Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR

ELIMINASI URIN DAN FEKAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia

Dosen Pengampu :

Ronald, S. Kep.,Ns, M.Sc

Di Susun Oleh :

Kelompok 3

Dwi Rani Khairunnisa P27220019264

Rizky Ivan Perdana P27220019302

Setiyo wati P27220019303

Verlentia Agvezha P27220019312

Wiwik Subekti P27220019315

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas

rahmat dan karunianya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul

“Konsep Dasar Eliminasi Urine dan Fekal ”.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami banyak

permasalahan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini,

dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terimakasih kepada

dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang telah

membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi

maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu penyusun berterimaksih

apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah

ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan rekan-rekan

seperjuangan.

Surakarta, 21 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................1
B. Rumusan masalah..............................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................5
A. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi..................................................5
1. Pengertian Eliminasi......................................................................4
2. Fisiologi Eliminasi........................................................................5
3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi...........................................9
4. Masalah kebutuhan eliminasi........................................................14
5. Karakteristik Urine........................................................................15
6. Karakteristik Feses........................................................................17
7. Tanda dan Gejala...........................................................................18
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi..........................20

1. Pengkajian.....................................................................................20
2. Diagnosa keperawatan eliminasi urin dan fekal............................22
3. Intervensi Keperawatan.................................................................22

BAB III PENUTUP.................................................................................26


A. Kesimpulan........................................................................................26
B. Saran...................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa

urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih

bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya

proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Proses

ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif

terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang

kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut

refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung

kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan

keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik

medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat

korteks serebri atau batang otak.

Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu,

biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi sehari

adalah 5 kali.

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga

disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat

bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.

Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik

mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam

1
rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk

defekasi.

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk

fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan

masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus

tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan

masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari

perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit

dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka

menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas

toilet yang normal. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus

mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi

eliminasi. Asuhan kaperawatan yang mendukung akan menghormati privasi

dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang dirancang untuk

meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa

ketidaknyamanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan eliminasi?

2. Bagaimana fisiologi eliminasi?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi eliminasi?


 

4. Apa saja masalah yang mempengaruhi eliminasi?

5. Apa saja karaterstik urin dan feses?

6. Apa saja tanda dan gejala perubahan eliminasi?

7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada gangguan eliminasi?

2
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui apa itu eliminasi.

2. Mengetahui apa saja dan bagaimana fisiologi eliminasi.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

4. Mengetahui apa saja masalah yang mempengaruhi eliminasi.

5. Mengetahui karakteristik uri dan feses.

6. Mengetahui tanda dan gejala perubahan eliminasi.

7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dengan gangguan eliminasi.

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembelajran

ilmu keperawatan dan dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang

Kebutuhan Dasar Manusia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI

1. Pengertian Eliminasi

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa

urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila

kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses

eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi

dari dua langkah utama yaitu: Kandung kemih secara progresif terisi sampai

tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian

mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi

(refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini

gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa

juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori

dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian

diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal

pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter

interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan,

apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi

meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine

tersisa dalam kandung kemih yang diusebut urine residu. Pada eliminasi urine

4
normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan

atau bangun tidur. Normal miksi sehari yaitu 5 kali.

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga

disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi

dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga

bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam

kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu

menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi

tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada

gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada

keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing

orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara

kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai

dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan

fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal; lingkungan rumah bisa

menghadirkan hambatan untuk klien dengan peruUrUbahan mobilitas, perubahan

kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien,

perawata harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang

mempengaruhi eliminasi.

2. Fisiologi Eliminasi

a. Eliminasi Urine

1) Ginjal

Produk buangan (limbah) dari hasil metabolisme yang terkumpul di

dalam didalam darah difiltrasi di ginjal. Darah sampai ke setiap ginjal

5
melalui arteri renalis (ginjal) yang merupakan percabangan dari aorta

abdominalis. Sekitar 20%-25% curah jantung bersirkulasi setiap hari

melalui ginjal. Setiap ginjal berisi 1 juta nefron. Nefron tersusun atas

glomelurus, kapsula Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa henle,

tubulus distal, dan duktus pengumpul. Darah masuk ke befron melalui

arteriola aferen. Sekelompok pembuluh darah ini membentuk jaringan

kapiler glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah dan

tempat awal pembentukan urine

2) Ureter

Urine meninggalkan tubukus dan memasuki duktus pengumpul yang

akan mentranspor urine ke pelvis renalis. Semua ureter bergabung dengan

setiap pelvis renalis sebagai rute keluar pertama pembuangan urine.

3) Kandung kemih

Pada pria, kandung kemih terletak pada rectum bagian posterior dan

pada wanita kandung kemih terletak pada dinding anterior uterus dan

vagina. Bentuk kandung kemih akan berubah saat ia terisi dengan urine.

Dinding kandung kemih dapat mengembang. Tekanan di dalam kandung

kemih biasanya rendah, bahkan saat sebagian kandung kemih penuh, suatu

factor yang melindungi kandung kemih dari infeksi. Kandung kemih dapat

menampung 600 ml urine, walaupun pengeluaran urine normal 300 ml.

4) Uretra

Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh

melalui meatus uretra. Uretra pada wanita memiliki panjang sekitar 4

sampai 6,5 cm. uretra pada pria memiliki panjang 20 cm. panjang uretra

6
yang pendek pada wanita menjadi factor predisposisi untuk mengalami

infeksi.

5) Kerja kemih

Beberapa struktur otak yang mempengaruhi fungsi kandung kemih

meliputi korteks serebral, thalamus, hipotalamus, dan batang otak.secara

bersama-sama, struktur otak ini menekan kontraksi otot detrusor kandung

kemih sampai individu ingin berkemih atau buang air.

(Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan praktik)

b. Eliminasi Alvi

1) Mulut

Saluran GI secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan

bentuk yang sesuai. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk

memastikan bahwa masa atau bolus makanan mencapai daerah absorpsi

nutrisi dengan aman dan efektif.

2) Esofagus

Begitu makanan telah memasuki bagian atas esofagus, makanan

berjalan melalui sfingter esofagus abgian atas, yang merupakan otot

sirkulasi, yang mencegah udara memasuki esofagus dan makanan

mengalami refluks (bergerak kek belakang) kembali ke tenggorokan.bolus

makanan menelusuri esofagus yang panjangnya kira-kira 25 cm. makanan

didorong oleh gerakan peristaltic lambat yang dihasilkan oleh kontraksi

involunter dan relaksasi otot halus secara bergantian.

3) Lambung

Di dalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan secara

mekanis dan kimiawi dipecah untuk dicerna dan diabsorpsi. Sebelum

7
makanan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi materi semicair

yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada

makanan padat.

4) Usus halus

Usus halus memiliki diameter sekitar 2,5 cm dan panjang 6 cm. Kimus

meninggalkan lambung dan memasuki usus halus, kemudian bercamour

dengan enzim-enzim pencernaan (mis., empedu dan amylase) saat melalui

usus halus. Pada saat kimus bercampur, gerakan peristaltic berikutnya

sementara berhenti sehingga memungkinkan absorpsi. Kimus berjalan

perlahan melalui usus halus untuk memungkinkan absorpsi.

5) Usus besar

Saluran GI paling bawah disebut usus besar (kolon) karena ukuran

diameternya lebih besar dari usus halus. Namun, panjangnya jauh lebih

pendek, yakni 1,5 sampai 1,8 m. usus besar merupakan organ utama dalam

eliminasi fekal.

6) Sekum

Kimus yang tidak diabsorpsi memasuki sekum melalui katup ileosekal.

Katup ini merupakan lapisan otot sirkular yang mencegah regurgitasi dan

kembalinya isi kolon ke usus halus.

7) Kolon

Walaupun kimus yang berair memasuki kolon, volume air menurun saat

kimus bergerak di sepanjang kolon. Gerakan peristaltic masa, mendorong

makanan yang tidak tercerna menuju rektum.

8
8) Rektum

Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi.

Rectum merupakan bagian akhir pada saluran GI. Dalam kondisi normal,

rektum tidak terisi dengan feses sampai defekasi. Rectum dibangun oleh

lipatan-lipatan jaringan vertical dan transversal. Setiap lipatan vertical berisi

sebuah arteri dan lebih dari satu vena. Apabila vena menjadi distensi akibat

tekanan selama mengdan, maka terbentuk hemoroid. Hemoroid dapat

membuat proses defekasi terasa nyeri. Apabila masa feses atau gas bergerak

ke dalam rectum untuk membuat dindingnya berdistensi, maka proses

defekasi dimulai.

(Potter & Perry Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses

dan praktik)

3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi

a. Eliminasi urine

1) Diet dan Asupan (Intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi

output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang

dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2) Respons Keinginan Awal untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat

menyebabkan urine banyak tertahan didalam urinaria sehingga

mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3) Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.

9
4) Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengkibatkan meningkatnya frekuensi keinginan

untuk berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5) Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk

fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan

kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot

didapatkan dengan beraktivitas.

6) Tingkat Perkembangan

Tingkat perkembangan dan pertumbuhan juga dapat mempengaruhi pola

berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak yang lebih memiliki

kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia

kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.

7) Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes

melitus.

8) Sosiokultural

Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti

adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air

kecil di tempat tertentu.

9) Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih mengalami kesulitan untuk

berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10
10) Tonus Otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih 

adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat

berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.

11) Pembedahan

Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi,

menurunkan filtrasi glomelurus yang dapat mempengaruhi jumlah produksi

urin.

12) Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya

peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian

diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat

antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

13) Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi

urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan

pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang

dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine.

Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra

yang dapat menganggu pengeluaran urine.

(Alimul, A. Aziz Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia)

b. Eliminasi alvi

1) Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.

Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar

11
volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa

dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di

beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur

mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu

keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama

setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada

pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

2) Cairan

Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan

cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (contoh: urine, muntah) yang

berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi

air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme

menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah

lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalananchyme di

sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan darichyme.

3) Meningkatnya stress psikologi

Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit

tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi

mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang

yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitasperistaltik dan

frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat

motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.

4) Kurang aktifitas

Kurang berolahraga, berbaring lama Pada pasien immobilisasi atau bedrest

akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan

12
melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi

cairan feses sehingga feses mengeras.

5) Obat-obatan

Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap

eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti

dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur

pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat

secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang

merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan

ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti

dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan

kadang- kadang digunakan untuk mengobati diare.

6) Usia

Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga

pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai

sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun.

Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat

mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalahatony

(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang

dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya

(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga

menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang

dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani

yang dapat berdampak pada proses defekasi.

13
7) Penyakit-penyakit

Penakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord

dan tumor. Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat

menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa

membatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi

ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya,

klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal

inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ini.

(Alimul , A. Aziz Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia)

4. Masalah kebutuhan eliminasi

a. Eliminasi urine

1) Retensi urine

Adalah akumulasi urine yang nyata di dalam kandung kemih akibat

ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih.

2) Disuria

Adanya rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih, hal ini sering ditemukan

pada penyakit ISK, trauma, dan striktur uretra.

3) Poliuria

Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal

tanpa adanya peningkatan asupan cairan

4) Inkontinensia urine

Kehilangan control berkemih.

5) Urinari suppresi

Adalah berhenti produksi urine secara mendadak..

14
(Alimul , A. Aziz Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia)

b. Eliminasi alvi

1) Konstipasi

Adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses

yang lama atau keras dan kering.

2) Impaksi

Merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah

kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak

dapat dikeluarkan.

3) Diare

Adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang

cair dan tidak berbentuk.

4) Inkontinensia

Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus.

5) Flatulen

Adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri dan kram.

6) Hemoroid

Adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum.

(Potter & Perry Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan

praktik)

5. Karakteristik urine

No. Keadaan Normal Interpretasi

1. Warna Kekuning- Urine berwarna orange gelap

kuningan menunjukkan adanya pengaruh obat,

sedangkan warna merah dan kuning

15
kecoklatan mengindikasikan adanya

penyakit.

Bau menyengat merupakan indikasi

2. Bau Aromatik adanya masalah seperti infeksi, atau

penggunaan obat tertentu.

Menunjukkan adanya konsentrasi


3. Berat jenis 1,010 - 1,030
urine

Terang dan Adanya kekeruhan karena mukus


4. Kejernihan
transparan atau pus.

Dapat menunjukkan keseimbangan

Sedikit asam asam basa, bila bersifat alkali


5. PH
(4,5-7,5) menunjukkan adanya aktivitas

bakteri.

Molekul protein

yang besar

seperti albumin,
Pada kondisi kerusakan ginjal,
fibrinogen, atau
6. Protein molekul tersebut dapat melewati
globulin tidak
saringan masuk ke urine.
dapat disaring

melalui ginjal-

urine.

Hematuria menunjukkan trauma atau

7. Darah Tak tampak jelas penyakit pada sauluran kemih bagian

bawah.

8. Glukosa Adanya Apabila menetap terjadi pada pasien

sejumlah diabetes melitus.

16
glukosa dalam

urine tidak

berarti hanya

bersifat

sementara,

misalnya pada

seseorang yang

makan gula

banyak.

(Alimul , A. Aziz Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia)

6. Karakteristik feses

No. Keadaan Normal Abnormal Penyebab

Kurangnya kadar

empedu,

perdarahan

saluran cerna
Putih,
Bayi : kuning bagian atas, atau
1. Warna hitam/tar,
Dewasa : coklat perdarahan
atau merah
saluran crna

bagian bawah.

Malabsorpsi

lemak

Khas feses dan


Amis dan
2. Bau dipengaruhi Darah dan infeksi
perubahan bau
oleh makanan

3. Konsistensi Lunak dan Cair Diare dan

17
berbentuk absorpsi kurang

Kecil, Obstruksi dan


Sesuai diameter
4. Bentuk bentuknya peristaltik yang
rectum
seperti pensil cepat

Makanan yang

tidak dicerna,

bakteri yang Darah, pus, Internal bleeding,

mati, lemak, benda asing, infeksi, tertelan


5. Konstituen
pigmen, mukus, atau benda, iritasi, atau

empedu, cacing inflamasi

mukosa usus,

air

(Alimul , A. Aziz Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia)

7. Tanda dan Gejala

a. Tanda gangguan eliminasi urine:

1) Retensi urine

a) Ketidak nyamanan daerah pubis

b) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih

c) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang

d) Meningkatnya keinginan untuk berkemih dan resah

e) Ketidaksanggupan untuk berkemih

2) Inkontinensia urine

a) Pasien tidak dapat menahan keinginan untuk BAK sebelum sampai di

WC

b) Pasien sering mengompol

b. Tanda gangguan eliminasi fekal:

18
1) Konstipasi

a) Menurunnya frekuensi BAB

b) Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan

c) Nyeri rektum

2) Impaction

a) Tidak BAB

b) Anoreksia

c) Kembung/kram

d) Nyeri rektum

3) Diare

a) BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak terbentuk

b) Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat

c) Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan

meningkatkan sekresi mukosa

d) Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan

menahan BAB

4) Inkontinensia Fekal

a) Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus

b) BAB encer dan jumlahnya banyak

5) Flatulens

a) Menumpuknya gas pada lumen intestinal

b) Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram

c) Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)

6) Hemoroid

a) Pembengkakan vena pada dinding rektum

19
b) Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang

c) Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi

d) Nyeri 

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ELIMINASI

1. Pengkajian

Eliminasi Urine

a. Eliminasi urine

1) Kebiasaan berkemih

2) Pola berkemih, meliputi:

a) Frekuensi berkemih

b) Urgensi = perasaan untuk sering berkemih seperti seorang sering ke toilet

karena takut mengalami inkontinensia urine

c) Disuria

d) Poliuria

e) Urinaria supresi

3) Volume urine

4) Faktor yang mempengaruhi kebiasaan BAK

5) Karakteristik urine

6) Tanda klinis gangguan eliminasi urine

b. Pemeriksaan Fisik eliminasi urine, meliputi :

1) Penampilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien gelisah, atau

menahan sakit

2) Keadaan kulit : kulit kering, mukosa mulut kering, turgor kulit kurang, lidah

menjadi kering tanda kekurangan cairan. Kulit berkeringat, basah dapat

20
disebabkan karena pasien menahan nyeri saat berkemih. Kaji adanya edema

atau asites mungkin dapat terjadi.

3) Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi kandung

kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, dan bising usus.

4) Genitalia Wanita : Inflamasi, nodul lesi, adanya secret dari meatus, dan

keadaan atrofi jaringan vagina

5) Genitalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya

pembesaran skrotum.

c. Intake dan output cairan

1) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)

2) Kebiasaan minum di rumah

3) Intake : cairan infus, oral makanan, NGT

4) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan

5) Output urine dari urinal, kantong urine, drainase ureterostomi, dan sitostomi

6) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, dan kepekatan

d. Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan urine (urinalisis) :

a) warna (normalnya jernih kekuningan)

b) penampilan (normalnya jernih)

c) bau ( normalnya beraroma)

d) pH (normalnya 4,5-8,0)

e) berat jenis (normalnya 1,005-1,030)

f) glukosa (normalnya negatif)

g) keton (normalnya negatif)

2) Kultur Urine ( N: kuman pathogen negatif)

21
Eliminasi Alvi

a. Eliminasi alvi

1) Pola defekasi dan keluhan selama defekasi

2) Karakteristik feses

3) Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi

b. Pemeriksaan fisik eliminasi alvi, meliputi:

1) Abdomen: ada atau tidaknya distensi, simetris atau tidak, gerakan peristaltik,

adanya massa pada perut, dan tenderness.

2) Rektum dan anus: ada atau tidaknya tanda inflamasi seperti perubahan warna,

lesi, fistula, hemoroid, dan massa.

2. Diagnosa keperawatan eliminasi urine dan alvi

a. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat

impaksi feses

b. Inkontinensia berhubungan dengan infeksi saluran kemih

c. Konstipasi berhubungan dengan menurunnya peristaltik akibat stress

d. Diare berhubungan dengan psikologis, situasional, dan fisiologis

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi Rasional

Retensi urine  Monitor keadaan  Menentukan

berhubungan bladder setiap 2 jam masalah

dengan obstruksi  Ukur intake dan output  Memonitor

jalan keluar caitan setiap 4 jam keseimbangan

kandung kemih cairan

akibat impaksi  Berikan cairan 2000  Menjaga defisit

feses ml/hari dengan cairan

22
kolaborasi

 Kurangi minum setelah  Mencegah nokturia

jam 6 malam

 Lakukan latihan  Meningkatkan

pergerakan fungsi ginjal dan

bladder

 Ajarkan teknik latihan  Menguatkan otot

dengan kolaborasi pelvis

dokter/fisioterapi

 Kolaborasi dalam  Mengeluarkan

pemasangan kateter urine


Inkontinensia  Monitor keadaan  Membantu

berhubungan bladder setiap 2 jam mencegah distensi

dengan infeksi atau komplikasi

saluran kemih  Anjurkan klien untuk  Mengurangi

tidak cemas inkontinensia

 Tingkatkan aktivitas  Meningkatkan

kekuatan otot ginjal

dan fungsi bladder

 Jelaskan tentang  Meningkatkan

pengobatan, kateter, pengetahuan dan

penyebab, dan tindakan diharapkan klien

lainnya lebih kooperatif

 Kolaborasi dalam  Menguatkan otot

bladder training dasar pelvis

23
 Kolaborasi dengan  Mengatasi faktor

dokter dalam penyebab

pengobatan dan

kateterisasi
Konstipasi  Tingkatkan asupan  Mengurangi feses

berhubungan cairan dengan banyak agar tidak keras

dengan minum

menurunnya  Lakukan latihan fisik,  Meningkatkan

peristaltik akibat misal melatih otot perut peristaltic

stress  Anjurkan untuk tidak  Mencegah

memaksakan diri dalam hemoroid

BAB

 Berikan diet yang  Mempercepat

mengandung serat penyerapan

tinggi makanan

 Atur posisi saat BAB  Mencegah

mengedan terlalu

kuat

 Beri obat laksatif  Mengeluarkan

feses
Diare  Evaluasi intake  Mengetahui

berhubungan makanan yang masuk penyebab diare

dengan  Monitor tanda dan  Menentukan

psikologis, gejala diare masalah

situasional, dan  Observasi turgor kulit  Mengetahui tingkat

fisiologis secara rutin keparahan diare

24
 Instruksi untuk  Mencegah

menghindari obat kehilangan cairan

laksantif terlalu banyak

 Anjurkan klien untuk  Meningkatkan

menggunakan obar pengetahuan dan

antidiare klien lebih

kooperatif.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine

atau bowel (feses). Masalah eliminasi urine yaitu: retensi, inkotinensia urine,

25
eneuresis, urgency, dysuria, polyuria, urinari suppresi sedangkan masalah eliminasi

fekal yaitu: konstipasi, impaction, diare, inkotinensia fekal, flatulens dan hemoroid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan fekal yaitu: usia dan

perkembangan, diet, pemasukan cairan, aktifitas fisik, faktor psikologis, kebiasaan,

kondisi patologis, pengobatan, dll.

B. Saran

Setelah mengetahui pembahasan mengenai eliminasi urine dan fekal diatas, kami

mengharapkan agar para pembaca lebih mengerti dan memahami mengenai kebutuhan

dasar manusia sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan menjadi lebih tepat dan

akurat sesuai dengan tanda dan gejala yang ada. Oleh karena itu, kami meminta kritik

dan saranya untuk menyempurnakan makalah yang kami buat.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul , A. Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta : Salemba

Medika.

Doenges , Marilynn E,dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

26
Potter Patricia A. dan Anne Griffin Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC

Tarwoto dan wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi

5. Jakarta : Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai