Anda di halaman 1dari 43

A.

DEFINISI
Defek septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yaitu
adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita
&Suriadi, 2001).

VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang


memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).

Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan berupa


lubang pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu
atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler
semasa janin dalam kandungan. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan
dalam pertumbuhannya.

Anatomi dan fisiologi jantung:


1. Anatomi Jantung

2. Fisiologi Jantung
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung
memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan
salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan
fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari
nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya
sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini
mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya,
maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung. Jantung terdiri dari
empat ruangan yaitu atrium kanan dan atrium kiri yang dipisahkan
oleh septum intratrial, serambi kanan dan serambi kiri yang dipisahkan
oleh septum intraventrikuler.

B. ETIOLOGI
Penyebab VSD tidak diketahui. VSD lebih sering ditemukan pada anak-
anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-
anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali
menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus
yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung.
VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya. Faktor
prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD: (Ngastiyah, 2004 : 93)
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
2. Gizi ibu hamil yang buruk
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
Pada sebagian besar kasus Penyakit Jantung Bawaan (PJB), penyebabnya
tidak diketahui. Lebih dari 90% kasus penyebabnya adalah multifaktorial
seperti:
1. Kelainan perkembangan embrionik pada usia lima sampai delapan
minggu
2. Infeksi ibu selama trimester pertama
3. Ibu menderita DM dengan ketergantungan pada insulin
4. Gizi ibu jelek
5. Radiasi

Faktor yang berpengaruh, diantaranya adalah:


1. Faktor eksogen
Seperti ibu dengan DM, fenilketonuria, dan kebiasaan mengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan (maternalfaktor).
2. Faktor endogen
Seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung (faktor genetik).

C. PATOFISIOLOGI
Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat
dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi
pulmonal. Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal
melalui defek septum.Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi
resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tek.ventrikel kanan
meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan berisiko
endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan
sehingga terjadi peningkatan workload dan terjdi pembesaran atrium
kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan
atrium yang tidak sempurna.
Faktpr Eksogen Faktor Endogen

VSD Pembedahan
D. PATHWAY
Luka Insisi

Pirau ventrikel kiri ke kanan Pirau ventrikel kanan ke kiri

Perubahan Resiko
Tinggi
Tekanan ventrikel meningkat Volume Sekuncup
Nyeri
Infeksi
Volume darah ke paru meningkat Volume darah sistemik menurun

Perubahan pada endotet tunika Oksigen ke jaringan menurun

Muskularis arteri kecil paru Gangguan metabolisme nutrisi ketidakmam-

Sklerosis pembuluh darah paru mengabsorbsi


makanan
Gangguan
Tumbuh
Kembang
Perubahan permeabilitas dari
Penurunan
Ketidakseimbangan
membran alveoli-kapiler Curah
nutrisi : kurang dari
Jantung
kebutuhan tubuh

Penurunan kemampuan difusi

Intoleran
Ketidakseimbangan Ventilasi-perfusi aktivitas antara suplai dan
Ketidakseimbangan
kebutuhan oksigen

E. MANIFESTASI KLINIS
Gangguan Pertukaran Gas
Defek kecil asimtomatik, defek sedang hingga besar menimbulkan
Hipoksemia
keluhan seperti kesulitan waktu minum atau makan karena cepat lelah atau

Sesak
sesak dan sering mengalami batuk serta infeksi saluran napas berulang. Ini
menyebabkan pertumbuhan yang lambat. Pada pemeriksaan fisik biasanya
terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri meningkat, dapat teraba thrill
sistolik, bunyi jantung II mengeras bila telah terjadi hipertensi pulmonal,
terdengar bising pansistolik di SIC 3-4 parasternal kiri yang menyebar
sepanjang parasternal dan apeks.Pada pirau yang besar dapat terdengar
bising middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan, dapat ditemukan
gagal jantung kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan
sindrom eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari tabuh, bahkan
mungkin disertai tanda gagal jantung kanan (Purwaningtyas, 2008;
Rilantono, 2003)
1. VSD Kecil
Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan
tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal,
dapatditemukan bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului
early systolic click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya
keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga
III-IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri,
bahkan ke seluruh prekordium.
2. VSD Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum atau
memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan
minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering menderita
infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului
terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan.
Bayi tampak kurus dengan dispneu, takipneu,serta retraksi. Bentuk
dada biasanya masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin
sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising
dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri
yang menjalar ke seluruh prekordium.
3. VSD Besar.
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III
dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan sering
menimbulkan dispneu.Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu
VI, sering didahului infeksi saluran napas bawah. Bayi sesak napas
saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen
akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata.
Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat didengar bising
pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir
sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua
ventrikel. Bising mid-diastolik di daerah mitral mungkin terdengar
akibat flow murmur pada fase pengisian cepat.

