Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55
tahun ke atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan
sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya
lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit
degeneratif yang umum di derita lansia salah satunya adalah hipertensi
(Nugroho, 2008).
Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia
karena prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan
datang. Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di
dunia. Jumlah lansia yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun
ke tahun. Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian
pada semua umur (Arora, 2008).
Pada umumnya untuk lansia dalam pola makannya masih salah.
Kebanyakan lansia masih menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih,
terutama makan-makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh
serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan makanan asin
dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan Na (Natrium)
dalam garam yang berlebihan dapat menahan air retensi sehingga
meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus 2 bekerja
keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Maka dari itu bisa
menyebabkan hipertensi.
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan
komplikasi, pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang
tersebut perlu mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan
penatalaksanaan secara keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia
dianggap tidak selalu perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk
diturunkan. Memang teori ini didukung oleh observasi yang menunjukkan

1 1
turunnya tekanan darah. Tetapi akhir-akhir ini dari penyelidikan
epidemiologi maupun trial klinik obat-obat antihipertensi pada lanjut usia
menunjukan bahwa hipertensi pada lansia merupakan risiko yang paling
penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit ginjal.
Banyak data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi pada
lanjut usia dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipertensi?
2. Apa saja klasifikasi hipertensi?
3. Apa etiologi hipertensi?
4. Bagaimana patofisilogi hipertensi?
5. Apa manifestasi klinis hipertensi?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik hipertensi?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis hipertensi?
8. Apa komplikasi hipertensi?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan hipertensi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi.
3. Untuk mengetahui etiologi hipertensi.
4. Untuk mengetahui patofisilogi hipertensi.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hipertensi.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis hipertensi.
8. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi.
9. Untuk mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
hipertensi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2010).
Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan lanjut usia
adalah yang terjadi pada pembuluh darah, yang disebut ateriosklerosis atau
pengapuran dinding pembuluh darah sehingga elastisitas pembuluh darah
berkurang dan meningkatkan kerja jantung yang mengakibatkan hipertensi
(Azizah, 2011).
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering di temukan
menjadi faktor utama penyakit jantung. Lebih dari separuh kematian di atas
usia 60 tahun di sebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler.
2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 2011 )
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VII)
sebagai berikut :

3 3
No Klasifikasi TD Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal <130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Stadium I 140 – 159 90 – 99
Stadium II 160 – 179 100 – 109
Stadium III >180 >110
Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
3. Etiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2013) Penyebab hipertensi pada orang
dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: 

4
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih  banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal : Glomerulonefritis, pielonefritis, nekrosis
tubular akut, tumor.
b. Vascular : Aterosklerosis, hyperplasia, thrombosis,
aneurisma, emboli kolestrol, vaskulitis
c. Kelainan endokrin : DM, hipertiroidisme, hipotiroidisme
d. Saraf : Stroke, ensepalitis
e. Obat – obatan : Kontrasepsi oral, kortikosteroid
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan
merenggang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi
dengan penambahan volume intra vaskuler yang sedikit menunjukan
kekakuan pembuluh darah pada lansia. Secara hemodinamik hipertensi
sistolik di tandai dengan penurunan kelenturan pembuluh arteri besar
resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah
masa ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output jantung di sertai
kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut
usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik output jantung, volume
intravaskuler, aliran darah ke ginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah
dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem saraf simpatik dengan

5
bertambahnya norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekan
sistem reseptor beta adrenergik sehingga berakibat penurunan fungsi
relaksasi oto pembuluh darah (Nugroho, 2008).
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d.  Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa

6
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya    pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

o. EKG

7
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
7. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan tekanan darah tinggi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Menurut Gunawan (2009) prinsip pengelolaan penyakit
tekanan darah tinggi meliputi:
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk tekanan darah tinggi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada tekanan darah tinggi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet/pantangan (yang tidak boleh dimakan)
Diet yang diajurkan untuk penderita tekanan darah tinggi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok, dan konsumsi alkohol.
f) Diet tinggi kalium.
2. Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita tekanan darah tinggi adalah olahraga yang
mempunyai empat prinsip yaitu:
a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, joging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik
atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220–umur.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan.

8
d) Frekuensi latihan sebaiknya tiga kali perminggu dan paling baik
lima perminggu.
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita tekanan darah tinggi
meliputi:
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subjek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot - otot dalam tubuh
menjadi rileks.
4. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit tekanan darah tinggi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan tekanan darah tinggi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat tekanan darah tinggi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan tekanan darah tinggi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation and
Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan

9
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi:
1. Tahap pertama, obat pilihan pertama terdiri dari diuretika, beta
blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2. Tahap kedua, alternatif yang bisa diberikan terdiri dari:
a) Dosis obat pertama dinaikan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
3. Tahap ketiga, alternatif yang bisa ditempuh antara lain:
a) Obat kedua diganti
b) Ditambah obat ketiga jenis lain
4. Tahap keempat, alternatif pemberian obatnya antara lain:
a) Ditambah obat ketiga dan keempat
b) Evaluasi kembali dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya.
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya.
3. Diskusikan dengan penderita bahwa tekanan darah tinggi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas.
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan
darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter.

10
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita.
7. Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya dirumah.
9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal
sekali sehari atau dua kali sehari
10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi.
11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan
efektifitas maksimal
12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih
sering. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
8. Komplikasi
Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila
penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke
beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit
jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan
pendekatan per organ sistem, dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi, yaitu antara lain Jantung; infark miokard, angina
pectoris, gagal jantung kongestif. Sistem Saraf Pusat; stroke, hypertensive
encephalopathy. Ginjal; penyakit ginjal kronik. Mata; hipertensive
retinopathy. pembuluh darah perifer; peripheral vascular disease (Anonim,
2009).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian

11
1) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan,
riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok
sigaret berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung,
kehamilan.
2) Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
3) Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda:
kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler
mungkin lambat/ bertunda.
4) Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan). Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
5) Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
6) Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup
makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir - akhir ini (meningkat/turun) dan riwayat
penggunaan diuretik. Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya
edema, glikosuria.
7) Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis). Tanda: status mental, perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan
kekuatan genggaman tangan.

12
8) Nyeri/ketidaknyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/
keterlibatan jantung), sakit kepala.
9) Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok. Tanda: distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyi nafas tambahan. (krakties/mengi), sianosis.
10) Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural.
b. Diagnosa.
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventrikular.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3) Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.

13
c. Intervensi
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Resiko tinggi Afterload tidak Klien 1. Pantau TD 1. Perbandingan dari tekanan darah m
terhadap penurunan meningkat, berpartisipasi 2. Catat keberadaan, emberikan gambaran yang lebih le
curah jantung tidak terjadi dalam aktivitas kualitas denyutan ngkap tentangketerlibatan vaskuler.
berhubungan vasokonstriksi, yang menurunkan sentral dan perifer. 2. Denyutan karotis, jugularis, radialis
dengan tidak terjadi tekanan darah / 3. Auskultasi tonus dan femoralis mungkin teramati
peningkatan iskemia beban kerja jantung dan bunyi saat palpasi. Denyut pada tungkai
afterload, miokard. jantung, napas. mungkin menurun, mencerminkan
vasokonstriksi, mempertahankan 4. Amati warna kulit, efek dari vasokontriksi dan
iskemia miokard, TD dalam rentang kelembaban, suhu dan kongesti vena.
hipertropi normal, masa pengisian kapiler. 3. S4 umum terdengar pada pasien
ventrikular. memperlihatkan 5. Berikan lingkungan hipertensi berat karena adanya
frekuensi jantung tenang, nyaman, hipertropi atrium, perkembangan S3
stabil dalam kurangi aktivitas. menunjukan hipertropi ventrikel dan
rentang normal 6. Anjurkan teknik kerusakan fungsi, adanya krakels,
pasien. relaksasi, panduan mengi dapat mengindikasikan
imajinasi dan distraksi kongesti paru sekunder terhadap
7. Kolaborasi untuk terjadinya atau gagal jantung kronik.
pemberian obat-obatan 4. Adanya pucat, dingin, kulit lembab
sesuai indikasi. dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi/
penurunan curah jantung.
5. Membantu untuk menurunkan

14
rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
6. Dapat menurunkan rangsangan
yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan tekanan darah
7. Menurunkan tekanan darah.
Intoleransi aktivitas Aktivitas Klien dapat 1. Kaji toleransi pasien 1. Parameter menunjukan respon
berhubungan pasien berpartisipasi terhadap aktivitas fisiologis pasien terhadap stress,
dengan kelemahan terpenuhi. dalam 2. Kaji kesiapan untuk aktivitas dan indikator derajat
umum, aktivitas yang di meningkatkan aktivitas pengaruh kelebihan kerja jantung.
ketidakseimbangan inginkan / 3. Dorong memajukan 2. Stabilitas fisiologis pada istirahat
antara suplai dan diperlukan, aktivitas / toleransi penting untuk memajukan tingkat
kebutuhan oksigen melaporkan perawatan diri. aktivitas individual.
peningkatan 4. Berikan bantuan sesuai 3. Konsumsi oksigen miokardia
dalam toleransi kebutuhan dan selama berbagai aktivitas dapat
aktivitas yang anjurkan penggunaan meningkatkan jumlah oksigen yang
dapat diukur. kursi mandi, menyikat ada. Kemajuan aktivitas bertahap
gigi / rambut dengan mencegah peningkatan tiba-tiba
duduk dan sebagainya. pada kerja jantung.
5. Dorong pasien untuk 4. Teknik penghematan energi
partisipasi dalam menurunkan penggunaan energi dan
memilih periode sehingga membantu keseimbangan
aktivitas suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Jadwal meningkatkan toleransi

15
terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan
Gangguan rasa Tekanan Pasien 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan stimulasi dan
nyaman: nyeri vaskuler mengungkapkan baring, lingkungan meningkatkan relaksasi
(sakit kepala) serebral tidak tidak adanya sakit yang tenang, sedikit 2. Aktifitas yang meningkatkan
berhubungan meningkat. kepala dan penerangan vasokontraksi menyebabkan sakit
dengan tampak nyaman. 2. Hilangkan/ minimalkan kepala pada adanya peningkatan
peningkatan aktifitas vasokontraksi vaskuler serebral
tekanan vaskuler yang dapat me- 3. Meminimalkan penggunaan
serebral. ningkatkan sakit kepala oksigen dan aktivitas yang
misalnya batuk panjang berlebihan yang memperberat
mengejan saat BAB kondisi klien.
3. Bantu pasien dalam 4. Analgetik menurunkan nyeri dan
ambulasi sesuai menurunkan rangsangan saraf
kebutuhan simpatis.
4. Kolaborasi pemberian
obat analgesia

16
C. Contoh Studi Kasus

CONTOH KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn”A” DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA KASUS HIPERTENSI
DI WISMA KEMUNING PANTI WERDHA KOTA SURAKARTA
A.  PENGKAJIAN
1.    Identitas
Nama : Tn ”A”
Umur : 72 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Desa Sukasari
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Riwayat pekerjaan kelurga : Buruh Batu
Tanggal Pengkajian : 12 Agustus 2018

2.    Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Pusing
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada saat melakukan pengkajian pasien mengeluh sakit kepala sejak pagi,
pusing semakin dirasakan jika Tn. A berjalan dan kurang istirahat, klien
mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, klien
tampak memegang kepalanya, klien juga mengatakan nyeri sendi dan
penglihatannya kabur, Tn A mengatakan kurang paham mengenai penyakit
hipertensi
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi 3 bulan terakhir ini,

17
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tn A mengatakan tidak tahu tentang riwayat penyakit keluarganya
3.    Status fisiologis
1) Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegak.
2) Tanda-tanda vital klien
TD  : 170/100 mmHg
N     : 87 x/menit
S     : 36,7 oC
RR  : 20 x/menit
BB  : 52 kg
3) Pengkajian Head to Toe
a. Kepala
Normocephal, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada
luka, tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
b. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak
ikterik, pupil isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak
menggunakan kaca mata, tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan.
c. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada
secret pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
d. Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada
peradangan, gigi tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak
ompong, sudah hilang tiga, mengalami kesulitan saat mengunyah dan
tidak ada kesulitan saat menelan.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada
peradangan, tidak nyeri tekan pada bagian belakang telinga
(mastoideus), tidak ada benjolan, pendengaran masih bagus

18
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada
bendungan vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa
berat (kaku kuduk).
g. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa.
i. Genetalia
Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
k. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan
pada kulit.

