Anda di halaman 1dari 21

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE


Wayan Sadhira Gita Krisnayanti
102014099/E

SKENARIO
Seorang laki-laki 71 tahun pensiunan datang ke poliklinik dengan keluhan
nyeri pada tungkai yang semakin memburuk 1 minggu yang lalu

RUMUSAN MASALAH
Laki-laki 71 tahun dengan keluhan nyeri pada tungkai yang memburuk 1

minggu yang lalu.

ANAMNESIS
1.

Identitas pasien

2.

Keluhan Utama ( Presenting Symptom)

3.

Riwayat penyakit sekarang

4.

Riwayat penyakit dahulu

5.

Riwayat Penyakit Keluarga

6.

Riwayat Pribadi

Nyeri dirasakan pada kedua tungkai terutama pada tungkai kanan dengan durasi nyeri 20-30

menit. Onset nyeri sejak 3 bulan yang lalu. Memburuk saat berjalan kaki dalam jarak yang jauh
dan membaik saat istirahat. Keluhan penyerta seperti parestesi, keram, kelamahan pada
tungkai, perubahan warna tungkai dan kaki tampak lebih pucat dan bengkak pada tungkai.
Pasien mantan perokok berat selama 40 tahun, riwayat dm, hipertensi, obesitas,
hiperkolesterolemia, jantung, stroke dan lain-lain.

PEMERIKSAAN FISIK
1.

KU : sakit sedang

2.

Kesadaran : compos mentis

3.

TTV

a.

TD : 160/70mmHg
b.
Nadi
: 80 x permenit
c.
Nafas
: 18 x permenit
d.Suhu : afebris

4.

Pemeriksaan head to toe


a.

Pada tungkai warna kanan tampak lebih pucat daripada kiri


b. Suhu raba kanan lebih dingin daripada kiri
c. Pulsasi kanan lebih leamh daripada kiri
d.Lesi tidak ada
e. Hasil ABI: 0,7

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Ankle Brachial Indeks (ABI)
Pemeriksaan ABI adalah uji noninvasif

yang cukup akurat untuk mendeteksi


adanya PAD dan untuk menentukan
derajat penyakit ini.

0,91- 1,30 = normal & borderline


0,41-0,90 = PAD ringan- sedang
<0,40 = PAD berat
>1,30 = Abnormal (possibly kalsifikasi)

2. Toe-Brachial Index (TBI)


TBI juga merupakan suatu pemeriksaan noninvasif yang dilakukan pada pasien diabetes dengan
PAD khususnya pada pasien yang mengalami kalsifikasi pada pembuluh darah ekstremitas
bawah

3. Segmental Pressure dan Pulse Volume Recordings (PVR)


mengukur aliran darah arteri pada ekstremitas bawah dimana pulsasi yang mewakili aliran darah

pada arteri diperlihatkan oleh monitor dalam bentuk gelombang

4. Ultrasonografi Dupleks
Dupleks ultrasonografi dapat menggambarkan karakteristik dinding arteri sehingga dapat

menentukan apakah pembuluh darah tersebut dapat diterapi dengan distal bypass atau tidak.
Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu plak pada arteri
tersebut merupakan suatu resiko tinggi terjadinya embolisasi pada bagian distal pembuluh darah
pada saat dilakukan intervensi endovascular.

5. Computed Tomographic Angiography (CTA)


CTA juga menyediakan gambaran dinding arteri dan jaringan sekitarnya termasuk mendeteksi adanya
aneurisma arteri perifer, karakteristik plak, kalsifikasi, ulserasi, trombus atau plak yang lunak,
hiperplasia tunika intima, in-stent restenosis dan fraktur stent. CTA tetap memiliki keterbatasan dalam
hal penggunaannya pada pasien dengan insufisiensi renal sedang-berat yang belum menjalani dialysis.

6. Magnetic Resonance Angiography (MRA)


MRA merupakan pemeriksaan noninvasif yang memiliki resiko rendah terhadap kejadian gagal ginjal.
Pemeriksaan yang memiliki rekomendasi dari ACC/AHA (Class I Level of Evidence A)ini dapat
memberikan gambaran pembuluh darah yang hampir sama dengan gambaran pembuluh darah pada
pemeriksaan angiografi

WORKING DIAGNOSIS
Peripheral Arterial Disease
PAOD (Perifer Arterial Occlusive Disease) atau bisa juga disebut PAD ( Perifer Arterial Disease)
adalah penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan dari proses atherosklerosis atau proses
inflamasi yang menyebabkan lumen menyempit (stenosis), atau dari pembentukan trombus
(biasanya terkait dengan faktor resiko yang menjadi dasar timbulnya atherosklerosis)

TANDA KLINIS
Nyeri
Tanpa denyut
Pucat
Kesemutan
Lumpuh

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Tromboangitis Obliteran (Buergers Disease)

Penyakit Buerger merupakan penyakit pembuluh darah nonaterosklerotik yang ditandai oleh
fenomena oklusi pembuluh darah, inflamasi segmental pembuluh darah arteri dan vena
berukuran kecil dan sedang yang dapat melibatkan ekstremitas atas maupun ekstremitas
bawah.

Gangguan Vena Menahun (Chronic Venous Insufficiency)


Gangguan aliran balik darah dari tungkai ke jantung yang bersifat menahun. CVI merupakan
kondisi mengenai system vena ekstremitas bawah yang dapat menyababkan patologi, meliputi
nyeri, bengkak, perubahan kulit dan ulcerasi.

Tromboflebitis Superficial
Peradangan dan pembekuan darah di dalam suatu vena superfisial. Biasanya disebabkan oleh
cedera, meskipun bersifat ringan.

Deep Vein Thrombosis


Bekuan darah di vena dalam yang sebagian besar tersusun atas fibrin, sel darah merah, serta
sebagian kecil komponen leukosit dan trombosit.

ETIOLOGI
Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah adanya stenosis (penyempitan) pada arteri yang

dapat disebabkan oleh reaksi atherosklerosis atau reaksi inflamasi pembuluh darah yang
menyebabkan lumen menyempit.

Sebab lain dari penyakit PAD :


arteritis takayasu
buergers disease
fibromuskular dysplasia
vaskulitis.

EPIDEMIOLOGI
Didapatkan 2-3% pria dan 1-2% wanita lebih dari 60 tahun claudicasio

intermitten. Resiko meningkat sesuai pertambahan usia dengan insiden tertinggi


pada decade keenam dan ketujuh. Dengan pemeriksaan sensitive didapatkan
kejadiannya meningkat dan sering under diagnosa.

FAKTOR RESIKO
1.

Merokok

2.

Diet tinggi lemak atau kolesterol

3.

Stress

4.

Riwayat penyakit jantung, serangan jantung, atau stroke

5.

Obesitas

6.

Diabetes

7.

Rheumatoid arthritis

PATOFISIOLOGI

PENATALAKSANAAN
Anti aggregasi : aspirin 80-320mg, clopidogrel 75mg

Cilostazol 2x100mg memperbaiki symptom & kemampuan berjalan

Pentoxifyline 3x400mg alternatif colistazol

Anticoagulant critical limb ischemic & kondisi akut

NON-FARMAKOLOGIS
1. Perubahan pola hidup
-

Berhenti merokok

Menurunkan berat badan pada penderita obesitas (diet dan olahraga)

- Menurunkan tekanan darah


-

Menurunkan kadar kolesterol dalam darah

Menurunkan kadar gula darah jika beresiko diabetes

- Olahraga teratur

2. Terapi suportif
- Perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih dan lembab dengan memberikan krim pelembab.
-

Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pasa dari bahan sintetis yang berventilasi

Hindari penggunaan bebat plastik karena mengurangi aliran darah ke kulit

Latihan fisik (exercise) berupa jalan-jalan kaki kira-kira selama 30-40 menit

PEMBEDAHAN
Angioplasti : Tujuannya untuk melebarkan arteri yang mulai menyempit atau membuka
sumbatan dengan cara mendorong plak ke dinding arteri.

Operasi By-pass : Bila keluhan semakin memburuk dan sumbatan arteri tidak dapat diatasi

dengan angioplasti. Bagi yang sudah menjalani operasi ini biasanya bebas dari gejala dan tidak
mengalami komplikasi apapun sesudahnya.

PENCEGAHAN
Dalam kasus ini, pencegahan yang dapat dilakukan agar seseorang tidak

mengalami penyakit arteri perifer adalah latihan fisik berupa walking and
treadmill, warm up and cool down selama 5-10 menit.

Latihan ini dapat dilakukan selama 30-50 menit dengan frekuensi 3-

5x/minggu.

PROGNOSIS
Dalam penyakit arteri perifer prognosisnya baik. Kondisi ini dapat dikontrol

dengan pengobatan termasuk lifestyle, olahraga dan pengobatan.


Biasanya pasien yang memiliki faktor resiko yang tidak terkontrol seperti
diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi memiliki prognosis
yang lebih buruk.

KESIMPULAN
Penyakit arteri perifer adalah salah satu kelainan pada arteri aorta dan

cabang-cabangnya yang berupa stenosis, oklusi dan aneurysma dengan


perkecualian pada pembuluh darah arteri coronaria. Faktor resiko
terbanyak biasanya usia yang lebih dari 40 tahun dengan riwayat
arterosklerotik, diabetes, hingga merokok. Kondisi ini terjadi akibat
penumpukan pembentukan plak arterosklerotik dengan penumpukan
kalsium sehingga menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah yang
terkena. Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus ini berupa pola
hidup yang sehat serta rajin melakukan kegiatan fisik.

Anda mungkin juga menyukai