Anda di halaman 1dari 59

CVP, Ventilasi Mekanik

dan Review EKG

Ns. Septa Meriana, S. Kep.,


M. S
CVP (CENTRAL VENOUS PRESSURE)
Central Venous Pressure
• Menggambarkan tekanan di atrium kanan atau vena
cava
• Nilai normal CVP 8-12 mmHg (Shah & Louis, 2020)
Indikasi Pemasangan CVP

• Pembedahan  perdarahan masif


• Bedah jantung
• Hipovolemia
• Trauma berat
• Cairan bermolekul besar  nutrisi, obat, transfusi
• Shock  kolaps vena perifer
Indikasi Pengukuran CVP

• Mengukur status cairan dan volume darah


• Menentukan tekanan vena sentral
• Mengevaluasi kegagalan sirkulasi
• Mengetahui tonus pembuluh darah
• Menilai Fungsi Jantung (Left ventricular dysfunction)  not
reliable
Alat –Alat Pemasangan CVP
CVP (Central Venous Pressure)

Macam CVP
 Satu lumen (single)

 Dua lumen (double)

 Tiga lumen (triple)

Tempat pemasangan kateter:


 Vena jugularis,

 Vena antekubital,

 Vena subklavia,

 Vena femoralis, dan

 Vena brakialis.
CVP Dengan Transducer ( 1 mm Hg = 1.3 cm
H2O)
CVP Dengan Manometer (1 cm H2O = 0.7 mmHg)
CVP (Central Venous Pressure)
Kontraindikasi Pemasangan CVP

 Nyeri dan inflamasi pada area penusukan


 Bekuan darah karena tertekuknya kateter
 Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum
lepas
 Tromboplebitis
 Microshock
 Disritmia jantung
  Pembedahan leher
 Insersi kawat pacemaker
CVP (Central Venous Pressure)

Komplikasi Pemasangan
CVP :
 Bakteriemi

 Emboli udara

 Hematoma lokal

 Pneumotoraks

 Sepsis

 Disritmia

 Tamponade perikard
CVP (Central Venous Pressure)

Peranan Perawat
1. Sebelum Pemasangan
- Siapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk
pemantauan
- Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan,
tujuan pemantauan, dan mengatur posisi sesuai dg
daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan

- Memelihara alat-alat selalu steril


- Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt
terjadi pada saat pemasangan spt gg irama jantung,
perdarahan
- Membuat klien merasa nyaman dan aman selama
prosedur dilakukan
 3. Setelah Pemasangan
Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
1) Melakukan Zero Balance: menentukan titik
nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis
ICS IV dengan midaksila

2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian


dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi
klien

3) Melakukan kalibrasi untuk mengetahui


fungsi monitor/transduser, setiap shift, ragu
terhadap gelombang.
CVP (Central Venous Pressure)
 Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan
klinis klien.
 Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan
hemodinamik.
 Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
 Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda
komplikasi (spt. Emboli udara, aritmia, kelebihan cairan,hematom,
infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
 Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
 Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan
cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan
pemeriksaan foto toraks
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN VENTILASI
MEKANIK

APRILIANI SIBURIAN
STIKES TARUMANAGARA
Pendahuluan
Ventilasi mekanik sangat berguna bagi pasien yang tidak mampu
mempertahankan ventilasi yang berfungsi dalam pertukaran gas.
Ventilasi mekanik diindikasikan pada pasien dengan perubahan
fisiologis (memburuknya parenkim paru), kondisi penyakit,
prosedur medis/medah, trauma kepala, overdosis obat, kegagalan
ventilasi/kegagalan oksigenasi
DEFINISI
 Ventilasi mekanik merupakan proses penggunaan suatu
peralatan dalam memfasilitasi transport O2 dan CO2 antara
atmosfer dan alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas
paru-paru (Urden, Stacy, Lough, 2010).
 Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen untuk periode waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle,
Cheever, 2008).
 Ventilator merupakan suatu alat yang mampu membantu
sebagaian atau mengambil alih seluruh fungsi pertukaran gas
paru untuk mempertahankan hidup
GAGAL NAFAS
 Merupakan ketidakmampuan sistem pernapasan dalam
memasukkan O2 dan atau emgeluarkan CO2 yang dapat
terjadi secara tiba tiba dimana dapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan.
Kondisi Klinis yang Mengakibatkan Resistensi Jalan Napas
Indikasi Ventilasi Mekanik
 Untuk alasan fisiologis dan klinis (Urden,Stacy, Lough, 2010).
 Ketika modalitas manajemen noninvasif gagal untuk memberikan
bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
 Ketidakmampuan pasien (secara klinis) mempertahankan CO2
dan status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang
menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan (Chulay & Burns,
2006).
Tujuan Ventilasi Mekanik
1) Untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat untuk
kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia
dan memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010).
2) Membantu pertukaran gas kardio-pulmonal (ventilasi alveolar
dan oksigenasi arteri), meningkatkan volume paru-paru (inflasi
paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu fungsional), dan
mengurangi kerja pernafasan (tujuan fisiologis)
Tujuan Ventilasi Mekanik
 Untuk mengatasi hipoksemia dan asidosis respiratori
akut, mengurangi distress pernafasan, mencegah atau
mengatasi atelektasis dan kelelahan otot pernafasan,
memberikan sedasi dan blokade neuromuskular,
menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi tekanan
intrakranial, dan menstabilkan dinding dada (Urden,
Stacy, Lough, 2010)  tujuan klinis
Jenis-jenis Ventilasi Mekanik

Ventilator Tekanan Negatif

Ventilator Tekanan Positif


Ventilator Tekanan Negatif
 Tekanan negatif didapat untuk memperbesar rongga toraks.
 Ventilasi tekanan negatif jangka-pendek intermiten (VTNI) telah
digunakan pada penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) untuk
memperbaiki gagal nafas hiperkapnik berat dengan memperbaiki
fungsi diafragma (Hudak & Gallo, 2010).
 Ventilator ini kebanyakan digunakan pada gagal nafas kronik
yang berhubungan dengan kondisi neuromuskular seperti
poliomielitis, muscular dystrophy, amyotrophic lateral sclerosis,
dan miastenia gravis (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Ventilator Tekanan Negatif
 Ventilator tekanan negatif menggunakan tekanan negatif pada
dada luar. Penurunan tekanan intra toraks selama inspirasi
menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru.
 Secara fisiologis, tipe assisted ventilator ini sama dengan
ventilasi spontan. Ventilator tekanan negatif mudah digunakan
dan tidak memerlukan intubasi jalan nafas (Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008).
 Alat ini digunakan terbatas karena keterbatasannya pada posisi
dan gerakan seperti juga rumah kura-kura (Hudak & Gallo,
2010).
Ventilator Tekanan Positif
Pressure-Cycled

Time-Cycled

Volume-Cycled
Pressure-Cycled
 Bila tekanan praset dicapai, inspirasi diakhiri. Pada titik tekanan ini, katup
inspirasi tertutup dan ekshalasi terjadi dengan pasif. Ini berarti bahwa bila
komplain atau tahanan paru pasien terhadap perubahan aliran, volume udara
yang diberikan berubah (Hudak & Gallo, 2010).
 Secara klinis saat paru pasien menjadi lebih kaku, volume udara yang
diberikan ke pasien menurun-kadang secara drastis (Hudak & Gallo, 2010).
 Volume udara atau oksigen bisa bervariasi karena dipengaruhi resistansi
jalan nafas dan perubahan komplain paru, sehingga volume tidal yang
dihantarkan tidak konsisten
Pressure-Cycled
 Perawat harus sering memonitor tekanan inspirasi, kecepatan, dan
volume tidal (VT) ekshalasi untuk meyakinkan ventilasi menit
yang adekuat dan untuk mendeteksi berbagai perubahan pada
komplain dan tahanan paru.
 Pada pasien yang status parunya tak stabil, penggunaan ventilator
tekanan tidak dianjurkan. Namun pada pasien komplain parunya
sangat stabil, ventilator tekanan adekuat dan dapat digunakan
sebagai alat penyapihan pada pasien terpilih (Hudak & Gallo,
2010).
Time-Cycled
 Prinsip kerjanya bahwa bila pada waktu praset selesai,
inspirasi diakhiri. Waktu ekspirasi ditentukan oleh waktu
dan kecepatan inspirasi (jumlah nafas per menit).
 Ventilator ini digunakan pada bayi baru lahir dan infant
(Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Volume-Cycled
 Bila volume udara yang ditujukan diberikan pada pasien,
inspirasi diakhiri. Ini mendorong volume sebelum penetapan
(VT) ke paru pasien pada kecepatan pengesetan.
 Keuntungan ventilator volume adalah perubahan pada komplain
paru pasien, memberikan VT konsisten (Hudak & Gallo, 2010).
 Volume udara yang dihantarkan oleh ventilator dari satu
pernafasan ke pernafasan berikutnya relatif konstan, sehingga
pernafasan adekuat walaupun tekanan jalan nafas bervariasi
Mode-Mode Ventilasi Mekanik

1) Control mode ventilation


2) Assist Mode
3) Model ACV (Assist Control Ventilation)
4) Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)
5) Pressure-Controlled Ventilation (PCV)
6) Pressure-Support Ventilation (PSV)
7) Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)
8) Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Control mode ventilation
o Menjamin pasien menerima suatu antisipasi jumlah dan volume
pernafasan setiap menit (Chulay & Burns, 2006).
o Ventilator ini mengontrol pasien. Pernafasan diberikan ke pasien
pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator,
tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi.
o Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak & Gallo, 2010).
Control mode ventilation
 Indikasi pemakaian pada pasien dengan apnea,
intoksikasi obat-obatan, trauma medula spinalis,
disfungsi susunan saraf pusat, frail chest, paralisa karena
obatobatan, penyakit neuromuskular (Rab, 2007)
Assist Mode
 Hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada VT
yang telah diatur.
 Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu
pernafasan, udara tak diberikan (Hudak & Gallo, 2010).
Model ACV (Assist Control
Ventilation)

1. Merupakan gabungan assist dan control mode yang dapat


mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
2. Bila pasien gagal untuk inspirasi maka ventilator akan secara
otomatik mengambil alih (control mode) dan mempreset kepada
volume tidal (Rab, 2007).
3. Pada mode assist control, semua pernafasan-apakah dipicu oleh
pasien atau diberikan pada frekuensi yang ditentukan-pada VT
yang sama (Hudak & Gallo, 2010).
Model ACV (Assist Control
Ventilation)
 Sering digunakan saat awal pasien diintubasi (karena
menit ventilasi yang diperlukan bisa ditentukan oleh
pasien),
 Untuk dukungan ventilasi jangka pendek misalnya
setelah anastesi, dan sebagai dukungan ventilasi ketika
dukungan ventilasi tingkat tinggi diperlukan (Chulay &
Burns, 2006).
 Secara klinis banyak digunakan pada sindroma Guillain
Barre, postcardiac, edema pulmonari, Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) dan ansietas (Rab, 2007).
Intermittent Mandatory Ventilation
(IMV)
 Dirancang untuk menyediakan bantuan ventilator tapi hanya
sebagian, merupakan kombinasi periode assist control dengan
periode ketika pasien bernafas spontan (Marino, 2007).
 Mode IMV memungkinkan ventilasi mandatori intermiten.
Seperti pada mode kontrol frekuensi dan VT praset. Bila pasien
mengharapkan untuk bernafas diatas frekuensi ini, pasien dapat
melakukannya.
Pressure-Controlled Ventilation
(PCV)
 PCV menggunakan suatu tekanan konstan untuk
mengembangkan paru-paru.
 Mode ventilator ini kurang disukai karena volume inflasi bisa
bervariasi. Akan tetapi, ada ketertarikan kepada PCV karena
risiko injuri paru-paru yang disebabkan oleh pemasangan
ventilasi mekanik lebih rendah (Marino, 2006).
Pressure-Support Ventilation
(PSV)
 PSV bisa digunakan untuk menambah volume inflasi
selama pernafasan spontan atau untuk mengatasi
resistensi pernafasan melalui sirkuit ventilator.
 PSV digunakan untuk membatasi kerja pernafasan
selama penyapihan dari ventilasi mekanik (Marino,
2007).
Positive End-Expiratory Pressure
(PEEP)
 PEEP digunakan untuk mempertahankan alveolus tetap terbuka.
 PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional dengan cara
melakukan reinflasi alveolus yang kolaps, mempertahankan
alveolus pada posisi terbuka, dan memperbaiki komplain paru
(Morton & Fontaine, 2009).
Continuous Positive Airway
Pressure (CPAP)
 CPAP merupakan mode pernafasan spontan digunakan pada
pasien untuk meningkatkan kapasitas residu fungsional dan
memperbaiki oksigenasi dengan cara membuka alveolus yang
kolaps pada akhir ekspirasi.
 Mode ini juga digunakan untuk penyapihan ventilasi mekanik
(Urden, Stacy, Lough, 2010).
Komponen Setting Ventilator

FiO2 (fraksi Oksigen)

Volume Tidal: 5-7 cc/kgBB

Frekuensi Napas: 10 – 12 kali/menit

I : E Ratio (Rasio Inspirasi : Ekspirasi)


PEEP (Positive End Expiracy Pressure 3-5
cmH2O)
Komplikasi Ventilasi Mekanik
 Komplikasi jalan nafas
 Masalah selang endotrakeal
 Masalah mekanis
 Barotrauma (robekan alveolus atau emfisema)
 Penurunan curah jantung
 Keseimbangan cairan positif
Penyapihan (Weaning)Ventilasi
Mekanik
 Penyapihan merupakan pengurangan secara bertahap penggunaan
ventilasi mekanik dan mengembalikan ke nafas spontan.
 Penyapihan dimulai hanya setelah proses-proses dasar yang
dibantu oleh ventilator sudah terkoreksi dan kestabilan kondisi
pasien sudah tercapai (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Indikasi Penyapihan (Weaning)
Ventilasi
 Peningkatan atau stabilisasi dari suatu penyakit
 Kecukupan nutrisi dan cairan untuk memelihara
nafas spontan
 Kekuatan fisik dan kesadaran mental yang adekuat
 Status kardiovaskular, renal dan cerebrovascular
yang adekuat
 Analisa gas darah, elektrolit dan hb yang optimal
 Pencapaian parameter fisiologi dari ventilasi
mekanik
Mode penyapihan
 Assist/control
 SIMV
 Pressure Support Ventilation
 CPAP
 T-Piece
Tahap Penyapihan

Ventilator

Selang

Oksigen
Pemantauan dan Perawatan
 Faktor mekanik
 Pemasangan Ventilator
 Pemantauan dan Perawatan Pasien
Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Resiko trauma
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Resiko infeksi pulmonal
7. Ansietas
8. Gangguan mobilitas fisik
9. Gangguan komunikasi
Pemantauan Pasien

 Pemeriksaan fisik
 Foto Thoraks
 Saturasi Oksigen
 Analisa Gas Darah
 Suction berkala
 Perhatikan komplikasi
Noninvasive Positive Pressure
Ventilation (NPPV)
Adalah bantuan ventilasi positif berupa BiPAP dan
CPAP yang diberikan kepada :
 Pasien COPD

 Sleep disorders

 Reversible hypoxic respiratory failure

 Pasien DNR

 Gagal jantung dengan pulmonary edema

 Neuromuscular disorders
Noninvasive Positive Pressure
Ventilation (NPPV)
 Lebih sedikit trauma
 Lebih tidak bergantung
 Sedikit resiko pneumonia, aritmia, hipotensi dan
aspirasi
 Resiko rendah untuk kesulitan menelan setelah
pemasangan
Noninvasive Positive Pressure Ventilation
(NPPV)
BiPAP (Bilevel Positive CPAP (Continous Positive
Airway Pressure) Airway Pressure)
Mengantarkan dua siklus Tekanan positive diantarkan
tekanan negative, lebih tinggi selama siklus pernafasan
pada inhalasi kemudian
exhalasi
Tindakan Perawat
• Memonitor saturasi oksigen
• Memonitor Analisa gas darah
• Respon terhadap treatment jika terindikasi
adanya oeningkatan HR, penurunan RR dan
penggunaan otot bantu pernafasan
• Suara nafas meningkat dan cemas berkurang
• Membantu pasien untuk beradaptasi dan
memberikan penjelasan tentang alat yang
digunakan
• Menggunakan ukuran masker yang benar
pada pasien
Referensi
 Chang,D. (2014).Clinical Application of Mechanical Ventilation, 4rd Edition. Delmar Cengage Learning.
 Chulay, M. and S. M. Burns (2006). Essensial Of Critical Care Nursing. United States of America, The
McGraw-Hill Companies.
 Kamayani, M. (2016).Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik. Universitas Udayana
 Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.
 Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing. USA, Mosby Elsevier.
 https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/9bd02509924860fdf23626d0f09a6c6e.pdf
Klabunde, Richard E. (2007). Cardiovaskular physiology concept. Diambil pada tanggal 23 Juli 2010
dari http://www.cvphysiology.com/Blood%20Pressure/BP020.htm.
Scibd. (2008). Central venous pressure (CVP). Diambil pada tanggal 23 Juli 2010 dari
http://www.scribd.com/doc/3438819/CENTRAL-VENOUSE-PRESSURE-CVP.
Shergill. (2007). Central venous pressure. Diambil pada tanggal 23 Juli 2010 dari
http://healthmad.com/nursing/central-venous-pressure/.
Shikan. (2009). Asuhan keperawatan dengan pasien dengan pemasangan cvp. Diambil pada tanggal
4 juli 2010 dari
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1917441-asuhan-keperawatan-pada-pasien-denga
n/
.
Thelan, Lynne A. (1998). Critical Care Nursing Diagnosis and Management 3 rd ed. Missouri : Mosby
Inc.

Anda mungkin juga menyukai