Anda di halaman 1dari 16

DEEP VEIN TRHOMBOSIS

IKA RAINA PUTRI


SF19220
DEFINISI
Deep Vein Thrombosis merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika terdapat
gumpalan darah di pembuluh darah vena, biasanya terletak jauh di dalam
otot kaki. Penyakit ini lebih umum terjadi pada orang yang berusia lebih dari
60 tahun. Selain itu, orang-orang yang secara fisik tidak aktif (malas gerak),
ibu hamil, atau memiliki kelainan darah memiliki risiko yang lebih tinggi
mengalami pembekuan darah.
ETIOLOGI
DVT disebabkan adanya gumpalan (trombus) yang membuat aliran darah
melambat sehingga daerah yang tersumbat menjadi bengkak, merah, dan
menyakitkan. Secara umum, tanda dan gejalanya adalah:
• Pembengkakan kaki atau sepanjang vena di kaki
• Nyeri di kaki, yang Anda rasakan hanya ketika berdiri atau berjalan
• Peningkatan suhu di daerah kaki yang bengkak atau terasa sakit
• Kemerahan atau berubahnya warna pada kulit kaki
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan “Triad of Virchow” ada 3 faktor yang berperan dalam proses
terjadinya trombosis pada arteri, yaitu:
1. Statis Vena
aliran darah pada vena cenderung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama
pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi waktu yang cukup lama
2. Kerusakan Pembuluh Darah
dapat terjadi melalui trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan
atau melalui aktivitas sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat
kerusakan jaringan dan proses peradangan
3. Perubahan Daya Beku Darah
apabila terjadi aktivitas pembekuan darah meningkat atau ada aktivitas fibrinolisis
menurun
FAKTOR RESIKO
• Riwayat gangguan penggumpalan • Merokok
darah • Kanker
• Tidur berkepanjangan atau • Gagal jantung
kelumpuhan
• Penyakit radang usus
• Cedera atau pembedahan
• Usia
• Kehamilan
• Duduk dalam jangka waktu yang
• Pil KB atau terapi hormon lama
• Kelebihan berat badan atau
obesitas
MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri
Intensitas nyeri tidak tergantung besar dan luas trombosis. Trombosis vena di daerah betis
menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior
paha. Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan
intensitasnya mulai dari yang ringan sampai hebat. Nyeri akan berkurang jika penderita
berbaring, terutama jika posisi tungkai ditinggikan.
• Pembengkakan
Timbulnya edema dapat disebabkan oleh sumbatan vena proksimal dan peradangan
jaringan perivaskuler. Apabila ditimbulkan oleh sumbatan, maka lokasi bengkak adalah di
bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan
perivaskuler, bengkak timbul di daerah trombosis dan biasanya disertai nyeri.
Pembengkakan bertambah jika berjalan dan akan berkurang jika istirahat dengan posisi
kaki agak ditinggikan.
• Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis vena
dalam dibandingkan trombosis arteri, ditemukan hanya pada 17% - 20% kasus. Kulit bisa
berubah pucat dan kadang-kadang berwarna ungu. Perubahan warna menjadi pucat
dan dingin pada perabaan merupakan tanda sumbatan vena besar bersamaan dengan
spasme arteri, disebut flegmasia alba dolens.
TATA LAKSANA

Non Farmakologi
Latihan dan compression dapat mengurangi pembengkakan, nyeri serta
mengurangi insiden terjadinya post thrombotic syndrome (PTS).
Penggunaan compression stockings selama kurang lebih 2 tahun dimulai 2-3
minggu ketika diagnosa DVT ditegakkan menurunkan resiko timbulnya PTS.
Peranan compression stockings atau intermitten pneumatic
compression (IPC) dalam mencegah PTS belum sepenuhnya dimengerti,
namun penggunaannya telah digunakan secara luas. Compression
stockings sebaiknya digunakan pada pasien dengan gejala berat dan
mereka yang memiliki fungsi vena yang jelek.
Unfractionated Heparin (UFH) terapi ini
berdasarkan berat badan dan dosisnya
FARMAKOLOGI
dititrasi berdasarkan nilai Activated
Partial Thromboplastin Time (APTT).

