Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Completely Knock Down (CKD)

Disusun Oleh:

Melda Olynfiana Putri

2011010015

PROGRAMN STUDI KEPERAWATAN D3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya,
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
(Suwitra, 2014) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu spektrum
proses-proses patofiologik yang berbeda-beda serta berkaitan dengan
kelainan fungsi ginjal dan penurunan progresif laju filtrasi glomerolus
(LFG). (Jameson dan Loscalz, 2013)
2. Etiologi
Chronic Kidney Deases (CKD) seringkali menjadi penyakit
komplikasi dari penyakit lainnya sehingga merupakan penyakit sekunder
(secondary illness). Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan
hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1) Glomerulonefritis
2) Pyelonefritis kronis, tuberkulosis
3) Polikistik ginjal
4) Renal nephrosclerosis
5) Neprolithisis
6) Sysctemic lupus erythematosus
7) Aminoglikosida
Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini
proporsi etiologi CKD, urutan pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak
36% dan nefropati diabetic atau diabetic kidney deases menempati urutan
kedua.
3. Tanda dan Gejala
a. Tekanan darah tinggi.
b. Perubahan frekuensi dan jumlah buang air kecil dalam sehari.
c. Adanya darah dalam urin.
d. Lemah serta sulit tidur.
e. Kehilangan nafsu makan.
f. Sakit kepala.
g. Tidak dapat berkonsentrasi.
h. Gatal.
4. Patofisiologi
1. Penurunan GFR Penurunan GFR dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatini. Akibat
dari penurunan GFR, maka klirens kreatinin akan menurun, kreatinin
akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
2. Gangguan klirens renal Banyak masalah muncul pada ginjal sebagai
akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, menyebabkan
penurunan klirens (subtansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal).
3. Retensi cairan dan natrium Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsetrasi atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi
penahan cairan dan natrium, sehingga 17 17 meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
4. Anemia Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritroprotein
yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defiensi
nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi pendarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran GI.
5. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat Kadar serum kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah
satunya meningkat yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR
maka tejadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan
kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi
paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon
terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di
dalam tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
6. Penyakit tulang uremik (osteodiostrofi) Terjadi perubahan kompleks
kalsium fosfat dan keseimbangan parathormon
5. Pathway Diabetes Mellitus
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Ureum
2. Kreatinin
3. Hemoglobin
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD dibagi tiga yaitu:
1) Konservatif
a) Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
b) Observasi balance cairan
c) Observasi adanya edema
d) Batasi cairan yang masuk
2) Dialisis
a) Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus-kasus
emergensi. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CPAD (Continues Ambulatiry
Peritonial Dialysis).
b) Hemodialisis Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan
invasif vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodilis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan : AV 23 23 fistule
(menggabungkan vena dan arteri) dan double lumen (langsung
pada daerah jantung atau vaskularisasi ke jantung).
3) Operasi
a) Pengambilan batu
b) Transplantasi ginjal (Muttaqin, 2011)
8. Focus Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis pada pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien mengeluh nyeri atau mengakui ketidaknyamanan.
2. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan
pasien sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di
rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian. Pada pasien post TUR.P
biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri. Keluhan nyeri dikaji
menggunakan PQRST : P (provokatif), yaitu faktor yang mempengaruhi
awat atau ringannya nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri, seperti
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (Region), yaitu daerah / lokasi
perjalanan nyeri. S (Severity), yaitu skala/ keparahan atau intensitas nyeri.
T (Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami
sebelum nya, terutama yang mendukung atau memperberat kondisi
gangguan system perkemihan pada pasien saat ini seperti pernakah pasien
menderita penyakit kencing manis, riwayat kaki bengkak (edema),
hipertensi, penyakit kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya. Tanyakan:
apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah
pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya (Muttaqin, 2011)
4. Riwayat Keluarga
Tanyakan mungkin di antara keluarga klien sebelumnya ada yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit klien sekarang.
5. Pengkajian Psiko-sosio-spirutual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
Kecemasan pasien terhadap penyakitnya, kognitif, dan prilaku pasien.
Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik
dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososiospiritual yang saksama (Muttaqin, 2011).
6. Pola sehari-hari
a. Nutrisi
Pola nutrisi sebelum dan sesudah sakityang harus dikaji adalah
frekuensi, jenis makanan dan minuman, porsi, tanyakan perubahan
nafsu makan yang terjadi. Pada post TUR.P biasanya tidak
terdapat keluhan pada pola nutrisi.
b. Eliminasi
BAB :Tanyakan tentang frekuensi, jumlah, warna BAB terakhir
BAK : Mengkaji frekuensi, jumlah, warna BAK pada pasien post
TUR.P terpasang kateter threeway, mengkaji jumlah, warna biasanya
kemerahan.
c. Tidur/istirahat
Pola tidur dapat terganggu maupun tidak terganggu, tergantung
bagaimana toleransi pasien terhadap nyeri yang dirasakannya.
d. Personal Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.

9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d Penyakit ginjal
2. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan (Anemia)
3. Gangguan rasa nyaman b.d Efek samping terapi (HD)

10. Intervensi keperawatan


O:
- Memonitor status hidrrasi
- Memonitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
T:
- Memberikan asupan cairan
- Memberikan cairan intravena
K:
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu.
a. Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari suatu
rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Fokus
pada intervensi keperawatan antara lain: mempertahankan daya tahan
tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh,
menetapkan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan
dokter (Wahyuni, Nurul. S, 2016).
b. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
pada psserencanaan (Sri Wahyuni, 2016). Teknik penulisan SOAP
menurut (Zaidin Ali, 2010) adalah sebagai berikut :
1. S (Subjective) : bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang
didapatkan dari klien setelah mendapatkan tindakan, seperti klien
menguraikan gejala sakit atau menyatakan keinginannya untuk
mengetahui tentang pengobatan. Ada tidaknya data subjektif dalam catatan
perkembangan tergantung pada keakutan penyakit klien.
2. O (Objective) : Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah
tindakan. Misalnya pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, observasi atau
hasil radiologi.
3. A (Assesment) : Membandingkan antara informasi subjektif & objektif
dengan tujuan & kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah tidak
teratasi
4 P (Planning) : Perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang
dilakukan oleh tenaga ksehatan. Rencana dapat meliputi instruksi untuk
mengatasi masalah klien, mengumpulkan data tambahan tentang masalah
klien, pendidikan bagi individu atau keluarga, dan tujuan asuhan. Rencana
yang terdapat dalam evaluasi atau catatan SOAP dibandingkan dengan
rencana pada catatan terdahulu, kemudian dapat ditarik keputusan untuk
merevisi, memodifikasi, atau meneruskan tindakan yang lalu.
Nama : Melda Olynfiana Putri
Nim : 2011010015
Kasus : Sistem perkemihan (CKD)
Deskripsi Seorang pasien perempuan berusia 47 taun dirawat
kasus/Rangkuman diruang cempaka dengan keluhan lemas,mual dan tidak
pengkajian nafsu makan dengan rutin HD :
TD : 131/56 mmHg
N : 89x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,2
SPO2 : 97%
Hasil pemeriksaan penunjang yaitu
Ureum : 141 mg/dL
Kreatinin : 7.85 mg/dL

Diagnosa Utama DS : Pasien mengatakan mengeluhkan badanya lemas,


mual.
DO : Pasien tampak terlihat lemas dan terlihat mual dan
tidak nafsu makan
DX : Resiko ketidakseimbangan cairan b.d penyakit
ginjal.
Alasan : Karna pada pasien ckd mengalami perubahan
frekuensi dan jumlah buang air kecil dalam sehari.

Intervensi O:
- Memonitor status hidrrasi
- Memonitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
T:
- Memberikan asupan cairan
- Memberikan cairan intravena
K:
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu.

Tindakan Prioritas “Memonitor hasil laboratorium”


Alasan : Agar terpantau penurunan kadar ureum dan
kreatinin dan kadar hemoglobin pada pasien.

Evaluasi Kadar ureum dan kreatinin masih tinggi tetapi pasien


sudah mau makan dan mual pusing berkurang.
Masalah resiko ketidakseimbanagan cairan sudah teratasi.

Anda mungkin juga menyukai