EPO) yang dibentuk dan dikeluarkan oleh
organ ginjal. Seseorang yang mengalami anemia kurang mampu membawa oksigen di dalam
darah yang kemudian akan mengakibatkan tubuh mudah merasa lelah, kesulitan bernafas,
kerja dari denyut jantung yang semakin meningkat dan wajah yang terlihat pucat, terutama
ekstremitas. Hal ini merupakan bagian dari gejala anemia. Penyebab anemia dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :


a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi defisiensi Fe, Thalasemia, dan
anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat menimbulkan anemia
pernisiosa dan anemia asam folat
c. Fungsi sel induk terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemi aplastik dan leukemia
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma

2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma/ kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.

3. Meningkatrnya pmecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi karena :


a. Factor bawaan. Misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit).
b. Factor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit.

4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud adalah
protein, asam folat, Vitamin B12, dan mineral.

Berdasarkan penyebab tersebut diatas, anemia dapat dikelompokkan mnjadi beberapa jenis,
yaitu :
A. Berdasarkan tipe dan penyebabnya

1.  Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)


Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan
baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh
berbagai hal yaitu asupan yang kurang mengandung zat besi terutama pada fase pertumbuhan
cepat, penurunan reabsorbsi karena kelainan pada usus atau karena anak banyak
mengkonsumsi the (menurut penelitian, ternyata teh dapat menghambat rebsorbsi Fe), dan
kebutuhan yang mengikat, misalnya pada anak balita yang pertumbuhannya cepat sehingga
memerlukan nutrisi yang lebih banyak.

2.  Anemia Megaloblastik
Merupakan anemia yang terhjadi karena kekurangan asam folat. Disebut juga dengan
anemia defisensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan
RNA yang penting untuk metabolisme inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan
RNA untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemi megaloblastik tergolong
dalam anemi makrositik, seperti pada anemi pernisiosa. Ada beberapa penyebab penurunan
asam folat (FK UI, 1985:437), yaitu:
1) Masukan yang kurang. Pemberian susu saja pada bayi di atas 6 bulan (terutama
susu formula) tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup juga dapat menyebabkan
defisiensi asam folat.
2) Gangguan absorbsi. Adanya penyakit atau gangguan pada gastrointestinal dapat
menghambat absorbsi bahan makanan yang diperlukan tubuh.
3)  Pemberian obat yang antagonis terhadap asam folat. Anak yang mendapat obat-
obat tertentu, seperti metotreksat, pitrimetasin, atau derivate barbiturate sering mengalami
defisiensi asam folat. Obat-obat tersebut dapat menghambat kerja asam folam dalam tubuh,
karena mempunyai sifat yang bertentangan.

3.  Anemia Permisiosa
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Anemi pernisiosa ini
tergolong anemi megaloblastik karena bentuk sel darah yang hampir sama dengan anemia
defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemi makrositik normokromik, yaitu
ukuran sel darah merah yang besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal.
Vitamin B12 (kobalamin) berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolisma jaringan
saraf, dan purin. Selain asupan yang kurang, anemi pernisiosa dapat disebabkan karena
adanya kerusakan lambung, sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan skeret yang
berfungsi untuk absrobsi B12 (Markum, 1991:125).

