“RHEUMATID ARTHTRITIS”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
1. Moh. Thoriq H. (132013143102)
2. Shintia Ekawati (132013143050)
3. Rizky Try Kurniawati (132013143051)
4. Annisa Fitriani P (132013143072)
5. Yenni Nistyasari (132013143066)
4. MATERI
a. Definisi rheumatid arthritis
b. Penyebab rheumatid arthtritis
c. Tanda dan gejala rheumatid arthtritis
d. Penatalaksanaan rheumatid arthtritis
e. Pencegahan rheumatid arthtritis
5. METODE
Diskusi / Tanya Jawab
6. MEDIA
1) Video edukasi
2) leaflet
7. Struktur Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Lingga Curnia D, S.Kep.,Ns., M.Kep
2. Penyaji : Rizky Try Kurniawati
8. KEGIATAN PENYULUHAN
9. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Penyampaian materi dengan media video edukasi di sosial media
2. Evaluasi proses
Masyarakat antusias memutar video edukasi yang sudah di upload di sosial
media
Masyarakat mengajukan pertanyaan dan menjawab di kolom komentar di sosial
media
3. Evaluasi hasil
Masyarakat mampu memahami tentang penyakit rheumatid arthtritis, penyebab
penyakit rheumatid arthtritis, tanda dan gejala rheumatid arthtritis, penatalaksanaan
rheumatid arthtritis, pencegahan rheumatid arthtritis
Materi
A. DEFINISI
Rheumatoid arthritis adalah penyakit peradangan simetris kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola simetris.
Konstitusi gejala, termasuk kelelahan, malaise, dan kekakuan pada pagi hari. Pada
rheumatoid arthritis sering melibatkan organ ekstra-artikular seperti kulit, jantung, paru-
paru dan mata. Rheumatoid arthritis menyebabkan kerusakan sendi dan dengan demikian
sering menyebabkan morbiditas dan kematian yang cukup besar (Noor, Buku Ajar
Gangguan Muskuloskeletal, 2016).
Rheumatoid arthritis merupakan perkembangan pada jaringan ikat. Gangguan
jenis ini kebanyakaan menyerang persendian tangan dan kaki. Rheumatoid arthritis dapat
menyerang semua golongan usia. Namun, penyakit ini lebih banyak menyerang kaum
wanita, hampir tiga kali lipat dari pria, terutama usia 30 – 50 tahun. RA pada umumnya
sering di tangan, sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Nyeri dan bengkak pada
sendi dapat berlangsung dalam waktu terus-menerus dan semakin lama gejala keluhannya
akan semakin berat.
B. PENYEBAB/ ETIOLOGI
Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui secara pasti. Diduga penyebab
utamanya karena gangguan autoimunitas dan berhubungan dengan faktor infeksi, genitis,
dan endokrin. Saat ini dipercaya bahwa penderita yang mudah terkena rheumatoid
arthritis, secara genetis mengembangkan antibody immunoglobulin G yang abnormal atau
yang telah berubah saat terkena suatu antigen (Wijayakusuma, 2007).
Menurut (Noor Z., Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, 2016) penyebab
rheumatoid arthritis tidak diketahui. Faktor genetik, lingkungan, hormon, imunologi, dan
faktor-faktor infeksi mungkin memainkan peran penting. Sementara itu, faktor sosial
ekonomi, psikologis, dan gaya hidup, dapat mempengaruhi proresivitas penyakit.
1) Genetik : Sekitar 60% dari pasien dengan rheumatoid arthritis membawa epitop
bersama dari cluster HLA-DR4 yang merupakan salah satu situs peningkatan peptida-
molekul HLA-DR tertentu yang berkaitan dengan rheumatoid arthritis.
2) Lingkungan: untuk beberapa dekade, sejumlah agen infeksi seperti organisme
Mycoplasma, Epstein-Barr dan virus rubella menjadi predisposisi peningkatan
rheumatoid arthritis.
3) Hormonal: hormon seks mungkin memainkan peran, terbukti dengan jumlah
perempuan yang tidak proporsional dengan rheumatoid arthritis, ameliorasi selama
kehamilan, kambuh dengan periode postpartum dini, dan insiden berkurang pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.
4) Immunologi : Semua elemen immunologi utama memainkan peran penting dalam
propagasi inisiasi, dan pemeliharaan dari proses autoimun rheumatoid arthritis.
