A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan
membelah secara wajar.Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan
menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang
dikenal sebagai tumor. Tidak semua tumor merupakan kanker
(keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor maligna. Sel-se ldari tumor ini
menyusup dan merusak jaringan disekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor
asalnya dan memasuki aliran darah atau system getah bening, paru-paru, hati,
1
tulang , Pembuluh limfe, Vena renalis. dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya
( proses ini dikenal sebagai metastase tumor ).
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun penelitian
telah menemukan factor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko
terjadinya kanker ginjal. Risiko terjadinya carcinoma sel ginjal meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia.Kanker ini paling sering terjadi pad ausia 50-70 tahun.
Pria memiliki risiko 2 kali lebih besardibandingkan wanita.
Faktor – faktor resikonya, yaitu :
1. Merokok. Merokok adalah faktor resiko utama. Para perokok dua kali lebih
mungkin menderita kanker ginjal daripada bukan perokok. Orang yang menyukai
rokok cerutu bahkan bisa menderita kanker ginjal paling parah.
2. Kegemukan / obesitas. Orang yang mengalami kegemukan mempunyai resiko
yang lebih tinggi dari mereka yang tidak kegemukan.
3. Dialysis jangka panjang. Dialysis adalah perawatan untuk orang – orang yang
ginjalnya tidak bekerja dengan baik. Dialysis akan mengeluarkan pembuangan –
pembuangan dari darah.
4. Hipertensi. Merupakan faktor resiko yang termasuk pokok.
5. Von Hippel Lindau ( VHL ) syndrome. HVL adalah penyakit yang jarang
beredar pada beberapa keluarga dan disebabkan oleh perubahan dalam gen HVL.
Suatu gen HVL yang tidak normal dapat meningkatkan resiko kanker ginjal, juga
menyebabkan kista atau tumor dimata, otak dan bagian – bagian tubuh yang
lainnya. Penderita sindrom ini bisa melakukan tes pemeriksaan terhadap
kemungkinan gen VHL yang tidak normal.
6. Jenis kelamin. Laki – laki dimungkinkan lebih banyak menderita kanker ginjal
daripada perempuan. Di AS, sekitar 20.000 laki – laki dan 12.000 perempuan
menderita kanker ginjal dalam setiap tahun.
7. Makanan tinggi lemak
8. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
2
C. ANATOMI
D. PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada
di dalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan
kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi.Cara
penyebaran bisa secara langsung menembus simpai ginjal ke jaringan sekitarnya
dan melalui pembuluh limfe atau v. Renalis. Metastasis tersering ialah ke kelenjar
getah bening ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang , adrenal dan ginjal
kontralateral (De Jong, 2000).
3
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau enyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa sglomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan
bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di invasi
oleh sel tumor. Tumor ini pada nyatanya memperlihatkan warna yang putih atau
keabu-abuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat ). Tumor
tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai
suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Munculnya tumor Wim’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik
terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya hipertensi
biasanya terkait iskemik pada renal IV.
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal
ginjal. Kanker ginjal bisa terjadi secara herediter atau non herediter. Keduanya
memberikan bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural dari
kromosom. Studi genetika kanker ginjal menyebabkan kloning gen yang
menghasilkan perubahan formasi tumor ( Iliopoulos, 2000 ).
Setidaknya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel
ginjal, meliputi : sindrom von Hippel – Lindau (VHL), hereditary papillary renal
carcinoma (HPRC), onkosit ginjal familial (FRO) associated with Birt – Hogg –
Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal herediter ( Iliopoulos,2000 ).
Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom autosomal dominan
yang memberikan predisposisi untuk berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal.
Renal cell carcinoma berkembang di hampir 40 % dari pasien dengan penyakit
Hippel-Lindau von dan merupakan penyebab utama kematian di antara pasien
tersebut.
Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan
dengan pola dominan warisan autosom; individu yang terkena mengembangkan
4
karsinoma ginjal bilateral ( Radovanovic, 1986 ). Individu dengan onkosit ginjal
familial mengembangkan oncocytoma multifokal atau neoplasma oncocytic di
ginjal. Sindrom Birt – Hogg – Dube adalah sindrom kulit turun – temurun. Pasien
dengan sindrom Birt – Hogg – Dube memiliki kecenderungan dominan
diwariskan untuk mengembangkan tumor jinak dari foliker rambut ( yaitu
fibrofolliculomas ), terutama di leher, wajah dan batang atas, serta berisiko
mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan kista paru ( Iliopoulos,
2000 ). Kanker ginjal memberikan berbagai manifestasi masalah keperawatan.
E. PATHWAY
5
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium
lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria ( adanya darah di
dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak
kemerahan atau diketahui melalui analisis air kemih.
Nyeri tumpul pada daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan
balik yang ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah perienal
atau perdarahan ke dalam jaringan ginjal.
Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor
bergerak turun melalui ureter.
Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak kuatnya aliran darah ke beberapa
bagian atau seluruh ginjal sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa
pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat
tingginya kadar hormone eritropoietin,yang merangsang sumsum tulang untuk
meningkatkan pembentukan sel darah merah.
6
j. Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti fraktur
patologi pada paha.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT – Scan.
3. Biopsy. Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel – sel kanker.
4. Urografi intravena
5. USG
6. MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor
7. RPG
8. Arteriografi
9. Pemeriksaan Fisik
Periksa tanda – tanda kesehatan umum dan mengujinya untuk demam dan
tekanan darah tinggi. Raba perut dan pinggang untuk memastikan adanya gejala
tumor.
10. Tes urin.
11. Tes darah. Laboratorium memeriksa darah untuk melihat seberapa baik ginjal
berfungsi. Laboratorium memeriksa tingkat dari beberapa senyawa, seperti
creatinine. Tingginya creatinine akan mengakibatkan ginjal tidak bekerja secara
normal.
12. Intravenous Pyelogram ( IVP ). Pemberian zat warna suatu vena di lengan dengan
cara disuntikkan. Zat warna berjalan melalui tubuh dan berkumpul di ginjal. Zat
warna itu lalu terlihat pada sinar X. Lalu zat warna itu akan bergerak melalui
ginjal menuju kantung kemih.
7
H. KLASIFIKASI
8
Stadium I Tumor terbatas pada parenkim ginjal
Stadium II Tumor menjalar kejaringan perinefrik tetapi tidak menembus
fasia Gerota
Stadium III III A Tumor menembus fasia gerota dan masuk ke V renalis
III B Kelenjar limfe regional
III C Pembuluh darah local
Stadium IV IV A Dalam organ, selain adrenal
IV B Metatase jauh
I. PENATALAKSANAAN
1. Operasi
- Partial nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal yang
mengandung tumor. Operasi ini dilakukan ketika seseorang itu hanya mempunyai
9
satu ginjal, ketika kanker sudah memengaruhi kedua ginjal, maupun penderita
yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4 cm atau ¾ inci.
Efek samping dari operasi adalah lamanya waktu untuk sembuh. Lama
waktu yang diperlukan untuk kesembuhan pun berbeda untuk setiap orang. Pasien
sering tidak nyaman selama beberapa hari pertama meskipun telah menggunakan
obat penghilang nyeri.
2. Arterial embolization
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi ( radioterapi ) adalah tipe lain dari tipe lokal yang yang
menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel kanker, serta
memengaruhi sel – sel kanker di area yang dirawat. Pasien mendapatkan
perawatan di rumah sakit atau klinik dalam lima hari setiap minggu selama
beberapa minggu.
10
Efek samping dari terapi radiasi tergantung pada jumlah radiasi yang
diberikan dan bagian tubuh yang dirawat. Pasien bisa menjadi sangat lelah selama
terapi radiasi, terutama pada minggu – minggu pertama perawatan.
4. Terapi biologis
Terapi biologis adalah suatu tipe dari terapi sistematis atau terapi yang
menggunakan senyawa – senyawa yang berjalan melalui aliran darah, mencapai
dan memengaruhi sel – sel di seluruh tubuh. Terapi biologis menggunakan
kemampuan alamiah tubuh atau sistem imun untuk melawan kanker.