F. KLASIFIKASI
Defek Septum Ventrikel (DSV) di klasifikasikan menjadi beberapa tipe,
yaitu: (Baraas, 1995 : 51)
1. Defek Septum ventrikel perimembranus
Defek pada jaringan membranus disebut sebagai defek septum
ventrikel tipe membranus. Sering defek ini melebar sampai jaringan
muskuler sekitarnya. Oleh karena itu banyak yang menyebutnya defek
septum tipe perimembranus. Dan karena letaknya di bagian superior
septum, kadang-kadang dikenal pula sebagai defek septum ventrikel
tipe tinggi.
2. Defek Septum ventrikel muskuler
Defek septum ventrikel tipe muskuler sangat jarang terjadi. Kadang-
kadang defek ini disebut sebagai defek septum ventrikel tipe rendah
(low ventricular septal defect). Sesuai dengan lokasinya, ada defek
septum ventrikel tipe muskuler pada inlet (posterior), pada trabekel
(bagian sentral, atau apical) dan pada outlet (infundibuler). Suatu defek
multiple di bagian apical dikenal pula sebagai defek septum ventrikel
tipe swiss cheese.
3. Defek Septum ventrikel subarterial
Defek ini sebenarnya termasuk tipe muskuler dan terdiri dari defek
subpulmonal (yang berada persis di bawah katup pulmonal) dan
doubly committed subarterial (yang terletak di bawah jaringan fibrus
antara katup aorta dan katup pulmonal).Berdasarkan letaknya terhadap
Krista supraventrikuler (lebih tepat disebut sebagai trabekel
septomarginal), defek septum ventrikel tipe subpulmonal dan doubly
committed subarterial kadang-kadang dinamakan pula defek
suprakista. Dan defek septum ventrikel tipe perimembranus subaortik
dan subtrikuspid disebut defek infrakista.

Diagnosis defek septum ventrikel dapat dibedakan menjadi: (Baraas,


1995 : 55)

1. Defek Septum ventrikel kecil


Defek berdiameter sekitar < 0.5 cm2 , tekanan sistolik ventrikel kanan < 35
mmHg dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik < 1.75. terdapat
suara murmur pansistolik di sekitar sela iga 3-4 kiri sternum pada waktu
pemeriksaan fisik. Semakin kecil ukuran defek septum ventrikel, maka
murmur pansistolik terdengar makin keras dan murmur ini dikenal sebagai
murmur Roger. Bunyi jantung ke-1 dan ke-2 normal. Ukuran jantung pun
relative masih normal pada pemeriksaan elektrokardiografi dan foto torak.
Vaskularisasi paru tidak nyata meningkat. Pertumbuhan anak normal
walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan. Toleransi
latihan normal, hanya pada latihan yang lama dan berat pasien lebih
cenderung lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. DSV kecil tidak
memerlukan tindakan bedah karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik dan resiko operasi lebih besar daripada resiko terjadinya
endokarditis. Anak dengan DSV kecil mempunyai prognosis baik dan
dapat hidup normal. Tidak diperlukan pengobatan. Bahaya yang mungkin
timbul adalah endokarditis infektif. Operasi penutupan dapat dilakukan
bila dikehendaki oleh orang tua. Pasien dengan DSV kecil diperlakukan
seperti anak normal dengan pengecualian bahwa kepada pasien harus
diberikan pencegahan terhadap endokarditis.

2. Defek Septum ventrikel moderat

Pada defek ini, diameter defek biasanya 0.5 – 1.0 cm2, dengan tekanan
sistolik ventrikel kanan 36-80 mmHg (lebih kurang separo tekanan
sistemik) dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik > 3. Perjalanan
defek septum ventrikel yang moderat ini sangat bervariasi. Anak akan
lebih mudah sesak nafas, aktivitas terbatas , mudah terkena batuk pilek dan
tumbuh kembang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang normal.

Pada pemeriksaan fisik terdengar intensias bunyi jantung ke-2 yang


meningkat, murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur
ejeksi sistolik pada daerah katup pulmonal. Murmur pansistolik terdengar
kasar dank eras. Pada elektrokardiografi, pembesaran jantung bias berupa
hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kiri dan ventrikel kiri, atau
hipertrofi biventrikuler, karena beban volume berlebih. Terdapat hipertensi
pulmonal yang hiperkinetik, dengan resisitensi pulmonal yang relative
masih normal. Dengan demikian, gambaran hipertrofi ventrikel kanan
yang disebabkan oleh beban tekanan berlebih, biasanya belum tampak
pada elektrokardiografi.

Foto torak menunjukkan pembesaran relative ventrikel kiri, atau kanan,


dengan pinggang jantung rata dan konus pulmonal menonjol. Konus aorta
tampak normal atau sedikit agak kecil. Vaskularisasi paru tampak
meningkat.
3. Defek Septum Ventrikel Besar
Diameter DSV lebih dari setengah ostium aorta atau lebih dari 1 cm2,
dengan tekanan sistolik ventrikel kanan > 80 mmHg (atau menyamai
tekanan sistemik). Curah sekuncup jantung kanan seringkali lebih dari 2
kali sekuncup jantung kiri. Aliran darah melaui pirau interventrikuler
tercampur tanpa hambatan, menyebabkan berbagai keluhan sejak anak
masih kecil. Gejal-gejala gagal jantung bias menonjol sewaktu-waktu. Dan
resistensi pulmonal bias berkembang melebihi resistensi sistemik,
sehingga tampak sianosis karena pirau dari kanan ke kiri.

Pada pemeriksaan fisik, intensitas bunyi jantung ke-2 terdengar


meningkat, karena adanya hipertensi pulmonal. Terdengar bunyi murmur
pansistoik pada sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur ejeksi sistolik pada
daerah pulmonal di sela iga 2-3 kiri sternum, serta murmur mid-diastolik
pada mitral

Berdasarkan lokasi lubang, VSD diklasifikasikan dalam 3 tipe:


1. Perimembranous, bila lubang terletak didaerah septum membranous
dan sekitarnya.
2. Subarterial Doubly commited, bila lubang terletak didaerah septum
infundibuler.
3. Muskuler, bila lubang terletak didaerah septum muskuler inlet, outlet
ataupun trabekuler.