Pristiwa seluler dan sitokin yang mengakiatkan konsekuensi patologis kompleks,
C. TANDA GEJALA
Menurut (Ningsih, 2012) ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan
pada klien rheumatoid arthritis antara lain:
1) Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
2) Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi interfalangs
distal hampir semua sendi diartrodial dapat terangsang.
3) Kekakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari satu jam.
4) Arthritis erosif, merupakan ciri khas rheumatoid arthritis pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dilihat pada
radiogram
D. PENATALAKSANAAN
Perawatan yang optimal pasien dengan rheumatoid arthritis membutuhkan
pendekatan yang terpadu dalam terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Farmakologis
1) DMARDs (disease-modifing anti-rheumatic drugs) adalah perawataan awal yang
diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid arthritis, serta
mencegah kerusakan permanen pada persendian dan jaringan lainnya. Beberapa
DMARSs yang biasa digunakan adalah hydroxychloroquine, methotrexate,
sulfasazine, dan leflunomide.
2) Glukokortikoid adalah obat antiinflamasi manjur dan biasanya digunakan pada
pasien dengan rheumatoid arthritis untuk menjembatani waktu sampai DMARD’s
efektif. Dosis prednisone 10 mg perhari biasanya digunakan, namun beberapa
pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. Pengurangan dosis tept
waktu dan penghentian obat merupkan hal penting terkait dengan efek samping
penggunaan steroid jangka panjang.
3) NSAID mengganggu sintesis prostaglandin melaui penghambatan enzim
siklooksigenase (COX) sehingga mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
Namun, mereka tidak menghambat kerusakan sendi dan oleh karena itu tidak
cukup untuk mengobati rheumatoid arthritis ketika digunakan sendiri. Serupa
dengan glukokortikoid, mereka dapat dikurangi dalam dosis atau dihentikan
dengan terapi DMARDs sukses.
4) Analgesik, seperti asetaminofen/ parasetamol, tramadol, kodein, opiate dan
berbagai macam obat analgesic lainnya juga dapat digunakan untuk mengurangi
rasa sakit. Agen ini tidak mengobati kerusakan bengkak atau sendi
2. Nonfarmakologis
1) Pendidikan kesehatan penting untuk membantu pasien untuk memahami penyakit
mereka dan belajar bagaimana cara mengatasi konsekuensinya.
2) Fisioterapi dan terapi fisik dimulai untuk membantu meningkatkan dan
mempertahankan berbagai gerakan, meningkatkan kekuatan otot, serta
mengurangi rasa sakit.
3) Terapi okupasi dimulai untuk membantu pasien untuk menggunakan sendi dan
tendon efisien tanpa menekankan struktur ini, membantu mengurangi ketegangan
pada sendi dengan splints dirancang khusus, serta menghadapi kehidupan sehari-
hari melalui adaptasi kepada pasien dengan lingkungan dan penggunaan alat bantu
yang berbeda (Noor Z., Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, 2016).
4) Terapi kompres hangat menggunakan serei adalah terapi penghilang nyeri
nonfarmakologi biasanya mempunyai resiko lebih rendah. Meskipun tindakan
tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut
mungkin dapat mempersingkat episode nyeri. Salah satu tindakan untuk
menghilangkan nyeri secara nonfarmakologi yaitu dengan menghangatkan
persendian yang sakit (Hyulita, 2013).
E. PENGAHAN
1) Olahraga teratur dan ringan untuk mencegah fleksibilitas sendi. Pilihan olahraga
yang baik untuk pengidap arthtritis adalah berenang karena tidak memberikan
tekanan pada sendi.
2) Hindari melakukan aktivitas berlebihan dan terus-menerus, yang melibatkan
persendian
3) Makan makanan yang kaya antioksidan untuk mencegah dan mengurangi
peradangan sendi. Pertahankan diet yang sehat dan jaga berat badan ideal untuk
mengurangi risiko timbulnya arthtritis dan mengurangi gejala pada pengidapnya.
Daftar Pustaka
Indah, S. N., Putri, G. T., & Rahman, Y. A. (2019). Perempuan 55 Tahun Dengan Reumatoid
Atritis. Jurnal Majority, 8(1), 152-157.
Saifudin, D. M. (2017). Asuhan Keperawatan pada Lansia Ny. S dan Tn. S yang Mengalami
Reumatoid Artritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis di UPT PSTW Jember .
Sari, S. P., & Rezkiki, F. (2020). Penatalaksanaan Pasien Rheumatoid Arthritis Berbasis
Evidence Based Nursing: Studi Kasus. Real in Nursing Journal, 3(1), 49-54.