DISUSUN OLEH :
AYU LUTHFIYAH
PO. 71.20.4.16.002
DAFTAR ISI
Bab I: Pendahuluan...............................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................4
Daftar Pustaka..................................................................................................... 26
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah Keperawatan anak yang bertema tentang anemia
pada anak ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada
balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei
di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35
juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga
diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron
deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat. Anemia
lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami gangguan
(sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya bermacam-
macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan menderita suatu penyakit keganasan
seperti kangker, leukemia dll, tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya
membesa
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari
kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan
seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian.
1.2.Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Anemia atau yang disebut dengan penyakit yang diakibatkan karena kurang darah.
Anemia disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang rendah. Sel darah merah yang disebut
eritrosit yang dibentuk di sumsum tulang yang memiliki tugas sebagai pembawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Sel darah merah yang baru dibentuk tergantung dari
hormon alami yang disebut dengan eritropoitin (EPO) yang dibentuk dan dikeluarkan oleh
organ ginjal. Seseorang yang mengalami anemia kurang mampu membawa oksigen di dalam
darah yang kemudian akan mengakibatkan tubuh mudah merasa lelah, kesulitan bernafas,
kerja dari denyut jantung yang semakin meningkat dan wajah yang terlihat pucat, terutama
ekstremitas. Hal ini merupakan bagian dari gejala anemia. Penyebab anemia dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma/ kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud adalah
protein, asam folat, Vitamin B12, dan mineral.
Berdasarkan penyebab tersebut diatas, anemia dapat dikelompokkan mnjadi beberapa jenis,
yaitu :
A. Berdasarkan tipe dan penyebabnya
2. Anemia Megaloblastik
Merupakan anemia yang terhjadi karena kekurangan asam folat. Disebut juga dengan
anemia defisensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan
RNA yang penting untuk metabolisme inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan
RNA untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemi megaloblastik tergolong
dalam anemi makrositik, seperti pada anemi pernisiosa. Ada beberapa penyebab penurunan
asam folat (FK UI, 1985:437), yaitu:
1) Masukan yang kurang. Pemberian susu saja pada bayi di atas 6 bulan (terutama
susu formula) tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup juga dapat menyebabkan
defisiensi asam folat.
2) Gangguan absorbsi. Adanya penyakit atau gangguan pada gastrointestinal dapat
menghambat absorbsi bahan makanan yang diperlukan tubuh.
3) Pemberian obat yang antagonis terhadap asam folat. Anak yang mendapat obat-
obat tertentu, seperti metotreksat, pitrimetasin, atau derivate barbiturate sering mengalami
defisiensi asam folat. Obat-obat tersebut dapat menghambat kerja asam folam dalam tubuh,
karena mempunyai sifat yang bertentangan.
3. Anemia Permisiosa
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Anemi pernisiosa ini
tergolong anemi megaloblastik karena bentuk sel darah yang hampir sama dengan anemia
defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemi makrositik normokromik, yaitu
ukuran sel darah merah yang besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal.
Vitamin B12 (kobalamin) berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolisma jaringan
saraf, dan purin. Selain asupan yang kurang, anemi pernisiosa dapat disebabkan karena
adanya kerusakan lambung, sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan skeret yang
berfungsi untuk absrobsi B12 (Markum, 1991:125).
4. Anemia Pascapendarahan
Terjadi sebagai akibat dari pendarahan yang massif (perdarahan terus menerus dan
dalan jumlah banyak), sperti pada kecelakaan, operasi, dan persalinan dengan perdarahan
hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun menahun. Berdasarkan bentuk sel darah,
anemi pascapendarahan ini termasuk anemi normositik normokromik, yaitu sel darah
berbentuk normal tetapi rusak/habis.
Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi reflek cardiovascular yang
fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang kurang vital, dan
penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung). Kehilangan darah yang mendadak
lebih berbahaya dibandingkan dengan kehilangan darah dalam waktu yang lama.
Kehilangan darah 12-15% akan menyebabkan pucat dan takikardi, tetapi kehilangan 15%-
20% akan menimbulkan gejala syok (renjatan) yang reversible. Bila lebih 20% maka dapat
menimbulkan syok yang irreversible (menetap).
Selain reflek kardiovascular, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular ke
intravascular agar tekanan osmotic dapat dipertahankan. Akibatnya, terjadi hemodilusi
dengan gejala:
(1) rendahnya Hb, eritrosit, hematokrit,
(2) leucositosis (15.000-20.000/mm3),
(3) kadang-kadang terdapat gagal jantung,
(4) kelaina cerebral akibat hipoksemia, dan
(5) menurunnya aliran darah ke ginjal, sehingga dapat menyebabkan oliguria/anuria.
Pada kehilangan darah yang terjadi secara menahun, pengaruhnya akan terlihat
sebagai gejala akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi masukan Fe yang cukup.
5. Anemia Aplastik
Merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel
darah) darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang. Dengan menurunnya
selularitas, susmsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah. Berdasarkan bentuk sel
darahnya, anemia ini termasuk dalam anemiaa normositik normokromik seperti anemi
pascapendarahan.
Adapun beberapa penyebab terjadinya anemi aplastik diantaranya adalah:
a. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah. Penurunan
sel darah induk bisa terjadi karena bawaan, dalam arti tidak jelas penyebabnya (idiopatik),
yang dialami sekitar 50% penderita. Selain karena bawaan, penurunan sel induk juga bisa
terjadi karena didapat, yaitu karena adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan,
kloramfenikol, dan klopromazina. Obat-obat tersebut menyebabkan penekanan sumsum
tulang.
b. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi yang lama
dapat mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.
c. Penurunan poitin, sehingga yang befungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah
dalam sumsum tulang tidak ada.
d. Adanya sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menekan/menghambat maturasi sel-
sel induk pada sumsum tulang.
6. Anemia Hemolitik
Merupakan anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/prematur.
Secara normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit yang
berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan terjadinya
peningkatan bilirubin. Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak
sistem eritropoetik daripada biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan retikulosit pada
darah tepi. Benrdasarkan bentuk sel darahnya anemi hemolitik ini termasuk dalam anemi
normositik normokromik. Kekurangan bahan pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein,
atau adanya infeksi dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pengahancuran dan
pembetukan sistem eritropoetik.
Penyebab anemi hemolitik diduga sebagai berikut:
a. Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim G6PD.
b. Didapat, misalnya infeksi sepsis, penggunaan obat-obatan, dan keganasan sel.
1. Anemia mikrositik, hipokrom misalnya: anemia defesiensi besi, dan talasemia, sel-
sel darah merah kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal.
Anemia Defisiensi, karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi, asam folat, vitamin
B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).
a. Faktor intrasel
5. Anemia Aplastik, disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
Menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi.
B. Etiologi
D. Pathway Anemia
Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang tua. Bagaimana
orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah adalah salah satu cara untuk bisa
menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan pengobatan anemia itu sendiri.
Tanda anemia anak bisa berupa :
1. Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa keseluruh tubuh
berkurang karena media trasportnya berkurang (Hb) kurang sehingga tentunya yang
membuat energy berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah, letih dan lesu
2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas, karena darah yang
membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan
berdampak pada indra penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang.
3. Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi
4. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit
5. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tanda-tanda
detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki.
Manifestasi umum:
1. Kelemahan otot
2. Mudah lelah
3. Sering beristirahat.
4. Napas pendek.
5. Proses menghisap yang buruk (bayi)
6. Kulit pucat (pucat lilin terlihat pada anemia berat).
7. Konjungtiva pucat (Hb 6 sampai 10 g/dl).
8. Telapak tangan pucat (Hb dibawah 8 g/dl).
9. Iritabilitas dan anoreksia (Hb 5 g/dl atau lebih rendah).
10. Takikardia, murmur sistolik.
11. Pika.
12. Letargi, kebutuhan tidur meningkat.
13. Kehilangan minat terhadap mainan atau aktivitas bermain.
E. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung,
2. Parestisia
3. Kejang.
4. Keterlambatan pertumbuhan (sejak lahir sampai usia 5 tahun)
5. Perkembangan otot buruk (jangka panjang).
6. Daya konsentrasi menurun.
7. Interaksi sosial menurun.
8. Penurunan prestasi pada uji perkembangan.
9. Hasil uji perkembangan menurun.
10. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.
11. Memperberat keracunan timbale (penurunan besi memungkinkan saluran
gastrointestinal mengabsorpsi logam berat lebih mudah).
12. Peningkatan insidens stroke pada bayi dan anak-anak.
F. Penatalaksanaan
1. KEPERAWATAN
Di usia 6 bulan, bayi yang mendapat ASI harus menerima 1 mg/kg tetesan zat besi
per hari.
Untuk bayi yang mendapatkan ASI yang lahir prematur atau mengalami berat
badan lahir rendah, direkomendasikan mendapat tetesan zat besi 2—4 mg/kg
(maksimum 15 mg) setiap hari yang dimulai sejak usia 1 sampai 12 bulan.
Sampai usia 12 bulan, hanya ASI atau formula bayi yang diperkaya zat besi yang
harus diberikan.
Antara usia 1 sampai 5 tahun, anak-anak tidak boleh mengonsumsi susu kedelai,
kambing atau sapi lebih dari 680 gr per hari.
Antara usia 4 dan 6 bulan, bayi harus mendapatkan sereal yang diperkaya zat besi
sebanyak dua kali atau lebih.
Pada usia 6 bulan, anak harus mendapatkan makanan sehari-hari yang kaya
vitamin C untuk meningkatkan absorpsi besi.
2. MEDIS
zat besi diberikan po dalam dosis 2—3 mg/kg unsur besi. Semua bentuk zat besi
sama efektifnya (fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat).
vitamin C harus diberikan bersama besi (vitamin C meningkatkan absorpsi besi).
zat besi paling baik diserap bila diminum 1 jam sebelum makan.
terapi diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia dikoreksi
untuk mengisi kembali cadangan besi.
zat besi yang disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit malabsorpsi
usus halus.
Lakukan transfusi darah jika memang diperlukan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera
makan.
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin, alamat, no.register dan keluhan
utama saat anak masuk rumah sakit.
P: Provoking
Q: Quality
R:Regio
S: Severity
T: Time
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu. Mungkin ketika masih bayi,
baik yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang maupun yang tidak berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat operasi dan riwayat alergi.
Adakah penyakit degeneratif dari keluarga perlu juga untuk dikaji. Atau adanya
penyakit ganas dan menular yang dimiliki oleh anggota keluarganya.
Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6
Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata –
rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam
senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada
rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan.
6) Riwayat Imunisasi
Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7) Riwayat Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi pada anak, adakah tanda-tanda yang menunjukkan anak
mengalami gangguan kekurangan nutrisi.
8) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
e) Hidung
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok.
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta adanya
pembesaran vena jugularis.
h) Thorak
1. Inspeksi
2. Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi pernafasan.
3. Palpasi.
4. Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
5. Perkusi
6. Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
7. Auskultasi.
8. Kaji bagaimana suara nafas, adakah bunyi-bunyi tambahan nafas.
i) Kardiovaskuler.
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, dan hyperinflasi suara jantung
melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat atau tidak.
j) Abdomen dan genitalia.
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta adanya tanda-tanda kelainan yang
lain. Inspeksi genitalia dan kaji adanya kelainan yang timbul.
k) Ekstrimitas.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk analisa elemen darah pada penderita
anemia biasanya akan menunjukkan hasil sebagai berikut.
2. ANALISA DATA
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa
data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi
kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan
atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data dan akhirnya
membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan. Contoh:
- penurunan
konsentrasi hemoglobin
dalam darah
3. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan diambil dari NANDA. Diagnosa untuk penderita anemia yang
biasanya muncul adalah:
4. INTERVENSI
A. Dx.1. ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi.
Tujuan:
a) observasi adanya tanda kerja fisik (takikardia, palpitasi, takipnea, dispnea, napas
pendek, hiperpnea, sesak napas, pusing, kunang-kunang, berkeringat, dan perubahan
warna kulit) dan keletihan (lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang, tidak dapat
mentoleransi aktivitas tambahan).
R/: untuk merencanakan istirahat yang tepat.
b) antisipasi dan bantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang mungkin diluar batas
toleransi anak.
R/: untuk mencegah kelelahan.
c) beri aktivitas bermain pengalihan
R/: meningkatkan istirahat dan tenang tetapi mencegah kebosanan dan menarik diri.
d) d) pilih teman sekamar yang sesuai dengan usia dan dengan minat yang sama yang
memerlukan aktivitas terbatas.
R/: untuk mendorong kepatuhan pada kebutuhan istirahat.
e) e) bantu pada aktivitas yang memerlukan kerja fisik.
R/: mengurangi kelelahan pada anak.
D. Dx.4. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan besi.
a) berikan konseling diet pada pemberi perawatan, khususnya mengenai hal-hal berikut:
sumber besi dari makanan (mis., daging, legume, kacang, gandum, sereal bayi yang
diperkaya dengan besi dan sereal kering).
R/: untuk memastikan bahwa anak mendapat suplai besi yang adekuat.
b) beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan padat diberikan.
R/: karena terlalu banyak minum susu akan menurunkan masukan makanan padat
yang mengandung besi.
c) ajari anak yang lebih besar tentang pentingnya besi adekuat dalam diet.
R/: untuk mendorong kepatuhan
E. Dx.5. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
a) awasi TTV, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
R/: memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan.
b) tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
R/: meningkatkan ekspansi paru.
c) selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi
R/: iskemia seluler memengaruhi jaringan miokardial/potensial risiko infark.
d) kaji untuk respon verbal melambat, gangguan memori, bingung.
R/: dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi
vit B12.
e) catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai
indikasi.
R/: vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer.
f) awasi hasil pemeriksaan lab.
R/: mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi.
g) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/: meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen.
5. IMPLEMENTASI
Tindakan diberikan sesuai dengan intervensi dari masing-masing diagnosa yang ada.
6. EVALUASI
Evaluasi formatif dilakukan dengan format SOAP sesuai dengan perkembangan pasien
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Anemia berkurangnyajumlah eritrosit ( sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam
setiap millimeter kubik darah. Hamper semua gangguan pada system peredaran darah disertai
anemia yang ditandai warna kepucatan pada tubuh, anemi dapat dikelompokkan mnjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
2. Anemia Megaloblastik
3. Anemia Permisiosa
4. Anemia Pascapendarahan
5. Anemia Aplastik
6. Anemia Hemolitik
7. Anemia Sickle Cell