4. Anemia Pascapendarahan
Terjadi sebagai akibat dari pendarahan yang massif (perdarahan terus menerus dan
dalan jumlah banyak), sperti pada kecelakaan, operasi, dan persalinan dengan perdarahan
hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun menahun. Berdasarkan bentuk sel darah,
anemi pascapendarahan ini termasuk anemi normositik normokromik, yaitu sel darah
berbentuk normal tetapi rusak/habis.
Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi reflek cardiovascular yang
fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang kurang vital, dan
penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung). Kehilangan darah yang mendadak
lebih berbahaya dibandingkan dengan kehilangan darah dalam waktu yang lama.
Kehilangan darah 12-15% akan menyebabkan pucat dan takikardi, tetapi kehilangan 15%-
20% akan menimbulkan gejala syok (renjatan) yang reversible. Bila lebih 20% maka dapat
menimbulkan syok yang irreversible (menetap).
Selain reflek kardiovascular, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular ke
intravascular agar tekanan osmotic dapat dipertahankan. Akibatnya, terjadi hemodilusi
dengan gejala:
(1) rendahnya Hb, eritrosit, hematokrit,
(2) leucositosis (15.000-20.000/mm3),
(3) kadang-kadang terdapat gagal jantung,
(4) kelaina cerebral akibat hipoksemia, dan
(5) menurunnya aliran darah ke ginjal, sehingga dapat menyebabkan oliguria/anuria.
Pada kehilangan darah yang terjadi secara menahun, pengaruhnya akan terlihat
sebagai gejala akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi masukan Fe yang cukup.
5.  Anemia Aplastik
Merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel
darah) darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang. Dengan menurunnya
selularitas, susmsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah. Berdasarkan bentuk sel
darahnya, anemia ini termasuk dalam anemiaa normositik normokromik seperti anemi
pascapendarahan.
Adapun beberapa penyebab terjadinya anemi aplastik diantaranya adalah:
a. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah. Penurunan
sel darah induk bisa terjadi karena bawaan, dalam arti tidak jelas penyebabnya (idiopatik),
yang dialami sekitar 50% penderita. Selain karena bawaan, penurunan sel induk juga bisa
terjadi karena didapat, yaitu karena adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan,
kloramfenikol, dan klopromazina. Obat-obat tersebut menyebabkan penekanan sumsum
tulang.
b. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi yang lama
dapat mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.
c. Penurunan poitin, sehingga yang befungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah
dalam sumsum tulang tidak ada.
d. Adanya sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menekan/menghambat maturasi sel-
sel induk pada sumsum tulang.
6.      Anemia Hemolitik
Merupakan anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/prematur.
Secara normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit yang
berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan terjadinya
peningkatan bilirubin. Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak
sistem eritropoetik daripada biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan retikulosit pada
darah tepi. Benrdasarkan bentuk sel darahnya anemi hemolitik ini termasuk dalam anemi
normositik normokromik. Kekurangan bahan pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein,
atau adanya infeksi dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pengahancuran dan
pembetukan sistem eritropoetik.
Penyebab anemi hemolitik diduga sebagai berikut:
a.  Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim G6PD.
b. Didapat, misalnya infeksi sepsis, penggunaan obat-obatan, dan keganasan sel.

7.  Anemia Sickle Cell


Merupakan anemi yang terjadi karena sintesa Hb abnormal dan mudah rusak, serta
merupakan penyakit keturunan (hereditary hemoglobinophaty). Anemia sickle cell ini
menyerupai anemia hemolitik.

2. Jenis – Jenis anemia, yakni :

1. Anemia mikrositik, hipokrom misalnya: anemia defesiensi besi, dan talasemia, sel-
sel darah merah kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal.
Anemia Defisiensi, karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi, asam folat, vitamin
B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).

2. Anemia normositik, normokrom misalnya : setelah kehilangan darah akut, adalah


Ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang normal

3. Anemia makrositik, misalnya anemia megaloblastik, adalah ukuran sel-sel darah


merah lebih besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal.

4. Anemia hemolitik, terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang


berlebihan.

3. Hal ini dibedakan menjadi dua faktor yaitu :

a. Faktor intrasel

Misal talassemia, hemoglobinopatia (talassemia HbE, sickle cell anemia), sferositos


congenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation reduktase).
b. Faktor ekstrasel

Misal intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompabilitas golongan darah, reaksi


hemolitik pada transfusi darah).

5. Anemia Aplastik, disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
Menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi.

