4
ETIOLOGI
6
Pendahuluan
ASD terjadi sekitar 1 per 1500 kelahiran hidup dan sekitar 6-10% CHD
7
• Jenis ASD bervariasi tergantung lokasi defek
• Insidensi ASD sekunder 7-11%
Anatomi • Insidensi perempuan: pria = 2 : 1
patologi • Embriologi pemisahan atrium kanan dan kiri
pada minggu ke-4 dan ke-6 kehamilan
• Keseimbangan antara proliferasi dan absorbsi
8
9
Tipe ASD
• Defek sinus venosus : 10 %, associated w/ partial anomaly pulmonary venous return, connection between SVc-atria
• Defek sinus coronarius--- defek di posterior fosa ovalis; associated w/LSVC, AVC. Asplenia
Asplenia : bilateral right sidedness, 2 RA. Worse prognosis than polysplemia ( bilateral left sideness)
• Defek ostium primum--- di bagian bawah septum; atrioventricular canal/ endocardial cushion defect, at the inf or associated
w/ cleft mitral valve in which MR tends to develops
10
• Tekanan atrium kiri 7 mmHg, kanan 4 mmHg
• ASD dengan L to R shunt shg tekanan sama
• Perubahan tekanan tergantung compliance RV
• Beban RV tinggi akibat over flow
• Aliran darah pulmoner meningkat 3-4 x N
Patofisologi • Gradien tekanan A pulmonalis meningkat 20
mmHg → tekanan RV dan RA naik
• Terjadi perubahan struktur PA --- hiperplasi
tunika intima shg PVR meningkat ( PH )
• Aliran balik sehingga terjadi Eisenmenger
Syndrome
11
• Awal kanak-kanak tanpa gejala
• Dipsnea, mudah terinfeksi saluran nafas
• Adanya aritmia
• Pemeriksaan fisik adanya kardiomegali Gambaran klinis
• Asianosis
• Murmur sistolik kresendo dekresendo
• Bila lanjut menjadi dekompensasi kordis
12
ECG : biasanya masih SR, kadang terdapat
gel P besar
Rho thorax
Pemeriksaan
penunjang
Echocardiografi : lokasi,besar defek,arah
shunting dan EF
Catheterisasi jantung
13
Terapi
Closure generally
Operation performed
recommended when ratio
electively between ages 1
of pulmonary to systemic
and 3 years
blood flow (qP/qS) is > 2:1
14
VSD
15
A ventricular septal defect (VSD) is a hole or a defect in the
septum that divides the 2 lower chambers of the heart,
resulting in communication between the ventricular cavities.
http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview
Incidence & Second most common cardiac malformation after
Bicuspid aortic valve.
26
Pengertian
• Tingkat I
Umumnya pasien PDA tingkat I tidak bergejala.
• Tingkat II
Pasien sering menderita infeksi saluran napas, tetapi pertumbuhan fisik masih sesuai
dengan umur.
• Tingkat III
Infeksi saluran napas makin sering terjadi. Pertumbuhan anak biasanya terlambat;
• Tingkat IV
Keluhan sesak napas dan sianosis semakin nyata.
Patofisiologi
• Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang
menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran darah
sistemik dalam masa kehamilan (fetus).
• Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem
respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa
kehamilan tersebut.
• Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran
darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian
masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa
oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui
duktus arteriosus.
• Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir
ke seluruh tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga
memenuhi pembuluh paru-paru.
Manifestasi Klinis
• Tidak menimbulkan gejala pada PDA kecil, tanda gagal jantung terlihat
pada PDA Besar
• Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
• Susah menyusu
• berkeringat
• Tekanan nadi lemah
• Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
• Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
• Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
• Apnea
• Tachypnea
• Retraksi dada
• Hipoksemia
• Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
• Foto Thorak
Pemeriksaan • Echokardiografi
35
Tetralogi Fallot (TF) merupakan
penyakit jantung bawaan tipe sianotik
yang banyak dijumpai pada bayi dan
anak-anak.
Pendahuluan Tetralogi fallot menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan
(lebih kurang 10-15 % dari seluruh
penyakit jantung bawaan) dan diantara
penyakit jantung bawaan sianotik
Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya.
Sekitar 25% dari pasien meninggal dalam tahun pertama kehidupan
Tetralogi fallot termasuk kedalam kegawatan jantung yang sering timbul pada
anak-anak
Pulmonary stenosis
Ventricular septal defect
Overriding aorta
Hipertrophy ventricle kanan
• stenosis pulmonal
• defek septum ventrikel (dengan syarat defek
ventrikel paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta).
Derajat TOF
Derajat III: sianosis waktu istirahat, sianosis bertambah saat beraktivitas, ada
dispneu
Derajat IV: sianosis dan dispneu waktu istirahat, ada jari tabuh (clubbing finger)
Kesulitan menelan, kebiruan saat menangis dan
menelan
Gagal tumbuh, keterlambatan perkembangan dan
pubertas
Balita dengan atresia pulmonal dapat mengalami
sianosis ketika duktus arteriosus menutup
Sering berjongkok untuk meningkatkan aliran darah
ke paru
Gejala Klinis
Dyspneu pada aktivitas
Kadang hemoptysis yang terjadi akibat rupturnya
kolateral akan terjadi pada anak yang berusia lebih
tua
Faktor yang dapat memperberat sianosis: asidosis,
stress, infeksi, perbedaan postur, aktivitas,
penggunaan beta-adrenergic agonis, dehidrasi, dan
penutupan duktus
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Lain
Right bundle branch block sebagian
atau keseluruhan: terutama pada Hipertrofi atrium kanan
pasien setelah operasi untuk perbaikan
Echocardiografi
Radiografi konvensional
CT Scan
PENATALAKSANAAN
Tindakan bedah koreksi untuk membuat jantung senormal mungkin, sehingga dapat kembali ke
fungsi normal saat anak itu tumbuh.
Koreksi primer dini akan melindungi fungsi neurologis, fungsi paru, fungsi ventrikel dan
kemungkinan timbulnya aritmi serta komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan oleh operasi.
Fungsi paru dan fungsi ventrikel merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi kapasitas latihan
jangka panjang pasca bedah, karena seperti telah diketahui kapasitas latihan jangka panjang pada
penderita TF pascabedah lebih rendah dibanding dengan kontrol.
Dilaporkan bahwa koreksi primer saat usia penderita TF dibawah 2 tahun, akan mempertahankan
alveologenesis dan arteriogenesis paru serta fungsi ventrikel.
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah,
bertujuan untuk koreksi secara permanen.
Tujuan pokok dalam menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penutupan defek
septum ventrikel dan pelebaran infundibulum arteria pulmonalis. Umunya koreksi primer
dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai
sekurangnya 8 kg.
Namun jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau
antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau
antara A. subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun.
Waterson : dikerjakan pada sisi ke sisi, anastomosis dari aorta
assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatkan
darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit
jantung sianosis.
Penderita baru dengan kemungkinan Tetralogi Fallot dapat dirawat
jalan bilamana termasuk derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun
dispneu berat. Penderita perlu dirawat inap, bila termasuk derajat IV
dengan sianosis atau dispneu berat.
• Keadaan umum
• Tanda utama
• Sianosis
MONITORING • Gagal jantung
• Radang paru
• EKG
Trombosis pulmonal
CVA trombosis
KOMPLIKASI Abses otak
Perdarahan
Anemia relatif
54