Anda di halaman 1dari 18

PENYAKIT

VASKULAR PERIFER

Selvia Saraswati Bastian P07120319016


Vania Raissa Camaline P07120319035
Marisah P07120319047
 

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENTERIAN ESEHATAN YOGYAKARTA
2020/2021
PENGERTIAN
Penyakit Vaskular Perifer adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan pembuluh
nadi di luar jantung dan otak, yang biasa disingkat menjadi PVP. Pembuluh darah yang
biasanya terjangkit penyakit ini adalah pembuluh darah yang menyalurkan darah ke lengan,
kaki, dan organ tubuh di bawah perut. Pembuluh darah tersebut adalah arteri Tibial, arteri
Popliteal, arteri Iliac, dan arteri Femoral. Salah satu penyebab utama PVP adalah arterioskeloris
PVP juga dikenal sebagai asterioklerosis obliteran, klaudikasio, klaudikasio intermiten, dan
kekurangan arteri pada kaki.

PVP dibedakan menjadi dua jenis: Fungsional dan Organik.


1. Pada PVP Fungsional, tidak ada perubahan pada struktur pembuluh darah. Gejala yang
timbul tidak bertahan lama, misalnya kejang.
2. Pada PVP Organik, struktur pembuluh darah mengalami perubahan akibat infeksi,
penyumbatan, atau kerusakan jaringan
PENYEBAB PENYAKIT VASKULAR
PERIFER

1. Penyebab utama PVP adalah arteriosklerosis, atau


timbulnya plak lemak di pembuluh nadi.

2. Penyebab lain dari PVP adalah peradangan pada


pembuluh nadi, cedera, terkena radiasi, atau
kelainan pada struktur otot dan ligamen.
Merokok, diabetes, dan obesitas

3. Pasien yang memiliki tekanan darah, kolesterol,


dan homosistein yang tinggi juga berisiko terkena
PVP
GEJALA PENYAKIT VASKULAR
PERIFER

Gejala PVP yang paling umum adalah timbulnya rasa


sakit pada kaki ketika beraktivitas, misalnya saat
berjalan.

Gejala lain dari PVP adalah denyut nadi yang lemah


atau tidak ada denyut nadi pada kaki, disfungsi ereksi
pada pria, kehilangan kekuatan di organ tubuh yang
terkena PVP, nyeri yang tak kunjung hilang di kaki,
perubahan warna kaki, kerontokan rambut di kaki, dan
kulit kaki yang mengkilap.
JENIS PENYAKIT
VASKULAR PERIFER

PENYAKIT VASKULAR PENYAKIT


PERIFER PADA VASKULAR PERIFER
ARTERI PADA VENA
Penyakit Vaskular Perifer pada
Arteri
Pada arteri, penyakit ini dikenal dalam kelompok Peripheral Arterial Occlusive Disease (PAOD) yang
didasari oleh terbentuknya plak aterosklerotik. Pada arteri besar, maka gangguan ini akan
menyebabkan disabilitas permanen. Pada diabetes melitus, arteri kecil yang lebih distal juga akan kena.
PAOD umumnya lebih sering dijumpai pada pria dibanding wanita dengan prevalensi yang semakin
meningkat dengan bertambahnya usia, yaitu 2 - 3 % pada usia di bawah 60 tahun menjadi 19% pada
usia dia tas 80 tahun.

Faktor risiko yang berkaitan dengan PAOD adalah merokok, hiperlipidemia, hipertensi (sebagai faktor
risiko primer) serta diabetes mehtus, kelamin pria, usia tua, hiperhbrinogenemia, hiperhomosisteinemia,
ñpoprotein (alfa), dan asimetrik dimetilarginine. Faktor risiko primer diketahui akan menyebabkan
terjadinya stres oksidatif pada endotelium arteri untuk selanjutnya membentuk anion superoksid.
Adanya anion superoksid ini akan menyebabkan penurunan produksi oksida nitrat. Berkurangnya
produksi oksida nitrat pada endotelium inilah yang mengakibatkan terbentuknya lesi aterosklerotik.
Plak aterosklerotik ini selanjutnya akan menyebabkan PAOD baik melalui penyempitan lumen arteri
yang bersifat gradud progresif atau ruptur plak yang diikuti dengan agregasi pletelet sampai terbentuk
trombus. Penyumbatan yang timbul inilah yang menyebabkan munculnya gejala 5 P pada PAOD
berupa Pulselessness, Pallor, pain, Paresthesia.
Penyakit Vaskular Perifer pada Vena

Penyakit ini pada vena dikenal sebagai Penyakit Tromboembolik Vena dengan manifestasi Deep-vein
thrombosis [DVT dan Pulmonary Embolism [PE]. Di rumah sakit PE lebih sering menyebabkan kematian
dibanding DVT dan 80 - 90 % PE disebabkan oleh DVT pada ekstremitas bawah dan pelvis. Umumnya
patofisiologis dari DVT adalah didasarkan pada Trias Virchow berupa stasis vena, kerusakan endotel
vena dan hiperkoagulabilitas. Faktor risiko yang memicu munculnya trias ini adalah tindakan
pembedahan mayor, keganasan, leg injury, imobilitas bawah untuk jangka panjang, kontrasepsi oral,
stroke dengan dengan paralisis tungkai, akibat peijalanan jarak jauh dengan tungkai yang tidak
bergerak. Manifestasi klinis yang muncul pada DVT berupa pembengkakan, nyeri tungkai dan
tenderness pada tungkai, sedangkan pada PE berupa dispnea, hipotensi, nyeri dada, batuk dan
kegagalan pemafasan.
Penatalaksanaan Penyakit Vaskular Periver

1. Penatalaksanaan PAOD

Tujuan penatalaksanaan PAOD dan klaudikasio adalah memperbaiki


kualitas hidup dan menghindarkan morbiditas dan mortalitas kardiak
dan serebral yang ditimbulkan oleh kelainan tersebut.
Penatalaksanaan dibagi menjadi dua jenis, yaitu penatalaksanaan
nonfarmakologis dan farmakoterapi. Penatalaksanaan
nonfarmakologik mencakup pengendalian faktor risiko seperti stop
rokok, turunkan hipertensi, hiperkolesterolemiq dan lain-lain serta
exercise training yang memperbesar kemampuan jarak jalan.
Penatalaksanaan Penyakit Vaskular Periver
Farmakoterapi PAOD mencakup pemberian beberapa jenis obat :

1. Terapi Antiplatelet

• Aspirin
Aspirin akan mencegah agregasi platelet dan menurunkan kejadian vaskular serebral dan Coroner. Dosis yang
dianjurkan bervariasi 75 - 325 mg sekali sehari. Beberapa penelitian menganjurkan kombinasi penggunaan obat ini
dengan dipiridamol dalam dosis 3 kali 25 mg.

• Ticlopidine
Ticlopidine bekerja mempengaruhi fungsi membran platelet dengan cara menghambat ADP platelet-fibrinogen
binding dan mencegah agregasi platelet-platelet. Pemberian obat ini akan menurunkan kadar fibrinogen plasma dan
viskositas darah. Penelitian memperlihatkan bahwa dosis 250 mg 2 kali sehari akan memperbaiki jarak jalan penderita
klaudikasio dibandingkan dengan plasebo. Efek samping yang sering dijumpai berupa neutropenia, agranulositosis
serta gangguan saluran cerna berupa mual, muntah, diare, dan gastralgia.

• Clopidogrel
Obat ini memiliki mekanisme kerja yang mirip dengan ticlopidine tetapi tanpa efek samping neutropenia. Dosis yang
dianjurkan 75 mg per hari. Dari penelitian terhadap 6452 pasien PAOD, 23,8 % memperlihatkan penurunan risiko
relatif dari infark miokard, stroke iskemik dan kematian vaskuler.
Penatalaksanaan Penyakit Vaskular Periver
2. Terapi Hemoreologik

• Pentoksifilin
Obat ini diketahui memiliki efek farmakologik berupa penurunan viskositas darah, perbaikan fleksibilitas eritrosit,
penurunan plasma fibrinogen serta menghambat agregasi platelet. Dosis yang dianjurkan adalah 3 kali 400 mg. Efek
samping yang dijumpai berupa mual dan muntah dan ini ditemukan pada kurang lebih 30 % pengguna obat.

3. Terapi dengan Agen Metabolik

• Propionyl - L – carnitine
Diketahui bahwa pada penderita PAOD kadar carnitine estemya lebih tinggi dari normal dan akan lebih meningkat
lagi selama exercise. Diduga propioyl - L - carnitine bekerja meningkatkan jumlah carnitine bebas ddam otot
sehingga mempercepat produksi energi. Dosis yang dianjurkan berkisar 1000 - 2000 mg per hari terbagi atas 2 kali
pemberian.

4. Terapi dengan Vasodilator


Tujuan pengobatan dengan vasodilator adalah untuk meningkatkan suplai darah ke daerah yang mengalami iskemia.
Dosis yang dianjurkan adalah 120 - 420 per hari.

5. Terapi dengan Inhibitor Fosfodiesterase

• Cilostazol
Obat ini bekerja menghambat agregasi platelet dan menimbulkan vasodilatasi. Dosis yang dianjurkan adalah 100 mg
kali sehari.
Penatalaksanaan Penyakit Vaskular Periver

6. Terapi dengan Prostagladin

• Beraprost
Merupakan suatu analog prostasiklin yang digunakan secara oral. Efek yang dimiliki adalah vasodilatasi dan
penghambatan agregasi platelet. Dosis yang digunakan adalah 20, 40 dan 60 mcg 3 kali sehari.

• Prostaglandin E 1
Merupakan preparat yang diberikan melalui suntikan intravena (5 hari/minggu, selama 4 minggu, kemudian disusul 2
hari/minggu). Hasilnya juga cukup memuaskan.

7. Terapi dengan Antiserotonin

• Naftidrofuryl
Preparat ini merupakan antagonis serotonin 2 spesifik yang bekerja memperbaiki feksibilitas eritrosit, mencegah
agregasi platelet, melindungi endotel dan vasodilatasi. Dosis yang dianjurkan 300-600 mg per hari, terbagi atas 2-3
kali pemberian.
Penatalaksanaan Penyakit Vaskular Periver
8. Terapi dengan Fitofarmaka

• Ginkgo biloba
Ekstrak ginkgo bâoba mengandung bahan aktif grnkgoflavonglikosid yang diduga memiliki beberapa efek
farmakodinamik terhadap vaskuler benipa vasodilatasi, antiagregasi platelet dan antiradikal bebas. Bahan ini juga
digunakan untuk gangguan vaskuler perifer pada arteri. Dosis yang dianjurkan addah 3 kali 40 mg.

9. Terapi kelasi (Chelation Zherppy)


Terapi ini masih bersifat Controversial. Beberapa ahli mendeteksi adanya perbaikan tapi banyak pula yang
meragukannya. Zat yang digunakan adalah Na2 EDTA untuk mengikat kalsium pada penderita aterosklerosis.
2. Penatalaksanaan Penyakit Tromboembolik Vena

A. Heparin
• Unfractionated Heparin (UH)
UH pertama kali diisolasi tahun 1922 dan sudah digunakan secara klinis bertahun-tahun.
UH diberikan secara intravena. Keberhasilan terapi dapat dicapai apabila pemberian UH ini
mengikuti protokol standar pengobatan. Efek samping yang sering dijumpai berupa
perdarahan dan trombositopenia yang diinduksi oleh heparin (HIT). Literatur terakhir juga
menyebutkan timbulnya trombosis akibat penggunaan heparin.

• Low Molecular Weight Heparin (LMWH)


Preparat ini sudah digunakan di Amerika Serikat untuk tromboembolisme vena dan
sindrom koroner akut dengan efek samping perdarahan dan HIT yang lebih kecil
dibandingkan UH. Pemberiannya melalui suntikan subkutan 1 atau 2 kali sehari. Preparat
yang digunakan antara lain enoxaparin, Delteparin, tinzaparin, ardeparin, nadroparin,
reviparin dan danaparoid. Ada dua preparat yang beredar di Indonesia yaitu : enoxaparin
dengan dosis 1 mg/kg dua kali sehari ; dan nadroparin dosis dua kali sehari
2. Penatalaksanaan Penyakit Tromboembolik Vena

B. Antikoagulan Oral

• Sodium warfarin
Obatini diserap dengan cepat dan sempurna. Dosis yang dianjurkan 2 - 10 mg. Efek samping yang muncul
berupa perdarahan dan nekrosis kulit.

• Anisindione
Umumnya digunakan pada pasien yang tidak dapat menoleransi penggunaan warfarin. Dosis yang
dianjurkan adalah 25 - 250 mg/hari
2. Penatalaksanaan Penyakit Tromboembolik Vena

C. Bioflavonoid
Biofiavonoid dulu juga dikenal dengan nama Vitamin P yang diduga bekerja memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah serta digunakan di klinik untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi pelebaran pembuluh vena.

• Troxerutin
Dikenal juga dengan nama hidroksietilrutosid yang merupakan salah satu derivat rutin. Obat ini digunakan secara oral
dan menghasilkan kadar puncak dalam dua jam setelah pemberian. Metabolisme di hati dengan jalur ekskresi melalui
urin. Dosis yang digunakan adalah 100 - 3.000 mg tiga kali sehari.

• Diosmin
Preparat ini bekerja secara spesifik pada sistem vena dan mikrosirkulasi. Perbaikan mikrosirkulasi ini dihasilkan dari
efeknya terhadap fungsi kapiler serta pengaruh hemoreologik. Preparat ini terdapat dalam bentuk micronized dengan
dosis penggunaannya 450 mg 2-3- kali sehari

D. Fitofarmaka
Di Indonesia preparat tradisional juga banyak digunakan untuk kasus gangguan vena adalah Graphtophyllum pictum
dan Hammamelis virginiana. Diketahui bahan ini mengandung zat aktif yang menghentikan perdarahan pada hemoroid,
pengurangan sekret eksudatif dan perlindungan pada mukosa anus.
Penatalaksanaan nonfarmakologik

Penatalaksanaan nonfarmakologik DVT dan PE dapat berupa pemakaian Boeing


atau balutan elastis pada tungkai bawah. Penggunaan compression bandage atau
compression stocking ini bertujuan menyeimbangkan tekanan intravaskular yang
meninggi yang menyebabkan edema dan varises vena. Pengobatan ini bukan
termasuk pengobatan kausal, tapi simtomatik. Umumnya standar kompresi
berkisar antara 14 - 35 mmHg tergantung pada indikasi klinis .
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai