Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

TETRALOGI OF FALLOT (TOF)

PADA ANAK

1. DEFINISI
Gangguan ini merupakan 4 defek yang terdiri dari atas defek
septum ventrikuler, stenosis pulmonary, overriding aorta, dan hipertrofi
ventrikel kanan. Pada bayi bayi kondisi membiru (spell) terjadi bila
kebutuhan oksigen otak melebihi suplainya. Episode ini biasanya terjadi
bila bayi menangis lama, setelah makan dan mengejan. Bayi-bayi ini lebih
menyukai posisi .... chest daripada posisi tegak.. anak anak tampak
sianotis pada bibir dan kuku, keterlambatan tumbuh kembang, bentuk jari
gada (clubbing finger), tubuh sering dalma posisi jongkok untuk
mengurangi hipoksia.
Pingsan atau keterbelakangan mental bisa terjadi akibat hipoksia
kronis pada otak. Kejang dapat terjadi setelah melakukan aktivitas. EKG
memperlihatkan hipertrofi ventrikel kanan.
Kombinasi dari empat jenis gangguan pada jantung : defek septum
vertikal (VSD, ventrikular septal defect); obstruksi saluran aliran keluar
ventrikel kanan (stenosis pulmonal); Hipertrofi ventrikel kanan; dan posisi
aorta yang selalu di kanan (desktroposisi aorta), dengan overridding VSD.
2. ETIOLOGI
Tidak diketahui pasti
Adapun faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tetralogi of
fallot
a. Factor endogen
o Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
o Anak yang lahir sebelumnya menderita penyait jantung
bawaan.
o Lama Adanya penyakit terlentu dalam keluarga seperti
: DM, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan
bawaan.
b. Factor eksogen
o Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB
oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter
(thalidomide, dextroamphitamine, aminopterin,
amethopterin, jamu), selama hamil, ibu menderita
rubella (campak jerman) atau infeksi firus lainnya,
pajanan terhadap sinar x, gizi yang buruk selama hamil,
ibu yang alkhoholik, usia ibu diatas 40thn (sumber :
ilmu kesehatan anak, 2001).

3. MANIFESTASI KLINIS
Sianosis muncul setelah periode neonatal, walaupun anak yang
mengalami obstruksi aliran ventrikular kanan derajat rendah dapat
asianotik.
Serangan hipersianotik selama masa bayi, juga dikenal sebagai
Tetspeels.
- Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
- Dipsneu awitan mendadak
- Perubahan kesadaran, iritabilitas sistem saraf pusat yang
dapat berkembang sampai letargi
- Sesak biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas
(misalnya menangis atau mengedan)
- berat badan bayi tidak bertambah
- pertumbuhan berlangsung lambat
- jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing
fingers).
- sianosis/ kebiruan : sianosis akan muncul saat anak
beraktivitas, makan/menyusu,atau menangis dimana
vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di
seluruhtubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan suhu
dari kanan ke kiri (right toleft shunt). Darah yang miskin
oksigen akan bercampur dengan darah yang kayaoksigen
dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh
tubuh.
- Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan
menimbulkan gejala kebiruan.
- Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka
alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan
resistensi pembuluh darah sistemik karena arterifemoralis
yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt
danmembawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke
dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang
terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi.

4. PATOFISIOLOGI

Terpapar faktor deksogen dan endogen selama


trimester I

Perkembangan embriogenesis yang tidak sempurna

Penyakit jantung bawaan sianotik : Tetralogi of fallot

Pulmonal stenosis VSD Overridding Aorta Hipertrofi ventrikel kanan

Obstruksi berat Tekanan Aliran darah dari Disfungsi sistolik ventrikel


ventrikel kanan ventrikel kanan kanan
> ventrikel kiri dan ventrikel kiri
Aliran darah ke v
masuk ke Aorta Aliran darah dari kanan ke
paru
v
Aliran darah kiri (right to left shunt)
Volume darah dari kanan ke
yang teroksigenasi kiri (righ to left
tidak optimal shunt)
(sedikit)
Darah (kaya
Menurunnya CO2) dengan
oksigen dalam darah (kaya O2
darah bercampur
Dx : Penurunan Aliran darah gg. pertukaran gas
curah jantung yang rendah
oksigen ke pk : Hipoksemia
Aorta

5. KOMPLIKASI

Komplikasi dari gangguan ini antara lain :


1. Penyakit vaskuler pulmonel
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada
polisistemia, anemia, atau sepsis
5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relative
ASKEP

TETRALOGI OF FALLOT (TOF)

PADA ANAK

1. PENGKAJIAN
A. Identitas
- Identitas pasien : Nama, Umur, Agama, Suku, Pekerjaan, Status,
Alamat, Diagnosa Medis, Tanggal Pengkajian, Tanggal MR
- Penanggung Jawab : Nama, Umur, Pekerjaan, Status, Alamat
B. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama :
Peningkatan dispnea pada saat kelelahan
- Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan utama dispnea pada saat kelelahan, keluhan diamping
keluhan utama : Sianosis, Tidak mampu menoleransi latihan fisik,
Retardasi pertumbuhan, Kesulitan makan, pertumbuhan dan
perkembangan tidak sesuai dengan usia, sakit kepala, epistaksis
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Anak yang sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
- Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluargaTetralogi of falot biasanya juga bisa
dikarenakan kelainan genetik, sepertisindrom down, adanya penyakit
tertentu dalam keluarga sepertihipertensi,diabetes mellitus, penyakit
jantung atau kelainan bawaan.

- Riwayat kehamilan dan persalinan


Adanya penyakit rubela atau infeksi virus lainnya pada ibu saat
hamilkhususnya bila terserang pada trimester 1, penggunaan obat-
obatan tanparesep dokter seperti
talidomid,dextroamphetamine,aminopterin,jamu.
- Riwayat perkembangan / psikososial
Kemampuan psikososial
Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia
Kelainan tumbang yang menyertai
Mekanisme koping anak / keluarga
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

C. 11 pola fungsi gordon

1. Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan tidak dapat terkaji.


2. Pola aktivitas dan latihanPasien tetralogi of fallot mengalami intoleransi
aktivitas sehingga polaaktivitas dan latihan mengalami penurunan
sehingga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang dari pasien itu
sendiri.
3. Pola istirahat dan tidur
Anak yang menderita tetralogi of fallot membutuhkan pola istirahat
yangcukup, teratur, dan lebih banyak daripada anak normal untuk
menghindarikelelahan yang terjadi serta meminimalkan terjadinya
intoleransi aktivitassehingga dapat mengoptimalkan proses tumbuh
kembang anak sendiri.
4. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien tetralogi of fallot dapat mengalami penurunan nafsu makan
yangdapat berakibat status nutrisi pada pasien tetralogi of fallot berada
padarentang gizi sedang dan gizi buruk. Status gizi seorang anak dapat
dihitungdengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan
interpretasiyaitu <60% (gizi buruk), <30% (gizi sedang) dan >80% (gizi
baik).
5. Pola eliminasi
Pola eliminasi pasien tetralogi of fallot normal.
6. Pola kognitif perceptual
Pasien tetralogi of fallot mengalami gangguan tumbuh kembang karena
fatiqselama makan.
7. Konsep diri
Pasien tetralogi of fallot dapat mengalami gangguan citra diri
karenakelemahan dan adanya keadaan patologi dalam tubuhnya.
8. Pola koping
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
9. Pola seksual reproduksi
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
10. Pola peran hubungan
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.

D. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran
Kesadaran pasien ventrikel septum defek dapat mengalami
penurunankarena ketidakadekuatan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
dan otak.
Sirkulasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah
pulmonalyang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi.
Respirasi
Sering sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, napas cepat
dandalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
Eliminasi
Sistem eliminasi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal.
Neurosensori
Sistem neurosensori pasien tetralogi of fallot dalam batas normal.

Gastrointestinal
Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
Muskuloskeletal
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih
besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.

Integumen
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,
bayitampak biru setelah tumbuh. Clubbing finger tampak setelah usia
6 bulani.
Endokrin
Sistem endokrin pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal.
Reproduksi
Sistem reproduksi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas normal.
b) TTV :
- Nadi : laju nadi pada TF biasanya bradikardia, iramanya disritmia
pada keadaan ini denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi
dan lebih lambat pada waktu ekspirasi. (abdul, 2007; 27)
- Tekanan darah : tekanan darah biasanya menurun karena akibat dari
sirkulasi udara yang mengalami hambatan oleh hipertrofi ventrikel
kanan.
- Pernapasan : pada penderita TF anak akan mengalami dispneu bila
melakukan aktivitas fisik, yang dapat disertai juga sianosis dan
takipneu. perlu diperhatikan apakah distres terjadi terutama pada
inspirasi atau ekspirasi. (abdul, 2007; 31).
- Suhu : pada TF normal (36oC-37,5oC).
- Berat badan : pada bayi TF usia 9 bulan berat badan tidak mengalami
pertumbuhan.
c) Inspeksi
Status nutrisi
Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk
berhubungandengan penyakit jantung.

Warna
Sianosis merupakan gambaran umum dari penyakit jantung
congenital.
Deformitas dada
Bentuk dada menonjol akibat pelebaran ventrikel kanand.
Pulsasi
tidak umumTerkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
Ekskursi pernafasan
Pernafasan dispnea, nafas cepat dan dalam.

Jari tabuh
Berhubungan dengan beberapa tipe penyakit jantung congenital,
clubbingfinger.

Perilaku
Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktusebelum ia berjalan kembali.3.

d) Palpasi dan perkusia.


Dada
Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik
lain(seperti thrill, vibrasi yang dirasakan pemeriksa saat mempalpasi)
yang berhubungan dengan penyakit jantung.
Nadi perifer
Frekuensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat
menunjukkanketidaksesuaian.

e) Auskultasi
Jantung
Mendeteksi adanya murmur jantung.
Frekuensi dan irama jantung
Observasi adanya ketidaksesuaian antara nadi apikal dan perifer.

Karakteristik bunyi jantung


Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
Paru-paru
Menunjukkan adanya sesak nafas.
f) Pemeriksaan persistem :
- B1 (breathing)
Karena terjadinya percampuran darah kaya O2 dan CO2, terjadi
penurunan curah jantung yang menyebabkan perfusi jaringan
keseluruh tubuh berkurang sehingga mengakibatkan anak mengalami
gangguan pertukaran gas.
- B2 (blood)
karakteristik bunyi dan bising jantung pada TF mirip dengan bunyi
dan bising jantung pada stenosis pulmonal tetapi makin berat
stenosisnya makin lemah bising yang terdengar karena lebih banyak
dialihkan ke ventrikel kiri dan aorta daripada ke arteri pulmonalis.
Pada TF dapat terdengar klik sistolik akibat dilatasi aorta. (abdul,
2007; 89).
Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
Terdengar bunyi murmur pada batas kiri sternum tengah sampai
bawah.
- B3 (brain)
Periksa GCS pasien (noormal 4-5-6). Hal tersebut dilakukan untuk
menentukan tingkat kesadaran pasien karena pada TF O2 ke otak
berkurang dan akan terjadi penurunan kesadaran sehingga
mengakibatkan resiko cedera.
- B4 (bladder)
Periksa haluaran urine pasien, haluaran urin biasanya berkurang
karena perfusi O2 ke jaringan berkurang termasuk ke arteri renalis.
- B5 (bowel)
Kaji kebutuhan nutrisi pasien. Biasanya pada penderita TF, kebutuhan
nutrisi berkurang dikarenakan O2 yang ke sistem jaringan berkuang
sehingga saat anak melakukan aktivitas (menetek, berjalan) akan
mudah lelah sehingga nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak
seimbang.
- B6 (bone)
Pada penderita TF anak- anak yang lebih besar mungkin mampu
berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk
beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita
tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak
akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan
menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik,
biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam
beberapa menit.

E. Pemeriksaan Penunjang
Laboraturium
- Saturasi oksigen arteri tidak ada
- Polisitemia terjadi (hematokrit mungkin lebid dari 60%)
Penciteraan
F. Foto torax mungkin memperlihatkan penurunan tanda faskular paru,
bergantung pada tingkat keparahan obstruksi paru, dan siluet bentuk
jantung seperti sepatu bot.
G. Ekokardiografi mengidentifikasi efferiding sebelum aorta, VCD, dan
stenosis pulmonal, dan mendeteksi hepertrofi dinding ventrikel kanan.
Prosedur diagnostik
H. Elektrocardiografi memperlihatkan hipertrofi fentrikel kanan, defiasi
aksis kanan dan kemungkinan, hipertrofi atrium kanan. Kateterisasi
jantung mengonfirmasi diagnosis memperlihatkan stenosis paru,
VCD, dan offeriding aorta dan menyingkirkan defek sianotik jantung
lainnya
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Sianosis berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk
mempertahankan kepatenan duktus dan meningkatkan aliran darah
paru
Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk
setelah penutupan ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah
selamaperiode neonatal
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi
ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain
dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat
karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena
aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak
tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila
hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan
dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/ bolus diberikan
separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan
dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative.
7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif
dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga
dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke
paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke
seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya.
Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan
sianotik.
Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
Hindari dehidrasi
Antibiotik : sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti
biotic propilaksis.
Diuresik : untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan,
digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif.
Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah
jantung serta menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk
mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang
diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)
Besi untuk mengatasi anemia
Betablocker ( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi serta iritabilitas myokard , dipakai untuk mencegah dan
mengobati serangan hypersianosis.
Morfin : meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis
dengan menghambat pusat pernafasan dan reflek batuk.
NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik kuat: untuk mengobati asidosis
dengan mengganti ion bicarbonate dan memulihkan kapasitas buffer
tubuh.

Penatalaksanaan bedah
Tindakan Paliatif
- Anastomose Blalock Taussig
Anastomose sub clavia pulmoner dari Blalock Taussig adalah
intervensi palliative yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak
sesuai bedah korektif. Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi
lengkung aorta diikat,dibelah dan dianastomosekan ke arteria
pulmoner kolateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya
membuat pirau yang sangat kecil,yang tumbuh bersama anak dan
kenyataannya mudah mengangkatnya selama perbaikan
definitive.Anastomosis Blalock- Taussig yang dimodifikasi pada
dasarnya sama , namun memakai bahan prostetik,umumnya
politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini ukurannya dapat lebih
dikendalikan, dan lebih mudah diangkat karena kebanyakan seluruh
perbaikan tuntas dilakukan pada saat anak masih sangat muda.
Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalockn- Taussig adalah untuk
memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmoner melalui
arteria subklavia, sehingga meningkatkan aliran darah pulmoner
dengan tekanan rendah, sehingga menghindari kongesti paru. Aliran
darah ini memungkinkan stabilisasi status jantung dan paru sampai
anak itu cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan
aman. Sirkulasi kolateral akan muncul untuk menjamin aliran darah
arterial yang memadai ke lengan,meskipun tekanan darah tidak dapat
diukur pada lengan itu.
- Anastomose Waterston-Cooley
Anastomose Waterston Cooley adalah prosedur paliatif yang
digunakan untuk bayi yang menurunkan aliran darah paru,seperti
Tetralogi Fallot. Prosedur ini merupakan prosedur jantung
tertutup,yaitu aorta desendens posterior secara langsung dijahit pada
bagian anterior arteri pulmoner kanan,membentuk sebuah fistula.
Walaupun pirau ini sulit diangkat selama perbaikan definitive, pirau
ini pada umumnya telah menggantikan cara anastomose Potts-Smith-
Gibson, atau Potts, yang merupakan pirau end to end antara aorta
desenden dan arteria pulmoner kiri, karena secara tehnis paling mudah
dilakukan.
Respon hemodinamik yang diharapkan adalah agar darah dari aorta
mengalir ke dalam arteria pulmoner , dan dengan demikian
meningkatkan aliran darah pulmoner. Prosedur ini akan mengurangi
terjadinya anoksia,sianosis,dan jari tabuh. Dalam prosedur ini
dihasilkan murmur yang mirip dengan bunyi mesin.
- Perbaikan definitive
Dulu perbaikan tuntas Tetralogi of fallot ditunda pelaksanaanya
sampai anak memasuki masa usia prasekolah,tetapi sekarang
perbaikan tersebut dapat dengan aman dapat dikerjakan pada anak-
anak yang berusia 1 dan 2 tahun. Indikasi untuk pembedahan pada
usia yang sangat muda ini adalah polisitemia berat ( haematokrit
diatas 60% ) ,hypersianosis,hypoksia dan penurunan kualitas hidup.
Pada operasi tersebut dibuat insisi sternotomi median,dan bypass
kardiopulmoner,dengan hypothermia profunda pada beberapa bayi.
Jika sebelumnya telah terpasang pirau,pirau tersebut harus diangkat.
Kecuali jika perbaikan ini tidak dapat dilakukan melalui
atriumkanan,hendaknya dihindari ventrikulotomi kanan karena
berpotensi mengganggu fungsi ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari
ventrikel kanan dihilangkan dan dilebarkan,menggunakan dakron
dengan dukungan perikard. Hindari insufisiensi paru. Katub pulmoner
diinsisi. Defek septum ventrikuli ditutup dengan tambahan Dacron
untuk melengkapi pembedahan. Pada kasus obstruksi saluran keluar
ventrikel kanan, dpaat dipasang sebuah pipa.

a. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. Ds : Data yang diperoleh dari Penurunan curah
keluhan yang dirasakan pasien jantung
Do : Data yang diperoleh dari
pengamatan/ pengukuran
perawat

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan jantung : tetralogi
of Fallot
3. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasionl


Keperawatan Kriteria
Hasil
Penurunan curah 1. Kenali tanda dan 1. Mengenalkan dini
jantung yang gejala serangan terhadap tanda dan
berhubungan denga sianotik, gejala
spasme infundibulum termasuk memungkinkan
paru- paru dipnea, keluhan dilakukannya
napas dalam, intervensi, sebelum
bradikardia, anoksia menjadi
pingsan, kejang, berat yang
dan bahkan menyebabkan
kehilangan penurunan
kesadaran. kesadaran.
2. Tempatkan 2. Posisi ini
anak-anak pada mengurangi beban
posisi lutut ke kerja jantung
dada. (bukan dengan cara
berarti anak mengurangi aliran
harus jongkok). balik perifer.
3. Bicara dengan 3. Berbicara dengan
nada ringan dan intonansi lembut
gosok dengan dan memberi
gerakkan lembut sentuhan akan
pada bagian menyamankan
punggung anak. anak serta
4. Beri ventilasi membantu
anak dengan merelaksasi
oksigen 100% spasme.
dengan 4. Ventilasi dengan
menggunakan oksigen 100%
sungkup wajah, meningkatkan
kanula hidung jumlah oksigen
atau alat tiup. dalam udara yang
5. Beri obat diinspirasi,dan
morfin sulfat per dalam sirkulasi.
1M. (0,1-0,2 5. Pemberian morfin
mg/kg) atau per dapat merelaksasi
I.V.(0,5-0,1 sapsme dan
mg/kg), sesuai menyebabkan
program. vasolidalatasi
6. Ajarkan perifer.
orang tua 6. Mengetahui
bagaimana bagaimana
melakukan melakukan
intervensi no. 1-4. intervensi tersebut,
membantu orang
tua menyesuaikan
diri dengan krisis
yang disebabkan
oleh spasme dan
memungkinkannya
berpartisipasi
dalam perawatan
anak.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan
oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan
fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan
kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukaan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan
keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan
klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,
mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk
mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat
menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian
keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada
tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang
didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai
dengan standar keperawatan.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan
standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai
sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Kimberly A. J, dkk. 2011. Kapita Selekta Penyakit : Dengan Implikasi

Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik

Dengan Clinical Pathways Edisi 3. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhn Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Townsend, Mery C. 2008. Diagnosa Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan

Dan Medikasi Psikotropik. Jakarta : EGC.

Betz, Lynn Cecily, Linda A. Sowden. 2010. Buku Saku Keperawatan Pediatri

Edisi 5. Jakarta : EGC.


ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN TETRALOGI FALLOT (TOF)

Disusun oleh:
1. Neni Arista (201501182)
2. M. Rahmad Indika (201501204)
3. M. Izni Zoga P. (201501211)
4. Aprilia Dyah Hardiyanti (201501216)
5. Tommie Septika A. (201501193)
6. Yeni Arianti (201501177)
7. Risa Andiani (201501188)
8. Satli (201501199)

STIKES BINA SEHAT PPNI

KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2016 / 2017

Anda mungkin juga menyukai