Low-Molecular-Weight Heparin
(LMWH), waktu paruh biologis
lebih panjang, dapat diberikan
subkutan satu atau dua kali
sehari, dosisnya pasti dan tidak
memerlukan pemantauan
laboratorium.
Warfarin adalah obat pilihan untuk antikoagulasi akut. Pemberian
warfarin segera setelah diagnosis DVT ditegakkan, namun kerjanya
memerlukan satu minggu atau lebih. Oleh karena itu, LMWH diberikan
bersamaan sebagai terapi penghubung hingga warfarin mencapai
dosis terapeutiknya.

Terapi open surgical thrombectomy


Terapi trombolitik bertujuan memecah direkomendasikan untuk DVT yang memiliki
bekuan darah yang baru terbentuk dan kriteria di antaranya adalah DVT iliofemoral
mengembalikan patensi vena lebih cepat akut, tetapi terdapat kontraindikasi
daripada antikoagulan. Trombolitik dapat trombolitik atau trombolitik ataupun
diberikan secara sistemik atau lokal dengan mechanical thrombectomy gagal, lesi tidak
catheter-directed thrombolysis (CDT). dapat diakses oleh kateter, trombus sukar
dipecah dan kontraindikasi antikoagulan.
PEMBAHASAN KASUS
Tn. R (54 tahun) memeriksakan dirinya ke dokter dengan keluhan utama
sakit di kaki kanan. Ia menyatakan bahwa 3 hari yang lalu ia terbangun
dengan rasa sakit yang terus menerus, rasa sakitnya akan semakin parah
ketika berjalan. Pasien telah mengkonsumsi obat ezetimibe 10mg/hari
untuk pengobatan hiperlipidemia sekitar 3 minggu sebelum ia ke dokter.
Tetapi ia menghentikan mengkonsumsi ezetimibe 3 hari yang lalu karena
dia pikir itu mungkin menyebabkan kakinya sakit, tapi rasa sakitnya terus
menerus.
Pemeriksaan fisik mengungkapkan kaki tegang, hangat, betis kanan
dengan kelembutan ringan. Diagnosis dokter termasuk deep vein
thrombosis dan rhabdomyolysis, dan pasien di rujuk ke gawat darurat
untuk evaluasi lebih lanjut. Sejarah gawat darurat untuk evaluasi meliputi
nyeri terus menerus dalam betis kanan yang diperburuk dengan berjalan.
Pasien intensitas nyeri sebagai 10/3 saat ini.
Pengobatan: Allupurinol 300mg po setiap hari; Levothyroxine 150mcg
po setiap hari; Ezetimibe 10mg po setiap hari (dihentikan 3 hari yang lalu)
Drug Related Problem (DRP) Analisa Assesment
Indikasi pertama pasien Disarankan agar dokter dapat
Indikasi yang tidak ditangani menderita dvt, akan tetapi memberikan anti koagulan
(Untreated Indication) tidak diberikan terapi untuk pasien seperti heparin
farmakologinya. (first choice) dan wafarin.
Levothyroxine indikasi Disarankan dokter untuk
utamanya untuk memikirkan lagi apakah perlu
Pilihan Obat yang Kurang Tepat pengobatan hipotiroid akan memanfaatkan efek dan
(Improper Drug Selection) tetapi efek dan interaksinya interaksi levothyroxine terhadap
memberiksn efek untuk pasien.
pasien.
Allopurinol untuk Disarankan agar dokter tidak
Penggunaan Obat Tanpa Indikasi pengobatan asam urat, perlu memberikan obat
(Drug Use Without Indication) sedangkan pasien tidak allopurinol kepada pasien.
memiliki indikasinya
Dosis Terlalu Kecil - -
(Sub-Therapeutic Dosage)
Drug Related Problem (DRP) Analisa Assesment
Dosis Terlalu Besar - -
(Over Dosage)
Obat ezetimibe memberikan Disarankan agar mengganti
Reaksi Obat Yang Tidak
efek samping rhabdomyolysis obat hiperlipidemianya
Dikehendaki
yang sangat merugikan dengan yang lain seperti
(Adverse Drug Reactions)
pasien atorvastatin
Obat levothyroxine dapat Disarankan untuk memberikan
Interaksi Obat
meningkatkan efek dari obat obat anti koagulan yang
(Drug Interactions)
anti koagulan benar” sesuai kepada pasien
Gagal Menerima Obat - -
(Failure to receive medication)
GUIDELINE

Anda mungkin juga menyukai