B. Etiologi

1.      Asupan susu sapi yang berlebihan.


2.      Asupan yang tidak adekuat dari bahan-bahan makanan yang banyak mengandung besi.
3.      Ketidakcukupan jumlah hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah.
4.      Kehilangan darah yang kronis.
5.      Lahir dengan persediaan zat besi yang terlalu sedikit.
6.      Defisiensi folat (vitamin B12).

C.    Patofosiologi Anemia


Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat
efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia

D. Pathway Anemia

E. Tanda dan Gejala Anemia Pada Anak

Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang tua. Bagaimana
orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah adalah salah satu cara untuk bisa
menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan pengobatan anemia itu sendiri.
Tanda anemia anak bisa berupa :
1.  Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa keseluruh tubuh
berkurang karena media trasportnya berkurang (Hb) kurang sehingga tentunya yang
membuat energy berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah, letih dan lesu
2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas, karena darah yang
membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan
berdampak pada indra penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang.
3.  Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi
4.  Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit
5.  Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tanda-tanda
detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki.
Manifestasi umum:
1.      Kelemahan otot
2.      Mudah lelah
3.      Sering beristirahat.
4.      Napas pendek.
5.      Proses menghisap yang buruk (bayi)
6.      Kulit pucat (pucat lilin terlihat pada anemia berat).
7.      Konjungtiva pucat (Hb 6 sampai 10 g/dl).
8.      Telapak tangan pucat (Hb dibawah 8 g/dl).
9.      Iritabilitas dan anoreksia (Hb 5 g/dl atau lebih rendah).
10.  Takikardia, murmur sistolik.
11.  Pika.
12.  Letargi, kebutuhan tidur meningkat.
13.  Kehilangan minat terhadap mainan atau aktivitas bermain.

Manifestasi sistem saraf pusat:


1.      Sakit kepala.
2.      Pusing.
3.      Kunang-kunang.
4.      Peka rangsang.
5.      Proses berpikir lambat.
6.      Penurunan lapang pandang.
7.      Apatis.
8.      Depresi/cemas.
Syok (anemia kehilangan darah):
1.      Perfusi perifer buruk.
2.      Kulit lembab dan dingin.
3.      Tekanan darah rendah dan tekanan vena sentral.
4.      Peningkatan frekuensi jantung.

E.     Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:

1. Gagal jantung,
2. Parestisia
3. Kejang.
4. Keterlambatan pertumbuhan (sejak lahir sampai usia 5 tahun)
5. Perkembangan otot buruk (jangka panjang).
6. Daya konsentrasi menurun.
7. Interaksi sosial menurun.
8. Penurunan prestasi pada uji perkembangan.
9. Hasil uji perkembangan menurun.
10. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.
11. Memperberat keracunan timbale (penurunan besi memungkinkan saluran
gastrointestinal mengabsorpsi logam berat lebih mudah).
12. Peningkatan insidens stroke pada bayi dan anak-anak.

F.  Penatalaksanaan
1.      KEPERAWATAN

 Di usia 6 bulan, bayi yang mendapat ASI harus menerima 1 mg/kg tetesan zat besi
per hari.
 Untuk bayi yang mendapatkan ASI yang lahir prematur atau mengalami berat
badan lahir rendah, direkomendasikan mendapat tetesan zat besi 2—4 mg/kg
(maksimum 15 mg) setiap hari yang dimulai sejak usia 1 sampai 12 bulan.
 Sampai usia 12 bulan, hanya ASI atau formula bayi yang diperkaya zat besi yang
harus diberikan.
 Antara usia 1 sampai 5 tahun, anak-anak tidak boleh mengonsumsi susu kedelai,
kambing atau sapi lebih dari 680 gr per hari.
 Antara usia 4 dan 6 bulan, bayi harus mendapatkan sereal yang diperkaya zat besi
sebanyak dua kali atau lebih.
 Pada usia 6 bulan, anak harus mendapatkan makanan sehari-hari yang kaya
vitamin C untuk meningkatkan absorpsi besi.

