Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN PASIEN PASCA OPERASI

DI RUANG IRNA BEDAH PRIA

OLEH :
KELOMPOK O
2015

Dian Paramitha, S.Kep


Febrina Muslimah, S.Kep
Martha Hidya, S.Kep
Ratika Yuzallia, S.Kep
Reza S Maryam, S.Kep
Trisnawati Siska, S.Kep
Welnita, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Perawatan Pasien Pasca Operasi


Hari / Tanggal Penyuluhan : Selasa, 22 Maret 2016
Pukul : 10.00-10.45 WIB
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang telah menjalani tindakan
operasi / pembedahan
Tempat : Ruang IRNA Bedah Pria ( CP )

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi
pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang
agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga
ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara
fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap
tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter
bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat
mengetahui cara perawatan pasien pasca operasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien dan keluarga mampu :
1. Memahami manajemen nyeri
2. Memahami macam-macam nutrisi yang baik bagi pasien
3. Memahami mobilisasi dini yangdapat dilakukan pasien

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Perawatan pasca operasi

2. Sasaran dan target


Sasaran : Pasien pasca operasi yang berada di Ruang Bedah Pria (Minimal
10 peserta)
Target : Pasien yang telah menjalani tindakan operasiatau pembedahan

3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab/diskusi

4. Media dan alat


c. Laptop
d. Infocus
e. Leaflet

5. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Selasa, 22 Maret 2016
Waktu : 10.00 WIB-10.45 WIB
Tempat : Ruang Irna Bedah Pria

6. Pengorganisasian
a. Pembimbing :
b. Penanggung jawab :
Tugas :
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
c. Moderator :
Tugas :
1. Membuka acara
2. Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
3. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak waktu, tata tertib dan bahasa yang digunakan selama
penyuluhan
5. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6. Mengarahkan alur diskusi
7. Memimpin jalannya penyuluhan
8. Meyimpulkan penyuluhan
9. Menutup acara
d. Presenter :
Tugas :
Memberikan penjelasan/penyuluhan mengenai manajemen nyeri : teknik
relaksasi nafas dalam
e. Fasilitator :
Tugas :
1) Memotivasi peserta agar berperan aktif
2) Membuat absensi penyuluhan
3) Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
f. Observer :
Tugas :
1) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2) Membuat laporan hasil penyuluhan.
g. Demonstrator :
Tugas :
Mempraktekan teknik relaksasi nafas dalam yang benar
7. Setting Tempat
M P D

F A A A
D

A A A A

O A A F

Keterangan :
A : Peserta P : Presenter M : Moderator
F : Fasilitator O : Observer

D. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
1. 5 menit Pembukaan
- Memberi salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan dan
memperhatikan
- Menjelaskan topik dan tujuan - Mendengarkan dan
penyuluhan. memperhatikan
- Menjelaskan kontrak waktu - Mendengarkan dan
memperhatikan
2. 30 menit Pelaksanaan
- Menggali pengetahuan peserta - Mengungkapkan
tentang perawatan pasca pendapat
operasi - Mendengarkan dan
- Memberikan reinforcement memperhatikan
atas tanggapan peserta - Mendengarkan dan
- Mejelaskan manajemen nyeri memperhatikan
- Menyebutkan nutrisi yang - Mendengarkan dan
baik bagi pasien post op memperhatikan
- Menggali pengetahuan peserta - Mengungkapkan
tentang mobilisasi dini pendapat
- Memberikan reinforcement
atas tanggapan peserta - Mendengarkan dan
- Menjelaskan mobilisasi dini memperhatikan
bagi pasien pasca operasi - Mendengarkan dan
- Mendemonstrasikan cara memperhatikan
teknik relaksasi nafas dalam - Mengungkapkan
- Peserta penyuluhan pendapat
mempraktekan cara teknik
relaksasi nafas dalam dengan
benar - Mendengarkan dan
- Memberi kesempatan untuk memperhatikan
bertanya. - Mendemonstrasikan
- Menjawab pertanyaan teknik nafas dalam
- Mempraktekkan

- Bertanya

- Mendengarkan dan
memperhatikan
3. 10 menit Penutup
- Bersama klien menyimpulkan - Bersama mahasiswa
materi penyuluhan. menyimpulkan materi
penyuluhan
- Melakukan evaluasi - Menjawab pertanyaan
- Menutup penyuluhan dan - Menjawab salam
memberikan salam
D. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Mahasiswa dan audien berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c. Pre Planning telah disetujui
d. 75% audien menghadiri penyuluhan

2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. 75% audien berperan aktif selama kegiatan berjalan

3. Evaluasi hasil
Pada evaluasi hasil diharapkan 75% audien :

a. Audien mampu menyebutkan pengertian manajemen nyeri dan teknik relaksasi


nafas dalam
b. Audien mampu menyebutkan 3 dari 6 macam manajemen nyeri
c. Audien mampu menyebutkan 3 dari 6 tujuan teknik relaksasi nafas dalam
d. Audien mampu mendemonstrasikan cara teknik relaksasi nafas dalam
MATERI PENYULUHAN
Perawatan Pasien Pasca Operasi / Pembedahan

1. Manajemen Nyeri

1. Definisi
Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang dilakukan
baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada pasien guna mengontrol atau
mengurangi nyeri serta mengendalikan rasa nyeri yang di rasa oleh pasien.
Pengendalian nyeri pada pasien dapat mengurangi keluhan serta resiko lain akibat dari
nyeri. Manajemen secara individu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan teknik
distraksi dan relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian guna
mengurangi resiko nyeri pada pasien.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode efektif
untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori danemosional yang tidak
menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri

2. Macam-macam Manajemen Nyeri


1) Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi memberikan individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu dalam
kondisi sehat atau sakit.

Berikut ini adalah 7 teknik relaksasi sederhana yang sangat baik dilakukan untuk
mengurangi stres atau tekanan kehidupan:

a. Meditasi
Meditasi di sini diartikan sebagai mengalihkan perhatian sementara dan menenangkan
pikiran dari keadaan stres, dan bisa dilakukan dengan melakukan banyak cara dan
aktivitas, seperti berjalan, berenang, menyulam, melukis dan lain sebagainya.
Aktivitas yang baik untuk meditasi adalah aktivitas yang memiliki pola tetap dan
berulang.
b. Bayangkan sesuatu yang ‘rileks’
Saat berada dalam kondisi stres, pikiran dalam kepala akan sangat aktiv dan kompleks
sehingga menyulitkan untuk melakukan meditasi. Jika begitu, cobala untuk
menciptakan visualisasi yang damai dan menenangkan di dalam kepala kita. Ini bisa
dimulai dengan memikirkan sesuatu yang dapat mengalihkan pikiran dari keadaan
sekarang yang penuh tekanan. Bisa apa saja, seperti tempat liburan favorit, suasana
pegunungan dan pantai yang menenangkan, dan lain-lain.
c. Teknik nafas dalam
Perasaan stres akan meningkatkan tensi dan membuat napas menjadi pendek/dangkal,
sementara perasaan yang tenang membuat napas menjadi rileks. Jadi untuk merubah
tekanan menjadi relaksasi, ubahlah cara kita bernapas.

Cobalah metode berikut:

 Tarik napas panjang-panjang dengan tenang, kemudian –sambil menurunkan


bahu– hembuskan napas secara perlahan dari mulut.

 Rasakan aliran besar udara yang keluar masuk dan fokuskan pikiran ke sana.

 Tarik napas, dan rasakan perut dan dada mengembang.

 Buang napas, rasakan bahu menurun dan perut kembali mengecil.

 Ulangi bernapas seperti itu 10-15 kali dan pikiran akan menjadi lebih rileks setiap
waktunya.

d. Minum teh hangat


Teh hangat adalah resep tradisional favorit untuk menenangkan pikiran
dan menurunkan stres. Selain baik untuk kesehatan, teh mampu menurunkan level
cortisol (hormon stres) dalam tubuh.
e. Memijat diri sendiri
Saat merasakan otot-otot menjadi tegang, lakukan pijatan ringan pada diri sendiri
sebagai relaksasi. Teknik ini bisa dimulai dengan meletakkan kedua tangan pada bahu
dan leher, kemudian lakukan pijatan ringan menggunakan jari dan telapak tangan.
Biarkan bahu menjadi rileks saat melakukan pijatan. Saat bahu sudah dirasa cukup
rileks, hentikan pijatan. Setelah itu letakkan satu tangan di atas lengan bawah (dari
siku hingga jari) tangan yang lain. Lakukan pijatan ringan di sana mulai dari siku
hingga ke jari-jari dan kembali lagi. Lakukan pula dengan tangan yang lain.
f. Berhenti sejenak (time-out)
Di saat tekanan ataupun emosi memuncak, hentikan sejenak –apapun itu– aktivitas
yang sedang dilakukan. Temukan tempat yang tenang untuk duduk atau bahkan
berbaring. Lakukan teknik relaksasi bernapas serta berfokus untuk melepaskan
tekanan dan menenangkan detak jantung. Tenangkan pikiran selama beberapa menit,
nikmati waktu tersebut. Stres bisa menunggu.
g. Mendengarkan musik
Musik dapat menenangkan detak jantung yang keras, juga pikiran. Jika tekanan sudah
memuncak, cobalah untuk menyisihkan waktu mendengarkan musik dengan tempo
yang ringan, atau dengarkan lagu yang bisa membuat rileks. Penelitian menunjukkan
bahwa musik dapat memberikan ‘efek tenang’ setara dengan 10mg valium. Itulah
mengapa musik sering digunakan dalam terapi relaksasi.
2) Distraksi
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang
lain.
3) Imajinasi Terbimbing
Membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada
bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian
terhadap nyeri.
4) Hipnosis
Hipnosis membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif
5) Kompres Hangat/ dingin
Area pemberian kompres panas dan dingin bisa menyebabkan respon sestemik dan
respon local. Stimulasi ini mengirimkan impuls-impuls dari perifer ke hipotalamus
yang kemudian menjadi sensasi temperature tubuh secara normal (Potter dan Perry,
1997).
6) Massage
Tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya
otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi
guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi.
3. Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah
untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

4. Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003)


Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang
mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan
pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi.
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

B. Nutrisi Pada Pasien Post Operasi


1. Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk
perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan secara optimal.
Diet Pasca-operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
2. Tujian Pemberian Nutrisi Yang Baik Pada Pasien Post Operasi
Mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat
proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai
berikut :
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
4. Mencegah dan menghentikan perdarahan

3. Tahapan Diet Post Operasi


a. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :
1. Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang
2. Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda
usus mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan
Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih, teh
manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan
dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu
diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
b. Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna
atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I
Cara Memberikan Makanan
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari
buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur.
Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu
dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk
waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh
diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk dan minuman yang
mengandung karbondioksida
c. Diet Pasca-Bedah III
Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna
atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
Cara Memberikan Makanan
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biscuit.
Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat memberikan
makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan adalah
makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.
d. Diet Pasca-Bedah IV
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :
1. Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah
2. Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III
Cara Memberikan Makanan
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan
lengkap dan 1 kali makanan selingan.

4. Jenis makanan yang harus diperhatikan untuk penyembuhan luka


Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan luka adalah
protein dan vitamin C.
Alasannya: Protein dan vitamin C sangat penting peranannya dalam proses
penyembuhan luka. Selain itu vitamin C punya peranan penting untuk mencegah
terjadinya infeksi dan perdarahan luka.
Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka
1. Protein; terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu tempe, tahu,
kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur, ayam, udang dll.
2. Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun papaya, bayam, tomat,
daun singkong dll
Tata cara pelaksanaan untuk memenuhi nutrisi yang perlu diperhatikan untuk
penyembuhan luka
1. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin C
2. Bila mual:
a. Makannlah dengan porsi sedikit tapi sering
b. Sajikan ketika masih hangat
c. Sebelum makan, minum air hangat
d. Hindari makanan dengan berbumbu tajam
Tips Perawatan Pascaoperasi
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi
pasien pasca operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:
• Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah.
• Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan, telor
dan sejenisnya.
• Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
• Usahakan cukup istirahat.
• Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat makin
bagus.
• Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
• Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh.
• Minum obat sesuai anjuran dokter.
Contoh diet pada macam-macam tindakan pembedahan
a. Diet Untuk Bedah Kantung Empedu dan Kombinasi dengan Abdomino-Perineal
Bedah pada kantung empedu yang dikombinasikan dengan Abdomino-Perineal, oral
feeding biasanya diberikan di awal. Berikut adalah sebuah contoh jadwal diet yang
sederhana:
Hari pertama (hari saat operasi): dipenuhi kebutuhan transfusi dan formula infus
yang cukup.
Hari kedua : ditambah sejumlah kecil cairan (teh, gelatin, dan air jahe) tanpa susu
atau jus buah.
Hari ketiga : cairan, termasuk susu skim dan jus buah boleh diberikan. Pemberian
makanan pembuluh darah melalui infus dilanjutkan, kecuali glukosa dalam air,
ditambah vitamin dapat digantikan dengan bagian dari larutan garam.
Hari keempat : sejumlah kecil campuran cairan yang mengandung tinggi protein
boleh ditambahkan. Pada hari ini 1 liter protein hidrolisat dapat dihilangkan dari
pemberian makanan bagi pembuluh darah.
Hari kelima : jumlah makanan boleh ditingkatkan, setidaknya 70-100 gram. Protein
harus tersedia dalam oral feeding. Pemberian vitamin secara oral sudah bisa
diberikan. Pemberian makan pembuluh darah melalui infus dapat dihentikan.
Hari keenam : Diet makanan biasa sudah bisa diberikan kepada pasien.
Beberapa pasien yang kantung empedunya dioperasi, mungkin lebih merasa
nyaman dengan diet rendah lemak untuk beberapa minggu atau bahkan beberapa
bulan setelah operasi.
b. Diet Pasca Operasi Anus/Dubur

Operasi dubur hampir sama dengan hemorrhoidectomy, pemberian makan


biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam atau sesegera mungkin, bergantung pada
anastesi yang telah diatur. Pengaturan pasca operasi beragam. Beberapa pembedah
lebih suka memberi diet rendah serat, dengan sisa yang terbatas untuk mengurangi
pergerakan isi perut. Hal lain yang diperbolehkan diet normal dan menambah
defekasi yang dibantu dengan minyak mineral. Penggunaan jangka panjang minyak
mineral dapat mengurangi karena menganggu penyerapan beberapa mineral dan
vitamin.

c. Diet Pasca Operasi Umum

Diet yang ditentukan untuk pasien yang mempunyai riwayat bedah tulang atau
gigi, atau yang telah mengalami kecelakaan kecil, dapat diberi lebih dulu program
diet yang lebih cepat dibandingkan dengan program diet pasca operasi
gastrointestinal. Secara bertahap, pasien dapat mengkonsumsi diet berupa cairan
penuh pada hari kedua setelah operasi, diet makanan lunak pada hari ketiga, dan diet
makanan biasa pada hari keempat. Kondisi pasien menentukan diet yang akan
dikonsumsi. Yang perlu diperhatikan adalah diet tersebut harus dapat memenuhi
kebutuhan kalori dan protein. Vitamin secara bertahap diberikan sebagai suplemen.

d. Diet Pasca Operasi Mulut dan atau Esofagus

Setelah operasi mulut atau esofagus, pemberian makanan secara parenteral


yang biasanya diberikan pada pasien di awal, dengan pemberian makan dengan
menggunakan tabung. Sejak pasien tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang
cukup lama, yang paling utama adalah formula diet yang akan diberikan harus
memenuhi kebutuhan semua zat gizi. Kebutuhan cairan dapat dipenuhi secara oral,
jenisnya dapat diperoleh dengan mengencerkan makanan padat, seperti kentang,
daging cincang, sayuran dan buah dengan cara diblender atau disaring dan
ditambahkan cairan.
e. Diet Pasca Patah Tulang dan Trauma Lainnya

Pasien yang patah tulang memerlukan peningkatan pemecahan protein dalam


pemberian asupan gizi yang baik bagi individu, yang dapat diperburuk kondisinya
hingga menjadi tidak dapat bergerak, hanya mampu beraktivitas di atas kasur saja.
Kehilangan protein (kehilangan nitrogen) dibarengi dengan kehilangan kalium,
fosfor dan sulfur. Perkembangan osteoporosis bertepatan dengan kehilangan kalsium
yang dapat menyebabkan si penderita tidak dapat bergerak.
Pengaturan diet patah tulang: Protein, kalori dan semua zat gizi yang dibutuhkan
diperoleh dalam jumlah bebas. Dibutuhkan sekitar 50 gram protein ditambah 3000
kalori kalori non protein. Pemindahan cairan dan elektrolit juga dibutuhkan. Jika
pasien tidak mampu makan tetapi membutuhkan sejumlah makanan yang tinggi
protein dan tinggi kalori, maka minuman bisa diberikan diantara waktu makan.
Penyembuhan patah tulang yang kurang baik ketika jaringan telah habis. Protein
bebas dalam diet menyokong kalsium dalam tulang dan membentuk tulang yang
baik.

C. Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi


1. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,
teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk
kemandirian (Barbara Kozier, 1995).
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau
keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk
dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap
dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison,
2004).
2. Tujuan Mobilisasi Post Operasi
Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan
bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot
p[erutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan
merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu
mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
c. Mempercepat pemulihan missal kontraksi uterus post secarea, dengan
demikian pasien akan cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya dengan
cepat
d. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi
sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.

3. Manfaat Mobilisasi Post Operasi


Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah :
1) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan
bergerak,otot –otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot p[erutnya
menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien
merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.
2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang
peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-
organ tubuh bekerja seperti semula.
3) Mempercepat pemulihan missal kontraksi uterus post secarea, dengan
demikianpasien akan cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya dengan cepat
4) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi
darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan.

4. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi


1) Penyembuhan luka menjadi lama
2) Menambah rasa sakit
3) Badan menjadi pegal dan kaku
4) Kulit menjadi lecet dan luka
5) Memperlama perawatan dirumah sakit
5. Latihan Mobilisasi Pada Pasien Pasca Pembedahan
Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca
pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan,
latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner &
Suddarth, 1996 ).
Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan menurut Rustam
Muchtar (1992), meliputi :
a. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan
latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan – miring
kiri sudah dapat dimulai.
b. Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan
pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.
c. Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian
berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri
LEMBAR OBSERVER PENYULUHAN

 Observer pelaksanaan kegiatan penyuluhan

I. Persiapan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………..

II. Penyajian Materi :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………..

III. Respon Peserta :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………..
IV. Sesi Tanya jawab :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………..

V. Reinforcement :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………..
DAFTAR HADIR

PESERTA PENYULUHAN “PERAWATAN PASIEN PASCA OPERASI”


RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG

Hari/Tanggal : Selasa / 22 Maret 2016

Tempat : Ruang Irna Bedah Pria

Topik/ Judul : Perawatan Pasien Pasca Operasi

No Nama Alamat Tanda Tangan


Padang, 17 Maret 2016

Kelompok O

No.BP.
LEMBAR PENGESAHAN

Topik penyuluhan : Manajemen Nyeri : Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Tempat : RSUP Dr.M.Djamil Padang
Oleh : Mahasiswa Praktek Profesi Keperawatan Universitas Andalas

Telah diperiksa dan disetujui

Padang, Maret 2016

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Anda mungkin juga menyukai