Serikat, penuaan dini tersebut terjadi bila percepatan kemampuan replikasi sel membuat
penggantinya menurun bila sel itu mengalami kerusakan. Dalam kondisi tersebut,
kecepatan sel memperbarui diri sudah lebih rendah dibandingkan dengan proses
kerusakannya. Penuaan dini itu dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu: inflamasi
(peradangan), radikal bebas, ketidakseimbangan hormon (yang dapat mengakibatkan
buruknya perbaikan sel), glikosilasi (peningkatan kadar glukosa) dan metilasi (yang
berdampak pada kerusakan gen). Proses penuaan dini juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal, yaitu gaya hidup dan kondisi lingkungan yang buruk.
Teori Pemanjangan Telomer
Setiap sel mempunyai kemampuan untuk membelah diri untuk mempertahankan fungsinya dan
memperlambat kematian. Kemampuan untuk membelah diri ini terjadi sampai sel-sel tersebut cukup
padat untuk saling bertemu satu sama lain, untuk kemudian berhenti untuk membelah diri, untuk
kemudian berhenti untuk membelah diri, suatu fenomena yang disebut “contact inhibition”. Saat sel-sel
sudah kehilangan kemampuan untuk membelah diri kembali. Sel-sel tersebut kemudian akan membesar,
bertahan beberapa lama, untuk kemudian perlahan-lahan akan mati(1).
Terbatasnya sel-sel untuk membelah diri setelah 50 kali dikenal dengan fenomena Hayflick atau “Hayflick
limit”. Fenomena Hayflick ini ternyata berhubungan dengan panjang telomer suatu sekuensi DNA pada
ujung setiap kromosom manusia. Setiap kali sel membelah, maka telomer ini akan semakin pendek,
sampai suatu saat telomer tidak dapat memendek lagi. Telomer yang sudah sangat pendek akan menjadi
sinyal untuk memicu terjadinya penuaan proliferatif atau apoptosis, sehingga turut berperan pada
munculnya fenotipe penuaan. Oleh karena itu, telomer nampak berperan sebagai suatu jam biologis yang
menentukan masa hidup proliferatif maupun tingkat fungsional dari sel(1,2).
Teori Imunitas
Sistem imun memiliki dua peranan yang utama : pertahanan terhadap serangan eksternal dan
pengawasan imunologis internal. Penuaan sistem imunitas umumnya ditandai oleh berkurangnya jumlah
sel T memori, berkurangnya populasi sel T naif, serta gangguan sistem imunitas humoral dan seluler.
Kondisi inflamasi kronik, berkurangnya imunitas terhadap sejumlah antigen eksogen, dan meningkatnya
autoreaktivitas nampak mengganggu kemampuan untuk melawan serangan dari lingkungan. Pada
proses penuaan, peningkatan jumlah spesies oksigen reaktif (ROS) di dalam sel akan menyebabkan
terjadinya stres oksidatif dan turut berperan dalam memicu terjadinya inflamasi ringan.
Selain itu, pengangkutan elektron mitokondria selama proses fosforilasi oksidatif juga nampak mengalami
gangguan pada penuaan, sehingga menyebabkan masuknya ROS proinflamasi ke dalam sitoplasma.
Ketidakseimbangan ROS ini turut berperan dalam menyebabkan terjadinya penuaan sistem imunitas
yang diawali dengan berkurangnya respon imunitas alamiah dan berujung pada terganggunya respon
imunitas adaptif. Berbagai kelainan ini nampak turut berperan dalam meningkatnya kejadian infeksi dan
keganasan pada usia lanjut(5).