Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK DARING

KEPERAWATAN KRITIS

TRANSPLANTASI GINJAL
………………………………………………………………………………………………..

OLEH:
IIN GUSTIRA
(1714201153)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. LISA MUSTIKA SARI, M.Kep.

PRODI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

T.A 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

TRANSPLANTASI GINJAL

A. Pengertian Transplantasi Ginjal


Transplantasi adalah pengangkatan suatu organ atau jaringan dari satu
organisme, kemudian diimplantasikan melalui pembedahan ke organisme lain untuk
memberikan struktur dan/atau fungsi (Grance,2006:185). Transplantasi, yang berasal
dari kata transplant (graft), adalah terapi yang banyak dipilih oleh para penderita gagal
ginjal tahap akhir yang sekiranya memungkinkan. Transplantasi mengandung dua
pengertian, yaitu:
1. Organ atau jaringan yang diambil dari badan untuk ditanam ke tempat lain pada
badan yang sama atau ke individu lain.
2. Proses pengangkatan dan pencangkokan organ/jaringan, yang selanjutnya
ditanamkan ke bagian lain.

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi utama
mempertahankan homeostatis dalam tubuh sehingga terdapat keseimbangan optimal
untuk kelangsungan hidup sel. Ginjal juga merupakan organ yang mengatur
lingkungan kimia internal tubuh secara akurat dan diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan (Suzzan, 2001, dalam Suddart 2002).

Transplantasi ginjal adalah pembedahan ginjal manusia yang ditransfer dari


satu individu ke individu lain (Lucman and Sorensen).Transplantasi ginjal merupakan
insersi pembedahan ginjal manusia dari sumber yang hidup atau ginjal cadaver kepada
klien dengan penyakit ginjal tahap akhir,untuk mengganti hilangnya fungsi ginjal yang
normal (Gorzemen and Bawdain). Transplantasi (cangkok) ginjal adlah proses
pencangkokan ginjal ke dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan.

Menurut Brunner and Suddarth, transplantasi ginjal melibatkan menanamkan


ginjal dari donor hidup atau kadaver menusia resipein yang mengalami penyakit ginjal
tahap akhir. transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari seseorang
yang telah meninggal) atau dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga).
Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk
kecocokan lebih bagus (mereka dengan antigen ABO dan HLA yang cocok), donor
dapat dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut cenderung
memiliki jangka hidup yang lebih panjang daripada transplan yang berasal dari donor
cadaver.

Transplantasi ginjal merupakan transplantasi yang paling banyak dilakukan


dibanding transplantasi organ lain dan mencapai lama hidup paling panjang. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan transplantasi ginjal terdiri faktor yang
bersangkut paut dengan donor, resipien, faktor imunologis, faktor pembedahan antara
lain penanganan pra-operatif dan paska operasi.

B. Etiologi transplantasi ginjal


Yang menyebabkan seseorang harus dilakukan transplantasi ginjal adalah
penyakit gagal ginjal terminal atau biasa disebut dengan stadium akhir.

C. Tujuan Transplantasi Ginjal


Tujuan dari transplantasi ginjal diantaranya (Sumarni):
1. membebaskan diri dari ketergantungan terhadap dialisis;
2. kesembuhan dari suatu penyakit;
3. dapat menikmati hidup yang lebih baik, makan/minum bebas, perasaan sehat seperti
orang lain/normal.

D. Klasifikasi Transplantasi Ginjal


Transplantasi ginjal menurut sumber donor ginjal dibagi menjadi dua yaitu:
1. cadaveric-donor (donor ginjal dari individu yang telah meninggal) ialah Donor
jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang otak akibat kerusakan otak
yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak mempunyai penyakit yang dapat ditularkan
seperti hepatitis, HIV, atau penyakit keganasan (kecuali tumor otak primer). Fungsi
ginjal harus baik sampai pada saat akhir menjelang kematian. Panjang hidup ginjal
transplantasi dari donor jenasah yang meninggal karena strok, iskemia, tidak sebaik
meninggal karena perdarahan subaracnoid.
2. living-donor (donor ginjal dari individu yang masih hidup)  yang dibagi lagi
menjadi :
a. Related (donor ginjal dan resipien ginjal memiliki hubungan kekerabatan),
syarat:
1) Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun.
2) Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.
3) Kedua ginjal normal.
4) Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal dalam waktu jangka yang lama.
5) Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah (cross match).
6) Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.
7) Sehat mental.
8) Toleransi operasi baik.
Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis lengkap;
termasuk tes fungsi ginjal, pemeriksaan golongan darah dan sistem HLA,
petanda infeksi virus (hepatitis B, hepatitis C, CMV, HIV), foto dada,
ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.
b. Non-related (donor dan resipien tidak memiliki hubungan kekerabatan).
c. Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
individu yang sama.
d. Isograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
saudara kembar.
e. Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
individu dan dalam spesies yang sama.
f. Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan kepada
manusia.
E. MIND MAPPING

TUJUAN
Tujuan dari transplantasi ginjal
PENGERTIAN
diantaranya (Sumarni):
Transplantasi adalah pengangkatan
1. membebaskan diri dari ketergantungan terhadap
Terdapat indikasi transplantasi suatu organ atau jaringan dari satu
dialisis;
ginjal: penyakit ginjal tahap akhir organisme, kemudian diimplantasikan
2. kesembuhan dari suatu penyakit;
melalui pembedahan ke organisme lain
3. dapat menikmati hidup yang lebih baik,
untuk memberikan struktur dan/atau
makan/minum bebas, perasaan sehat seperti orang
fungsi (Grance,2006:185).
lain/normal.

Ada ginjal transplan Ada donor Ada resipien

Antigen cocok
(ABO+HLA)

Defisit pengetahuan Tidak ada pengalaman Prosedur transplantasi


bedah, takut akan hasil ginjal

Insisi abdomen
ansietas

Nefrotomi ginjal pasien


Penanaman ginjal transplant Respon imun tubuh
Nekrosis tubuler difosa iliaka anterior-krista menurun
iliaka

Ginjal belum berfungsi


dengan baik Medikasi imunosupresif
Heating abdomen

Perubahan status cairan


Luka bekas insisi Pertahanan tubuh
meningkat
Penumpukan cairan tubuh

Risiko infeksi

Distensi abdomen

Risiko cidera
Nyeri akut

Risiko ketidakseimbangan
elektrolit

Risiko perfusi renal


tidak efektif
F. Indikasi dan Kontraindikasi Transplantasi Ginjal
Indikasi dilakukannya transplantasi ginjal yaitu:
1. Usia 13-60 tahun
2. Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung
3. Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus
patuh minum obat
4. Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
5. Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
Sedangkan, kontraindikasi dilakukannya transplantasi ginjal adalah:
1. pasien yang berumur lebih dari 70 tahun. Karena pada usia tersebut sudah sering
ditemukan gangguan-gangguan pada organ-organ lain yang akan mempengaruhi
proses pembedahan, karena pada usia tersebut ginjal sudah mengalami penurunan
fungsi.
2. terdapat resiko tinggi pada pasien dengan kanker yang disertai penyebaran
(metastasis)
3. Penyakit lanjut yang sulit diobati
4. Obesitas
5. ginjal kanan
6. pembuluh darah ginjal multiple
7. Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.
8. Infeksi kronik, bronkietaksis.

G. Penatalaksanaan Pre Operasi dan Post Operasi Transplantasi Ginjal


1. Penatalaksanaan Praoperatif
Tujuan praoperatif adalah mengembalikan status metabolik pasien ke kadar
normal sedekat mungkin. Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan untuk mendeteksi
dan menangani satiap kondisi yang kemungkinan dapat menyebabkan komplikasi
akibat transplantasi. Sample jaringan, sample darah dan skrining antibodi dilakukan
untuk menentukan kecocokan jaringan dan sel dari donor dan resipien. Traktur
urinarius bawah diteliti untuk mengkaji fungsi leher kandung kemih dan untuk
mendeteksi refluks ureteral. Hemodialisis sering dilakukan sehari sebelum jadwal
prosedur transplantasi ginjal untuk meyakinkan status fisik pasien.
Pasien harus bebas dari infeksi pada saat menjalani transplantasi ginjal
karena pasien ini mengalami imunosupresi dan beresiko terhadap infeksi. Oleh
karena itu pasien harus dievaluasi dan ditangani terhadap tanda-tanda penyakit yang
memunkingkan timbul akibat adanya mikroorganisme.
Evaluasi psikososial dilakukan untuk mengkaji kemampuan pasien dalam
menyesuaikan diri dengan transplan, pola koping, riwayat sosial, ketersediaan
dukungan sosial, dan sumber finansial. Riwayat penyakit psikiatrik juga penting
untuk dikaji, karena kondisi psikiatrik sering diperburuk oleh kortikosteroid yang
diperlukan untuk imunosupresi pada transplantasi ginjal. Sehingga memberikan
penyuluhan mengenai informasi  terkait prosedur transplantasi ginjal, dan
memfasilitasi setiap pertanyaan pasien merupakan bagian dari peran perawat dalam
penatalaksanaan praoperatif.
2. Penatalaksanaan pascaoperatif
Tujuan perawatan setelah transplantasi ginjal adalah untuk mempertahankan
homeostatis sampai ginjal transplan dapat berfungsi dengan baik.
a. Terapi imunosupresif, kelangsungan ginjal transplan bergantung pada
kemampuan tubuh untuk menyekat respons imun terhadap ginjal transplan.
Untuk mengurangi dan mengatasi mekanisme pertahanan tubuh, medikasi
imunosupresif seperti Azathioprine (Imuran), kortikosteroid (prednisole),
siklosporin., dan OKT-3 (antibodi monoklonal) dapat diberikan secara bertahap
selama beberapa minggu.
b. Rejeksi tandur, rejeksi transplan ginjal dan kegagalan dapat terjadi dalam waktu
24jam (hiperakut), dalam 3 sampai 14hari (akut), atau setelah beberapa tahun
pertamasetelah transplantasi. Ultrasound dapat digunakan untuk mendeteksi
pembesaran ginjal, sedangkan biopsi renal dan tekni radiografik digunakan untuk
mengevaluasi rejeksi transplan, jika transpla ditolak maka pasien kaan kembali
menjalani dialisis. Ginjal yang ditolak tersebut dapat diangkat kembali atau tidak
bergantung kapan penolakan tersebut terjadi dan risiko infeksi jika ginjal
dibiarkan di tempat.
Besarnya risiko infeksi dan rejeksi, maka melakukan pengkajian terkait
tanda dan gejala rejeksi transplan seperti oliguri, edema, peningktan tekanan
darah, pertambahan berat badan, bengkak atau nyeri tekan diseluruh ginjal
transplan. Hasil tes kimia darah (BUN dan kreatinin) dan hitung leukosit serta
trombosit dipantau dengan ketat, karena imunosupresi akan menekan
pembentukan leukosit dan trombosit. Pasien dipantau ketat akan adanya infeksi
karena mengalami kegagalan penyembuhan atau infeksi akibat terapi
imunosupresif dan komplikasi gagal ginjal.

H. Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis


1. Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival)
Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara
donor dan resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada HLA identik 20-25 tahun,
HLA yang sebagian cocok (one-haplotype match) 11 tahun dan pada donor jenazah
7 tahun. Lama hidup ginjal cangkok pada pasien diabetes militus lebih buruk
daripada non diabetes.
2. Lama hidup pasien (Patient Survival)
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka
panjang. Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik dibanding
donor jenasah, mungkin karena pada donor jenasah memerlukan lebih banyak obat
imonosupresi. Misalnya pada pasien yang ginjal cangkoknya berfungsi lebih dari
satu tahun, didapatkan lama hidup pasien 5 tahun (five live survival)  pada donor
hidup 93 % dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal seperti diabetes
militus akan menurunkan lama hidup pasien.
I. Komplikasi
Beberapa komplikasi setelah dilakukannya transplantasi ginjal adalah (I Made, 2007):
1. Komplikasi Bedah
a. Komplikasi sistem urinaria, salah satunya adalah terputusnya ginjal secara
spontan. Komplikasi yang lain adalah bocornya urine dari ureteral bladder
anastomosis yang menyebabkan terjadinya urinoma yang dapat memberi tekanan
pada ginjal dan ureter yang mengurangi fungsi ginjal.
b. Komplikasi kardiovaskular, komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau
sistem. Hipertensi dapat terjadi pada 50%-60% penderita dewasa yang mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya stenosis arteri ginjal, nekrosis
tubular akut,infark, fistulaarteriovenus, pseudoaneurisma, dan trombosis
venarenalis
c. Komplikasi pernafasan, pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri
adalah komplikasi pernafasan yang sering terjadi.
d. Komplikasi gastrointestinal, hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin
dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan hepatotoksik, perdarahan saluran
cerna akibat ulkus peptikum. Disamping itu dapat juga terjadi esofagitis, gastritis
hemoragik, obstruksi dan perforasi usus, serta herniasi.
e. Komplikasi kulit, karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka
dapat menjadi lama karena status nutrisi yang kurang, albumin serum yang
sedikit dan terapi steroid.
f. Infeksi, karena mengonsumsi obat-obatan imunosupresan yang dibutuhkan untuk
mencegah reaksi rejection. Infeksi sistem urine, pneumonia, dan sepsis adalah
yang sering dijumpai.
g. Post-transplant lymphoproliferative disorders (suatu tumor limfe karena
imunosupresan)
h. Kematian, rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut
hanya 10%. Hal ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang
berarti dalam dua dekade yang lalu, sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya
40-50%. Khususnya rata-rata kematian yang menurun yang diakibatkan oleh
infeksi pada dua tahun pertama setelah dua tahun pencangkokkan telah terjadi.
2. Komplikasi Medik
Transplant rejection (reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal yang telah di-
cangkok), yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing
yang dikenal oleh tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh
antigen dari kesesuaian organ asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik,
yaitu hiperakut, akut, dan kronis
a. Rejeksi hiperakut
Rejeksi hiperakut adalah destruksi imunologik ginjal transplan yang terjadi
dalam waktu 24 jam paska transplantasi dan sering terjadi intraoperative, tetapi
rejeksi ini jarang terjadi. Rejeksi hiperakut disebabkan oleh reaksi antibody
resipien yang terbentuk pratransplantasi akibat transplantasi/tranfusi darah
sebelumnya dengan antigen sel endotel pembuluh darah ginjal transplan.
Antibodi tersebut mengaktifkan komplemen yang menimbulkan edema dan
perdarahan interstisial dalam jaringan transplan sehingga mengurangi aliran
darah ke seluruh jaringan.
Pasien menderita panas, lekositosis dan memproduksi sedikit urin atau
tidak sama sekali. Urin mengandung berbagai elemen seluler termasuk eritrosit.
Trombosis dengan kerusakan endotel dan nekrosis sering terlihat pada penolakan
hiperakut. Resipien menunjukkan gangguan imunologik berat dengan koagulasi
intravaskular diseminata. Ginjal transplan edema dan hemoragik, pemeriksaan
histopatologik menunjukkan adanya endapan IgG dan C3 di dalam dinding
kapiler glomerulus dan peritubulus serta agregasi trombosit yang menyumbat
lumen kapiler.
b. Rejeksi akut
Rejeksi akutterlihat pada resipien yang sebelumnya tidak tersensitisasi
terhadap transplan. Hal ini merupakan penolakan umum yang sering dialami
resipien yang menerima transplan yang mismatch atau yang menerima allograft
dan pengobatan imunosupresif yang kurang dalam usaha mencegah penolakan.
Insiden penolakan akut berkisar 60-75 % dari transplantasi ginjal pertama kali.
Penolakan akut dapat terjadi sesudah beberapa hari dan tersering pada 3
bulan pertama paska transplantasi. Resipien mendadak demam, badan lemah,
hipertensi dan oligouria disertai peninggian kadar kreatinin darah, dan penurunan
nilai test kliren kreatinin. Ginjal transplan menjadi edema yang mengiritasi
selaput peritoneum sehingga menimbulkan rasa nyeri di daerah pelvis.
Pemeriksaan histopatologik menunjukkan infiltrasi difus sel mononukleus yang
disertai edema dan perdarahan di dalam jaringan interstisial.
c. Rejeksi Kronik
Rejeksi kronik adalah hilangnya fungsi organyang dicangkokkan yang
terjadi secara perlahanbeberapa bulan-tahun sesudah organ berfungsi normaldan
disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadapantigen transplan atau oleh
karena timbulnya intoleransiterhadap sel T.
Pemeriksaan histopatologik menunjukkan proliferasi sejumlah besar sel
mononuclear, terutama sel T. Terjadi nefroskelrosis, dengan proliferasi dan
fibrosis intima pembuluh darah ginjal sehingga terjadi penyempitan lumen
pembuluh darah. Hasilnya adalah iskemia renal, hipertensi, atrofi tubuler, fibrosis
interstisial dan atrofi glomeruler. Namun belum ada bukti apakah penurunan
fungsi graft dalam beberapa tahun berdasarkan mekanisme yang sama pada
semua kasus.

J. Persiapan transplantasi ginjal
1. Persiapan resipient dan keluarga
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat untuk memastikan bahwa
semua upaya dibuat untuk menentukan dan bertindak atas keinginan pasien
berkenan dengan pendonoran dan perawat juga berperan vital dalam mendukung
keluarga secara psikologis, terutama saat mereka mencoba menerima donor dari
mayat, serta sebagai koordinator transplan yaitu memastikan bahwa keluarga
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memberikan surat persetujuan.
Setelah ada persetujuan dari keluarga, tim akan menjelaskan mengenai operasi
dan perawatannya:
a. Lokasi dan letak ginjal baru
b. Penggunaan bermacam-macam peralatan yang mungkin diperlukan selama
perawatan
c. Pengambilan darah yang sering dilakukan
d. Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkanditempat khusus, dimana anggota
keluarga tidak diperbolehkan masuk
e. Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah operasi
f. Mobilisasi: merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri serta cara
nafas efektif.

Dengan demikian diharapkan pasien dan keluarga akan merasa aman dan
dapat bekerja sama dan bersikap lebih terbuka untuk membantu perawatan.

2. Persiapan donor dan keluarga


Pada prinsipnya sama dengan persiapan operasi pada umumnya hanya
spesifikasinya 2jam sebelum operasi resipient dan donor dikompres dengan cairan
bethadin pada daerah yang akan dioperasi dan setelah operasi resipient masuk
kedalam ruangan khusus dan steril.
3. Persiapan ruangan dan peralatan
Ruangan yang akan dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus
dibersihkan,semua peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut
dengan disinari ultraviolet selama 24jam.
Resipient transplantasi biasanya dirawat dalam area lengkap yang dirancang
secara khusus baik untuk fase penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk
menghindari pemindahan pasien, menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien
yang mengalami imunosupresan.
4. Persiapan pasien sebelum operasi
Persiapan ini termasuk pengkajian yang berhubungan dengan:
a. riwayat penyakit yang lalu: hipertensi,DM,kanker,
b. tingkat kecemasan pasien
c. pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur transplan, efek samping dari
pembedahan
d. pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi: foto thorak,USG
ginjal,CT scan ginjal, IVP
e. pemeriksaan fisik: BB, TTV, pola eliminasi urine, adakah tanda-tanda infeksi,
gangguan pernafasan, tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan elektrolit dan
dialisis dalam 24 jam pembedahan. Dialisis ini dilakukan untuk menggembalikan
kimia darah ke kadar mendekati normal, memperbaiki perubahan agregasi
trombosis yang ditimbulkan oleh uremia dan mengeluarkan kelebihan cairan.
f. Status nutrisi: kebutuhan nutrisi,obesitas, penggunaan obat dan alcohol
g. Status pernafasan: pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman
h. Status kardiovaskuler: fungsi system kardiovaskuler
i. Fungsi hepatic: fungsi hepar
j. Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah
k. Fungsi imonologi: reaksi alergi sebelumnya, medikasi,transfuse darah
l. Terapi medikasi sebelumnya: segala medikasi sebelumnya, termasuk obat-obatan
yang dijual bebas dan frekwensi penggunaanya
m. Pertimabanagn gerontology: lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang
lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum transplantasi,
tetapi bila donor mayat/cadaver semua persiapan harus selesai dalam beberapa jam.
5. Persiapan pasien setelah transplantasi ginjal
a. Setelah operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang telah
disediakan peralatan dan obat-obatan
b. Monitor status pernafasan: frekwensi kedalaman, pola pernafasan
c. Monitor status sirkulasi dan kehilangan darah: tanda-tanda vital, tekanan darah
arteri dan vena sentral, warna dan suhu kulit, keluaran urin, keadaan luka insisi,
dan selang drainase
d. Nyeri: lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian preoart
analgesic , adanya distensi abdomen
e. Menghitung jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat insisi, jenis
cairan dan kecepatan tetesan
f. Monitor balutan abdomen dan catat apakah ada drain
g. Catat dan amati letak kateter urether serta drainase urine dari tiap kateter
h. Temukan akses vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau
stetoskop tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan karakteristik bunyi
denyutan disebut desiran (bruit)
i. Bila terpasang NGT sambungkan selang tersebut ke sistim drainase yang sesuai
j. Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka, ini merupakan informasi dasar yang
digunakan nanti untuk pengkajian ada tidaknya komplikasi (mis: kebocoran
uretra, limfosel atau perdarahan)
k. Pada pasien anak dipantaunya lebih sering daripada pasien dewasa karena sifat
dinamik dari cairan anak dan status kardiovaskuler seperti tekanan darah, BB
l. Rungan harus ditutup dan hanya anggota tim transplantasi ginjal yang
diperkenankan masuk
m. Setiap petugas yang memasuki ruangan harus memakai masker dan baju serta
n. Keluarga pasien tidak diperkenankan masuk ruangan tersebut, hanya
diperbolehkan melihat melalui kaca, semua itu dilakukan untuk mencegah
infeksi.

K. Pengkajian keperawatan
Menurut Doenges (2010), asuhan keperawatan yang penting dilakukan pada klien
meliputi:
Pengkajian primer
1. Airway: penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan nafas, dan adanya benda asing. Pada klien yang dapat
berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya
suara nafas tambahan seperti snoring.
2. Breathing: frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi
dinding dada, dan adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
nafas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya
trauma pada dada.
3. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta
adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4. Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

Fokus Pengkajian: Fokus pengkajian pada pasien dengan gagal jantung.


Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistematik dan pulmonal.

1. Pernafasan : Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau
tidaknya krakles dan mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas.
2. Jantung: Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4,
kemungkinan cara pemompaan sudah mulai gagal.
3. Tingkat kesadaran: Kaji tingkat kesadaran, adakah penurunan kesadaran.
4. Perifer: Kaji adakah sianosis perifer.
5. Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk
mengetahui reflek hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ).

L. Pemeriksaan fisik
Head To Toe:
1. Kepala : Kulit kepala bersih, bulat sempurna, rambut panjang lurus,
tidak ada benjolan atau lesi.
2. Kulit : turgor kulit baik (<2dtk).
3. Mata : Konjungtipa  tidak anemis maupun hiperemis, scera normal
konjungtiva berwarna merah mudah, tidak nanpak ikterik,
pupil isokor, palpebra normal, tidak adanya edema, lensa
normal, tidak nanpak adanya kekeruan pada lensa,
4. Hidung : Hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak septum deviasi,
tidak ada nyeri tekan sinus.
5. Mulut : Lembab,
6. Telinga : simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan tidak
ada cairan yang keluar, serta pendengaran baik/ tidak tuli.
7. Leher :Leher terlihat normal, tidak terlihat adanya kakikuduk,
pembesaran JVP, tenggorokan normal, tidak ada pembesaran
tonsil, nyeri telan.
8. Thorax/ dada :
a. Pemeriksaanparu-paru:
1) Inspeksi : bentuk dada normal tidak terlihat adanya barel chest,
funnel, atau pidgoen, tanpak pengembangan paru tidak
maksimal, terdapat penggunaan otot bantu: pernafasan
2) Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
3) Auskultasi : terdengar adanya suara wising saat perkusi terdengar
adanya bunyi hipersonor.
b. Pemeriksaan jantung :
1) Inspeksi : saat diperhatikan daerah apeks kordis, dan iktus kordis
tidak nanpak
2) Palpasi : Saat diauskultasi pada daerah ICS ke2 dekat sternum
didengar suara S1, dan terdengar suara jantung S2
didaerah ICS ke4 dan ke5 linea midklavikula.
3) Auskultasi : Saat diauskultasi pada daerah ICS ke2 dekat sternum
didengar suara S1, dan terdengar suara jantung S2
didaerah ICS ke4 dan ke5 linea midklavikula.
9. Pemeriksaan abdomen :
a. Inspeksi : Abdomen nampak flat
b. Auskultasi : saat dia auskultasi terdengar bising usus dan peristaltik ,
5-35x/mnt  saat dipalpasi tidakditemukan adanya
pembesaran hepar, atau splenomegali
c. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa
terutama pada abdomen kuadran kanan bawah teraba
agak kaku, tidak ada pembesaran hepar
d. Perkusi :  terdengar suara tympani..
10. Pemeriksaan Genetalia : Tidak ada lesi, dan bersih.
11. Pemeriksaan Extermitas :  Kekuatan otot atas , bawah, kanan, kiri, didapatkan
hasil kekuatan otot 5, ROM aktif, dan capillari refil 2
detik.

M. Diagnose keperawatan
1. Pre operatif
a. Ansietas b.d krisis situasional
b. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
2. Post operatif
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik.
b. resiko perfusi renal tidak efektif b.d disfungsi ginjal
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d efek samping prosedur.
d. Resiko perdarahan b.d tindakan pembedahan
e. Resiko infeksi b.d efek prosedur invansif

N. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada orang dengan transplantasi ginjal berdasarkan
standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) dan standar luaran keperawatan
Indonesia (SLKI) :

Diagnose
No Tujuan dan criteria hasil (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)
keperawatan
1 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan intervensi Reduksi ansietas
situasional selama… tingkat ansietas menurun, O:
dengan criteria hasil: - Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah
- Verbalisasi kebingungan
- Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
- Verbalisasi khawatir terhadap T:
kondisi yang dihadapi menurun - Ciptakan suasana terapeutik
- Perilau gelisah menurun untuk menuuumbuhkan
- Perilaku tegang menurun kepercayaan
- Temani pasien untuk
- Keluhan pusing menurun
mengurangi kecemasan, jika
- Anoreksia menurun memungkinkan
- Palpitasi menurun - Pahami situasi yang membuat
- Frekuensi pernafasan menurun ansietas
- Frekuensi nadi menurun - Dengarkan dengan penuh
- Tekanan darah menurun perhatian
- Diaphoresis menurun - Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Tremor menurun
- Tempatkan barang pribadi yang
- Pucat menurun memberikan kenyamanan
- Konsentrasi membaik pola tidur - Motivasi mengidentifikasi
membaik situasi yang memicu kecemasan
- Perasaan keberdayaan membaik - Diskusikan perencanaan
- Kontak mata membaik realistis tentang peristiwa yang
- Pola kemih membaik akan datang
E:
- Orientasi membaik
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang akan dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
K:
- Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, bila perlu
2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan
b.d kurang terpapar selama… tingkat pengetahuan O:
informasi membaik, dengan criteria hasil: - Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
- Perilaku sesuai anjuran
informasi
meningkat - Identifikasi faktor-faktor yang
- Verbalisasi minat dalam belajar dapat meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi perilaku
- Kemampuan dalam hidup bersih dan sehat
menjelaskan tentang suatu topic T:
- Sediakan materi dan media
meningkat pendidikan kesehatan
- Kemampuan menggambarkan - Jadwalkan pendidikan
pengalaman sebelumnya yang kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
sesuai dengan topic meningkat
bertanya
- Perilaku sesuai dengan E:
pengetahuan meningkat - Jelaskan faktor risiko yang
- Pertanyaan tentang masalah dapat mempengaruhi kesehatan
yang dihadapi menurun - Ajarkan perilaku hidup bersih
- Persepsi yang keliru terhadap dan sehat
masalah menurun - Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
- Menjalani pemeriksaan yang
perilaku hidup bersih dan sehat
tidak tepat menurun
- Perilaku membaik.
3 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
pencedera fisik selama… tingkat nyeri menurun, O:
dengan criteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Kemampuan menuntaskan durasi, frekuensi, kualitas dan
aktivitas meningkat intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non
- Sikap protektif menurun verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur kesulitan tidur memperberat dan memperingan
menurun nyeri
- Menarik diri menurun - Identifikasi pengetahuan dan
- Berfokus pada diri sendiri keyakinan tentang nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh budaya
- Diaphoresis menurun terhadap respon nyeri
- Perasaan depresi (tertekan) - Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
- Perasaan takut mengalami - Monitor keberhasilan terapi
cidera berulang menurun komplementer yang sudah
- Anoreksia menurun diberikan
- Perineum terasa tertekan - Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
- Uterus teraba membulat T:
menurun - Berikan teknik non
- Ketegangan otot menurun farmakologis untuk mengurangi
- Pupil dilatasi menurun rasa nyeri
- Muntah menurun - Control lingkungan yang
- Mual menurun memperberat rasa nyeri
- Frekuensi nadi membaik pola - Fasilitasi istirahat dan tidur
nafas membaik - Pertimbangkan jenis dan
- Tekanan darah membaik sumber nyeri dalam pemilihan
- Proses berpikir membaik strategi meredakan nyeri
- Focus membaik E:
- proses berkemih membaik - Jelaskan penyebab, periode, dan
- perilaku membaik pemicu nyeri
- nafsu makan membaik - Jelaskan strategi meredakan
- Pola tidur membaik nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
anlgetik secara tepat
K:
- Kolaborasi pemberian analgetik
bila perlu

4 Risiko perfusi renal Setelah dilakukan intervensi Pencegahan syok


tidak efektif b.d selama… perfusi renal meningkat, O:
disfungsi ginjal dengan criteria hasil: - Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatan nadi,
- Jumlah urine meningkat
frekuensi nafas, TD, MAP)
- Nyeri abdomen menurun - Monitor status oksigenasi
- Mual menurun (oksimetri nadi, AGD)
- Muntah menurun - Monitor status cairan (masukan
- Distensi abdomen menurun dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- Tekanan arteri rata-rata - Monitor tingkat kesadaran dan
membaik respon pupil
- Periksa riwayat alergi
- Kadar urea nitrogen darah
T:
membaik - Berikan oksigen untuk
- Kadar kreatinin plasma mempertahankan saturasi
membaik oksigen >94%
- Tekanan darah sistolik membaik - Persiapkan intubasi dan
- Tekanan darah diastolic ventilasi mekanis, jika perlu
membaik - Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk
- Kadar elektrolit membaik
menilai produksi urine, jika
- Keseimbangan asam basa perlu
membaik - Lakukan skin test untuk
- Bising usus membaik mencegah reaksi alergi
- Fungsi hati membaik E:
- Jelaskan penyebab/faktor risiko
syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok.
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairal oral
- Anjurkan menghindari alergen
K:
- Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian transfuse
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
5 Risiko Setelah dilakukan intervensi Pemantauan elektrolit
ketidakseimbangan selama… keseimbangan elektrolit O:
elektrolit b.d efek meningkat, dengan criteria hasil: - Identifikasi kemungkinan
penyebab ketidakseimbangan
samping prosedur. - Serum natrium meningkat
elektrolit
- Serum kalium meningkat
- Monitor kadar elektrolit serum
- Serum klorida meningkat
- Monitor mual, muntah dan diare
- Serum kalsium meningkat
- Monitor kehilangan cairan
- Serum magnesium meningkat
- Monitor tanda dan gejala
- Serum fosfor meningkat
hipokalemia
- Monitor tanda dan gejala
hiperkalemia
- Monitor tanda dan gejala
hiponatremia
- Monitor tanda dan gejala
hipernatremia
- Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia
- Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia
- Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia
- Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia
T:
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
E:
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
6 Resiko perdarahan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan perdarahan
b.d tindakan selama… tingkat perdarahan O:
pembedahan menurun, dengan criteria hasil: - Monitor tanda dan gejala
- Kelembapan membrane mukosa perdarahan
meningkat - Monitor nilai
- Kelembapan kulit meningkat hematokrit/hemoglobin sebelum
- Kognitif meningkat dan setelah kehilangan darah
- Hemoptisis menurun - Monitol tanda-tanda vital
- Hematemesis menurun ortostatik
- Hematuria menurun - Monitor koagulasi
- Perdarahan anus menurun
- Distensi abdomen menurun T:
- Perdarahan vagina menurun - Pertahankan bed rest selama
- Perdarahan pasca operasi perdarahan
menurun - Batasi tindakan invansif
- Hemoglobin membaik - Gunakan kasur pencegah
- Hematokrit membaik dekubitus
- Tekanan darah membaik - Hindari pengukuran suhu rektal
- Denyut nadi apical membaik E:
- Suhu tubuh membaik - Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari
konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vit K
- Anjurkan melapor jika terjadi
perdarahan
K:
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan
- Kolaborasi pemberian produk
darah
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
7 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi
efek prosedur selama… tingkat infeksi menurun, O:
invansif dengan criteria hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi
local dan sistemik
- Kebersihan tangan meningkat
T:
- Kebersihan badan meningkat - Batasi jumlah pengunjung
- Nafsu makan meningkat - Berikan perawatan kulit diarea
- Demam menurun edema
- Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum dan
- Nyeri menurun sesudah kontak dengan pasien
- Bengkak menurun dan lingkungan pasien
- Vesikel menurun - Pertahankan teknik aseptic pada
pasien beresiko tinggi
- Cairan berbau busuk menurun
E:
- Sputum berwarna hijau - Jelaskan tanda dan gejala
menurun infeksi
- Drainase purulen menurun - Ajarkan cara mencuci tangan
- Piuna menurun dengan benar
- Periode malaise menurun - Ajarkan etika batuk
- Periode menggigil menurun - Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Lelargi menurun
- Anjurkan meningkatkan asupan
- Gangguan kognitif menurun nutrisi
- Kadar sel darah putih membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
- Kultur darah membaik cairan
- Kultur urine membaik K:
- Kultur sputum membaik - Kolaborasi pemberian imunisasi
- Kultur area luka membaik jika perlu
- Kultur feses membaik

DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, D. 1984. Kidney Transplantation in P. J. Morris (Ed). Kidney Transplantation :
Principles and Practice. New York : Grune & Stratton.

Hudak, Carolyn, 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi pertama. Jakarta;
EGC.

Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes.


Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Hamilton, D. 1984. Kidney Transplantation in P. J. Morris (Ed). Kidney Transplantation :


Principles and Practice. New York : Grune & Stratton.

Anda mungkin juga menyukai