2.      MEDIS
  zat besi diberikan po dalam dosis 2—3 mg/kg unsur besi. Semua bentuk zat besi
sama efektifnya (fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat).
 vitamin C harus diberikan bersama besi (vitamin C meningkatkan absorpsi besi).
 zat besi paling baik diserap bila diminum 1 jam sebelum makan.
 terapi diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia dikoreksi
untuk mengisi kembali cadangan besi.
 zat besi yang disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit malabsorpsi
usus halus.
 Lakukan transfusi darah jika memang diperlukan.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.      Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-
37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity
meningkat.
2.      Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a.    Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b.  Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan  total naik,
urobilinuria.
c.  Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel
patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.
H. PENCEGAHAN
o Menganjurkan ibu-ibu untuk memberikan ASI antara usia 0 sampai 6 bulan.
o Jangan berikan susu sapi pada bayi sampai usia 6 bulan atau setahun.
o Jika anak meminum ASI, berikan makanan yang mengandung zat besi seperti sereal
saat mengenalkan makanan padat.
o Jika bayi Anda meminum susu formula, berikan dia formula yang ditambah zat
besi.
o Minum vitamin pranatal yang mengandung besi (suplementasi dengan perkiraan 1
mg/kg besi per hari).
o Suplementasi besi harus dimulai ketika bayi akan diberikan susu pengganti.
o Pastikan anak mendapat makanan yang seimbang dan memakan makanan yang
mengandung zat besi.

I. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang


penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.

2.  Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan


pemakaian dan suplai oksigen.

3.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera
makan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.  PENGKAJIAN
a)      Pengumpulan data.
1)  Identitas klien.

Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin, alamat, no.register dan keluhan
utama saat anak masuk rumah sakit.

2) Riwayat penyakit sekarang.


Kronologis penyakit yang dialami saat ini sejak awal hingga anak dibawa ke rumah
sakit secara lengkap meliputi PQRST:

P: Provoking

Q: Quality

R:Regio

S: Severity

T: Time

3)  Riwayat penyakit dahulu.

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu. Mungkin ketika masih bayi,
baik yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang maupun yang tidak berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat operasi dan riwayat alergi.

4) Riwayat kesehatan keluarga.

Adakah penyakit degeneratif dari keluarga perlu juga untuk dikaji. Atau adanya
penyakit ganas dan menular yang dimiliki oleh anggota keluarganya.

5)  Riwayat Tumbuh Kembang

          Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun  yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6
Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata –
rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam
senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada
rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.

           Tahap perkembangan.

 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya


insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak
merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus
komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan
lebih dekat ke ayahnya ).
 Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini
kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
 Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan
mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
 Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari orang tua
atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
 Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-
nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
 Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana
sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah
bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak
protes.
 Perkembangan bahasa yaitu vocabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai
objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
 Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih
banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan
mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
 Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik
halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga

6)  Riwayat Imunisasi

Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7)   Riwayat Nutrisi

Untuk mengetahui status gizi pada anak, adakah tanda-tanda yang menunjukkan anak
mengalami gangguan kekurangan nutrisi.

8)  Pemeriksaan fisik
a)   Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan yang nampak


pada klien.

b)  Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
c) Kepala.

Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.

d) Mata.

Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan


klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.

e)  Hidung

Lakukan inspeksi bentuk hidung, adanya kelainan dan fungsi olfaktori.

f)   Mulut dan laring

Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok.

g) Leher

Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta adanya
pembesaran vena jugularis.

h) Thorak

1. Inspeksi
2. Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi pernafasan.
3. Palpasi.
4. Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
5. Perkusi
6. Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
7. Auskultasi.
8. Kaji bagaimana suara nafas, adakah bunyi-bunyi tambahan nafas.

i)  Kardiovaskuler.

Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, dan hyperinflasi suara jantung
melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat atau tidak.

j) Abdomen dan genitalia.

Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta adanya tanda-tanda kelainan yang
lain. Inspeksi genitalia dan kaji adanya kelainan yang timbul.

k) Ekstrimitas.

Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan adanya tanda-tanda sianosis.

l)  Pemeriksaan penunjang.

Lakukan pemeriksaan penunjang kadar Hb, hematokrit, MCV, MCHC, konsentrasi


protoporfirin eritrosit serta Saturasi transferin dan konsentrasi feritin.

Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk analisa elemen darah pada penderita
anemia biasanya akan menunjukkan hasil sebagai berikut.

(1) Konsentrasi Hb menurun.


(2) Hematokrit menurun.
(3) MCV dan MCHC menurun.
(4) Keluasan distribusi sel darah merah (kadar: 14%
(5) Konsentrasi protoporfirin eritrosit, 1—2 tahun: 80 µg/dl sel darah merah
(6) Saturasi transferin , lebih muda dari 6 bulan: 15 µg/L atau kurang.
(7) Konsentrasi feritin serum kurang dari 16%.

2. ANALISA DATA

Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa
data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi
kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan
atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data dan akhirnya
membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan. Contoh:

DATA PENUNJANG MASALAH KEMUNGKINAN


PENYEBAB
Data Subyektif: -  Intoleransi aktivitas. -          Penurunan
pengiriman oksigen ke
-Anak mengeluh sering -  Perubahan nutrisi:
jaringan.
merasa lelah dan merasa kurang dari kebutuhan
lemas tubuh -          Prosedur diagnostic/
transfusi.
-  Gangguan perfusi
jaringan -          Kelemahan umum
Data Obyektif:
-          Penurunan
-Anak tampak pucat
pengiriman oksigen ke
-Konjungtiva anemis
jaringan
-Dari hasil pemeriksaan lab
konsentrasi Hb menurun -          Ketidakadekuatan
masukan besi.
-Konjungtiva anemis
-          kurang pengetahuan
-Pika
mengenai makanan yang
diperkaya dengan besi.

-          penurunan
konsentrasi hemoglobin
dalam darah

3.  DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan diambil dari NANDA. Diagnosa untuk penderita anemia yang
biasanya muncul adalah:

 Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi.


 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan.
 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan besi.
 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
dalam darah.

4.      INTERVENSI
A.    Dx.1. ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi.

Tujuan:

1. pasien (keluarga) mendapatkan pengetahuan tentang gangguan, tes diagnostik dan


pengobatan.
2. Pasien mengalami stress emosional minimal.
3. Pasien menerima elemen darah yang tepat.
4. Intervensi
a) siapkan anak untuk tes.

R/: untuk menghilangkan ansietas/rasa takut.

b)      tetap bersama anak selama tes dan memulai transfusi

R/: untuk memberikan dukungan dan observasi pada kemungkinan


komplikasi.

c)      dorong orang tua untuk tetap bersama anak.

R/: untuk meminimalkan stress karena perpisahan.

d)     berikan tindakan kenyamanan (mis., dot, menimang, musik).

R/: untuk meminimalkan stress.

e)      dorong anak untuk mengekspresikan perasaan.

R/: untuk meminimalkan ansietas/rasa takut.

f)       berikan darah, sel darah, trombosit sesuai ketentuan.

R/: agar tidak menimbulkan komplikasi.

B.     Dx.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Tujuan: pasien mendapat istirahat yang adekuat.

a) observasi adanya tanda kerja fisik (takikardia, palpitasi, takipnea, dispnea, napas
pendek, hiperpnea, sesak napas, pusing, kunang-kunang, berkeringat, dan perubahan
warna kulit) dan keletihan (lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang, tidak dapat
mentoleransi aktivitas tambahan).
R/: untuk merencanakan istirahat yang tepat.
b) antisipasi dan bantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang mungkin diluar batas
toleransi anak.
R/: untuk mencegah kelelahan.
c) beri aktivitas bermain pengalihan
R/: meningkatkan istirahat dan tenang tetapi mencegah kebosanan dan menarik diri.
d) d)     pilih teman sekamar yang sesuai dengan usia dan dengan minat yang sama yang
memerlukan aktivitas terbatas.
R/: untuk mendorong kepatuhan pada kebutuhan istirahat.
e) e)      bantu pada aktivitas yang memerlukan kerja fisik.
R/: mengurangi kelelahan pada anak.

C.     Dx.3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke


jaringan.

Tujuan: pasien menunjukkan pernapasan normal.

a) pertahankan posisi Fowler-tinggi


R/: untuk pertukaran udara yang optimal.
b) beri oksigen suplemen
R/: untuk meningkatkan oksigen ke jaringan.
c) ukur tanda vital selama periode istirahat.
R/: untuk menentukan nilai dasar perbandingan selama periode aktivitas.

D.    Dx.4. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan besi.

Tujuan: pasien mendapatkan suplai besi adekuat.

a) berikan konseling diet pada pemberi perawatan, khususnya mengenai hal-hal berikut:
sumber besi dari makanan (mis., daging, legume, kacang, gandum, sereal bayi yang
diperkaya dengan besi dan sereal kering).
R/: untuk memastikan bahwa anak mendapat suplai besi yang adekuat.
b) beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan padat diberikan.
R/: karena terlalu banyak minum susu akan menurunkan masukan makanan padat
yang mengandung besi.
c) ajari anak yang lebih besar tentang pentingnya besi adekuat dalam diet.
R/: untuk mendorong kepatuhan

E.     Dx.5. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi tercukupi.


a) berikan preparat besi sesuai ketentuan. Instruksikan keluarga mengenai pemberian
preparat besi oral yang tepat: berikan dalam dosis terbagi.
R/: untuk absorpsi maksimum.
b) berikan di antara waktu makan.
R/: untuk meningkatkan absorpsi pada traktus gastrointestinal bagian atas.
c) berikan dengan jus buah atau preparat multivitamin.
R/: karena vitamin C memudahkan absorpsi besi.
d) jangan memberikannya bersama susu atau antasida.
R/: karena bahan ini akan menurunkan absorpsi besi.
e) berikan preparat cair dengan pipet,spuit atau sedotan.
R/: untuk menghindari kontak dengan gigi dan kemungkinan pewarnaan.
f) kaji karakteristik feses.
R/: karena dosis adekuat besi oral akan mengubah feses menjadi berwarna hijaugelap.

F.      Dx.6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin dalam darah.

Tujuan: menunjukkan perfusi adekuat.

a) awasi TTV, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
R/: memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan.
b) tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
R/: meningkatkan ekspansi paru.
c) selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi
R/: iskemia seluler memengaruhi jaringan miokardial/potensial risiko infark.
d) kaji untuk respon verbal melambat, gangguan memori, bingung.
R/: dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi
vit B12.
e) catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai
indikasi.
R/: vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer.
f) awasi hasil pemeriksaan lab.
R/: mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi.
g) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/: meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen.

5.  IMPLEMENTASI
Tindakan diberikan sesuai dengan intervensi dari masing-masing diagnosa yang ada.

6.  EVALUASI
Evaluasi formatif dilakukan dengan format SOAP sesuai dengan perkembangan pasien

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Anemia berkurangnyajumlah eritrosit ( sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam
setiap millimeter kubik darah. Hamper semua gangguan pada system peredaran darah disertai
anemia yang ditandai warna kepucatan pada tubuh, anemi dapat dikelompokkan mnjadi
beberapa jenis, yaitu :
1.      Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
2.      Anemia Megaloblastik
3.      Anemia Permisiosa
4.      Anemia Pascapendarahan
5.      Anemia Aplastik
6.      Anemia Hemolitik
7.      Anemia Sickle Cell

Anda mungkin juga menyukai