PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Autisme pada dasarnya adalah suatu kelainan biologis pada penyandangnya. Pada
saat ini autisme dikategorikan sebagai “biological disorder”, dalam arti bahwa autisme
bukan merupakan gangguan psikologis. Lebih spesifik dapat dikatakan bahwa autisme
adalah suatu gangguan perkembangan karena adanya kelainan pada sistem saraf
terjadi pada siapa pun, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun
pendidikan seseorang. Sampai saat ini, penyebab GSA belum dapat ditetapkan. Negara-
negara maju yang sanggup melakukan penelitian menyatakan bahwa penyebab autisme
adalah interaksi antara faktor genetik dan mungkin berbagai paparan negatif yang
didapat dari lingkungan. Kelainan ini menimbulkan gangguan, antara lain gangguan
komunikasi, interaksi sosial, serta keterbatasan aktivitas dan minat. Autisme pada saat
ini sudah dikategorikan sebagai suatu epidemik di beberapa negara. Penanganan yang
sudah tersedia di Indonesia antara lain terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi,
terapi okupasi, terapi sensori integrasi, dan pendidikan khusus. Beberapa dokter
B. Rumusan Masalah
1
5. Bagaimana Faktor-faktor penyebab Autisme?
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Autisme berasal dari “autos” yang berarti “diri sendiri” dan “isme” yang
berarti “aliran”. Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya
sendiri. Ada pula yang menyebutkan bahwa autisme adalah gangguan perkembagan
yang mencakup bidang komunnikasi, interaksi, dan perilaku. Gejalanya mulai tampak
pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun. Gangguan autistik ditandai dengan tiga
gejala utama yaitu gangguan interakasi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku yang
stereotipik. Di antara ketiga hal tersebut, yang paling penting diperbaiki lebih dahulu
adalah interaksi sosial. Apabila interaksi mebaik, sering kali gangguan komunikasi dan
perilaku akan membaik secara otomatis. Banyak orang tua yan mengharapkan anaknya
segera bicara. Tanpa interaksi yang baik, bicara yang sering kali berupa ekolalia,
mengulang sesuatu yang di dengarnya. Komunikasi juga tidak selalu identik denngan
bicara. Bisa berkomunikasi nonverbal jauh lebih baik dibandingkan dengan bicara yang
tidak dapat dimengerti olehnya. Semantara itu menurut Mudjito, autisme ialah anak
berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sesori, pola bermain,
dan emosi. Penyebannya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak biasa-biasa saja.
Survei menunjukan, anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah
keatas. Ketika di kandung, asupan gizi ke ibunya tak seimbang. Hakikatnya, anak autis
memerlukan perawatan atau intervensi terapi secara dini, terpadu, dan instensif. Dengan
intervensi terapi yang sesuai, penyandang autisme dapat mengalami perbaikan dan
dapat mengatasi perilaku autistiknya sehingga mereka dapat bergaul secara normal,
3
tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat dan dapat hidup mendiri di masyarakat.
1. Autisme persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal
(endogenous) karena kelainan sudah timbul sebelum lahir, gejala yang diamati,
antara lain:
a. Rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan
kecemasan.
c. Pada kondisi begini, baru orang tua mulai peduli atas kelainan anaknya, sambil
d. Pada saat ini si bapak malah sering menyalahkan si ibu kurang memiliki
2. Autisme reaktif
dan kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala yang dapat diamati, antara lain:
1. Autisme ini biasa mulai terlihat pada anak usia lebih besar (6-7 tahun) sebelum
anak memasuki tahap berpikir logis. Namun demikian, bisa saja terjadi sejak
2. Mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang timbul setelah lahir,
baik karena trauma fisisk atau psikis. Tetapi bukan disebabkan karena
kehilangan ibu.
4
3. Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa rapuh ini,
C. Karakteristik Autisme
b. Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang
c. Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai.
h. Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi
dengan cepat .
e. Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan
5
h. Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di
a. Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan
b. Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara
c. Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus
d. Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu,
e. Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air
yang bergerak.
f. Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini,
a. Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak
b. Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata.
dekstruktif.
6
5. Gangguan dalam persepsi sensoris
a. Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila
sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata.
Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan
untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai
kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak
untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif
7
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat
terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau
berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang
lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada
suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas
(walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga
Para ahli telah melakukan riset dan menghasilakn hipotesa mengenai kemungkinan
Gen menjadi faktor kuat yang menyebabkan anak autis. Jika dalam satu keluarga
memiliki riwayat penderita autis, maka keturunan selanjutnya memiliki peluang besar
untuk menderita autis. Hal ini di sebabkan karena terjadi gangguan gen yang
genetis pemicu autis ini bisa di sebabkan karena usia ibu saat mengandung sudah tua
atau usia ayah yang usdah tua. Diketahui bahwa sperma laki - laki berusia tua
cenderung mudah bermutasi dan memicu timbulnya autisme. Selain itu ibu yang
Kondisi kandungan juga dapat menyebabkan gejala autisme. Ini di sebabkan oleh
virus yang menyerang pada trimester pertama, yaitu virus syndroma rubella selain itu
Polusi udara bedampak negatif pada perkembangan otak dan pisik janin sehingga
8
meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan resiko autis bahkan bayi lahir prematur
c. Faktor kelahiran
Bayi yang lahir dengan berat renddah, prematur, dan lama dalam kandungan ( lebih
dari 9 bulan ) beresiko mengidap autisme. Selain itu , bayi yang mengalami gagal
d. Faktor Lingkungan
Bayi yang lahir sehat belum tentu tidak mengalami autisme faktor lingkungan
(eksternal) juga dapat menyebabkan bayi menderita autisme , seperti lingkungan yang
penuh tekanan dan tidak bersih. Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan
bayi alergi melalui ibu. Karena itu hindari paparan sumber alergi berupa asap rokok,
e. Faktor Obat
Obat untuk mengatasi rasa mual, muntah ataupun menenang yang di konsumsi ibu
hamil beresiko menyebabkan anak autis, karena itu anda harus berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis apapun saat hamil.
f. Faktor Makanan
Zat kimia yang terkandung dalam makanan sangat berbahaya untuk kandungan.
Salah satunya, perstisida yang terpapar pada sayuran, di ketahui bahwa pestisida
Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya
9
masa depan anak, biaya financial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan
lainnya merupakan beban berat yang harus dihadapi orang tua. Semua hal tersebut
sangat berpotensi menjadi stressor dalam kehidupan dan preses interaksi dengan
anak.
Pertama dampak psikologis terhadap sang kakak pada awal kelahirannya hal ini
belum menjadi masalah. Permasalahan muncul setelah sekian lama sang kakak
menyadari bahwa dengan hadir si adik perhatian ayah, ibu dan anggota keluarga
yang lain tercurah kepada si adik. Bahkan kecenburuannya sitambah lagi dengan
perasaan kesal, menyaksikan semua perhatian orang tua tercurah kepada adiknya
yang autisme.
kelompok sosialnya. Orang tua anak normal sering melarang anaknya bergaul
dengan anak autistic. Pernah juga kejadian orang tua anak normal memindahkan
Autis masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya oleh kdokteran. Para
pakar belum sepakat soal penyebab penyakit ini. Namun, sebagian pakar setuju bahwa
sindrom autis terjadi karena kelainan pada otak. Hingga kini,bisa tidak nya autis di
sembuhkan (total) juga masih menjadi pertentangan dalam dunia kedokteran dan
psikologi. Namun orang tua hendaknya harus mencoba berbagai terapi. Setidaknya
dengan terapi, keadaan si anak. Penanganan yang di berikan juga harus di sesuaikan
dengan gejala yang di perlihatkan oleh anak tersebut. Anak autis yang memiliki
10
intiligensi rata-rata, mampu berkomunikasi dan tidak emiliki perilaku refitif atau
melukai diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut berbeda fokus menanganan nya
dnegan anak autis yang memiliki mental retardasi, tidak berbicara, serta memiliki
perilaku yang melukai diri sendiri atau orang lain. Saat ini ada berbagai terapi autis,
baik yang di akui oleh dunia medis maupun yang masih berdasarkan disiplin ilmu
tradisional. Diharapkan dengan mencoba terapi ini anak yang mengalami autis bisa
1. Metode ABA
Metode ABA (Applied Behavioral Analysis) Kelebihan metode ini dari metode lain
bisa dinilai secara objectif. Dan penatalaksanaannya di lakukan selama 4-8 jam
sehari. Di metode ini, anak di latih berbagai macam keterampilan yang berguna
berbahasa. Di indonesia metode ini lebih dikenal dengan metode Lovaas (Nama
psikologi, terapis wicara, terapis okupasi, dan ortopedagok. Sayangnya tidak semua
kecerdasannya masih bisa masuk kesekolah luar biasa atau SLB dikarenakan jika
perilaku si anak tidak bisa diperbaiki contohnya seperti : semaunya sendiri, agresif,
11
hiperaktif, dan tidak bisa berkonsentrasi. Perilaku anak tersebut harus diperbaiki
3. Pemberian Obat
penyandang tidak boleh diberikan sembarang obat tetapi obat yang diberikan harus
sesuai gejala dan gejala yang sebaiknya dihilangkan dengan obat adalah : hiperaktif
yang hebat, menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain, dan gangguan tidur. Tidak
ada satupun obat yang dibuat khusus untuk menyembuhkan autisme. Berikut
b. ZINC
d. SPIRULINA
f. BENEFICIAL
Dengan diperlihatnya gambar anak dapat berkonsentrasi. Alat bantu visual dapat
kita buat dengan menggunakan benda konkret, foto berwarna atau gambar. Alat
bantu visual dapat membantu anak mengerti tentang sesuatu yang akan terjadi yaitu
komputer
12
5. Terapi-terapi Lainnya
Dibagi menjadi :
a. Terapi akupuntur
Metode tusuk jarum ini di harapkan bisa menstimulasi sitem syaraf pada otak
b. Terapi Musik
c. Terapi Balur
tubuh penyandang autis. Cara nya , menggunakan cuka aren dan campur
d. Terapi Perilaku
terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila
Orang tua yang memiliki anak autis, harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat.
f. Terapi Lumba-lumba
potensi yang bisa menyelaraskan kerja syaraf motorik dan sensorik pada
penderita autis. Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali
lebih efektif dan lebih cepat di bandingkan dengan terapi lainnya . gelombang
13
suara yang di pancarkan dengan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada
H. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai
persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500
gram)
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang lain,
tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata atau
terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak
14
khayalan, memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung
kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu.
Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang menderita autisme.
c. Psikososial
Permainan stereotip
d. Neurologis
e. Gastrointestinal
15
II. Diagnosa Keperawatan
2. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan
III. Intervensi
Diagnosa I
Intervensi Rasional
16
anak yang tidak jelas, bahasa
mengomunikasikan pengenalan
pembicaraan
17
Menekankan perbedaan antara
serta perasaannya.
Diagnosa II
Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat
inap di RS.
merusak diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau
Intervensi Rasional
mereka. Mempertahankan
kekerasan
18
keperawatan dalam sesingkat memungkinkan anak mudah
19
menghukum perilaku yang mencegah episode kekerasan
hak istimewanya
Diagnosa III
Orang tua mendemontrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang
ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat
serta bantuan
Intervensi Rasional
20
kekhawatiran mereka kekhawatiran mereka tentang
cenderung meningkat
autisme
IV. Implementasi
Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua
perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan.
21
V. Evaluasi
dibuat dan menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui sejauh
mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik
atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dalam proses
keperawatan
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
komunnikasi, interaksi, dan perilaku. Gejalanya mulai tampak pada anak sebelum
mencapai usia tiga tahun. Gangguan autistik ditandai dengan tiga gejala utama yaitu
gangguan interakasi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku yang stereotipik. Yang
disebabkan oleh 6 faktor yaitu : faktor genetis atau keturunan, faktor kandungan atau
pranatal, faktor kelahiran, faktor lingkungan, faktor obat, dan faktor makanan.
B. Saran
Saat mengandung para ibu harus lebih menjaga kesehatan dengan berada dilingkungan
yang bersih agar tidak mudah terkena virus dan tidak mudah alergi. Selain itu juga para
ibu juga harus menjaga pola makannya dengan memakan makan yang sehat dan bergizi.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://firmaneducationsforallplb.blogspot.com
www.ibudanmama.com
http://yusitawidiningtyas.blogspot.com.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/memahami.anak.autisme
http://inten-cahya.blogspot.co.id/2015/11/makalah-autisme.html
http://rizkyadindabenk.blogspot.co.id/2015/06/makalah-anak-berkebutuhan-khusus-
autisme.html\
24