Tinjauan Pustaka
1.2 Definisi
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di
antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh
darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di
antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung,
pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna
Syahruddin)
Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan mediastinum
adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri yang berisi
jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah
tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang spesifik yang dapat
mencegah tumor mediastinum ini. Tetapi jika kita terbiasa berperilaku hidup sehat
insyaalloh kita akan tehindar dari penyakit tumor dan kanker. (dr. Agus Rahmadi, 2010)
1.3 Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:
1. Penyebab kimiawi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong
asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
a. Kista Dermoid
Contoh dari kista dermoid adalah dahak penderita mengandung gigi, tulang,
rambut.
b. Teratoma (Mesoderm)
Teratoma merupakan neoplasma yang terdiri dari beberapa unsur jaringan yang
asing pada daerah dimana tumor tersebut muncul. Teratoma paling sering
ditemukan pada mediatinum anterior. Teratoma yang histologik benigna
mengandung terutama derivate ectoderm (kulit) dan entoderm (usus).
Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor teratokarsinoma dan
karsinoma embrional atau kombinasi dari tumor itu menduduki tempat yang
terpenting. Penderita dengan kelainan ini adalah yang pertama-tama perlu
mendapat perhatian untuk penanganan dan pembedahan.
Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid, prognosisnya cukup
baik. Pada teratoma maligna, tergantung pada hasil terapi pembedahan radikal dan
tipe histologiknya, tapi ini harus diikuti dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru
W. Sudoyo, 2006)
2. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada
mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah
putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma.
Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada
abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan
oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin
dan limfoma non-Hodgkin.
3. Tumor Tiroid
Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.
4. Kista pericardium
Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat
menempel pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka dengan
perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung. Kista ini
juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial adalah kelainan congenital,
tetapi baru muncul manifestasi pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5 atau 6,
ukuran tumor biasanya secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari 10
cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering terlihat sebagai rongga-rongga dengan
dinding yang tipis dengan perubahan bentuk pada pernapasan dalam. Kista-kista
coelom di sebelah kanan harus differensiasi dengan lemak parakardial dan dengan
hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini sering terdapt,
meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak menimbulkan
keluhan, infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu ekstirpasi
hanya diperlukan pada keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada ukuran
kista yang sangat besar.
5. Tumor neurogenik
Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,
manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak
jaug di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia
simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi
pada semua umur, tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto
thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang
berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor
pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu
merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus.
Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka
tumor ini bisa menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi peleksus
brakhialis atau rantai simpatis servikalis.
Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya:
a. Dari saraf tepi: Neurofibroma, Neurolinoma
b.Dari saraf simpati:GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma
c. Dari paraganglion: Phaeocromocitoma, Paraganglioma
6. Kista Bronkhogenik
Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri dari
jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel
rambut getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus
terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan selalu
dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga
menimbulkan keluhan karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali
itu terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan
pengangkatan dengan pembedahan. Gejala dari kista ini adalah batuk, sesak napas s/d
sianosis.
KLASIFIKASI TUMUR BERDASARKAN JENISNYA
1. Tumor Benigna sederhana dan tidak berbahaya akan terbungkus dalam kapsul, tidak
menginfiltrasi jaringan jaringan disekitarnya atau tidak menimbulkan metastase dan
kecil kemungkinannya untuk kambuh kembali jika tumor tesebut diangkat. Tumor
jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul, tidak tumbeh infiltratif,
tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anaksebar pada tempat
yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat disembuhkan dengan sempurna kecuali
yang mensekresi hormone atau yang terletak pada tempat yang sangat penting,
misalnya di sumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplegia atau pada
saraf otak yang menekan jaringan otak.
2. Tumor Maligna yaitu tidak terbungkus dalam kapsul dan akan menginfiltrasi jaringan
disekitarnya serta menimbulkan metastase. Tumor ganas pada umumnya tumbuh
cepat, infiltrasi dan merusak jaringan sekitarnya. Disamping itu dapat menyebar ke
seluruh tubuhmelalui aliran limfe atau aliran darah dan sering menimbulkan kematian.
( Kamus Keperawatan. 1997. Edisi 17), (Pringgoutomo,2002)
1.5 Patofisiologi
Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya karsinoma
jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga berbagai faktor
predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi tumbuhnya
jaringan/sel-sel
kanker
pada
jaringan
mediastinum.
Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat
maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk
menimbulkan manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi
secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk
menentukan masalah adanya kanker pada suatu jaringan.
Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka secara
mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai substansia
pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif
secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya rusak selsel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama jaringan yang memiliki ikatan yang
relatif lemah.
Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar
mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan
menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah
maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan
penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan
sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti
sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau
lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak kerusakan
pembuluh
darah.
Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga
kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas
seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang
dijumpai gejala demam yang menonjol.
1.6 Pathway
1. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu (menelungkup)
2. Sekret berlebihan
3. Batuk dengan atau tanpa dahak
4. Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien
5. Pernafasan tidak simetris
6. Unilateral Flail Chest
7. Effusi pleura
8. Egophonia pada daerah sternum
9. Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru
10. Wheezing unilateral/bilateral
11. Ronchii
Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada waktu
presentasi .Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen pasien
menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh lebih
mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan peningkatan
penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa mediastinum terlihat pada
pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa mediastinum
mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan lebih tingginya kemungkinan
neoplasma ganas.
Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax rutin
atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap kompresi
tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik atau bisa
membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik untuk neoplasma spesifik.
Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :
1. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.
2. Gangguan menelan karena kompresi esophagus.
3. Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.
4. Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.
5. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.
Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat badan dan
meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh pasien dengan
massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh kompresi local atau
invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang berdekatan.
Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri dada
yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada posterior dan
nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya memberikan gejala
seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang agak jarang yaitu stridor.
Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau gejala obstruksi. Keterlibatan
nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus brakhialis masing-masing
menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner dan sindrom Pancoast. Tumor
mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling sering berlokalisasi pada mediastinum
superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa menyebabkan paralisis diafragma.
1.8 Pemeriksaan Diagnostik.
1. Hb: menurun/normal
2 Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar
karbon darah meningkat/normal
3. Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal
4. Pemeriksaan diagnostik
1) Rontgenografi
Investigasi suatu massa di mediastinum harus dimulai dengan foto dada anteriorsuperior, lateral, oblik, esofagogram, dan terakhir tomogram bila perlu. Penentuan
lokasi yang tepat amat penting untuk langkah diagnostik lebih lanjut. CT scan thorax
diperlukan untuk membedakan apakah lesi berasal dari vaskuler atau bukan
vaskuler. Hal ini perlu menjadi pertimbangan bila bioopsi akan dilakukan, selain itu
CT scan juga berguna untuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat kistik atau
tidak. Pada langkah selanjutnya untuk membedakan apakah massa tersebut adalah
tumor metastasis, limfoma atau tuberculosis/ sarkoidosis maka mediastinoskopi dan
biopsy perlu dilakukan. Dasar dari evaluasi diagnostik adalah pemeriksaan
rontgenografi. Foto thorax lateral dan posteroanterior standar bermanfaat dalam
melokalisir massa di dalam mediastinum. Neoplasma mediastinum dapat diramalkan
timbul pada bagian tertentu mediastinum. Foto polos bisa mengenal densitas relatif
massa ini, dan apakah padat atau kistik.
2)
USG
Tomografi Komputerisasi
CT mampu
memisahkan
massa
mediastinum
dari
struktur
Biopsy
Berbagai teknik invasif untuk mendapatkan diagnosis jaringan tersedia saat ini.
Perbaikan jelas dalam teknik sitologi telah memungkinkan penggunaan biopsy
aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis tiga perempat pasien lesi mediastinum.
Teknik ini sangat bermanfaat dalam mendiagnosis penyakit metastatik pada pasien
dengan keganasan primer yang ditemukan di manapun. Kegunaan teknik ini dalam
mendiagnosis tumor primer mediastinum tetap akan ditegaskan.
1.9 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor
mediastinum
2. Obat-obatan
Immunoterapi
Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon
a. Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa jenis
tumor.
b. Radioterapi
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan normal.
Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk membunuh
sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.
1.10 Komplikasi
Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang utama dan
hubungan antara struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau infeksi dalam
mediastinum dapat menyebabkan timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan
penyebaran
secara
langsung,
dengan
melibatkan
struktur-struktur
(sel-sel)
1. Obstruksi trachea
2. Sindrom Vena Cava Superior
3. Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan
4. Rupture esofagus
1.11 Prognosis
Prognosis Tumor Mediastinum jinak cukup baik, terutama jika tanpa gejala. Berbeda
variai prognosisnya pada pasien dengan tumor mediastinum ganas, dimana hasil
diagnostic spesifik, derajat keparahan penyakit, dan keadaan spesifik pasien yang lain
(komorbid) akan mempengaruhi. Kebanyakan tumor mediastinum ganas berespon
baik
terhadap
terapi
konvensional.
Besarnya
variasi
individual
penyakit
BAB II
Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Identitas
a.
Nama pasien
b.
c.
d.
Suku /Bangsa
e.
Pendidikan
f.
Pekerjaan
g.
Alamat
h.
Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah sesak nafas dan nyeri dada yang berulang
tidak khas, mungkin disertai batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan
keluhan infeksi lebih menjadi sebab klien melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang
waktu yang relatif lama dan berulang, adanya riwayat tumor pada organ lain, baik
pada diri sendiri maupun dari keluarga. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ
vital bawaan dapat memperberat gejala klinis penderita.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
4. Pemeriksaan Per Sistem
a.
b.
c.
d.
f.
g.
h.
Pengkajian Psikososial
i.
j.
Pengkajian Spiritual
Etiologi
Sel tumor membesar
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas
DS : letargi, demam.,
muntah, diare,
membrana mukosa
kering, turgor kulit
buruk, penurunan
output urine.
Tumor mediastinum
Gangguan keseimbangan
Cairan berhubungan dengan:
Dilakukan kemoterapi
Diare
1. Penurunan intake
cairan
2. Peningkatan IWL
akibat pernafasan
cepat dan demam,
efek chemoteraphi.
DS : klien mengeluh
sesak nafas
Terbentuknya formasi
tumor
Perubahan Nutrisi
Tumor mediastinum
Intoleransi aktivitas
2.3 Intervensi
1. Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder
terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor.
Tujuan: Keefektifan pola nafas
Kriteria Hasil: Suara nafas paru relatif bersih, laju nafas dalam rentang normal dan
tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi.
No.
Intervensi
Rasional
Intake adekuat
No.
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Anjurkan makan sedikit tapi sering Tidak memberi rasa bosan dan
pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan
No
Intervensi
Rasional
Daftar pustaka
Agus Rahmadi, 2010. http://www.eramuslim.com/konsultasi/sehat/tumor-mediastinum-ituapa.htm.