4.      Pengkajian Perkembangan Untuk Lansia


1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat
duduk baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat
berdiri pertama kali. Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu berjalan,
saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan mata kabur,
klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian belakang, saat
mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan terkadang dibantu,
klien merasakan nyeri pinggang saat membungkukkan badan.
2) Komponen gaya berjalan dan gerakan
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti
tongkat, melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak
sempoyongan.

19
5.      Pengkajian psikososial & Spiritual
a. Psikososial
Tn. A mengatakan dapat bersosialisasi dengan penghuni panti lainnya,
karena dengan bersosialisasi dapat membina hubungan yang baik dengan
orang lain. Status emosi Tn A stabil dan kooperatif saat diajak bicara.
b. Spiritual Tn. A mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima waktu.
Tn. A memasrahkan semuanya pada Allah SWT.
6.      PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN
Katz index
N Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan Penuh
o Sebagian
.
1. Mandi Ö
2. Berpakaian Ö
3. Ke Kamar Kecil Ö
4. Berpindah Tempat Ö
5. BAK/BAB Ö
6. Makan/Minum Ö
Keterangan: klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan,
pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain kecuali saat berpindah tempat dan
berjalan ke kamar kecil klien berpegangan pada tembok kadang dibantu
temannya.

7.      STATUS KOGNITIF / AFEKTIF


a.       Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
Pertanyaan      :
Bena Salah Nomo Pertanyaan Jawaban
r r
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 11
√ 2 Hari apa sekarang ? Rabu
√ 3 Apa nama tempat ini ? Panti Werdha
√ 4 Dimana alamat anda ? Panti Werdha
√ 5 Berapa umur anda ? 72 tahun
√ 6 Kapan anda lahir ? Lupa
√ 7 Siapa presiden Indonesia ? Jokowi
8 Siapa presiden Indonesia SBY

sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama kecil anda ? Tidak punya
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,
pengurangan 3 dari setiap

20
angka baru, secara menurun
JUMLAH          Benar : 8
                            Salah : 2
Interpretasi :
Salah 0 – 3      : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5      : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8      : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10    : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan
hasil 8 benar dan 2 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Tn”A” utuh.

b.      MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :
Tahun       : 2018 (Benar)
Musim      : kemarau (benar)
Tanggal    :11
Hari          : Rabu 
Bulan        : Agustus (benar)
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : Surakarta (Benar)
Panti : Werdha (Benar)
Wisma: Kemuning (Benar)
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudia ditanyakan
kepada klien, menjawab :
kursi
meja
kertas
4 Perhatian 5 3 Meminta klien berhitung mulai dari
dan 100 kemudia kurangi 7 sampai 5
kalkulasi tingkat.
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1) 
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda

21
tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata
berkut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
“tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai 30 23

Interpretasi hasil :
24 – 30            : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23            : gangguan kognitif sedang
0 -  17  : gangguan kognitif berat
Dari hasilMMSE (Mini Mental Status Exam) di dapatkan hasil 23 ini
menunjukkan bahwah Tn”A” mengalami gangguan kognitif sedang.

8.      Pengkajian Status Mental


Klien mengatakan tidak pernah merasa sedih dan selalu merasa ceria, klien
tidak pernah berkecil hati tentang masa depan karena klien merasa senang
tinggal bersama teman temannya di panti, klien mengatakan cepat lelah
apabila melakukn aktivitas yang berlebihan.

9.      Pengkajian Masalah Emosional


Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur. Tetapi terkadang Klien
terbangun pada malam hari untuk kencing, Klien mengatakan tidak pernah
mempunyai masalah dengan orang lain dan teman dip anti serta klien tidak
pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang.

22
10.  Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
1) Pola kebiasaan : klien mengatakan tidak merokok dan tidak minum kopi.
2) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan lauk pauk
seadanya, klien tidak senang makan tampa garam,  klien minum 7-8
gelas per hari.
b. Pola istirahat tidur
Klien tidur kurang lebih 4-6 jam perhari, klien sering terbangun saat
malam hari karenan ingin kencing, klien jarang tidur siang.
c. Eliminasi
Klien tidak mengalami gangguan saat BAB dan BAK.Klien BAB 1
kali per hari dengan konsistensi lembek dan BAK 4-5 kali per hari
lancar tanpa ada gangguan.
d. Pola aktivitas
Klien masih bisa berjalan meskipun kadang dibantu sesekali dan
kadang berpegangan tembok.
e. Personal hygiene
Klien mengatakan biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
hari menggunakan sabun, sikat gigi setiap kali mandi, menggunakan
pasta gigi, biasanya mengganti pakaian 2 hari sekali.

B.  DIAGNOSA
1.      Analisa Data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1.        DS: Gangguan rasa
Arteri besar kehilangan
 Klien mengeluh sakit aman nyeri
kelenterun dan menjadi
kepala, sakit kepalanya
kaku
berdenyut-denyut.
 Klien mengatakan
tearasa kaku di Pembuluh darah tidak
kuduknya dapat mengembang
 Klien mengatakan sakit
kepalanya datang Vasokonstriksi pembuluh
sewaktu-waktu darah
 Klien mengeluh  

23
penglihatannya kabur
TD
DO:  
 Klien tampak sering
memegangi kepalanya Peningkatan tekanan
 Klien tampak lemah vaskuler serebral
 TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 87 x/menit
S     : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
BB : 52 kg

2.        DS: Hipertensi Kurang


 Klien  mengatakan    pengetahuan
kurang tahu tentang
penyakit hipertensi Kurang informasi mengenai
 Klien tidak tahu penyakit dan terapi
penyebab hipertensi
 Klien mengatakan tidak
bisa makan tanpa
garam

DO:
 Klien bertanya tentang
penyakitnya.
 TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 87 x/menit
S     : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
BB : 45 kg
3.        DS: Peningkatan CO Intoleran Aktivitas
 Klien mengatakan
nyeri pada sendi Peningkatan afterload
 Klien mengatakan
penglihatannya kabur
Frekuensi jantung
DO: meningkat
 Klien saat berpindah
tempat dan ke kamar Kelelahan
mandi kadang masih
dibantu
 Klien saat berjalan Aktivitas terhambat
berpengan pada tembok
 Klien terlihat lemas
setelah beraktivitas
        

24
2. Rumusan Diagnosa
a. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral di tandai dengan klien Mengeluh pusing kepala dan leher
bagian belakang terasa berat dan sakit/nyeri, pusing dirasakan terutama saat
berjalan, skla nyeri 5, Klien tampak sering memegangi kepalanya,
penglihatan kabur, TTV : TD           :60/90 mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC,
RR: 20 x/menit, BB: 45 kg.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi mengenai
penyakit dan terapi di tandai dengan klien mengatakan kurang tahu tentang
penyakit hipertensinya, klien tidak bisa makan tanpa garam TTV : TD:60/90
mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 20 x/menit, BB: 45 kg.
c. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 ditandai dengan klien
mengatakan nyeri sendi, klien berjalan kadang berpegangan tembok dan
kadang dibantu

25
C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

No.D
No Tujuan dan Kriteris Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
x
1 Setelah dilakukan intervensi 1.      Kaji keadan umum klien.  Keadan umum menunjukkan keadaan klien
keperawatan diharapkan pasien secara utuh  dan dengan mengetahui tanda-
dapat mengontrol nyeri atau sakit tanda vital terutama tekanan darah. Untuk
kepala hilang atau berkurang menentukan tindakan selanjutnya.
dengan
kriteria hasil :  Kaji tingkat nyeri klien. Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dengan
 Klien tidak mengungkapkan menggunakan pengkajian PQRST.
adanya nyeri atau sakit kepala.
 Klien tampak nyaman. Kaji lokasi intensitas dan skala nyeri. Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan klien
 Tanda-tanda vital dalam batas sehingga bisa ditentukan intervensi yang tepat
normal terutama tekanan darah selanjutnya.
(TD : normal 110-130 mmHg, Bantu klien dalam ambulasi sesuai
diastole 70-80 mmHg) kebutuhan. Untuk menghindari inssiden kecelakaan atau
terjatuhnya karena klien pusing
Berikan istirahat yang cukup
Dengan memberikan istirahat yang cukup
diharapkan rasa nyeri pasien berkurang
Kolaborasi dalam pemberian obat
analgesic sesuai indikasi.
Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri

26
2 Setelah dilakukan intervensi 1.      Jelaskan tentang batas tekanan darah Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
keperawatan diharapkan pasien normal, tekanan darah tinggi dan peningkatan tekanan darah
mengetahui informasi tentang efeknya mengklarifikasikan istilah medis yang sering
hipertensi dengan digunakan.
kriteria hasil :
 Klien mengungkapkan
pengetahuan akan hipertensi. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat
 Melaporkan pemakaian obat- pengobatan dan prosedur. terjadi tanpa gejala sehingga memungkinkan
obatan sesuai program. pasien untuk melanjutkan pengobatan
          meskipun sudah merasa sehat.

3.      Jelaskan pentingnya lingkungan yang Supaya klien bisa mengontrol stress.


tenang, tidak penuh dengan stress.

Diskusikan tentang obat-obatan : nama Mengurangi resiko keracunan dan over dosis
obat, dosis obat, waktu pemberian obat dan supaya pengobatan lancar karena
obat, dan tujuan pemberian obat dan pasien sudah paham dan tahu mengenai obat-
efek samping obat. obatan yang diberikan.

Berikan pendidikan kesehatan tentang Menambah pengetahuan klien sehingga klien


cara mencegah dan mengatasi bisa mencegah dan mengatasi hipertensi.
hipertensi.

Anjurkan klien untuk tidak Untuk menghindari peningkatan tekanan


mengonsumsi makanan dan minuman darah.
yang dapat meningkatkan tekanan
darah.

27
Evaluasi tingkat pengetahuan klien. Mengetahui sejauh mana klien mengetahui
dan memahami tentang penyakitnya

3 Setelah di lakukan tindakan Bantu klien memilih aktivitas yang 1.      Aktivitas yang teralau berat dan tidak sesuai
keperawatan di harapkan aktivitas sesuai dengan kondisi dengan kondisi klian dapat memperburuk
pasien terpenuhi dengan kriteria toleransi terhadap latihan
hasil :
 Klien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang di inginkan / Bantu klien untuk melakukan Melatih kekuatan dan irama jantung selama
diperlukan aktivitas/latihan fisik secara teratur aktivitas
 Melaporkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas yang dapat
diukur. Anjurkan klien untuk membatasi Mencegah timbulnya sesak akibat aktivitas
aktivitas yang cukup berat seperti fisik yang terlalu berat.
berjalan jauh, berlari, mengangkat
beban berat, dll
Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
klien beristirahat
Batasi stimuli lingkungan untuk
relaksasi klien

28
D.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Ja No
Implementasi Respon hasil Paraf
m Dx
1 Mengkaji keadaan umum klien dan Hasil keadaan umum klien sedang. TTV :
tanda-tanda vital TD : 160/100 mmHg, S : 36,7 C,
N : 87x/menit RR:20x/menit.

Mengkaji tingkat nyeri klien dengan P: Nyeri dirasakan pada kepala


menggunakan skala PQRST. Q: Nyeri dirasakan berdenyut-denyut
R: Nyeri kepala
S : Skala nyeri sedang 5 (0-10)
T: Nyeri dirasakan sewaktu waktu
1.
3.   Klien mengatakan nyeri dirasakan pada kepala dan leher
Senin
dibagian belakang (kaku kuduk)
13-08-18
15.00
Memberikan penjelasan cara untuk Klien tampak memperhatikan dan mendengarkan
meminimalkan aktivitas vasokontriksi penjelasan perawat
seperti mengejan saat BAB, batuk
panjang dan membungkuk

Memberikan terapi obat sesuai Obat sudah diberikan ke pasien dan menjelaskan cara
indikasi : captopril 12,5 mg 1x1. penggunaan obat dan efek samping obat, klien tampak
mengerti dengan penjelasan perawat.