5. Kemoterapi
11
– sel ini melawan infeksi, membantu darah untuk menggumpal atau membantu,
dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika obat – obat memengaruhi sel –
sel darah, pasien lebih mudah mendapat infeksi, memar berdarah, juga merasa
sangat lemah dan lelah.
6. Nutrisi
12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Kegiatan
dalam proses pengkajian yakni pengumpulan data, adapun pembagian macam-
macam data sebagai berikut:
a) Data Dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien, berikut format
pengkajian klien dengan kanker ginjal sesuai teori yaitu:
b) Identitas klien
Identitas klien berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status, penanggung jawab klien dan data demografi penanggung jawab
klien.
c) Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan kanker ginjal biyasanya nyeri pinggang
(tumpul/tajam)
P : Kecapean
Q : seperti dipukul benda tumpul/ ditusuk benda tajam
R : pinggang bawah
S : 4-5
T : intermitten
d) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien dengan diagnose kanker ginjal biyasanya tidak nampak gejala
yang signifikan sebelum masuk stadium 4 kecuali pada pasien yang melakukan
check rutin sehingga pasien tidak mengetahui dan menghiraukannya karena dikira
pegal-pegal atau nyeri sendi (encok) yang tidak membahayakan, sampai akhirnya
pasien mengalami nyeri pinggang yang tidak bisa ditahannya lagi ataupun adanya
darah dalam urin saat berkemih barulah pasien datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk meminta bantuan.
13
e) Riwayat penyakit terdahulu
Terkadang pada pasien dengan von help-lyndau syndrome kemungkinan
menderita kanker ginjal namun pada pasien dengan kanker ginjal biyasanya
disertai hypertensi, obesitas, gagal ginjal kronik yang mengharuskan dialisa
selama lebih dari 5th terakhir bahkan pernah mempunyai riwayat operasi atau
pernah menderita penyakit kanker sebelumnya.
14
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi
Jenis
Dalam Batas Penurunan Nafsu dan
Porsi
Normal Porsi Makan
Total kalori
Keluhan
3. pola eliminasi
BAK
Indikator Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi
Jumlah
Dalam Batas Adanya darah
Warna
Normal dalam urin saat
Bau
berkemih
Keluhan
BAB
15
Pada pasien awam yang belum mengetahui bahwa menderita kanker ginjal
biyasanya mudah capek saat beraktifitas dan letih.
8. Pola peran-berhubungan
Pasien dengan kanker ginjal akan mempunyai respon pola peran
berhubungan dengan penyakit yang berbeda-beda pada masing-masing individu.
16
1). Status kesehatan umum (bergantung pada keluhan utama)
Status kesehatan umum terdiri:
a. Penampilan umum (dari segala sesuatu yang dapat dinilai dari pengelihatan
mata) biasanya pasien denga penderita kanker ginjal personal hygine kurang
karena keluhan atau gejala yang dialami, pasien tampak merasa meringis karena
nyeeri yang diderita di bagian pinggang.
2. Pemeriksaan persistem
Pemeriksaan persistem meliputi:
a.Breathing/ B1 (system pernafasan)
Pada pasien dengan metastase pada paru-paru akan mengalami dypsneu
atau sesak nafas, tampak otot bantu nafas, pch, nafas dalam dan dangkal serta
batuk darah.
b. Blood/ B2 (system peredaran darah)
Tidak dapat terkaji
17
Pada pasien dengan metastase ke otak maka akan muncul kerusakan-
kerusakan syaraf
d. Bladder/ B4 (system perkemihan)
Pasien dengan kanker ginjal stadium lanjut barulah Nampak Nampak
tanda-tanda klinis, adanya darah dalam urine saat berkemih, nyeri punggung
bawah.
e. Bowel/ B5 (system pencernaan)
Pasien dengan kanker ginjal stadium lanjut barulah nampak tanda-tanda
klinis, adanya rasa tidak nyaman di perut, teraba massa atau benjolan di abdomen.
f. .Bone/ B6 (system pergerakan, ekstremitas)
Setelah adanya metastase ke tulang barulah Nampak tanda ke
abnormalitasan pada system pergerakan seperti mudah fraktur dan nyeri pada
tulang.
g. Riwayat terapi:
Pada pasien dengan riwayat kanker atau tumor yang berulang pasti
mempunyai riwayat kemoterapi, pemeriksaan radiologi, biopsy, pembedahan
untuk pengangkatan jaringan kanker atau tumor atau riwayat radiasi. Dan pada
pasien dengan kanker ginjal yang disertai hipertensi pasti mempunyai riwayat
terapi obat anti-hipertensi, beta-blocker, anti-diuretik, anti adrenal yang harus
dikonsumsi rutin.
18
2. DIAGNOSA
a. Analisa Data
19
pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola nafas b.d. metastases sel kanker ke paru, mengganggu proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru, suplai oksigen menurun
sehingga tibul sesak, pch, nafas dangkal dan dalam.
20
b. Perdarahan b.d. metastases sel kanker ke paru yang menyebabkan kerusakan
jaringan paru sehingga mengalami batuk darah.
c. Nyeri Kronis b.d. pertumbuhan sel kanker dalam ginjal, peningkatan tekanan
intrarenal yang menekan saraf pada ginjal.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. metastases el kanker pada hati
sehingga menyebabkan mual, muntah dan anoreksia.
f. Gangguan Rasa Nyaman b.d. pembesaran masa tumor sehingga timbul sensasi
benda asing dalam abdomen
21
normal RR 18-20 bronkodilator, bahwa pasien
x/ menit obat per-oral. benar mengalami
2. pasien tidak gangguan pola
menggunakan otot nafas
bantu nafas atau 3. dengan
cuping hidungh mengajarkan
3. pasien tampak pasien untuk
releks dalam melakukan posisi
bernafas, tidak semi fowler,
terengah-engah pasien dapat
bernafas sedikit
lebih baik
4. kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
therapi oksigen,
bronkhodilatot,
obat per oral dapat
membantu lebih
cepat dalam
penyembuhan
gangguan pola
napas
2 Perdarahan b.d. metastases sel TUJUAN : 1. mengobservasi 1. dengan
kanker ke paru yang Setelah dilakukan tanda-tanda vital mengobservasi
menyebabkan kerusakan tindakan pasien tanda-tanda vital
jaringan paru sehingga keperawatan 2. observasi pasien, perawat
mengalami batuk darah. dalam 1 x 60 perdarahan pada dapat mengetahui
menit perdarahan saat pasien batuk keadaan umum
dapat teratasi. 3. ajarkan pasien pasien melalui
KRITERIA untuk TD,N,S,RR.
22
HASIL : menggunakan 2. dengan
1. tidak ada darah sarung tangan saat mengobservasi
lagi saat pasien sedang batuk perdarah saat
batuk 4. kolaborasi pasien batuk,
dengan tim medis perawat dapat
dalam pemberian melakukan
obat tindakan
selanjytnya
23
24 jam nyeri dapat untuk nafas keadaan umum
teratasi panjang, tehnik pasien melalui
KRITERIA distraksi dan TD,N,S,RR
HASIL : relaksasi 2. dengan
1. ekspresi pasien 4. ciptakan mengkaji tingkat
tampak sumringah lingkungan yang skala nyeri pasien,
2. pasien pasien nyaman perawat dapat
mengatakan nyeri 5. kolaborasi mengetahui
berkurang dengan tim medis seberapa nyeri
3. pasien mampu dalam pemberian yang pasien
mengendalikan obat analgetik. rasakan dan
nyeri perawat dapat
4. skala nyeri 0-3 segera melakukan
tindakan untuk
mengurangi rasa
nyeri pasien.
3. dengan
mengajarkan
pasien untuk nafas
panjang dapat
mengurangi rasa
nyeri
4. dengan
memberikan
lingkungan yang
nyaman dapat
memberi
ketenangan dalam
pasien
5. kolaborasi
dengan tim medis
24
dalam pemberian
obat analgetik
dapat mengurangi
rasanya nyeri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
25
a. Identitas Klien
Nama : Tn. E
Umur : 69 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : SMA
b. Identitas Penanggung
Nama : Ny.B
Umur
: 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar/Indonesia
Alamat : Jl.Diponegoro
Hubungan dengan klien : Istri
B. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Nyeri di bagian punggung bawah
P : menaiki tangga
Q : seperti dihantam benda tumpul
26
R : di bagian punggung
S : skala 6 (1-10)
T : saat aktivitas.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan merasa nyeri di area punggung hingga ke area kaki
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan Selama 3 hari ini setelah pulang kerja
punggungnya sangat sakit namun klien mengatakan ia meminum obat anti-
nyeri dan sembuh, kemudian tadi pagi saat ia berada di kantor dan menaiki
tangga tiba-tiba ia merasakan nyeri yang teramat sakit di area punggung
sehingga klien di larikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura
27
Keterangan: = Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Tinggal serumah
= Pasien
28
G3 = Pasien Memiliki dua orang anak perempuan dan laki-laki
Pola Eliminasi
1. BAB
d. Pola Aktifitas
30
e. Pola Istirahat- Tidur
31
H. PEMERIKSAAN FISIK
32
c. Mata
Inspeksi : 1) Kelopak mata simetris
kiri/kanan
2) Warna kulit kelopak mata serasi
dengan kulit lain (sawo matang)
3) Konjungtiva anemis
4) Sklera tampak putih tidak
ikterik
5) Pupil kiri/kanan miosis saat
terkena rangsang cahaya
langsung
6) Bola mata kiri/kanan dapat
mengikuti gerakan jari perawat
ke 8 arah sejauh 15 cm
Palpasi : 1) Bola mata pasien teraba lunak
d. Telinga
Inspeksi : 1) Tampak telinga simetris kiri/
kanan
2) Tampak telinga berwarna serasi
dengan kulit lain (sawo matang)
3) Tampak ada sedikit serumen di
lubang telinga kiri/kanan
33
dibisikkan perawat sejauh 1 ½
meter
e. Hidung
Inspeksi : 1) Tampak warna hidung serasi
dengan warna kulit lainnya
(sawo matang)
2) Tidak tampak kemerahan
3) Tidak tampak luka
4) Lubang hidung tampak bersih
Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan pada
sinus- sinus
f. Mulut
Inspeksi : 1) Bibir tidak tampak kering
2) Tidak ada sariawan
3) Tampak karies gigi dan gigi
berlubang
4) Tampak uvula pada faring
simetris
g. Leher
Inspeksi : 1) Tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid
2) Tidak tampak benjolan
3) Tidak tampak pembesaran vena
jugularis
34
Palpasi : 1) Tiroid tidak teraba
2) Tidak teraba benjolan/ massa
h. Thorax (dada)
Inspeksi : 1) Tampak bentuk dada normal chest
2) Ritme pernafasan normal
3) Frekuensi pernafasan 20x/ menit
4) Tidak tampak retraksi dinding dada
i. Jantung
Inspeksi : 1) Bentuk dada normal chest
2) Ictus cordis tidak tampak pada
ICS 5 linia mid clavicularis
sinistra
Auskultasi : 1) BJ 1 (LUB)
35
a) Mitral (ICS 5 Linia mid
clavicularis sinistra)
b) Trikuspidalis (ICS 4 Linia
parasternalis sinistra)
2) BJ 2 (DUB)
a) Aorta ICS 2 Linia mid
clavicularis dextra
b) Pulmonalis ICS 2 LInia
parasternalis sinistra
3) Tidak ada penambahan S3 dan
S4
j. Abdomen
Inspeksi : 1) Warna kulit abdomen (sawo
matang)
2) Tidak tampak luka
3) Tidak tampak kemerahan
4) Tampak asites
Auskultasi :1) Terdengar suara peristaltic usus
6 x/menit
36
5) Tidak ada pembesaran organ
limfa
6) Terjadi pembengkakan pada
organ ginjal
k. Tulang Belakang
Inspeksi : 1) Tidak tampak luka
l. Ekstremitas Atas
Inspeksi : 1) Tampak otot simetris
kiri/ kanan
2) Tidak tampak luka
m. Ekstremitas bawah
37
Inspeksi : Tidak ada luka,atau
kelainan pada kaki
38
Pasien dapat membaca tulisan sejauh 30 cm tanpa alat bantu
kacamata
3) Okulomotorius, Troklearis, Abdusen (N.3,4,6)
a) Kontriksi pupil :
Pupil kiri/ kanan mengecil (miosis) saat diberi rangsang cahaya
langsung.
b) Gerakan kelopak mata :
Kedua kelopak mata pasien simetris saat membuka dan
menutup mata.
c) Pergerakan mata
Pasien dapat menggerakkan bola mata ke 8 arah
4) Trigeminus (N.5)
a) Sensibilitas sensori :
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, dapat menjawab
pertanyaan perawat dengan benar
b) Reflek dagu :
Pasien dapat membuka dan menutup mulut.
c) Reflek kornea :
Pasien dengan spontan mengedipkan mata saat diberi rangsang
menyentuh mata.
5) Facialis (N.7)
a) Gerakan mimik :
Pasien tampak meringis saat nyeri dipanggul muncul
b) Pengecapan 2/3 lidah bagian depan:
Pasien mampu merasakan dan membedakan rasa asam (jeruk),
asin, manis
6) Acustikus (N.8)
a) Fungsi pendengaran :
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata yang dibisikkan
perawat sejauh 6/6
39
Pasien kurang mampu menjaga keseimbangan saat berjalan
(sehingga harus dibantu orang lain)
7) Glosofaringeus dan Vagus (N. 9 dan 10)
a) Reflek menelan :
Pasien mampu menelan dengan baik.
b) Relek muntah :
Pasien ada reflek muntah dan ada rasa mual.
8) Asesorius (N.11)
a) Memalingkan kepala ke kiri dan kanan :
Pasien mampu memalingkan kepala ke kiri da kanan dengan
tahanan
b) Mengangkat bahu :
Pasien mampu mengangkat kedua bahu secara bersamaan
dengan tahanan
9) Hipoglosus (N.12)
Pergerakan lidah :
Pasien mampu menggerakkan lidah ke luar, kiri, kanan.
10) Tanda- tanda perangsang selaput otak :
Kaku kuduk : Tidak tampak
Tandan kering : Tidak tampak
40
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium/ 20 September2018
J. TERAPI
41
42
K. KLASIFIKASI DATA
43
44
L. ANALISA DATA
Data Analisa Data Masalah
DS : Adanya pertumbuhan
Klien mengatakan sel endotel yang
punggung belakang abnormal
nya sakit seperti dan bersifat merusak
dihantam balok kayu. dalam ginjal
DO : Nyeri Kronik
P : saatnaik tangga Mengakibatkan
Q : seperti dihantam peningkatan tekanan
benda tumpul intrarenal
R : di bagian
punggung Nyeri kronik (yang
S : skala 6 (1-10) dialami lebih dari 6
T : saat aktivitas. bulan)
45
DS : Adanya inflamasi pada
telah mengalami nyeri sendi lutut
punggung bagian
bawah selama 10th Mengakibatkan
sejak umur 59th, pada penurunan fungsi
bagian lutut selama 2 sendi Intoleransi Aktivitas
bulan terakir terasa
sakit apabila Terjadi keterbatasan
digerakan. gerak
DO :
Intoleransi aktivitas
Keterbatasan gerak
ROM
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri kronis b.d. peningkatan tekanan intrarenal akibat pertumbuhan abnormal
sel endotel ginjal dan bersifat merusak.
N. INTERVENSI
46
peningkatan tekanan 2. Kaji skala nyeri TTV kita dapat
intrarenal akibat 3. Ajarkan teknik mengetahui kondisi
pertumbuhan abnormal relaksasi seseorang secara global
sel endotel ginjal dan 4. Kolaborasi dengan dan kita dapat
bersifat merusak. dokter dalam memantau hasil dari
pemberian therapi anti- tindakan yang kita
nyeri berikan
5. Konsultasikan 2. Dengan mengetahui
dengan dokter dalam skala nyeri perawat
melakukan dapat mengetahui
pemeriksaan radiologi tingkat nyeri yang
ulang pasien rasakan dan
perawat dapat segera
melakukan tindakan
untuk mengurangi rasa
nyeri pada pasien.
3. Dengan teknik
relaksasi diharapkan
klien lebih rileks
sehingga mengurangi
tekanan stressor dalam
produksi histamine
sehingga nyeri dapat
berkurang
4. Dengan pemberian
anti-nyeri dapat
mengurangi rasa sakit
yang dialami klien
5. Dengan adanya
pemeriksaan radiologi
ulang kita dapat
47
mengetahui
perkembangan penyakit
sehingga memberikan
acuan terhadap
bagaimana kita
memberikan tindakan
medis, jenis terapi
Hipertensi b.d.
vasokonstriksi 1.Observasi TTV 1. Dengan mengetahui
pembuluh darah 2.Observasi CRT TTV kita dapat
3.Kaji adanya sianosis mengetahui kondisi dan
perifer kita dapat memantau
4.Konsultasikan dengan hasil dari tindakan yang
dokter dalam kita berikan
melakukan 2. Dengan melakukan
pemeriksaan EKG CRT kita dapat
5.Konsultasikan dengan mengetahui normalnya
dokter dalam sirkulasi darah
pemberian therapi obat 3. Dengan kita
oral penurun tekanan mengkaji adanya
darah jangka pendek sianosis perifer
kita dapat mengetahui
bahwa perifer
kekurangan oksigen
5. Dengan pemeriksaan
EKG kita dapat
mengetahui lebih
banyak tentang keadaan
jantungnya sehingga
kita tahu penyebab
48
terjadinya peningkatan
tekanan darah dengan
begitu dapat membantu
dalam pemberian terapi
6. Dengan pemberian
obat oral penurun
tekanan darah jangka
pendek dapat
menstabilkan tekanan
darah sehingga
mengurangi keparahan
melakukan aktifitas
sehari-hari
3. Dengan bedrest
untuk mengontrol
49
aktifitas dan dapat
mempercepat proses
penyembuhan pada
pasien
4. Dengan melakukan
kolaborasi dapat
memantau kesehatan
dan untuk proses
penyembuhan
O. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
50
S:
Nyeri kronis b.d. 1.Melakukanpemeriksaa Klien mengatakan
peningkatan tekanan n TTV punggungnya sudah
intrarenal akibat tidak sakit lagi.
pertumbuhan abnormal TD: 150/ 100 mmHg O:
sel endotel ginjal dan Nadi: 105x/ menit Skala nyeri 0-1
bersifat merusak. Suhu: 36,5 oC Ekspresi klien tak lagi
RR: 20x/ menit menyeringai
2.Mengkaji skala nyeri A:
Masalah teratasi
Skala nyeri 4-5 P:
3.Mengajarkan teknik Intervensi dihentikan
relaksasi, dengan nafas
dalam melalui hidung
dan keluarkan perlahan
lewat mulut
4.Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
therapi anti-nyeri
Hipertensi b.d. S:
vasokonstriksi pembuluh 1. Mengobservasi TTV Klien mengatakan
darah pusing sudah berkurang.
TD : 150/100 mmHg O:
Nadi : 105x/menit TD : 120/90 mmHg
Suhu : 36,5 oC Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit S : 36,5 oC
2. Mengobservasi CRT 2 RR : 20x/menit
detik. CRT 2 detik
3. Mengkaji adanya Perifer merah muda
sianosis pada perifer, Ekspresi klien tampak
51
perifer merah muda. sumringah.
4. Mengkonsultasikan A:
dengan dokter dalam Masalah teratasi
melakukan tindakan P:
pemeriksaan EKG. Intervensi dihentikan.
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
therapi obat oral
penurun tekanan darah
jangka pendek.
52