Besar dan arah shuny tergantung 2 hal, yaitu besar kecilnya defek dan
tekanan pulmonal (Robbins, 2007). Adanya lubang pada septum
interventrikuler memungkinkan terjadinya aliran dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan, sehingga aliran darah yang ke paru bertambah.
Gambar kondisi jantung dengan VSD

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto thorax : dapat ditemukan kardiomegali dengan LVH,
vaskularisasi paru meningkat, bila terjadi penyakit vaskuler tampak
pruned tree disertai penonjolan a. pulmonal.
2. Elektrokardiografi : LVH, LAH.
3. Ekokardiografi : dengan M-mode dapat diukur dimensi atrium kiri dan
ventrikel kiri, dengan ekokardiografi 2 dimensi dapat dideteksi dengan
tepat ukuran dan lokasi defek septum ventrikel, dengan defek doppler
dan warna dapat dipastikan arah dan besarnya aliran yang melewati
defek tersebut. Ekokardiografi dapat menunjukkan beban volume
ventrikel kanan yang berlebihan dengan adanya ventrikel dan atrium
kanan yang membesar
4. Kateterisasi jantung : dilakukan pada penderita dengan hipertensi
pulmonal, dapat mengukur rasio aliran ke paru dan sistemik serta
mengukur tahanan paru; angigrafi ventrikel kiri dilakukan untuk
melihat jumlah dan lokasi VSD (Joto, 2001; Kertohusodo, 1987;
Rakhman, 2003).
5. Auskultasi jantung
6. Pemantauan tekanan darah
7. MRI

H. PENCEGAHAN VSD
1. Anak diberikan asupan kalori yang memadai agar mencapai
pertumbuhan yang optimal.
2. Sebelum dan selama hamil ibu menghindari pemakaian alkohol,
merokok dan mengontrol diabetesnya secara teratur.
3. Menurut Artikel Ventricular Septum Defect pasien Small Ventricular
Septum Defect dengan tekanan arteri paru normal, fungsi ventrikel
normal, dan tidak ditemukan lesi memiliki toleransi aktifitas yang
normal dan tidak ada batasan berolahraga. Sedangkan yang memiliki
pulmonary arterial hypertension biasanya memiliki batasan dalam
berolahraga. Dan juga pada wanita hamil dengan Small Ventricular
Septum Defect tanpa hipertensi paru tidak menimbulkan resiko pada
kehamilan. Sedangkan moderate defects dapat meningkatkan aliran
darah pada paru-paru selama kehamilan
I. PENATALAKSANAAN
Terapi :
1. Pada VSD kecil
VSD kecil tidak perlu dirawat, pemantauan dilakukan di poliklinik
kardiologi anak. Berikan antibiotik seawal mungkin .Vasopresor atau
vasodilator adalah obat – obat yang dipakai untuk anak dengan VSD
dan gagal jantung misal dopamin ( intropin ) memiliki efek inotropik
positif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan
peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi. Sedang isoproterenol
(isuprel) memiliki efek inotropik posistif pada miokard
menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung. Bayi
dengan gagal jantung kronik mungkin memerlukan pembedahan
lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan arteri
pulmonar. Pembedahan tidak ditunda sampai melewati usia
prasekolah.
2. Pada VSD sedang
Jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai umur
4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila
terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan
normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai
berat badannya 12 kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen
Biasanya pada keadaan gagal jantung pengobatannya menggunakan
digitalis. Bila ada anemia diberi transfusieritrosit terpampat
selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil
menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan
setelah berumur 6 bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen
Operasi paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena
arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup,
ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan
pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
5. Antibiotic profilaksis → mencegah endokarditis pada tindakan
tertentu.

Penanganan gagal jantung jika terjadi operasi pada umur 2-5 tahun,
Prognosis operasi baik jika tahanan vascular paru rendah, pasien dalam
keadaan baik, BB 15 kg. Bila sudah terjadi sindrom Eisenmenger ini
tidak dapat dioperasi. Sindrom Eisenmenger diderita pada penderita
dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan ventrikel kanan sama
dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau seluruhnya
telah menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit
vaskuler pulmonal. Artikel Ventricular Septum Defect, dulu Pasien
dengan ventricular septal defects direkomendasikan secara rutin
diberikan antibiotik profilaksis untuk menghindari terjadinya
endokarditis. Hal ini dikarenakan resiko peningkatan endokarditis
disebabkan bakteremia. Kurangnya kebersihan gigi mungkin
mengakibatkan timbulnya bakteremia, dan pengobatan dengan
antibiotik dapat mengurangi resiko bakteremia dan endokarditis.

Kemudian, bukti-bukti menunjukkan bahwa endokarditis kemungkinan


besar disebabkan dari kebersihan gigi yang buruk, serta gaya hidup
pasien. Karena kurangnya data untuk mendukung perihal tentang
efektitas profilaksis antibiotik untuk pencegahan endokarditis, saran
tersebut diubah. Selanjutnya peneliti menyarankan bahwa pasien
dengan ventricular septum defect tanpa komplikasi tidak perlu
antibiotik, tetapi mereka menekankan untuk melakukan pencegahan
infeksi gigi, dengan secara teliti menjaga kebersihan gigi setiap hari
dan secara berkala memeriksakannya ke dokkter gigi.
Namun, antibiotik profilaksis untuk perawatan gigi terus
direkomendasikan selama 6 bulan setelah menyelesaikan operasi
penutupan atau transcatheter closurer bagi pasien ventricular septum
defect dan pada saat masih terdapat kerusakan yang berkaitan dengan
material tambalan, karena situasi ini bisa menghambat endothelialisasi

J. KOMPLIKASI
1. Endokarditis infektif
2. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
3. Penyakit vaskular paru progresif
4. Kerusakan sistem konduksi ventrikel
5. Infeksi paru gagal jantung kongestif
6. Eisenmenger’s syndrome

Beberapa pasien dengan VSD yang besar tidak terkoreksi biasanya


mengalami gangguan pertumbuhan, infeksi pernafasan berulang,
hipertenis pulmonal, dan gangguan ventrikel kanan dan kiri. Komplikasi
yang utama adalah kegagalan ventrikel kanan yang berat dengan terjadinya
shunting yang reversal (Eisenmenger’s syndrome).

K. PROGNOSIS
1. Dengan bertambahnya umur membuat VSD mengecil, bahkan
menutup
2. Sebagian besar menutup pada 2 tahun pertama pada VSD kecil
3. Lebih dari 2 tahun tidak menutup yang menyebabkan dapat menjadi
menetap
4. Defek sedang & besar bisa menimbulkan gagal jantung
Konsep Asuhan Keperawatan Ventricular Septal Defect (VSD)

A. Pengkajian
1. Identitas pasien, meliputi:
a) Nama : untuk membedakan pasien satu dengan pasien yang
lain karena banyak orang yang namanya sama
b) Umur : pada usia anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut
dapat terserang
c) Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d) Alamat : untuk mengetahui lingkungan dan tempat tinggal
pasien, berhubungan dengan penyakitnya
e) Pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
f) Pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
memdapakan pengetahuan tentang ASD (Atrium Septum Defek), maka
akan menganggap remeh penyakit ini, dan dapat sembuh dengan cara
cukup beristirahat.
g) Suku/bangsa : untuk mengetahui darimana asal dan letak geografis
tempat tinggal pasien
2. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung
dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi
biasanya terjadi sesaknafas, cemas ,suhu tubuh meningkat, lemas ,jantung
berdebar - debar.

3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan jantung
berdebar-debar tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang
terjadi.
b) Riwayat kesehatan lalu
1) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan
alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
2) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
3) Riwayat Neonatus
 Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
 Anak rewel dan kesakitan
 Tumbuh kembang anak terhambat
 Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
 Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
mengalami kelainan defek jantun
2) Penyakit keturunan atau diwariskan
3) Penyakit congenital atau bawaan

4. Pemeriksaan Fisik
a) TTV (Tanda-tanda vital)
1) Tekanan Darah (TD) : Meningkat
2) Nadi (N) : Takikardi
3) Suhu Tubuh (S) : 38.7 ˚C
4) Respirasi (RR) : dispnea pada saat istirahat atau pada
saat aktivitas

b) Pemeriksaan fisik menggunakan Head To Toe


1) Kepala : rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak ada tumor, rambut
warna hitam sedikit ada uban, tidak ada nyeri tekan , tidak ada lesi.
2) Mata : simetris, konjungtiva anemis, fungsi penglihatan sedikit
buram
3) Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada keluhan dan
kelainan pada hidung
4) Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
5) Mulut : bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan pada gusi
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
7) Payudara : tidak ada pembengkakan di kelenjar mammae
8) Dada :
 Inspeksi : bentuk asimetris, irama nafas tidak teratur
 Palpasi : teraba adanya bising pada ics II atau III kiri
 Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor
 Auskultasi :bunyi paru vasikuler, terdapat bunyi jantung
tambahan
9) Abdomen :
 Inspeksi : bentuk simetris, datar
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan abdomen
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : batas normal 5-12x/menit
10) Genetalia : tidak terpasang kateter
11) Ekstremitas :
 Ekstremitas atas : terpasang infus RL pada tangan kiri, tidak
terdapat oedem
 Ektremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi
kelumpuhan, terdapat oedem pada pergelangan kaki
5. Pola fungsi kesehatan
a) Pola Aktivitas dan latihan
1) Keletihan/kelelahan
2) Dispnea
3) Perubahan tanda vital
4) Takipnea
5) Kehilangan tonus otot
b) Pemeriksaan kesehatan
1) Riwayat hipertensi
2) Endokarditis
3) Penyakit katup jantung.
c) Pola nutrisi dan metabolik
1) Anoreksia
2) Pembengkakan ekstremitas bawah/edema

6. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
b) Foto thorak
c) Ecg
d) Echo
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume
sekuncup
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
3. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Penurunan curah Keefektifan pompa Perawatan Jantung
jantung berhubungan jantung Definisi : keterbatasan
dengan perubahan dari komplikasi sebagai
volume sekuncup Keefektifan pompa hasil dari
Definisi : jantung ketidakseimbangan antara
ketidakadekuatan darah dipertahankan suplai oksigen pada otot
yang dipompa oleh pada skala 5 jantung dan kebutuhan
jantung untuk memenuhi seorang pasien yang
kebutuhan metabolic Definisi: kecukupan memiliki gejala gangguan
tubuh volume darah yang fungsi jantung
Batasan karakteristik: dipompakan dari
Perubahan ventrikel kiri untuk Aktivitas:
Frekuensi/irama mendukung tekanan 1. Secara rutin
jantung perfusu sistemik mengecek pasien baik
1. Bradikardia secara fisik dan
2. Palpitasi jantung Indikator : psikologis sesuai
3. Perubahan EKG 1. Tekanan darah dengan kebijakan tiap
4. Takikardia sistol agen/penyedia
2. Tekanan darah layanan
Perubahan Preload diastole 2. Pastikan tingkat
1. Distensi vena 3. Denyut jantung aktivitas pasien yang
juguler apical tidak membahayakan
2. Edema 4. Indeks jantung curah jantung atau
3. Keletihan 5. Fraksi ejeksi memprovokasi
4. Murmur jantung 6. Denyut nadi serapan jantung
5. Peningkatan berat perifer 3. Dorong (adanya)
badan 7. Ukuran jantung peningkatan aktivitas
6. Peningkatan CVP 8. Urin outpun bertahap ketika
7. Peningkatan PAWP 9. Keseimbangan kondisi m(pasien)
8. Penurunan PAWP intake dan output sudah distabilkan
9. Penurunan CVP dalam 24 jam 4. Instruksikan pasien
10. Tekanan vena tentang pentingnya
Perubahan Afterload sentral untuk segera
1. Dispnea melaporkan bila
2. Kulit lembab 11. Distensi vena merasakan nyeri dada
3. Oliguria leher 5. Evaluasi episode
4. Pengisapan kapiler nyeri dada
memanjang 6. Monitor EKG, adakah
12. Disritmia
5. Peningkatan PVR perubahan segmen
13. Suara jantung
6. Peningkatan SVR ST, sebagaimana
abnormal
7. Penurunan nadi mestinya
14. Angina
periferpenurunan 7. Lakukan penilaian
15. Edema perifer
PVR komprehensif pada
16. Edema paru
8. Perubahan tekanan sirkulasi perifer
17. Diaphoresis
darah 8. Monitor TTV secara
18. Mual
9. Perubahan warna rutin
19. Kelelahan
kulit 9. Monitor disrtnia
20. Dispnea pada
jantung, termasuk
saat tidur
Perubahan gangguan ritme dan
21. Dyspnea dengan
kontraktilitas kondisi jantung
aktivitas ringan
a) Batuk 22. Peningkatan 10. Dokumentasi
b) Bunyi napas berat badan disritmia jantung
tambahan 23. Asites
c) Bunyi S3 24. Hepatomegali
d) Bunyi S4 25. Gangguan
e) Dispnea proksimal kognisi
nocturnal 26. Intoleransi
f) Ortopnea aktivitas
g) Penurunan fraksi 27. Pucat
ajeksi 28. Sianosis
h) Penurunan indeks 29. Wajah
jantung kemerahan
i) Penurunan LVSWI
j) Penurunan SVI

Perilaku/Emosi
1. Ansietas
2. Gelisah
2. Gangguan pertukaran Status Oxcygen terapy
gas berhubungan Pernapasan : Definisi :pemberian O2
dengan Pertukaran Gas dan pemantauan mengenai
ketidakseimbangan efektivitasnya
ventilasi-perfusi Status pernapasan
dipertahankan Aktivitas :
Definisi : kelebihan atau pada skala 5 1. Bersihkan mulut,
defisit dan/atau hidung, dan sekresi
eliminasi Definisi : proses trakea dengan tepat
karbondioksida pada keluar masuknya 2. Batasi (Aktivitas)
membran alveolar- udara ke paru-paru merokok
kapiler serta pertukaran 3. Pertahankan
karbondioksida dan kepatenan jalan napas
Batasan oksigen di alveoli 4. Siapkan peralatn
Karakteristik : oksigen dan berikan
1. Diaphoresis Indikator : melalui system
2. Dispnea 1. Frekuensi humidifier
3. Gangguan pernapasan 5. Berikan oksigen
penglihatan 2. Irama tambahan seperti yang
4. Gas darah arteri pernapasan diperintahkan
abnormal 3. Kedalaman 6. Monitor aliran
5. Gelisah inspirasi oksigen
6. Hiperkapnia 4. Suara auskultasi 7. Monitor posisi
7. Hipoksemia nafas perangkat (alat)
8. Hipoksia 5. Kepatenan jalan pemberian oksigen
9. Iritabilitas nafas 8. Anjurkan pasien
10. Konfusi 6. Volume tidal mengenai pentingnya
11. Napas cuping 7. Pencapaian meninggalkan
hidung tingkat insentif perankat (alat)
12. Penurunan spirometri pengiriman oksigen
karbondioksida 8. Kapasitas vital dalam keadaan siap
13. pH arteri abnormal 9. Saturasi oksigen pakai
14. Sakit kepala saat 10. Tes faal paru 9. Periksa perangkat
bangun (alat) pemberian
15. Somnolen 11. Penggunaan otot oksigen secara berkala
16. Takikardia bantu nafas untuk memastikan
17. Warna kulit 12. Retraksi dinding bahwa konsentrasi
abnormal dada (yang telah)
13. Pernapasan bibir ditentukan sedang
dengan mulut diberikan
mengerucut 10. Monitor efektivitas
14. Sianosis terapi oksigen
15. Dispnea saat
istirahat
16. Dispnea dengan
aktivitas ringan
17. Perasaan kurang
istirahat
18. Mengantuk
19. Diaphoresis
20. Gangguan
kesadaran
21. Akumulasi
sputum
22. Atelektasis
23. Suara napas
tambahan
24. Gangguan
ekspirasi
25. Mendesah
26. Respirasi agonal
27. Mendengkur
28. Jari tabuh
29. Pernapasan
cuping hidung
30. Perasaan kurang
istirahat
31. Demam
32. Batuk
Respratory Monitoring
Definisi : sekumpulan
data dan analisis keadaan
pasien untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
kecukupan pertukaran gas

Aktivitas :
1. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernapas
2. Catat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan
retraksi pada otot
supraclaviculas dan
intercosta
3. Monitor suara napas
tambahan
4. Monitor pola napas
5. Monitor saturasi
oksigen pada pasien
yang tersedasi sesuai
dengan protocol yang
ada
6. Pasang sensor
pemantauan oksigen
non-invasif dengan
mengatur alaram pada
pasien beresiko tinggi
sesuai dengan
prosedur tetap yang
ada
7. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
8. Perkusi torak anterior
dan posterior, dari
apeks ke basis paru,
kanan dan kiri
9. Catat lokasi trakea
10. Monitor kelelahan
otot-otot diafragma
dengan pergerakan
parasoksikal
3. Intoleran Aktivitas Toleransi terhadap Perawatan Jantung :
berhubungan dengan aktivitas Rehabilitasi
ketidakseimbangan Definisi : respon Definisi: peningkatan
antara suplai dan fisiologis terhadap tingkat fungsi aktivitas
kebutuhan oksigen pergerakan yang yang paling maksimum
memerlukan energy pada pasien yang telah
Definisi : dalam aktivitas mengalami episode
ketidakcukupan energy sehari-hari gangguan fungsi jantung
psikologis atau fisiologis yang terjadi karena
untuk mempertahankan Toleransi terhadap ketidakseimbangan suplai
atau menyelesaikan aktivitas oksigen ke otot jantung
aktivitas kehidupan dipertahankan pada dan kebutuhannya
sehari-hari yang harus skala 5
atau yang ingin Aktivitas :
dilakukan Indikator: 1. Monitor toleransi
1. Saturasi oksigen pasien terhadap
Batasan karakteristik : ketika aktivitas
1. Dispnea setelah beraktivitas 2. Pertahankan jadwal
beraktivitas 2. Frekuensi nadi ambulasi, sesuai
2. Keletihan ketika toleransi pasien
3. Ketidaknyamanan beraktivitas 3. Berikan dukungan
setelah beraktivitas 3. Frekuensi harapan yang realistis
4. Perubahan EKG pernapasan ketika pada pasien dan
5. Respon frekuensi beraktivitas keluarga
jantung abnormal 4. Kemudahan 4. Instruksikan pasien
terhadap aktivitas bernapas ketika dan keluarga
6. Respon tekanan beraktivitas mengenai resep yag
darah abnormal 5. Tekanan darah tepat dan pengobatan
terhadap aktivitas sistolik ketika di luar tempat pasien
beraktivitas dirawat
6. Tekanan darah 5. Instruksikan kepada
dastolik ketika pasien dan keluarga
beraktivitas mengenai modifikasi
7. Temuan/hasil faktor resiko jantung,
EKG sebagaimana
8. Warna kulit mestinya
9. Kecepatan 6. Instruksikan pasien
berjalan mengenai perawatan
10. Jarak berjalan diri pada saat
11. Toleransi dalam mengalami nyeri
menaiki tangga dada
12. Kekuatan tubuh 7. Instruksikan pasien
bagian atas dan keluarga
13. Kekuatan tubuh mengenai aturan
bagian bawah berolahraga,
14. Kemudahan termasuk pemanasan,
dalam melakukan peregangan dan
aktivitas Hidup pendinginan,
Harian sebagaimana
15. Kemampuan mestinya
untuk berbicara 8. Instruksikan pasien
ketika melakukan dan keluarga untuk
aktivitas fisik membatasi
mengangkat/mendoro
ng barang (benda
berat) dengan cara
yang tepat
9. Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai
pertimbangan khusus
terkait dengan
aktivitas sehari-hari,
jika memang tepat
10. Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai perawatan
luka dan
perlindungan diri
yang tepat
Peningkatan Tidur
Definisi : memfasilitasi
tidur/siklus bangun yang
teratur