Senin 2 Menjelaskan pengertian hipertensi   Klien tapak mendengar pnjelasan perawat


13-08-18 kepada pasien
15.30

29
Menjelaskan kepada klien tentang Klien tampak mendengarkan dan memperhatikan saat
pentingnya menjaga lingkungan yang diberikan penjelasan oleh perawat, dan klien mengerti.
tenang.

Berdiskusi atau memberitahu klien Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh
tentang obat-obatan nama obat yang perawat dan klien mengatakan akan meminum obatnya
diberikan captopril 12,5 mg diminum secara teratur.
1x1 setelah makan,

Menjelaskan faktor yang memperberat Klien tampak memperhatikan dan tampak mengangguk
hipertensi, seperti Menganjurkan klien dan akan melakukan saran yang diberikan perawat.
untuk tidak mengkonsumsi makanan
yang tinggi garam dan jangan meminum
kopi, the, merokok karena dapat
meningkatkan tekanan drah.

Membantu klien memilih aktivitas yang1.      Klien duduk dan membaca buku


sesuai dengan kondisi

Membantu klien untuk melakukan Klien saat sore berjalan jalan pelan pelan di depan
Senin
aktivitas/latihan fisik secara teratur wisma
13-08-18
16.00
Menganjurkan klien untuk membatasi Klien memahami anjuran yang diberikan
aktivitas yang cukup berat seperti
berjalan jauh, berlari, mengangkat
beban berat, dll

30
E.     EVALUASI

Hari/Tgl/jam No Dx Catatan Perkembangan Paraf


Selasa S : Klien mengatakan sudah tidak terlalu pusing
14-08-2018 O:
11.00  Keadaan umum klien baik
 Klien tampak rileks
 TTV : TD : 150/90 mmHg
1 N : 84x/menit
S : 36,5oC,
RR : 20x/menit.
A : Masalah keperawatan gangguan nyaman nyeri teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

S : klien mengatakan sudah tau apa itu hipertensi, dan penyebab terjadinya hipertensi
O:
 Keadaan umum klien baik
 Klien tampak mengerti, menyebutkan penyebab yang memperberat hipertensi
 Klien tampak mau mengikuti saran perawat
 TTV : TD : 150/90 mmHg
2 N : 84x/menit
S : 36,5oC,
RR : 20x/menit
A: Masalah keperawatan kurang pengetahuan teratasi
P : Intervensi dihentikan

S : Klien mengatakan nyeri sendi berkurag dan tidak lemas lagi

31
O:
 Keadaan umum klien baik
 Klien tampak bersemangat
 Saat berjalan klien masih berpegangan pada tembok
3
A : Masalah keperawatan intoleran aktivitas terarasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2010).
Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu : hipertensi essensial (hipertensi primer)
yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi  sekunder
yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
faktor keturunan, umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis
kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam
lebih  banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup yang lebih suka
mengkonsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau
makan berlebihan, stress, merokok, minum alcohol dan minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin)

B. Saran
Diharapkan kepada pasien yang sudah terdiagnosa hipertensi lebih
memperhatikan pola makan dan kebiasaannya yang buruk, karna seseorang
yang sudah mengalami hipertensi tidak bisa sepenuhnya sembuh hanya
dapat dikontrol tekanan darahnya agar tetap normal. Sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan segera jika mengalami tanda-tanda pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah hingga terjadi penurunan
kesadaran agar dapat ditangani dan mengurangi resiko komplikasi seperti
stroke.

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.

Gunawan, Lany. 2011. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius

R. Boedhi Darmojo. 2011. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi
4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Rokhaeni, H., dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta:


Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita

Suwarsa. 2006. Kiat Sehat Bagi Lansia. Bandung: MQS Publishing.

Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai