Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN

Kanker Ginjal adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelainan


pertumbuhan dari sel-sel kanker pada ginjal. Biasanya, hanya satu ginjal yang
terkena kanker.
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat)
dan jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adeno karsinoma renalis / hipernefroma). Kanker Ginjal atau hipernefroma
merupakan jenis kanker yang terdapat pada bagian ginjal atau disebut tubulus
renal proksimal.
Carsinoma sel ginjal ( renal cell carcinoma ) adalah tumor
malignansi renal tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-
laki dibandingkan pada wanita.
Karsinoma sel ginjal merupakan tumor yang berasal dari epitel tubulus
ginjal terutama terletak di korteks.Carsinomaselginjal( renal cell carcinoma )
adalah tumor malignansi renal tersering, dua kali lebihseringditemukanpadalaki-
lakidibandingkanpadawanita.

B.     ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan
membelah secara wajar.Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan
menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang
dikenal sebagai tumor. Tidak semua tumor merupakan kanker
(keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor  maligna. Sel-se ldari tumor ini
menyusup dan merusak jaringan disekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor
asalnya dan memasuki aliran darah atau system getah bening, paru-paru, hati,

1
tulang , Pembuluh limfe, Vena renalis. dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya
( proses ini dikenal sebagai metastase  tumor ).
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun  penelitian
telah menemukan factor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko
terjadinya kanker ginjal. Risiko terjadinya carcinoma sel ginjal meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia.Kanker ini paling sering terjadi pad ausia 50-70 tahun.
Pria memiliki risiko 2 kali lebih besardibandingkan wanita.
Faktor – faktor resikonya, yaitu :
1.      Merokok. Merokok adalah faktor resiko utama. Para perokok dua kali lebih
mungkin menderita kanker ginjal daripada bukan perokok. Orang yang menyukai
rokok cerutu bahkan bisa menderita kanker ginjal paling parah.
2.      Kegemukan / obesitas. Orang yang mengalami kegemukan mempunyai resiko
yang lebih tinggi dari mereka yang tidak kegemukan.
3.      Dialysis jangka panjang. Dialysis adalah perawatan untuk orang – orang yang
ginjalnya tidak bekerja dengan baik. Dialysis akan mengeluarkan pembuangan –
pembuangan dari darah.
4.      Hipertensi. Merupakan faktor resiko yang termasuk pokok.
5.      Von Hippel Lindau ( VHL ) syndrome. HVL adalah penyakit yang jarang
beredar pada beberapa keluarga dan disebabkan oleh perubahan dalam gen HVL.
Suatu gen HVL yang tidak normal dapat meningkatkan resiko kanker ginjal, juga
menyebabkan kista atau tumor dimata, otak dan bagian – bagian tubuh yang
lainnya. Penderita sindrom ini bisa melakukan tes pemeriksaan terhadap
kemungkinan gen VHL yang tidak normal.
6.      Jenis kelamin. Laki – laki dimungkinkan lebih banyak menderita kanker ginjal
daripada perempuan. Di AS, sekitar 20.000 laki – laki dan 12.000 perempuan
menderita kanker ginjal dalam setiap tahun.
7.      Makanan tinggi lemak
8.      Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.

2
C.    ANATOMI

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang vital


fungsinya bagi keseluruhan sistem tubuh manusia. Ginjal adalah organ utama
system ekskresi manusia, yang mengatur pembuangan zat-zat sisa yang sudah
tidak berguna lagi bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga berperan dalam
menjaga homeostasis cairan dalam tubuh. Seperti organ tubuh lainnya, ginjal juga
bisa mengalami kanker.
Jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel
ginjal(adenokarsinoma renalis, hipernefroma, renal cell carcinoma), yang berasal
darisel-sel yang melapisi tubulus renalis ginjal. Bahayanya, kanker ginjal ini
biasanyaditemukan pada saat kanker ini telah mengalami metastasis dan sudah
menyebar ke organ tubuh lainnya, karena pada stadium dini kanker ini jarang
sekalimenunjukkan gejalanya. Gejalanya baru mulai terasa pada stadium lanjut,
yaituterjadi hematuria (terdapat darah pada air seni). Penyakit kanker ginjal
merupakansalah satu penyakit yang ditakuti oleh beberapa orang karena tidak
menunjukkangejalanya. Sehingga ketika terdeteksi ternyata sudah menyebar ke
organ yang laindan sulit untuk disembuhkan. Angka kejadian kanker ginjal
cenderung meningkatbelakangan ini.

D.    PATOFISIOLOGI

Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada
di dalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan
kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi.Cara
penyebaran bisa secara langsung menembus simpai ginjal ke jaringan sekitarnya
dan melalui pembuluh limfe atau v. Renalis. Metastasis tersering ialah ke kelenjar
getah bening ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang , adrenal dan ginjal
kontralateral (De Jong, 2000).

3
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau enyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa sglomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan
bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di invasi
oleh sel tumor. Tumor ini pada nyatanya memperlihatkan warna yang putih atau
keabu-abuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat ). Tumor
tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai
suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Munculnya tumor Wim’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik
terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya hipertensi
biasanya terkait iskemik pada renal IV.
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal
ginjal. Kanker ginjal bisa terjadi secara herediter atau non herediter. Keduanya
memberikan bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural dari
kromosom. Studi genetika kanker ginjal menyebabkan kloning gen yang
menghasilkan perubahan formasi tumor ( Iliopoulos, 2000 ).
Setidaknya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel
ginjal, meliputi : sindrom von Hippel – Lindau (VHL), hereditary papillary renal
carcinoma (HPRC), onkosit ginjal familial (FRO) associated with Birt – Hogg –
Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal herediter ( Iliopoulos,2000 ).
Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom autosomal dominan
yang memberikan predisposisi untuk berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal.
Renal cell carcinoma berkembang di hampir 40 % dari pasien dengan penyakit
Hippel-Lindau von dan merupakan penyebab utama kematian di antara pasien
tersebut.
Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan
dengan pola dominan warisan autosom; individu yang terkena mengembangkan

4
karsinoma ginjal bilateral ( Radovanovic, 1986 ). Individu dengan onkosit ginjal
familial mengembangkan oncocytoma multifokal atau neoplasma oncocytic di
ginjal. Sindrom Birt – Hogg – Dube adalah sindrom kulit turun – temurun. Pasien
dengan sindrom Birt – Hogg – Dube memiliki kecenderungan dominan
diwariskan untuk mengembangkan tumor jinak dari foliker rambut ( yaitu
fibrofolliculomas ), terutama di leher, wajah dan batang atas, serta berisiko
mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan kista paru ( Iliopoulos,
2000 ). Kanker ginjal memberikan berbagai manifestasi masalah keperawatan.

E. PATHWAY

5
F.     MANIFESTASI KLINIS

Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium
lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria ( adanya darah di
dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak
kemerahan atau diketahui melalui analisis air kemih.
Nyeri tumpul pada daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan
balik yang ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah perienal
atau perdarahan ke dalam jaringan ginjal.
Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor
bergerak turun melalui ureter.
Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak kuatnya aliran darah ke beberapa
bagian atau seluruh ginjal sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa
pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat
tingginya kadar hormone eritropoietin,yang merangsang sumsum tulang untuk
meningkatkan pembentukan sel darah merah.

Tanda-tanda lain dari Carsinoma ginjal adalah;


a. Warna urin abnormal ( gelap atau coklat ) karena terdapat darah dalam urin.
b. Kehilangan berat badan lebih dari 5%.
c. Kelelahan
d. Anemia
e. Terdapat massa
f. Tanda metalase
g. Demam
h. Polisitemia, hiperkalsemia
i. Kebanyakan Carsinoma ginjal teridentifikasi secara kebetulan pada saat
pemeriksaan diagnostic abdomen seperti CT-scan.

6
j. Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti fraktur
patologi pada paha.

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      CT – Scan.

2.      Ultrasound. Alat ultrasoud bekerja dengan menggunakan gelombang –


gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh orang. Gelombang – gelombang
suara memantul balik dari ginjal, dan komputer menggunakan gema – gema untuk
menciptakan gambar yang disebut sonogram.

3.      Biopsy. Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel – sel kanker.

4.      Urografi intravena
5.      USG
6.      MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor
7.      RPG
8.      Arteriografi
9.      Pemeriksaan Fisik

Periksa tanda – tanda kesehatan umum dan mengujinya untuk demam dan
tekanan darah tinggi. Raba perut dan pinggang untuk memastikan adanya gejala
tumor.
10.  Tes urin.

11.  Tes darah. Laboratorium memeriksa darah untuk melihat seberapa baik ginjal
berfungsi. Laboratorium memeriksa tingkat dari beberapa senyawa, seperti
creatinine. Tingginya creatinine akan mengakibatkan ginjal tidak bekerja secara
normal.

12.  Intravenous Pyelogram ( IVP ). Pemberian zat warna suatu vena di lengan dengan
cara disuntikkan. Zat warna berjalan melalui tubuh dan berkumpul di ginjal. Zat
warna itu lalu terlihat pada sinar X. Lalu zat warna itu akan bergerak melalui
ginjal menuju kantung kemih.

7
H.    KLASIFIKASI

Ginjal yang semakin lama mengalami kegagalan atau gangguan fungsi


ginjal, sehingga tidak mampu lagi bekerja dengan normal, membuat organ ginjal
semakin berat dan akhirnya menjadi kanker ginjal. Stadium kanker ginjal
didasarkan pada ukuran tumor, penyebaran dan luas penyebaran. Stadium –
stadium tersebut adalah :
1.      Stadium I. Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal. Tumornya berukuran
2,75 inci ( 7 cm ) atau tidak lebih besar dari sebuah bola tenis. Sel – sel kanker
ditemukan hanya berada di ginjal.
2.      Stadium II. Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal namun tumor sudah
berukuran lebih dari 2,75 inci. Sel – sel kanker ditemukan hanya di ginjal.
3.      Stadium III. Pada stadium ini, tumor tidak meluas diluar ginjal, tetapi sel – sel
kanker telah menyebar melalui sistem getah bening ke suatu simpul getah bening
yang berdekatan. Tumor juga menyerang kelenjar adrenal atau lapisan – lapisan
dari lemak dan jaringan yang berserabut yang mengelilingi ginjal. Namun, sel –
sel kanker masih belum menyebar diluar jaringan berserabut. Sel – sel kanker
ditemukan pada satu simpul getah bening yang berdekatan atau menyebar dari
ginjal ke suatu pembuluh darah besar yang berdekatan. Sel – sel kanker juga
ditemukan pada simpul getah bening yang berdekatan.
4.      Stadium IV. Pada stadium ini, tumor meluas dari luar jaringan berserabut yang
mengelilingi ginjal. Sel – sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul getah
bening yang berdekatan atau kanker yang telah menyebar ke tempat – tempat lain
di dalam tubuh, seperti paru – paru.
5.      Kanker yang kambuh. Kondisi ini adalah kanker yang kembali muncul setelah
perawatan bisa muncul kembali di ginjal atau bagian tubuh lainnya.

8
Stadium I Tumor terbatas pada parenkim ginjal
Stadium II Tumor menjalar kejaringan perinefrik tetapi tidak menembus
fasia Gerota
Stadium III III A Tumor menembus fasia gerota dan masuk ke V renalis
III B Kelenjar limfe regional
III C Pembuluh darah local
Stadium IV IV A Dalam organ, selain adrenal
IV B Metatase jauh

I.       PENATALAKSANAAN

1.      Operasi

Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal.


Perawatan jenis ini merupakan suatu tipe dari terapi lokal yang dilakukan dengan
merawat kanker ginjal dan area yang dekat pada tumor. Operasi untuk
mengangkat ginjal disebut nephrectomy. Adapun tipe operasi pengangkatan ginjal
ini tergantung pada stadium dari tumor yaitu :

-          Radical nephrectomy. Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama kelenjar


adrenal dan beberapa jaringan disekitar ginjal. Beberapa simpul getah bening di
area itu juga diangkat.

-          Simple nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Biasanya tindakan


ini dilakukan pada penderita kanker ginjal stadium I.

-          Partial nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal yang
mengandung tumor. Operasi ini dilakukan ketika seseorang itu hanya mempunyai

9
satu ginjal, ketika kanker sudah memengaruhi kedua ginjal, maupun penderita
yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4 cm atau ¾ inci.

Efek samping dari operasi adalah lamanya waktu untuk sembuh. Lama
waktu yang diperlukan untuk kesembuhan pun berbeda untuk setiap orang. Pasien
sering tidak nyaman selama beberapa hari pertama meskipun telah menggunakan
obat penghilang nyeri.
2.      Arterial embolization

Arterial embolization adalah tipe terapi lokal yang menyusutkan tumor


dan dilakukan sebelum tindakan operasi. Tujuannya adalah agar operasi dapat
berjalan lebih mudah. Ketika operasi tidak mungkin dilakukan, maka
embolization digunakan untuk membantu menghilangkan gejala – gejala kanker
ginjal.

Cara ini dilakukan dengan memasukkan tabung yang sempit ke dalam


suatu pembuluh darah di kaki. Tabung dialirkan keatas hingga ke pembuluh darah
besar utama atau arteri ginjal yang menyediakan darah pada ginjal. Lalu
disuntikkan suatu senyawa ke pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke
dalam ginjal.

Setelah arterial embolization penderita biasanya merasakan nyeri


punggung atau mengalami demam. Efek – efek lainnya mual dan muntah. Namun
masalah – masalah ini bisa segera menghilang.

3.      Terapi radiasi

Terapi radiasi ( radioterapi ) adalah tipe lain dari tipe lokal yang yang
menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel kanker, serta
memengaruhi sel – sel kanker di area yang dirawat. Pasien mendapatkan
perawatan di rumah sakit atau klinik dalam lima hari setiap minggu selama
beberapa minggu.

10
Efek samping dari terapi radiasi tergantung pada jumlah radiasi yang
diberikan dan bagian tubuh yang dirawat. Pasien bisa menjadi sangat lelah selama
terapi radiasi, terutama pada minggu – minggu pertama perawatan.

Terapi radiasi pada ginjal dan area – area yang berdekatan


memungkinkan terjadinya mual, muntah, diare atau tidak nyaman ketika BAK.
Selain itu juga menyebabkan kekurangan jumlah sel darah putih sehat yang
sebenarnya membantu melindungi tubuh terhadap infeksi. Efek lainnya kulit
diarea yang dirawat akan memerah, kering dan peka.

4.      Terapi biologis

Terapi biologis adalah suatu tipe dari terapi sistematis atau terapi yang
menggunakan senyawa – senyawa yang berjalan melalui aliran darah, mencapai
dan memengaruhi sel – sel di seluruh tubuh. Terapi biologis menggunakan
kemampuan alamiah tubuh atau sistem imun untuk melawan kanker.

Terapi biologis mungkin menyebabkan gejala – gejala seperti flu,


kedinginan, demam, nyeri – nyeri otot, kelemahan, kehilangan nafsu makan,
mual, muntah dan diare. Pasien – pasien juga mungkin memperoleh suatu ruam
kulit atau skin rash. Persoalan – persoalan ini dapat menjadi parah, namun mereka
menghilang setelah perawatan dihentikan.

5.      Kemoterapi

Kemoterapi adalah tipe dari terapi sistemis dengan menggunakan obat


– obatan. Obat – obatan anti kanker memasuki aliran darah dan mengalir ke
seluruh tubuh. Meskipun berguna untuk kanker – kanker yang lain, obat – obatan
tersebut telah menunjukkan penggunaan yang teratas terhadap kanker.

Efek samping dari kemoterapi tergantung pada obat – obatan spesifik


dan jumlah yang diterima. Pada umumnya, obat – obatan anti kanker
memengaruhi sel – sel yang membelah secara cepat, terutama sel – sel darah. Sel

11
– sel ini melawan infeksi, membantu darah untuk menggumpal atau membantu,
dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika obat – obat memengaruhi sel –
sel darah, pasien lebih mudah mendapat infeksi, memar berdarah, juga merasa
sangat lemah dan lelah.

Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut. Rambut tumbuh


kembali, namun adakalanya rambut yang baru memiliki warna dan tekstur yang
agak berbeda.

Kemoterapi dapat menyebabkan nafsu makan yang buruk, mual,


muntah, diare, atau luka – luka mulut dan bibir. Namun, efek – efek samping ini
dapat dikontrol dengan menggunakan obat – obatan.

6.      Nutrisi

Pasien perlu makan dengan baik selama terapi kanker. kecukupan


kalori dibutuhkan untuk menjaga berat badan dan protein untuk mempertahankan
kekuatan. Nutrisi bisa membuat penderita kanker merasa lebih baik dan
mempunyai lebih banyak energi. Masalahnya pasien kanker sering kali sulit untuk
makan karena tidak merasa nyaman atau lelah.

12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Kegiatan
dalam proses pengkajian yakni pengumpulan data, adapun pembagian macam-
macam data sebagai berikut:
a) Data Dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien, berikut format
pengkajian klien dengan kanker ginjal sesuai teori yaitu:
b) Identitas klien
Identitas klien berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status, penanggung jawab klien dan data demografi penanggung jawab
klien.
c) Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan kanker ginjal biyasanya nyeri pinggang
(tumpul/tajam)
P : Kecapean
Q : seperti dipukul benda tumpul/ ditusuk benda tajam
R : pinggang bawah
S : 4-5
T : intermitten
d) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien dengan diagnose kanker ginjal biyasanya tidak nampak gejala
yang signifikan sebelum masuk stadium 4 kecuali pada pasien yang melakukan
check rutin sehingga pasien tidak mengetahui dan menghiraukannya karena dikira
pegal-pegal atau nyeri sendi (encok) yang tidak membahayakan, sampai akhirnya
pasien mengalami nyeri pinggang yang tidak bisa ditahannya lagi ataupun adanya
darah dalam urin saat berkemih barulah pasien datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk meminta bantuan.

13
e) Riwayat penyakit terdahulu
Terkadang pada pasien dengan von help-lyndau syndrome kemungkinan
menderita kanker ginjal namun pada pasien dengan kanker ginjal biyasanya
disertai hypertensi, obesitas, gagal ginjal kronik yang mengharuskan dialisa
selama lebih dari 5th terakhir bahkan pernah mempunyai riwayat operasi atau
pernah menderita penyakit kanker sebelumnya.

f) Riwayat kesehatan keluarga


Pada pasien dengan kanker ginjal biasanya mempunyai garis keturunan
dengan hipertensi atau bahkan menderita penyakit kanker.

g) Pola fungsi kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
pasien biyasanya tidak dapat menilai bahwa apa yang dideritannya adalah kanker
ginjal terkait kurangnya informasi dan tidak adanya manifstasi klinis yang
signifikan sebelum adanya metastase pada stadium 4.

14
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi
Jenis
Dalam Batas Penurunan Nafsu dan
Porsi
Normal Porsi Makan
Total kalori
Keluhan

3. pola eliminasi
BAK
Indikator Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi
Jumlah
Dalam Batas Adanya darah
Warna
Normal dalam urin saat
Bau
berkemih
Keluhan

BAB

Inikator Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi
Konsistensi Dalam Batas Dalam Batasan
Warna Normal Normal sebelum
Bau adanya metastase
Keluhan

4. Pola aktivitas dan kebersihan diri

15
Pada pasien awam yang belum mengetahui bahwa menderita kanker ginjal
biyasanya mudah capek saat beraktifitas dan letih.

5. Pola istirahat tidur


Pada pasien dengan kanker ginjal stadium awal dan belum ada metastase
mungkin tidak akan mempengaruhi pola istirahat tidur.

6. Pola kognisi dan persepsi sensori


Pasien awam yang belum mengetahui bahwa dirinya menderita kanker
ginjal pada awalnya tidak mau dan tidak bisa menerima kenyataan yang
dialaminya.

7. Pola konsep diri


Pasien memberikan penolakan atas diagnose yang diberikan dan
menganggap bahwa dokternya yang salah mendiagnosa.

8. Pola peran-berhubungan
Pasien dengan kanker ginjal akan mempunyai respon pola peran
berhubungan dengan penyakit yang berbeda-beda pada masing-masing individu.

9. Pola mekanisme koping


Pasien dengan kanker ginjal akan mempunyai mekanisme koping berbeda-
beda pada masing-masing individu terkait penyakit yang dialaminya.

10. Pemeriksaan fisik

16
1). Status kesehatan umum (bergantung pada keluhan utama)
Status kesehatan umum terdiri:
a. Penampilan umum (dari segala sesuatu yang dapat dinilai dari pengelihatan
mata) biasanya pasien denga penderita kanker ginjal personal hygine kurang
karena keluhan atau gejala yang dialami, pasien tampak merasa meringis karena
nyeeri yang diderita di bagian pinggang.

b. Tingkat kesadaran/ gcs

Pasien awam yang tidak mengetahui tentang penyakit kanker ginjal


biasanya tingkat kesadaran atau GCSnya yaitu 4-5-6

c. Tanda-tanda vital seperti: (bergantung pada metastase dan penyakit bawaan/


penyerta)
Tekanan darah : ...... Mmhg
Frekuensi denyut nadi :......x/ menit
Respiration rate : ….. X/ menit
Suhu : ….. Derajat celcious.

2. Pemeriksaan persistem
Pemeriksaan persistem meliputi:
a.Breathing/ B1 (system pernafasan)
Pada pasien dengan metastase pada paru-paru akan mengalami dypsneu
atau sesak nafas, tampak otot bantu nafas, pch, nafas dalam dan dangkal serta
batuk darah.
b. Blood/ B2 (system peredaran darah)
Tidak dapat terkaji

c. Brain/ B3 (system persyarafan)

17
Pada pasien dengan metastase ke otak maka akan muncul kerusakan-
kerusakan syaraf
d. Bladder/ B4 (system perkemihan)
Pasien dengan kanker ginjal stadium lanjut barulah Nampak Nampak
tanda-tanda klinis, adanya darah dalam urine saat berkemih, nyeri punggung
bawah.
e. Bowel/ B5 (system pencernaan)
Pasien dengan kanker ginjal stadium lanjut barulah nampak tanda-tanda
klinis, adanya rasa tidak nyaman di perut, teraba massa atau benjolan di abdomen.
f. .Bone/ B6 (system pergerakan, ekstremitas)
Setelah adanya metastase ke tulang barulah Nampak tanda ke
abnormalitasan pada system pergerakan seperti mudah fraktur dan nyeri pada
tulang.
g. Riwayat terapi:
Pada pasien dengan riwayat kanker atau tumor yang berulang pasti
mempunyai riwayat kemoterapi, pemeriksaan radiologi, biopsy, pembedahan
untuk pengangkatan jaringan kanker atau tumor atau riwayat radiasi. Dan pada
pasien dengan kanker ginjal yang disertai hipertensi pasti mempunyai riwayat
terapi obat anti-hipertensi, beta-blocker, anti-diuretik, anti adrenal yang harus
dikonsumsi rutin.

18
2. DIAGNOSA

a. Analisa Data

DATA ANALISA MASALAH


DS: Metastase sel kanker Gangguan Pola Nafas
pasien mengatakan melalui pembuluh Perdarahan
sesak, darah ke paru Nyeri Kronik
DO:
pch (+) Menghambat kinerja
nafas dangkal dan paru dalam proses
dalam respirsi
nampak otot bantu
nafas Penurunan suplai
oksigen dalam tubuh

PCH, sesak, Nampak


otot bantu nafas

DS Metastase sel kanker


pasien mengatakan jika melalui pembuluh Perdarahan
batuk pasti ada darah darah ke paru
DO
dari hasil rontgen dada Kerusakan jaringan
nampak adanya pada paru-paru
kerusakan jaringan
paru. Perdarahan massif
saat batuk terlihat ada
darah pada saputangan Batuk darah

19
pasien.

DS Pembesaran sel kanker


pasien mengatakan dalam ginjal Nyeri Kronik
punggungnya nyeri saat
aktivitasnya banyak Peningkatan tekanan
DO intrarenal
pasien nampak
menyeringai dan Penekan saraf dalam
memegangi ginjal
punggungnya

P : saat banyak Nyeri kronik


aktivitas
Q : seperti dipukul
kayu
R : punggung bawah
S : 4-5
T : intermitten

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pola nafas b.d. metastases sel kanker ke paru, mengganggu proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru, suplai oksigen menurun
sehingga tibul sesak, pch, nafas dangkal dan dalam.

20
b. Perdarahan b.d. metastases sel kanker ke paru yang menyebabkan kerusakan
jaringan paru sehingga mengalami batuk darah.

c. Nyeri Kronis b.d. pertumbuhan sel kanker dalam ginjal, peningkatan tekanan
intrarenal yang menekan saraf pada ginjal.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. metastases el kanker pada hati
sehingga menyebabkan mual, muntah dan anoreksia.

e. Gangguan Mobilitas b.d. metastases sel kanker ke tulang yang menyebabkan


tulang mudah fraktur, peradangan pada sendi,

f. Gangguan Rasa Nyaman b.d. pembesaran masa tumor sehingga timbul sensasi
benda asing dalam abdomen

g. Ansietas b.d. kurangnya pengetahuan, wajah klien ketakutan, gelisah.


3. Intervensi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
HASIL
1. Gangguan Pola Nafas b.d. TUJUAN : 1. observasi tanda- 1. dengan
metastases sel kanker ke paru, Dengan waktu 1 x tanda vital pasien mengobservasi
mengganggu proses pertukaran 60 menit di 2. observasi tanda-tanda vital
oksigen dan karbon harapkan masalah penggunaan otot klien, perawat
dioksida dalam paru, suplai gangguan pola bantu nafas cuping dapat mengetahuin
oksigen menurun sehingga tibul nafas dapat hidung keadaan umum
sesak, pch, nafas dangkal dan teratasi, pasien 3. ajarkan pada pasien melalui
dalam dapat klien untuk TD,N,S,RR
bernafas secara melakukan posisi 2. denga
normal. semi fowler mengobservasi
KRITERIA 4. kolaborasi penggunaan otot
HASIL : dengan dokter bantu nafas cuping
1. pasien dapat dalam pemberian hidung, perawat
bernafas secara therapi oksigenasi, dapat mengetahui

21
normal RR 18-20 bronkodilator, bahwa pasien
x/ menit obat per-oral. benar mengalami
2. pasien tidak gangguan pola
menggunakan otot nafas
bantu nafas atau 3. dengan
cuping hidungh mengajarkan
3. pasien tampak pasien untuk
releks dalam melakukan posisi
bernafas, tidak semi fowler,
terengah-engah pasien dapat
bernafas sedikit
lebih baik
4. kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
therapi oksigen,
bronkhodilatot,
obat per oral dapat
membantu lebih
cepat dalam
penyembuhan
gangguan pola
napas
2 Perdarahan b.d. metastases sel TUJUAN : 1. mengobservasi 1. dengan
kanker ke paru yang Setelah dilakukan tanda-tanda vital mengobservasi
menyebabkan kerusakan tindakan pasien tanda-tanda vital
jaringan paru sehingga keperawatan 2. observasi pasien, perawat
mengalami batuk darah. dalam 1 x 60 perdarahan pada dapat mengetahui
menit perdarahan saat pasien batuk keadaan umum
dapat teratasi. 3. ajarkan pasien pasien melalui
KRITERIA untuk TD,N,S,RR.

22
HASIL : menggunakan 2. dengan
1. tidak ada darah sarung tangan saat mengobservasi
lagi saat pasien sedang batuk perdarah saat
batuk 4. kolaborasi pasien batuk,
dengan tim medis perawat dapat
dalam pemberian melakukan
obat tindakan
selanjytnya

2. ekspresi pasien 3. dengan


tanpak sumringah mengajarkan
pasien saat batuk
menggunakan
sarung tangan,
batuk darah tidak
terbuang
kesembarang
tempat
4. kolaborasi
dengan tim medis
dalam oemberian
obat dapat
membantu lebih
cepat dalam proses
penyembuhan

3 Nyeri Kronis b.d. pertumbuhan TUJUAN : 1. observasi tanda- 1. dengan


sel kanker dalam ginjal, Setelah dilakukan tanda vital pasien mengobservasi
peningkatan tekanan intrarenal tindakan 2. kaji tingkat tanta-tanda vital
yang menekan saraf pada ginjal. keperawatan skala nyeri pasien pasien, perawat
dalam waktu 1x 3. ajarkan klien dapat mengetahui

23
24 jam nyeri dapat untuk nafas keadaan umum
teratasi panjang, tehnik pasien melalui
KRITERIA distraksi dan TD,N,S,RR
HASIL : relaksasi 2. dengan
1. ekspresi pasien 4. ciptakan mengkaji tingkat
tampak sumringah lingkungan yang skala nyeri pasien,
2. pasien pasien nyaman perawat dapat
mengatakan nyeri 5. kolaborasi mengetahui
berkurang dengan tim medis seberapa nyeri
3. pasien mampu dalam pemberian yang pasien
mengendalikan obat analgetik. rasakan dan
nyeri perawat dapat
4. skala nyeri 0-3 segera melakukan
tindakan untuk
mengurangi rasa
nyeri pasien.
3. dengan
mengajarkan
pasien untuk nafas
panjang dapat
mengurangi rasa
nyeri
4. dengan
memberikan
lingkungan yang
nyaman dapat
memberi
ketenangan dalam
pasien
5. kolaborasi
dengan tim medis

24
dalam pemberian
obat analgetik
dapat mengurangi
rasanya nyeri.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.E


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA. GINJAL DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA,RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JAYAPURA

A. PENGKAJIAN

Tanggal / Jam Masuk Rumah Sakit : 20 September 2019 (12:00 WIT)

Ruangan : Penyakit Dalam Pria

Nomor Rekam medis : 04-82-12

Diagnosa medis : Ca. Ginjal

Tanggal Pengkajian : 21 September 2019

1. IDENTITAS

25
a. Identitas Klien

Nama : Tn. E

Umur : 69 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- Laki

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Makassar/Indonesia

Pendidikan : S1

Pekerjaan : SMA

Alamat : Jl. Diponegor

b. Identitas Penanggung
Nama : Ny.B
Umur
: 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar/Indonesia
Alamat : Jl.Diponegoro
Hubungan dengan klien : Istri

B. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Nyeri di bagian punggung bawah

P : menaiki tangga
Q : seperti dihantam benda tumpul

26
R : di bagian punggung
S : skala 6 (1-10)
T : saat aktivitas.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan merasa nyeri di area punggung hingga ke area kaki
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan Selama 3 hari ini setelah pulang kerja
punggungnya sangat sakit namun klien mengatakan ia meminum obat anti-
nyeri dan sembuh, kemudian tadi pagi saat ia berada di kantor dan menaiki
tangga tiba-tiba ia merasakan nyeri yang teramat sakit di area punggung
sehingga klien di larikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

P : saat berjalan dan menaiki tangga


Q : kram otot
R : kaki kanan
S : 6 (1-10)
T : muncul saat beraktifitas 20-30 menit

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Klien mengatakan telah mengalami nyeri punggung bagian bawah selama


10th sejak umur 59th, pada bagian lutut selama 2 bulan terakir terasa sakit apabila
digerakan.

E. . RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak tahun 2017.

27
Keterangan: = Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Tinggal serumah

= Pasien

G1 = Ayah dari pasien telah meninggal dunia karena serangan jantung


Ibu dari istri pasien telah meninggal dunia karena sakit malaria
G2 = Pasien anak kedua dari tiga bersaudara
Istri pasien anak pertama dari dua bersaudara

28
G3 = Pasien Memiliki dua orang anak perempuan dan laki-laki

F. KEADAAN LINGKUNGAN YANG DAPAT MEMPENGARUHI


TIMBULNYA PENYAKIT

Pasien mengatakan lingkungan sekitar rumahnya bersih.

G. POLA FUNGSI KESEHATAN

a. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Kesehatan


1. Pasien mengatakan ia akan mengubah pola hidupnya yang lebih baik
lagi
2. Pasien mengatakan saat sakit sebaiknya ke rumah sakit karena
menurut pasien kesehatan sangat penting.

b. Pola Nutrisi Dan Metabolisme

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 3x Sehari 3x Sehari
c.
Jenis Nasi,sayur,lauk Nasi,sayur,lauk
Porsi 1 porsi 1 Porsi
Keluhan Tidak Ada Tidak ada

Penggunaan Alat Bantu Tidak Ada Tidak Ada

Pola Eliminasi
1. BAB

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 2x Sehari 1x Sehari
Konsistensi Lunak Cair
Warna Kuning Kecoklatan Kuning
Bau Khas 29 Khas
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak Ada Dibantu
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 6x / Sehari 5x sehari
Jumlah 250 cc 200 cc
Warna Kuning jernih Kuning kemerahan
Bau Amoniak Amoniak
Masalah Yang Dirasakan Tidak Ada Nyeri di area kandung
kemih
Total Produksi Urine 1.500cc / hari 1000 cc / hari
Penggunaan Alat Bantu Tidak Ada Cateter
2. BAK

d. Pola Aktifitas

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Mobilitas Rutin Bekerja Berbaring
Waktu Senggang Nonton TV Berbaring di tempat tidur
Mandi Mandiri 2x/hari Dibantu 1x/hari
Berpakaian Mandiri Mandiri
Berhias Mandiri Mandiri
Toileting Mandiri Mandiri
Makan Minum Mandiri Mandiri
Tingkat Ketergantungan Tidak Ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak Ada Tidak Ada

30
e. Pola Istirahat- Tidur

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Jumlah Jam Tidur Siang Tidak tidur 2 Jam
f.
Jumlah Jam Tidur Malam 6-7 Jam 5-6 Jam
Pengantar Tidur Tidak Ada Tidak Ada
Gangguan Tidur Tidak Ada Sering Terbangun
Perasaan Waktu Bangun Merasa Segar Merasa Gelisah

Pola Kognitif dan persepsi sensori


1) Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
2) Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali beraktifitas
seperti biasanya.

g. Pola Konsep Diri


Pasien mengatakan merasa stres dan terganggu dengan penyakitnya,
karena mengganggu aktifitasnya.
h. Pola Peran dan Hubungan
Pasien mengatakan tinggal serumah dengan istri dan ketiga anaknya.
Hubungan dengan keluarga : harmonis
Hubungan dengan tenaga kesehatan : baik

i. Pola Fungsi Seksual dan Seksualitas


Pasien mengatakan menyadari jenis kelaminnya sebagai laki- laki, pasien
sudah menikah dan memiliki 2 anak.
j. Pola Mekanisme Koping
Pasien mengatakan jika ada masalah menceritakan keluh kesah pada
istrinya.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Islam dan rajin beribadah.

31
H. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status kesehatan umum


Keadaan/ penampilan umum : lemah
GCS : 15
Eye 4 : Dapat membuka mata spontan
Verbal 5 : Berorientasi dengan baik
Motorik 6 :Dapat melakukan gerakan sesuai
perintah
Kesadaran : Komposementis
BB sebelum sakit : 60 kg
BB saat ini : 58 kg
TB : 160 cm
Status gizi : Ideal
IMT : 22,7 (18,5-24,9)
TTV :
TD : 160/90 mmHg
N : 80x/ menit
R : 18x/ menit
SB : 36ºC
b. Kepala
Inspeksi : 1) Kepala tampak normosepal
1) Warna rambut hitam ada
rambut putih,rambut tampak
merata.
2) Tidak ada ketombe,
3) Tidak ada lesi.
Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan
2) Tidak ada pembengkakan/
massa

32
c. Mata
Inspeksi : 1) Kelopak mata simetris
kiri/kanan
2) Warna kulit kelopak mata serasi
dengan kulit lain (sawo matang)
3) Konjungtiva anemis
4) Sklera tampak putih tidak
ikterik
5) Pupil kiri/kanan miosis saat
terkena rangsang cahaya
langsung
6) Bola mata kiri/kanan dapat
mengikuti gerakan jari perawat
ke 8 arah sejauh 15 cm
Palpasi : 1) Bola mata pasien teraba lunak

d. Telinga
Inspeksi : 1) Tampak telinga simetris kiri/
kanan
2) Tampak telinga berwarna serasi
dengan kulit lain (sawo matang)
3) Tampak ada sedikit serumen di
lubang telinga kiri/kanan

Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan pada


tragus

Fungsi pendengaran : 1) Pasien dapat mendengar dan


mengulangi kata yang

33
dibisikkan perawat sejauh 1 ½
meter

e. Hidung
Inspeksi : 1) Tampak warna hidung serasi
dengan warna kulit lainnya
(sawo matang)
2) Tidak tampak kemerahan
3) Tidak tampak luka
4) Lubang hidung tampak bersih
Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan pada
sinus- sinus

f. Mulut
Inspeksi : 1) Bibir tidak tampak kering
2) Tidak ada sariawan
3) Tampak karies gigi dan gigi
berlubang
4) Tampak uvula pada faring
simetris

Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan pada lidah

g. Leher
Inspeksi : 1) Tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid
2) Tidak tampak benjolan
3) Tidak tampak pembesaran vena
jugularis

34
Palpasi : 1) Tiroid tidak teraba
2) Tidak teraba benjolan/ massa

h. Thorax (dada)
Inspeksi : 1) Tampak bentuk dada normal chest
2) Ritme pernafasan normal
3) Frekuensi pernafasan 20x/ menit
4) Tidak tampak retraksi dinding dada

Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan


2) Getaran dada seimbang

Perkusi : 1) Bunyi perkusi paru sonor

Auskultasi : 1) suara nafas vesikuler tidak ada


suara nafas tambahan

i. Jantung
Inspeksi : 1) Bentuk dada normal chest
2) Ictus cordis tidak tampak pada
ICS 5 linia mid clavicularis
sinistra

Palpasi : 1) Ictus cordis teraba pada ICS 5


linia mid clavicularis sinistra

Perkusi : 1) Bunyi perkusi jantung pekak

Auskultasi : 1) BJ 1 (LUB)

35
a) Mitral (ICS 5 Linia mid
clavicularis sinistra)
b) Trikuspidalis (ICS 4 Linia
parasternalis sinistra)
2) BJ 2 (DUB)
a) Aorta ICS 2 Linia mid
clavicularis dextra
b) Pulmonalis ICS 2 LInia
parasternalis sinistra
3) Tidak ada penambahan S3 dan
S4

j. Abdomen
Inspeksi : 1) Warna kulit abdomen (sawo
matang)
2) Tidak tampak luka
3) Tidak tampak kemerahan
4) Tampak asites
Auskultasi :1) Terdengar suara peristaltic usus
6 x/menit

Perkusi : 1) Bunyi perkusi abdomen timpani

Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan pada


organ hepar
2) Tidak ada nyeri tekan pada
organ limfa
3) Terdapat nyeri tekan pada ginjal
4) Tidak ada pembesaran organ
hepar

36
5) Tidak ada pembesaran organ
limfa
6) Terjadi pembengkakan pada
organ ginjal

k. Tulang Belakang
Inspeksi : 1) Tidak tampak luka

2) Tidak tampak kelainan


tulang belakang

Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan

2) Tidak ada benjolan/


massa

l. Ekstremitas Atas
Inspeksi : 1) Tampak otot simetris
kiri/ kanan
2) Tidak tampak luka

Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan


2) Tidak ada benjolan
3) Capillary refill 3 detik
4) Terjadi pitting edema

Kekuatan Otot : 5 (Mampu menahan


dorongan kuat)

m. Ekstremitas bawah

37
Inspeksi : Tidak ada luka,atau
kelainan pada kaki

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada


area kaki (lutut)

Kekuatan Otot : kanan 3(melawan grafitasi


namun otot tidak mampu melawan. Kiri 3 melawan grafitasi namun otot
tidak mampu melawan)
Genetalia dan Anus
Inspeksi : 1) Tidak tampak
kemerahan pada
genetalia dan anus
2) Tidak tampak luka pada
daerah genetalia dan
anus
Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan
pada genetalia dan
anus

n. Pemeriksaan Neurologis (12 Nervus)


Syaraf- Syaraf Kranial

1) Olfaktorius/ Penghidu N.1


Pasien dapat mengenali bau minyak kayu putih dengan mata
tertutup.
2) Optikus/ Penglihatan N.2

38
Pasien dapat membaca tulisan sejauh 30 cm tanpa alat bantu
kacamata
3) Okulomotorius, Troklearis, Abdusen (N.3,4,6)
a) Kontriksi pupil :
Pupil kiri/ kanan mengecil (miosis) saat diberi rangsang cahaya
langsung.
b) Gerakan kelopak mata :
Kedua kelopak mata pasien simetris saat membuka dan
menutup mata.
c) Pergerakan mata
Pasien dapat menggerakkan bola mata ke 8 arah
4) Trigeminus (N.5)
a) Sensibilitas sensori :
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, dapat menjawab
pertanyaan perawat dengan benar
b) Reflek dagu :
Pasien dapat membuka dan menutup mulut.
c) Reflek kornea :
Pasien dengan spontan mengedipkan mata saat diberi rangsang
menyentuh mata.
5) Facialis (N.7)
a) Gerakan mimik :
Pasien tampak meringis saat nyeri dipanggul muncul
b) Pengecapan 2/3 lidah bagian depan:
Pasien mampu merasakan dan membedakan rasa asam (jeruk),
asin, manis
6) Acustikus (N.8)
a) Fungsi pendengaran :
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata yang dibisikkan
perawat sejauh 6/6

39
Pasien kurang mampu menjaga keseimbangan saat berjalan
(sehingga harus dibantu orang lain)
7) Glosofaringeus dan Vagus (N. 9 dan 10)
a) Reflek menelan :
Pasien mampu menelan dengan baik.
b) Relek muntah :
Pasien ada reflek muntah dan ada rasa mual.
8) Asesorius (N.11)
a) Memalingkan kepala ke kiri dan kanan :
Pasien mampu memalingkan kepala ke kiri da kanan dengan
tahanan
b) Mengangkat bahu :
Pasien mampu mengangkat kedua bahu secara bersamaan
dengan tahanan
9) Hipoglosus (N.12)
Pergerakan lidah :
Pasien mampu menggerakkan lidah ke luar, kiri, kanan.
10) Tanda- tanda perangsang selaput otak :
Kaku kuduk : Tidak tampak
Tandan kering : Tidak tampak

40
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium/ 20 September2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 14,6 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 41,7 % 35-45%
Trombosit 181.000 mm3 150.000-400.000 mm3
Leukosit 8300/ul 4000- 11000/ul
Albumin 3,6 3,5-5,2
Creatinin O,59 mg/dl 6,4-8,3 mg/dl

BUN 19,6 7-18

J. TERAPI

NO NAMA OBAT METODE DOSIS JAM


PEMBERIAN PEMBERIAN

1. Ceftriaxone IV 1gr /12 JAM

2. Furosemide IV 2 ml /12 JAM

3. Omeperazole IV 500 mg /12 JAM

4. RL IVFD 500 ml /8 JAM

5. Ondansentron IV 1 ml /12 JAM

6. Roni Pril Oral 2,5 mg /24 JAM

7. Clopidogrel Oral 75 mg /24 JAM

41
42
K. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


Pasien mengatakan : Pasien tampak :
1) Ekspresi meringis kesakitan
1) Nyeri 2) Keadaan/ penampilan umum:
P : saat berjalan dan menaiki lemah
tangga 3) Kesadaran : Komposmentis
Q : tertusuk-tusuk 4) GCS : 15
R : kaki kanan 5) BB: 58 kg
S : 6 (1-10) TB: 160 cm
T : muncul saat beraktifitas 20- IMT: 22,7 (18,5-24,9)
30 menit 6) TTV :
2) Memiliki riwayat penyakit darah TD : 160/70 mmHg
tinggi sejak tahun 2017. Saat N : 80x/ menit
penyakitnya kambuh pasien R : 28x/ menit
meminum yang di berikan oleh SB : 36℃
dokter. 7) Terdengar suara peristaltic
3) mengalami nyeri punggung bagian usus 6 x/menit
bawah selama 10th sejak umur 59th,ada 8) Tampak asites
bagian lutut selama 2 bulan terakir terasa 9) Terdengar suara peristaltik
sakit apabila digerakan. usus 6x/ menit
4) Pasien mengatakan merasa stres dan 10) Terdapat nyeri tekan di area
terganggu dengan penyakitnya, karena ginjal
mengganggu aktifitasnya. 11) Terdapat pembengkakan
pada organ ginjal
12) Terjadi pitting edema
13) Terdapat nyeri tekan di area
kaki (lutut)

43
44
L. ANALISA DATA
Data Analisa Data Masalah
DS : Adanya pertumbuhan
Klien mengatakan sel endotel yang
punggung belakang abnormal
nya sakit seperti dan bersifat merusak
dihantam balok kayu. dalam ginjal
DO : Nyeri Kronik
P : saatnaik tangga Mengakibatkan
Q : seperti dihantam peningkatan tekanan
benda tumpul intrarenal
R : di bagian
punggung Nyeri kronik (yang
S : skala 6 (1-10) dialami lebih dari 6
T : saat aktivitas. bulan)

DS: Pasien Adanya stressor dari


mengatakan merasa luar yang terlalu besar
stres dan terganggu
dengan penyakitnya, Vasokonstriksi
karena mengganggu pembuluh darah
aktifitasnya. Hipertensi
Mengakibatkan
DO:
tekanan darah
TD = 160/90mmHg
meningkat
ND = 80x/menit
CRT > 3 detik

45
DS : Adanya inflamasi pada
telah mengalami nyeri sendi lutut
punggung bagian
bawah selama 10th Mengakibatkan
sejak umur 59th, pada penurunan fungsi
bagian lutut selama 2 sendi Intoleransi Aktivitas
bulan terakir terasa
sakit apabila Terjadi keterbatasan
digerakan. gerak

DO :
Intoleransi aktivitas
Keterbatasan gerak
ROM

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri kronis b.d. peningkatan tekanan intrarenal akibat pertumbuhan abnormal
sel endotel ginjal dan bersifat merusak.

b) Hipertensi b.d. vasokontriksi pembuluh darah.

c) Intoleransi aktivitas b.d. inflamasi sendi lutut, keterbatasan gerak.

N. INTERVENSI

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

Nyeri kronis b.d. 1. Observasi TTV 1. Dengan mengetahui

46
peningkatan tekanan 2. Kaji skala nyeri TTV kita dapat
intrarenal akibat 3. Ajarkan teknik mengetahui kondisi
pertumbuhan abnormal relaksasi seseorang secara global
sel endotel ginjal dan 4. Kolaborasi dengan dan kita dapat
bersifat merusak. dokter dalam memantau hasil dari
pemberian therapi anti- tindakan yang kita
nyeri berikan
5. Konsultasikan 2. Dengan mengetahui
dengan dokter dalam skala nyeri perawat
melakukan dapat mengetahui
pemeriksaan radiologi tingkat nyeri yang
ulang pasien rasakan dan
perawat dapat segera
melakukan tindakan
untuk mengurangi rasa
nyeri pada pasien.
3. Dengan teknik
relaksasi diharapkan
klien lebih rileks
sehingga mengurangi
tekanan stressor dalam
produksi histamine
sehingga nyeri dapat
berkurang
4. Dengan pemberian
anti-nyeri dapat
mengurangi rasa sakit
yang dialami klien
5. Dengan adanya
pemeriksaan radiologi
ulang kita dapat

47
mengetahui
perkembangan penyakit
sehingga memberikan
acuan terhadap
bagaimana kita
memberikan tindakan
medis, jenis terapi

Hipertensi b.d.
vasokonstriksi 1.Observasi TTV 1. Dengan mengetahui
pembuluh darah 2.Observasi CRT TTV kita dapat
3.Kaji adanya sianosis mengetahui kondisi dan
perifer kita dapat memantau
4.Konsultasikan dengan hasil dari tindakan yang
dokter dalam kita berikan
melakukan 2. Dengan melakukan
pemeriksaan EKG CRT kita dapat
5.Konsultasikan dengan mengetahui normalnya
dokter dalam sirkulasi darah
pemberian therapi obat 3. Dengan kita
oral penurun tekanan mengkaji adanya
darah jangka pendek sianosis perifer
kita dapat mengetahui
bahwa perifer
kekurangan oksigen
5. Dengan pemeriksaan
EKG kita dapat
mengetahui lebih
banyak tentang keadaan
jantungnya sehingga
kita tahu penyebab

48
terjadinya peningkatan
tekanan darah dengan
begitu dapat membantu
dalam pemberian terapi
6. Dengan pemberian
obat oral penurun
tekanan darah jangka
pendek dapat
menstabilkan tekanan
darah sehingga
mengurangi keparahan

Intoleransi aktivtas b.d. 1.Observasi tanda- 1. Dengan mengetahui


inflamasi sendi lutut, tanda inflamasi TTV kita dapat
keterbatasan gerak 2.Kaji kekuatan otot mengetahui kondisi dan
dan ROM kita dapat memantau
3.Informasikan klien hasil dari tindakan yang
untuk bed rest kita berikan
4.Kolaborasi dengan 2. Dengan mengetahui
dokter dalam kekuatan otot dan ROM
pemberian obat kita dapat
mengembalikan dan
memulihkan
kemampuanya untuk
bergerak/dapat

melakukan aktifitas
sehari-hari
3. Dengan bedrest
untuk mengontrol

49
aktifitas dan dapat
mempercepat proses
penyembuhan pada
pasien
4. Dengan melakukan
kolaborasi dapat
memantau kesehatan
dan untuk proses
penyembuhan

O. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

50
S:
Nyeri kronis b.d. 1.Melakukanpemeriksaa Klien mengatakan
peningkatan tekanan n TTV punggungnya sudah
intrarenal akibat tidak sakit lagi.
pertumbuhan abnormal TD: 150/ 100 mmHg O:
sel endotel ginjal dan Nadi: 105x/ menit Skala nyeri 0-1
bersifat merusak. Suhu: 36,5 oC Ekspresi klien tak lagi
RR: 20x/ menit menyeringai
2.Mengkaji skala nyeri A:
Masalah teratasi
Skala nyeri 4-5 P:
3.Mengajarkan teknik Intervensi dihentikan
relaksasi, dengan nafas
dalam melalui hidung
dan keluarkan perlahan
lewat mulut
4.Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
therapi anti-nyeri

Hipertensi b.d. S:
vasokonstriksi pembuluh 1. Mengobservasi TTV Klien mengatakan
darah pusing sudah berkurang.
TD : 150/100 mmHg O:
Nadi : 105x/menit TD : 120/90 mmHg
Suhu : 36,5 oC Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit S : 36,5 oC
2. Mengobservasi CRT 2 RR : 20x/menit
detik. CRT 2 detik
3. Mengkaji adanya Perifer merah muda
sianosis pada perifer, Ekspresi klien tampak

51
perifer merah muda. sumringah.
4. Mengkonsultasikan A:
dengan dokter dalam Masalah teratasi
melakukan tindakan P:
pemeriksaan EKG. Intervensi dihentikan.
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
therapi obat oral
penurun tekanan darah
jangka pendek.

Intoleransi aktivtas b.d. 1. Mengobservasi tanda- S:


inflamasi sendi lutut, tanda inflamasi. Klien mengatakan sudah
keterbatasan gerak 2. Mengkaji kekuatan dapat beraktifitas seperti
otot dan ROM. biasa.
3. Memberitahu klien O:
untuk bed rest. Klien sudah dapat
melakukan personal
4. Kolaborasi dengan hygine tanpa di bantu
dokter dalam pemberian dengan keluarga.
obat. A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan

52

Anda mungkin juga menyukai