Aktivitas :
1. Tentukan pola
tidur/aktivitas pasien
2. Perkirakan
tidur/siklus bangun
pasien di dalam
perawatan
perencanaan
3. Jelaskan pentingnya
tidur yang cukup
selama kehamilan,
penyakit, tekanan
psikososial, dan lain-
lain.
4. Tentukan efek dari
obat (yang
dikonsumsi) pasien
terhadap pola tidur
5. Monitor atau catat
pola tidur pasien dan
jumlah jam tidur
6. Monitor pola tidur
pasien dan catat
kondisi fisik
dan/psikologis yang
mengganggu tidur
7. Anjurkan pasien
untuk memantau pola
tidur
8. Monitor partisipasi
dalam kegiatan yang
melelahkan selama
terjaga untuk
mencegah penat yang
berlebihan
9. Sesuaikan lingkungan
untuk meningkatkan
tidur
10. Dorong pasien untuk
menetapkan rutinitas
tidur untuk
memfasilitasi
perpindahan dari
terjaga menuju tidur
4. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Bayi Terapi Nutrisi
nutrisi : kurang dari Definisi: jumlah Definisi : Pemberian
kebutuhan tubuh nutrisi dicerna dan makanan dan cairan untuk
berhubungan dengan diserap untuk membantu proses
ketidakmampuan memenuhi metabolic pada pasien
mengabsorpsi nutrient kebutuhan malnutrisi atau (pasien)
Definisi: asupan nutrisi metabolisme serta yang men
tidak cukup untuk meningkatkan
memenuhi pertumbuhan bayi Aktivitas :
azs7xkebutuhan 1. Lengkapi pengakjian
metabolik Status nutrisi bayi nutrisi, sesuai
dipertahankan pada kebutuhan
Batasan Karakteristik: skala 5 2. Monitor intake
1. BB 20% atau lebih makananmonitor
di bawah rentang Indikator : intake maknan/cairan
BB ideal 1. Intake nutrisi dan hitung masukan
2. Bising usus 2. Intake makanan kalori per hari sesuai
hiperaktif lewat mulut kebutuhan
3. Cepat kenyang 3. Intake cairan 3. Tentukan jumlah
setelah makan lewat mulut kalori dan yang
4. Diare 4. Toleransi diperlukan untuk
5. Gannguan sensasi makanan memenuhi kebutuhan
rasa 5. Perbandingan nutrisi dengan
6. Kehilangan rambut berat/tinggi berkolaborasi
berlebihan 6. Hidrasi bersama ahli gizi,
7. Kelemahan otot 7. Pertumbuhan sesuai kebutuhan
pengunyah 8. Glukosa darah 4. Pilih suplemen nutris
8. Kelemahan otot 9. Hemoglobin sesuai kebutuhan
untuk menelan 10. Kapasitas 5. Sediakan (bagi)
9. Kerapuhan kapiler pengikatan zat pasien makanan dan
10. Kesalahan besi total minuman bernutrisi
informasi 11. Serum albumin yang tinggi protein,
11. Kesalahan persepsi 12. Intake kalori tinggi kalori, dan
12. Ketdakmampuan 13. Intake protein mudah dikonsumsi,
memakan makanan 14. Intake sesuai kebutuhan
13. Kram abdomen lemak’intake 6. Kaji kebutuhan
14. Kurang informasi karbohidrat nutrisi parenteral
15. Kurang minat pada 15. Intake vitamin 7. Berikan nutrisi
makanan 16. Intake mineral enteral, sesuai
16. Membran mukosa 17. Intake zat besi kebutuhan
pucat 18. Intake kalsium 8. Hentikan pemberian
17. Nyeri abdomen 19. Intake sodium makan melalui selang
18. Penurunan BB 20. Intake makanan makanan begitu
dengan asupan lewat selang pasien mampu
makanan adekuat 21. Intake cairan mentoleransi asupan
19. Sariawan rongga intravena (makanan) mellaui
mulut 22. Intake cairan oral
20. Tonus otot parenteral 9. Ciptakan lingkungan
menurun yang membuat
suasana yang
menyenangkan dan
menenangkan
10. Monitor hasil
laboratorium, yang
sesuai
Monitor Nutrisi
Definisi: pengumpulan
dan analisa datapasien
yang berkaitan dengan
asupan nutrisi

Aktivitas:
1. Timbang berat badan
pasien
2. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
3. Lakukan pengukuran
antropometrik pada
komposisi tubuh
4. Monitor
kecenderungan turun
dan naiknya BB
5. Identifikasi
perubahan berat
badan terakhir
6. Tentukan banyaknya
penambahan BB
selama periode
antepartum
7. Monitor turgor kulit
dan mobilitas
8. Identifikasi
abnormalitas kulit
9. Identifikasi (adanya)
abnormalitas rambut
10. Monitor adanya mual
dan muntah
Contoh Kasus
Anak W (10 th), jenis kelamin perempuan, alamat Jl. Sungai musi No.10 Kota
Kediri, masih duduk di bangku SD. Masuk rumah sakit pada tanggal 19 Mei 2017
dengan keluhan sesak nafas. Keluarga menyebutkan bahwa anak W sering sesak
nafas sejak usia 8 tahun, ketika berolahraga senam dan lari. 2 minggu SMRS
dengan gejala yang muncul seperti di atas. Pasien tampak sesak napas (terutama
saat berbaring), terdapat pernapasan cuping hidung, sianosis, tampak gelisah,
terdapat bunyi S3. Dari pemeriksaan TTV, didapatkan data TD: 110/70 X/menit,
RR: 45/Menit, N: 110X/menit,, S: 36,5ºC. N \afsu makan pasien pun berkurang,
sehingga pasien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makan saja. Data yang lain
antara lain TB:157 cm; BB:34 kg; IMT:13,79; LK:52,5; LLA:17 cm; LB:64;
LP:60cm; RBC:6,38; MCV:72,8fL; MCH:24,1g/dl. Data penunjang rontgen
thorax dan hasilnya menunjukkan scoliasis thoracalis, cardiomegali, dan tidak
ada efusi pleura.

Pengkajian
1. Identitas pasien, meliputi:
a) Nama : Anak W
b) Umur : 10 tahun
c) Jenis kelamin : P
d) Alamat : Jl. Sungai musi No.10 Kota Kediri
e) Pekerjaan :-
f) Pendidikan : SD

2. Keluhan Utama
Sesak napas
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Masuk rumah sakit pada tanggal 19 Mei 2017 dengan keluhan sesak
nafas. Pasien tampak sesak napas (terutama saat berbaring), terdapat
pernapasan cuping hidung, sianosis, tampak gelisah, terdapat bunyi S3.
Dari pemeriksaan TTV, didapatkan data TD: 110/70 X/menit, RR:
45/Menit, N: 110X/menit,, S: 36,5ºC. N \afsu makan pasien pun
berkurang, sehingga pasien hanya mampu menghabiskan ½ porsi
makan saja. Data yang lain antara lain TB:157 cm; BB:34 kg;
IMT:13,79; LK:52,5; LLA:17 cm; LB:64; LP:60cm; RBC:6,38;
MCV:72,8fL; MCH:24,1g/dl. Data penunjang rontgen thorax dan
hasilnya menunjukkan scoliasis thoracalis, cardiomegali, dan tidak
ada efusi pleura.

b) Riwayat kesehatan lalu


Keluarga menyebutkan bahwa anak W sering sesak nafas sejak usia 8
tahun, ketika berolahraga senam dan lari. 2 minggu SMRS dengan
gejala yang muncul seperti di atas

4. Pemeriksaan Fisik
c) TTV (Tanda-tanda vital)
5) Tekanan Darah (TD) : 110/70
6) Nadi (N) : 110X/menit (Takikardi)
7) Suhu Tubuh (S) : 36.5 ˚C
8) Respirasi (RR) : 45x/menit , sesak saat berbaring
(ortopnea)

d) Pemeriksaan fisik menggunakan Head To Toe


12) Kepala : rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak ada tumor, rambut
warna hitam sedikit ada uban, tidak ada nyeri tekan , tidak ada lesi.
13) Mata : simetris, konjungtiva anemis, fungsi penglihatan sedikit
buram
14) Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada keluhan dan
kelainan pada hidung
15) Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
16) Mulut : bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan pada gusi
17) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
18) Payudara : tidak ada pembengkakan di kelenjar mammae
19) Dada :
 Inspeksi : bentuk asimetris
 Palpasi : teraba adanya bising pada ics II atau III kiri
 Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor
 Auskultasi :bunyi paru vasikuler, terdapat bunyi jantung
tambahan (s3)
20) Abdomen :
 Inspeksi : bentuk simetris, datar
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan abdomen
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus dalam batas normal 5-12x/menit
21) Genetalia : tidak terpasang kateter
22) Ekstremitas :
 Ekstremitas atas : tidak ada lesi ,tidak terdapat oedem
 Ektremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi
kelumpuhan
5. Pola fungsi kesehatan
a) Pola Aktivitas dan latihan
-Keletihan/kelelahan
b) Pemeriksaan kesehatan
-
c) Pola nutrisi dan metabolik
3) Anoreksia
4) Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
6. Pemeriksaan Penunjang
e) Laboratorium
RBC:6,38; MCV:72,8fL; MCH:24,1g/dl,
f) Foto thorak
Kardiomegali
g) Ecg
-
h) Echo
-
Analisa data

Data Objektif Data Subjektif


1. Ortopnea Pasien mengatakan sesak napas
2. Takikardia
3. Gelisah
4. Perubahan warna kulit (sianosis)
5. Bunyi S3
6. Sianosis
7. Napas cuping hidung
8. Cardiomegali
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume
sekuncup
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Penurunan curah Keefektifan pompa Perawatan Jantung
jantung berhubungan jantung Definisi : keterbatasan
dengan perubahan dari komplikasi sebagai
volume sekuncup Keefektifan pompa hasil dari
Definisi : jantung ketidakseimbangan antara
ketidakadekuatan darah dipertahankan suplai oksigen pada otot
yang dipompa oleh pada skala 5 jantung dan kebutuhan
jantung untuk memenuhi seorang pasien yang
kebutuhan metabolic Definisi: kecukupan memiliki gejala gangguan
tubuh volume darah yang fungsi jantung
Batasan karakteristik: dipompakan dari
Perubahan ventrikel kiri untuk Aktivitas:
Frekuensi/irama mendukung tekanan 1. Secara rutin
jantung perfusu sistemik mengecek pasien baik
a) Takikardia secara fisik dan
Indikator : psikologis sesuai
Perubahan Afterload a) Tidak ada dengan kebijakan tiap
Perubahan warna kulit Takikardia agen/penyedia
(sianosis) b) Tidak ada layanan
Perubahan 2. Pastikan tingkat
Perubahan warna kulit aktivitas pasien yang
kontraktilitas (sianosis) tidak membahayakan
b) Bunyi S3 c) Tidak ada bunyi curah jantung atau
c) Ortopnea S3 memprovokasi
d) Tidak gelisah serapan jantung
Perilaku/Emosi 3. Dorong (adanya)
Gelisah peningkatan aktivitas
bertahap ketika
kondisi m(pasien)
sudah distabilkan
4. Instruksikan pasien
tentang pentingnya
untuk segera
melaporkan bila
merasakan nyeri dada
5. Evaluasi episode
nyeri dada
6. Monitor EKG, adakah
perubahan segmen
ST, sebagaimana
mestinya
7. Lakukan penilaian
komprehensif pada
sirkulasi perifer
8. Monitor TTV secara
rutin
9. Monitor disrtnia
jantung, termasuk
gangguan ritme dan
kondisi jantung
10. Dokumentasi
disritmia jantung
DAFTAR PUSTAKA

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2004). Nursing Outcomes Classification


(NOC). St. Louis: Mosby

McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (2008). Nursing Interventions


Classification (NIC). St. Loui:Mosby.

M.H Abdoerrachman, M.B Affandi, S. Agusman, H. Alatas, Dahlan A, Aminullah


A,et all. 2007 .Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: FKUI

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.


Philadelphia: NANDA International.

Schwartz M. William. 2004.Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta :EGC

Samik, Wahab A. 2009.Kardiologi Anak. Jakarta :EGC

Wongso S, Nasution A H, Adnan H M, Isbagio H, Tambunan S, Albar Z, et all.


2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:FKUI

Anda mungkin juga menyukai